Anda di halaman 1dari 22

Pertemuan 1

Standarisasi Obat Ala


m
Standarisasi
• Definisi? • Menentukan jumlah minimum d
• Sangat penting  diterapkan untuk ari satu atau beberapa kompone
ekstrak n yang terkandung
• Kualitas yg reprodusibel • Rangkaian parameter, prosedur d
• Membandingkannya terhadap pro an cara pengukuran  dengan mu
duk dengan senyawa baku yang dik tu kefarmasian
enal atau menyatakan jumlah mini • Memenuhi syarat standar (Kimia,
mum senyawa atau beberapa seny biologi, farmasi) termasuk jamin
awa atau golongan senyawa an stabilitas sebagai produk kefar
• Bahan baku harus memenuhi krite masian
ria tertentu  Menjamin mutu dan • Produk akhir (obat, ekstrak, atau
khasiat produk produk ekstrak) mempun
• Kualitas sediaan memiliki nilai teta yai nilai parameter yang konstan
p dan reprodusibel 
Pertemuan 2
Standarisasi Obat Ala
m
Simplisia Syarat bahan baku simplisia
• Bahan alami yang digunakan sebagai • Simplisia sbg bahan kefarmasian harus m
obat dan belum mengalami pengolah emenuhi 3 parameter mutu umum suat
an apapun u material yaitu kebenaran jenis (identifi
kasi) kemurnian (bebas kontaminasi kimi
• Umumnya dalam keadaan kering a dan biologis) serta aturan kestabilan (w
• Simplisia nabati : berupa tanaman ut adah, penyimpanan dan transportasi)
uh, bagian/eksudat tanaman • Simplisia sebagai bahan dan produk kons
• Simplisia hewani : berupa hewan utu umsi manusia sbg obat tetap diupayakan
h, bagian hewan atau zat berguna yan memenuhi 3 paradigm yaitu Quality, safe
ty, efficacy
g dihasilkan oleh hewan dan belum b
erupa zat kimia murni • Simplisia sbg bahan dg kandungan kimia
yg bertanggung jawab thd respon bilogis
• Simplisia pelikan (mineral) : berupa m harus mempunyai spesifikasi kimia yaitu
ineral diolah dengan cara sederhana informasi komposisi (jenis dan kadar) ser
dan belum berupa zat kimia murni ta kandungan senyawa
1.Pengumpulan bahan baku
Bagian tanaman yang digunakan, Umur tanaman pada saat panen, Waktu panen, Lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen pembentukan senyawa aktif  akan terbentuk maksimal didalam tanaman pada umur tertentu

2.Sortasi basah
Fungsi : menghilangkan kotoran / bahan asing ex tanah, sarang lebah, ranting, dll

3.Pencucian
Fungsi : menghilangkan kotoran / bahan asing dengan menggunakan air bersih dan mengalir ex mata air, air sumur, PAM
Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut air harus dilakukan pencucian sesingkat mungkin

4.Perajangan dan pengeringan


Dapat dilakukan dengan pisau / mesin khusussehingga diperoleh irisan tipis yang dimkehendaki
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan akan mempercepat waktu pengeringan  hati2 dg zat berkhasiat yang mudah men
guap
Pengeringan dilakukan agar umur simpan simplisia dapat lebih lama
Pengurangan kadar air akan menghentikan reaksi enzimatik dan pertumbuhan bakteri/jamur
Hal yang perlu diperhatikan : suhu, kelembaban, aliran udara, waktu dan luas permukaan

5.Penyimpanan
Hal yang perlu diperhatikan : cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, serangga, kapang

6.Pemeriksaan mutu (Quality control)


Persyaratan dapat dilihat dalam farmakope Indonesia, EFI, material medika
Serangkaian parameter , prosedur, dan cara pengukuran yg hasilnya merupakan u
nsur terkaitparadigma mutu kefarmasian (kimia, biologi, farmasi) termasuk sta
bilitas

