Anda di halaman 1dari 4

KISAH PEMBAWA EMBER DAN PEMBUAT SALURAN AIR

Dahulu kala, di sebuah desa kecil, hiduplah dua sahabat yang memiliki impian
yang sangat besar. Nama mereka adalah Bejo dan Budi. Setiap harinya,
mereka selalu berkhayal menjadi pemuda yang paling kaya di desa mereka,
memiliki rumah, peternakan, pakaian bagus, dan uang yang banyak. Tentunya,
untuk menggapai mimpi-mimpi itu, selain ambisi diperlukan juga sebuah
kesempatan.

Pada suatu ketika, kesempatan itu datang kepada mereka. Mereka ditawarkan
pekerjaan oleh kepala desa untuk mengangkut air di sebuah penampungan air
yang letaknya cukup jauh dari desa. Sontak mereka pun sangat bahagia atas
tawaran itu dan bergegas untuk mengambil air dengan menggunakan ember.
Masing-masing dari mereka membawa dua ember kosong ke tempat
penampungan dan setelah ember terisi penuh oleh air, mereka kembali ke
desa. Imbalan atas kerja mereka dihitung dari banyaknya ember yang
berhasil mereka isi dengan air.
Waowww Bejo dan Budi sangat senang. Berarti impian mereka sedikit lagi
akan tercapai. Mereka sulit percaya bahwa akan mendapat rezeki yang
sebanyak itu.
“Wow, apa yg kita cita-citakan selama ini akan terkabul!” teriak Budi
gembira. “Rasanya sulit dipercaya, kita mendapatkan penghasilan
sebanyak ini”.
“Iya betul sekalii Budi” Sahut Bejo
Dengan itu, mereka bekerja lebih keras dengan mengangkut air lebih banyak
agar impian mereka segera tercapai.

Namun, lama kelamaan Bejo merasakan ketidaknyamanan dan menjadi kurang


yakin bahwa impiannya akan segera terwujud. Ia merasa tubuhnya mulai
merasakan nyeri dan kedua telapak tangannya lecet-lecet. Semakin hari, ia
merasa semakin takut untuk bekerja.
Bejo pun mulai berpikir untuk mencari solusi atas masalah yang ia hadapi,
“Aduhhhh, lagi-lagi aku harus mengangkut air ke tempat jauh itu. Pegal dan
nyeri di badanku yang kemarin saja belum hilang, ini harus mengangkut air
lagi.. Huftttt.”

[Rere]
“Hmm,, gmna ya caranya agar aku tidak perlu capek dan pegal untuk
mengangkut air tapi mendapat uang banyak?” Kata Bejo sambil memijat
tangannya.

Tak lama kemudian, Bejo mendapat ide bagaimana caranya mengambil air
dengan lebih efektif. Bejo pun langsung ke rumah Budi yang letaknya
bersebelahan dengan rumahnya.
“ Budiii, tok tok tok,”
“ Oi Bejo, mau berangkat sekarang kita?”
“ eehh ehhh ehhh, tunggu dulu. Aku ada ide nih untuk kita bisa mendapat uang
lebih banyak tanpa mengorbankan punggung dan tangan kita lagi, biar ga
pegal-pegal lagi.”
“ Oh ya? Gimana caranya?” tanya Budi dengan penuh semangat
“Nah dari pada kita mondar mandir bawa ember tiap hari, tangan pada lecet,
punggung dan kaki pada pegel, gimana kalo kita buat sebuah saluran pipa dari
tempat penampungan ke desa kita?” kata Bejo
“ Saluran pipa??? Ide darimana tuh bejo? Bejooo bejoo, gimana sih kamu, aku
kira bakal cemerlang idemu. Ngapain kita harus nyari pekerjaan lain padahal
dengan mengangkut air menggunakan ember saja sudah cukup menjanjikan
untuk kita loh,” kata Budi dengan nada mengejek. “Buktinya aku nih, aku bisa
membawa 100 ember tiap hari. Tidak lama lagi, aku akan menjadi orang kaya
di desa ini. Yang penting yakin dlu. Nantinya aku akan bisa membeli pakaian
bagus, sapi, dan di akhir tahun aku akan bisa membangun gubuk baru. Intinya
ga ada pekerjaan bagus selain pekerjaan kita yang sekarang di desa ini. Tiap
minggu kita bisa liburan, tiap tahun kita bisa cuti selama 2 minggu dengan gaji
utuh. Jadi kita akan mendapat hidup yg layak ga lama lagi. Udahh lahh buang
jauh-jauh omong kosong kamu itu tentang pipa.”
“Yahh, yasudah kalo kamu ingin meneruskan ini. Tapi aku, bejo, akan tetap
berjuang untuk bangun pipa. Sekarang kita jalan masing-masing saja.