Parameter standarisasi simpl


isia Parameter spesifik
• Parameter non spesifik : berlaku untuk semua jenis simplisia • Tolak ukur khususyg dapat dikaitkan
• A. kadar abu  memberikan gambaran kandungan mineral inte dg jenis tanaman meliputi:
rnal dan eksternal dari proses awal terbentuknya simplisia
• B. kadar sari larut etanol/air  memberikan gambaran awal jum • A. identitas simplisia : nama latin (sist
lah kandungan senyawa pada pelarut tersebut ematika botani), bagian tumbuhan yg
• C. susut pengeringan : memberikan batas maksimal tentang be digunakan, nama daerah
sarnya senyawa yg hilang pd proses pengeringan
• D. Kadar air : memberikan rentang besarnya kandungan air da
• B. uji organoleptis : deskripsi bentuk,
lam simplisia warna, bau, rasa menggunakan panc
• E. Kadar total kandungan kimia : memberikan informasi kadar k a indra
andungan kimia sbg parameter mutu kaitannya dg efek farmak
ologis • C. uji mikroskopik dan makroskopik
• Cemaran logam berat : memberikan jaminan bahwa bahan tida
k mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yg ditetapka
• D. uji senyawa terlarut dalam pelarut
n (Hg, As, Cd, Pb, dll) tertentu : heksan, diklorometan, met
• G. parameter sisa pestisida : memberikan jaminan bahwa baha hanol
n tidak mengandung pestisida melebihi nilai yg ditetapkan
• E. kadar minyak atsiri
• F. kadar senyawa kimia tertentu : pen
etapan kadar dengan instrument KLT-
densitometer, GC, HPLC, FTIR dll
Pertemuan 3
Standarisasi Obat Ala
m
Parameter non spesifik
1.Rendemen
Merupakan golongan senyawa yang terekstraksi dengan pelarut yang digunakan
Tergantung dari metode ekstraksi yang digunakan
2.Kadar air
• Penetapan dengan cara destilasi atau Titrasi Karl-Fischer
• Jika sampel tidak mengandung minyak menguap, maka susut pengeringan (Loss on drying) sa
ma dengan kadar air
• Susut pengeringan menggunakan pemanasan pada 100-105oC sampai berat konstan
• Batas kadar air bervariasi tertinggi 15%
3.Kadar abu
• 2- 4 g sampel dipijar dalam wadah krusible pada temperatur rendah (450oC)
• Jika karbon masih tersisa, karbon dipisahkan dengan melarutkan di air. Selanjutnya residu dipi
jar kembali dengan penambahan asam sulfat dan dipijar pada 600oC
4.Kontaminasi bakteri
• Produk tidak harus steril, tapi harus bebas dari bakteri. Sebagai indikator bakteri patogen dig
unakan E. coli
• Apatogenik diijinkan dengan batas kurang dari 103 bakteria/g untuk sediaan oral
• Pada bahan baku 104 bakteria/ g atau 100 untuk kapang dan khamir
Batas residu peptisid Batas mikroba Kontaminasi zat asing
a

Peptisida Kontaminasi • Maksimum 105 /


• Sampel mudah te
(mg/kg)
g atau ml untuk rkontaminasi bah
Aldrin dan 0.05 mikroba aerob, n an pasir, batu ata
dieldrin eliputi: u logam, kotoran
Klordan 0.05
DDT 1.0 • - maks 103/ g ata binatang, serangg
Endrin 0,05 u ml untuk kapan
Fonofos 0,05 a dan jamur
Malathion 1,0 g dan khamir
Parathion 0,5 • - Maks 103/ g ata
• 100-500 g sampel
Permetrin 1,0 disebar pada kert
Pyrethrin 3,0 u ml untuk enter
obakteria as dan dibantu d
• E. coli tidak terde engan kaca pemb
teksi per g atau esar diambil baha
ml n asing dan dihitu
• Salmonella sp tid ng persentasi zat
ak terdeteksi per asing
10 g atau ml
Parameter spesifik
Tipe ekstrak
1.Identitas ekstrak
Deskripsi tata nama ekstrak Ekstrak Terstandar (Tipe
A): ekstrak distandardis
Nama latin tumbuhan, asi terhadap senyawa ber
khasiatnya
Bagian tumbuhan yang digunakan Ekstrak Terkuantifikasi
Senyawa identitas yang menjadi petunjuk spesifik
(Tipe B): ekstrak distan
2.Organoleptik ekstrak dardisasi terhadap kandu
3.Kadar senyawa terlarut pada pelarut tertentu ngan yang ikut berperan
dalam khasiatnya
Uji kandungan kimia ekstrak :
Ekstrak Lain (Tipe C): e
Pola kromatogram kstrak yang distandisasi
Kadar total kandungan kimia terhadap senyawa penuntu
n (secara farmakologi ti
Kadar kandungan kimia tertentu dak diketahui)/ marker
Ekstrak terstandar Ekstrak terkuantifika
si Ekstrak lain
• Daun digitalis (Digitali • Senyawa yang bertanggun
s folium), glikosida dig • Ginkgo biloba L, daun, kan g jawab terhadap aktifitas
italis sampai 5% dungan: tidak diketahui diperluka
• Ekstrak kering senna: • Flavonoid (0,5-1%): flav n marker untuk kualitas
distandardisasi menga on dan flavonol glikosia, bi • Cratageus, bagian di atas t
flavonoid, glikosida flavon anah (Crataegi folium cum
ndung 5,5- 8,0% glikos ol terasetilasi
ida hidroksiantrasene, flore, howthorn)
• Terpen lakton (0,03-0,2 • Passiflora incarnata L, bag
dihitung sebagai senn 5%)
osid B ian di atas tanah (Passiflor
• Kandungan yg tidak diin ae herba, passion flower):
• Ekstrak kering daun b ginkan (polifenol, polisakar • Kualitatif KLT dengan b
elladonna (Belladonna ida, asam ginkgolat) dired aku rutin atau hiperosida
e Folium dari Atropa b uksi  flavonoid glikosida
elladona) distandardis (16-26%) dan terpen lakto • Kuantitatif : spektrofot
n (5-7%) ometri atau KCKT sidik jari
asi mengandung 0,95-
1,05% alkaloid dihitun • Hypericum perforatum L, b
g sebagai hiosiamin agian di atas tanah (herba
St John`s wort)
Pertemuan 4
Standarisasi Obat Ala
m
Terpenoid Kelompok triterpenoid
• kelompok senyawa metabolit sekunder yang t
erbesar, dilihat dari jumlah senyawa maupun v
ariasi kerangka dasar strukturnya. • Monoterpenoid, terbentuk dari dua satuan isop
• Terpenoid ditemukan berlimpah dalam tanam rene dan membentuk struktur sikklik dan rantai
an tingkat tinggi, meskipun demikian, dari pen terbuka
elitian diketahui bahwa jamur, organisme laut • Seskuiterpen, berasal dari tiga satuan isoprene
dan serangga juga menghasilkan terpenoid. dan seperti monoterpenoid, Di samping struktu
r asiklik, dikenal beberapa kerangka untuk senya
• Selain dalam bentuk bebasnya, terpenoid di al wa monosiklik, bisiklik dan trisiklik.
am juga dijumpai dalam bentuk glikosida, gliko
sil ester dan iridoid. • Diterpenoid, berasal dari empat satuan isopren.
Strukturnya bervariasi dari mulai yang asiklik hin
• Terpenoid juga merupakan komponen utama gga tetrasiklik.
penyusun minyak atsiri. Senyawa- senyawa ya • Triterpenoid Triterpenoid asiklik yang penting h
ng termasuk dalam kelompok terpenoid diklas anya skualen yang dianggap sebagai senyawa an