Meskipun ide Bejo tidak diterima bahkan dianggap remeh oleh kawannya, ia
pantang menyerah untuk membangun pipa dan memutuskan untuk bekerja
paruh waktu. Bejo tetap mengangkut air dengan ember hingga setengah hari,
kemudian dilanjut dengan membangun pipa air. Dan di akhir pekan pun, ia
memanfaatkan waktu luang itu untuk membangun pipa air. Tentunya hal itu
tidak mudah baginya. Selain membutuhkan tenaga ekstra, ia juga
membutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun sebelum pipa itu menghasilkan sesuatu
yg berarti.

[Rere]
Budi dan penduduk desa mulai mengejek Bejo. “ Heyyy warga lihatt tuhh, lagi
lagi si Bejo melakukan hal yang tidak berguna. HAHAHAHAH.” ejek Budi
“AHAHAHAH Dasar Bejo manusia pipa” sahut warga.
Apalagi sekarang Budi memiliki penghasilan 2x lipat lbh besar dr Bejo. Tak
ragu Budi pun selalu menyombongkan barang-barang bagus hasil kerja
kerasnya. Pakaian bagus, sapi, dan gubuk tingkat 2 berhasil ia beli. Ia bisa
membeli makanan enak di kedai, dan orang2 pun menyebut Budi sebagai
Juragan Budi. Semakin sombong lah si Budi itu.

Sementara Budi bersantai di akhir pekan, Bejo terus membangun saluran


pipanya. Pada bulan-bulan pertama, Bejo memang tidak bisa menunjukkan hasil
yang bermakna, terlebih lagi harus mengeluarkan tenaga ekstra daripada
Budi. Tapi, Bejo tidak menyerah dan berprinsip bahwa semua impiannya akan
terwujud dengan proses perjuangan yang ia lakukan dan semua usaha serta
tenaga yang ia kerahkan saat ini.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, sedikit demi sedikit menjadi bukit.
Pipa yang tadinya 1 inchi menjadi 1 kaki, kemudian menjadi 10 kaki, 20 kaki,
100 kaki dan seterusnya.
“Lebih baik aku bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian”, gumam
Bejo untuk menyemangati dirinya sambil lanjut membangun pipa.
Setiap ia pulang kerja, tentunya badannya lelah sekali, tapi ia selalu
mengucapkan ini sebelum tidurnya, “FOKUS PADA HASILNYA”. Kata-kata itu
yang menjadi penyemangat dan meyakinkan dirinya bahwa ia akan berhasil.

Saluran pipa Bejo sudah setengah jadi. Saat istirahat, Bejo melihat
sahabatnya, Budi, yang terus mengangkut air dengan ember. Bahu Budi
semakin lama menjadi semakin membungkuk. Budi menyeringai kesakitan.
Langkahnya semakin lama semakin melambat. Ia semakin jarang terlihat
bersantai melainkan di kedai dengan wajah murung. Warga pun berbisik dan
bergosip tentang Budi
“ hey hey hey, lihat tuh si juragan budi. Apa udah ga jadi juragan ya dia?
murung sekali mukanya”
“pffttt mungkin kali yaa ahahah. Lihat juga tuh tubuhnya semakin
membungkuk.”

[Rere]
Di lain sisi, masa bahagia tiba untuk Bejo. Saluran pipanya sudah selesai
dibangun. Orang-orang desa berkumpul saat saluran air mulai mengalir dari
saluran pipa yang dibuat bejo menuju penampungan air di desanya. Sekarang,
warga desa sudah bisa mendapat pasokan air bersih secara tetap. Bejo tidak
perlu repot-repot lagi mengangkut air dengan ember. Artinya, air akan terus
mengalir, baik ia sedang bekerja atau tidak. Bahkan, saat ia makan, bermain
dan tidur sekalipun, air itu terus mengalir. Semakin banyak air yang mengalir
ke desa itu, semakin banyak pula uang Bejo yang terkumpul.

Moral value :
- jangan pantang menyerah dan berputus asa
- meskipun banyak yg tidak tau akan usaha kita bahkan mengejek usaha
kita, yakinlah pada diri kita bahwa kita mampu dan kita akan bisa
mencapai semua mimpi kita
- bekerja keras itu penting, tetapi bekerja cerdas juga diperlukan

[Rere]

Anda mungkin juga menyukai