ifikasikan berdasarkan jumlah atom karbon pe tara dalam biosintesis steroid.
nyusunnya.
• Tertraterpen Yang paling dikenal dari golongan i
• senyawa terpenoid tersusun atas karbon-karb ni adalah karotenoid
on dengan jumlah kelipatan lima. Diketahui jug•
Politerpen, yang terpenting dalam golongan ini
a bahwa sebagian besar terpenoid empunyai k adalah karet, yang diduga berfungsi sebagai zat
erangka karbon yang dibangun oleh dua atau l pembawa dalam biosintesis polisakarida tertent
ebih unit C-5 yang disebut unit isoprene. u dalam jaringan tanaman. Stereokimia pada se
mua ikatan rangkap dua ditunjukkan sebagai cis.
Kelompok steroid flavonoid
• Sterol. Sebenarnya nama sterol dipakai kh • Flavonoid adalah suatu kelompok senya
usus untuk steroid yang memiliki gugus hi wa fenol yang terbesar yang ditemukan
droksi, tetapi karena praktis semua steroid di alam.
tumbuhan berupa alkohol dengan gugus h
idroksi, tetapi karena praktis semua steroi
• Senyawa-senyawa ini merupakan zat wa
d tumbuhan berupa alkohol dengan gugus rna merah, ungu, biru dan sebagian zat
hidroksi pada posisi C-3, maka semuanya warna kuning yang terdapat dalam tana
disebut sterol. man. Sebagai pigmen bunga, flavonoid j
elas berperan dalam menarik serangga
• Aglikon kardiak dan bentuk glikosidanya y
untuk membantu proses penyerbukan.
ang lebih dikenal dengan glikosida jantung
atau kardenolida.
Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid
yang lain bagi tumbuhan adalah sebagai
• Sapogenin dan bentuk glikosidanya yang d zat pengatur tumbuh, pengatur proses f
ikenal sebagai saponin. Glikosilasi biasany otosintesis, zat antimikroba, antivirus da
a terjadi pada posisi C-3. Saponin adalah s n antiinsektisida. Beberapa flavonoid se
enyawa yang dapat menimbulkan busa jik ngaja dihasilkan oleh jaringan tumbuha
a dikocok dalam air (karena sifatnya yang
menyerupai sabun, maka dinamakan sapo
n sebagai respon terhadap infeksi atau l
nin). Pada konsentrasi yang rendah, sapon uka yang kemudian berfungsi mengham
in dapat menyebabkan hemolisis sel darah bat fungsi menyerangnya.
merah. Dalam bentuk larutan yang sangat • Berdasarkan strukturnya, terdapat bebe
encer, saponin sangat beracun untuk ikan rapa jenis flavonoid yang bergantung pa
da tingkat oksidasi rantai propan, yaitu k
alkon, flavan, flavanol (katekin), flavano
n, flavanonol, flavon, flavanon, antosiani
din, auron.
Kelompok flavonoid Alkaloid
• Antosianidin merupakan pigmen • Alkaloid adalah suatu golongan senyawa org
daun dan bunga dari yang berwar anik yang terbanyak ditemukan di alam. Ciri
na merah hingga biru. khas alkaloid adalah bahwa semua alkaloid
mengandung paling sedikit satu atom N yan
• Calkon dan dihidrocalkon tersebar g berisfat basa dan pada umumnya merupak
di alam dalam jumlah yang terbat an bagian dari cincin heterosiklik menurut je
as. nis cincin heterosklik nitrogen yang merupak
• Auron memiliki kerangka benzalk an bagian dari struktur molekul. Menurut kl
asifikasi tersebut, maka alkaloid dapat dibed
umaranon. Auron mempunyai pig akan atas beberapa jenis yaitu alkaloid piroli
men kuning emas yang terdapat d din, alkaloid piperidin, alkaloid isokuinolin, a
alam bunga tertentu dan bryophit lkaloid indol, alkaloid piridin dan alkaloid tro
a. pana.
• Jenis alkaloid:
• A. Alkaloid alisiklik, yang berasal dari asam a
mino ornitin dan lisin
• B. Alkaloid aromatik, jenis fenilalanin yang b
erasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4- dihidr
oksifenilalanin
• C. Alkaloid aromatik, jenis indol yang berasal
dari triptofan
BAHAN TUMBUHAN
• KLASIFIKASI

• terdapat 7 tingkatan takson utama, berturut-turut dari atas ke bawah adala


h: dunia (regnum), divisi (divisio), kelas (classis), bangsa (ordo), suku (famili
a), marga (genus), jenis (species). Dan ketujuh takson ini masih bisa dikemb
angkan menjadi 25 takson yang lain.
• dari ciri-ciri yang mudah dilihat dan mudah diamati, tumbuhan dapat dibed
akan berdasarkan habitus tumbuhan. Tumbuhan yang tinggi besar dan beru
mur panjang dikelompokkan menjadi suatu golongan yang disebut pohon
(arbor), yang lebih kecil disebut semak (frutex) dan yang kecil berumur pen
dek disebut terna (herba).
Tata nama tumbuhan
• Mengacu kepada Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT)
• Untuk nama divisi diambilkan dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga divisi dengan dita
mbah akhiran –phyta, kecuali pada jamur yang diberi akhiran –mycota.
• Untuk nama kelas, diberi akhiran –phyceae pada algae, - mycetes pada fungi dan –opsida pada
cormophyta.
• Nama bangsa dibentuk dari salah satu nama suku (familia) yang dibawahi dengan mengganti a
khiran –aceae dengan –ales atau ada juga yang –ineae.
• Nama suku (familia) diambil dari nama marga (genus) ditambah dengan akhiran –aceae. Seper
ti halnya, Papilionaceae, Caesalpiniaceae dan Mimosaceae
• Nama marga (genus) tidak dibenarkan berupa istilah yang lazim digunakan dalam morfologi tu
mbuhan. Nama marga (genus) tidak boleh terdiri atas dua kata atau jika terdiri dari dua kata ha
rus disatukan dengan tanda penghubung. Nama marga bukan sebuah kata sifat yang dibendak
an.
• Nama jenis (spesies) adalah suatu kombinasi biner atau binomial yang terdiri dari nama marga
(genus) dan sebutan jenis (epitheton specifium) yang dalam penulisannya hanya huruf pertam
anya saja yang ditulis dengan huruf besar. Sebutan jenis tidak boleh berupa kata yang sama ata
u hampir sama dengan nama marga (genus). Sebutan jenis yang merupakan kata sifat harus di
bentuk sesuai dengan gender nama marganya. Contohnya: Aspergillus niger, Sambucus nigra, P
iper nigrum, Oryza sativa. Pada penulisan nama jenis (species) harus diikuti dengan nama pene
mu, misalnya: Mentha piperitae L., Guazuma ulmifoliaLamk.,Mertensia virginiana (L) DC., Murr
aya paniculata (L.) Jack
Identifikasi tumbuhan Penyiapan sampel tumbuhan
• Identitas botani  harus dilakukan oleh ahli
yg diakui dan memerlukan sampel tumbuha
• Jaringan segar  disimpan dalam ka
n lengkap ditujukan untuk mengetahui tak ntung plastik dalam keadaan kering
son pada tingkat familia, genus, spesies dan • Untuk analisis dapat digunakan tu
varietas
• Dasar determinasi adalah strutur dan ciri m
mbuhan kering
orfologis, anatomis, kandungan kimia dan k • Bahan harus dikeringkan secepatny
ombinasi cara-cara tersebut. Selain dengan a, tanpa menggunakan suhu tinggi,
kunci determinasi, dapat dilakukan juga den
gan cara membandingkan sampel tumbuha lebih baik dengan aliran udara yan
n yang belum dikenal itu dengan contoh tu g baik. Setelah kering, dapat disim
mbuhan yang sudah dikenal identitasnya. Jik pan dalam jangka waktu yang lama
a pembandingnya tidak tersedia, maka sam sebelum digunakan untuk analisis.
pel dapat dikirim ke Herbarium Bogoriense.
• Determinasi juga dapat dilakukan dengan ca • Satu hal yang penting, tumbuhan y
ra membandingkan contoh tumbuhan deng ang digunakan adalah yang tidak b
an cara membandingkan sampel dengan fot erpenyakit, artinya yang tidak terin
o dari tumbuhan pembanding yang dilengka
pi dengan deskripsi yang jelas. Cara lainnya
feksi oleh virus, bakteri dan jamur
adalah dengan analisis komputer dan analisi agar metabolit di dalam tumbuhan
s kromatografi. tersebut tidak berubah
Pertemuan 5
Standarisasi Obat Ala
m
Faktor yang berpengaruh pa Kelompok senyawa kimia dal
da mutu ekstrak am ekstrak
1. Faktor kimia • Senyawa kandungan asli suda
• Faktor internal h ada sejak tumbuhan hidup
• Jenis senyawa aktif • Senyawa hasil perubahan dar
• Komposisi kualitatif dan kuantitatif i senyawa asli terjadi peruba
senyawa aktif han sifat Fisikokimia senyawa
• Kadar total rata rata senyawa aktif asli
• 2. Faktor eksternal
• Senyawa kontaminasi senyaw
• Metode ekstraksi a oksogen yang bercampur p
• Perbandingan ukuran alat ekstraksi ada ekstrak
(diameter dan tinggi alat
• Ukuran, kekerasan dan kekeringan
• Senyawa hasil interaksi konta
bahan minasi dengan senyawa asli /
• Pelarut yang digunakan senyawa perubahan
• Kandungan logam berat dan pestisi
da
Teknologi ekstraksi
A. Cairan pelarut
Diperlukan agar senyawa kandungan yang berkhasiat dapat dipisahkan dari bahan lain
Faktor utama pemilihan cairan pelarut :
Selektivitas, kemudahan bekerja & proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan, keamanan
, Pharmaceutical grade

B.Separasi dan pemurnian


Tujuan  menghilangkan senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin  ekstrak murni
Proses pengendapan, pemisahan dua cairan tidak campur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses abs
orpsi dan penukar ion

C. Pemekatan/penguapan
Pemekatan  peningkatan jumlah solute (senyawa terlarut) dg cara penguapan sampai kental

D. Pengeringan
Menghilangkan pelarut dari pekat menjadi kering
Ex: pengeringan evaporasi, vaporasi, sublimasi, konveksi, kontak, radiasi, dielektrik

E. Rendemen
Perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal
Metode ekstraks 2. Non konvensional
i • Ekstraksi berkesinambungan
1. Konvensional • Superkritikal karbondioksida
• Maserasi • UAE
• perkolasi • MAE
• refluks
• digesti
• infusa
• dekokta
• destilasi uap

Anda mungkin juga menyukai