Anda di halaman 1dari 34

STANDARISAS

IEKSTRAK
Apt. Muhammad Nurul Fadel,
M.Farm
Pengertian
 Ekstraksi
merupakan proses pemisahan bahan dari
campurannya dengan menggunakan pelarut.
D
I
F
U
S
I

Rinsing
Terminologi
 Menstrum : Pelarut atau campuran pelarut yang
digunakan untuk ekstraktor
 Micella : larutan yang mengandung bahan hasil
ekstraksi.
 Rinsing : Disolusi dari bahan ekstraksi yang keluar
dari sel yang hancur, atau disingkat : pembilasan.
 Lixiviation : Ekstraksi dengan menggunakan air
sebagai pelarut atau leaching.
Hal-hal yang harus diperhatikan
 Jumlah simplisia yang akan diekstraksi. Jumlah ini
akan digunakan untuk perhitungan dosis
 Derajat kehalusan simplisia
 Jenis pelarut yang digunakan
 Suhu
 Lama waktu penyarian, Con; Decoctum (Far Belanda
Ed V) 30 menit pada edisi VI 15 sama dengan infus ;
hasil sama.
 Proses ekstraksi
Pengelompokan Ekstrak (Ekstrak air );

 Decoctum,
 infusum,
 coque (penggodokan),
 seduhan,
 Maserasi
 perkolasi
Ekstraksi dengan Air

Ekstrak

Ekstraksi air +
Ekstrak Kering
alkohol rendah

Spray dryer
Tinktura
 Sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi
atau perkolasi (etanol berbagai konsentrasi)
 Satu bagian simplisa disari dengan 2-10 bagian
menstrum
Ekstrak cair
 Merupakan ekstrak cair, berbeda dengan tinktura,
ekstrak ini lebih kental, sesuai ketentuan
farmakope.
 Menurut FI III (1979), hasil akhir ekstrak cair,
dengan penyari etanol harus didiamkan ditempat
sejut selama 1 bulan, kemudian disaring sambil
mencegah penguapan (untuk mengendapkan
partikel yang tidak larut)
Ekstrak encer
 Dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti
ekstrak cair hanya terdapat perbedaan antara
konsentrasi simplisia yang disari dengan
konsentrasi akhir ekstrak.
Ekstrak kental
 Ekstrak kental pada suhu kamar, apabila hangat
tidak berbentuk cair, dari ekstrak cair yang
diuapkan bisa ditambahkan bahan lain yang inert
con, dekstrin, laktosa dll.
Ekstrak kering (ekst sicca)
 Dari ekstrak cair yang dipekatkan dan dikeringkan.
Pembuatan ekstrak Skala Industri

Bahan Baku
Simplisia Karantina
Ekstrak
QC
QC

Sediaan Ekstrak
Uji Kualitas Simplisia
 Identitas tanaman
 Pemeriksaan pengotor organik dan anorganik
 Makroskopik dan mikroskopik
 Kadar air
 Susut pengeringan
 Kadar abu
 Senyawa identitas
 Kadar sari
 Penentuan kadar senyawa aktif
 Penentuan kontaminasi mikroba
 Penentuan sisa pestisida
Pelarut Ekstraksi
 Pelarut tunggal
 Pelarut campuran
Parameter yang mempengaruhi
Ekstraksi
 Pengembangan dan pemelaran tanaman.
 Difusi, pH, Ukuran partikel dan Suhu
 Pilihan pelarut ekstraksi
Pemurnian Ekstrak
 Cara fisika : yakni pemisahan bahan asing atau
tidak dikehendaki, misal sisa simplisia atau bahan
lain yang akan menggangu dalam proses.
 Teknik nya dengan penyaringan, pemisahan
dengan sentrifugasi dan dekanter.
 Carafisikokimia : dengan teknik adsorpsi dengan
mempertimbangkan sifat fisikokimia bahan sorban
dan adsorban, luas permukaan adsorban, suhu dan
konsentrasi zat terlarut.
 Cara penukar ion : digunakan terutama untuk
isolasi bahan aktif, secara terbatas untuk
menghilangkan terutama polifenol.
 Penukar ion digunakan berbasis polistiren.
 SO3H+ ; penukar kation asam kuat
 COO-H+ ; penukar kation asam lemah
 CH2N+(CH3)3Cl- ; penukar kation basa kuat

 CH2NH3+CL- ; penukar kation basa lemah


Pemekatan Ekstrak
 Dipekatkan secara parsial atau secara total, tergantung
tujuan pembuatan
 Dipekatkan secara parsial atau ekstraksi menggunakan
pelarut yang sesuai dikonversi menjadi ekstrak yang
dimurnikan
 Dipekatkan secara parsial atau ekstraksi menggunakan
pelarut terpilih untuk isolasi bahan aktif tertentu
 Diekstraksi secara langsung tanpa pemekatan, untuk
isolasi produk tertentu.
Pengeringan Ekstrak
 Tahapan setelah ekstraksi kemudian pemekatan
baik parsial dan total yakni pemekatan
 Ekstrak kering lebih mudah digunakan untuk
pembuatan sediaan farmasi
Peralatan dan deskripsi peralatan
 Pengeringan vakum dingin (freez dryers), untuk
produk yang termolabil
 Pengering lajur (belt dryer) dengan aliran udara
panas
 Atomizer (pengering semprot)
 Pengering lain : vacum belt argon, roller argon.
Freeze argon dan microwave dryer.
Standardisasi ekstrak
 Pengujian makro dan mikroskopik untuk identitas
 Pengujian identitas dengan KLT
 Pemeriksaan pengotor/zat asing organik dan anorganik
 Penentuan kadar abu
 Penentuan serat kasar
 Penentuan kadar komponen terekstraksi
 Penentuan kadar bahan aktif
 Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya mikroba
patogen
 Pemeriksaan residu pestisida.
Stabilisasi dan Stabilitas ekstrak
 Stabilisasasi adalah upaya untuk menjamin agar
kualitas atau stabilitas tetap terjaga
 Stabilitas merupakan suatu keadaan tidak
terganggu/terurai akibat pengaruh fisika, kimia
maupun mikrobiolgi.
Uji stabilitas
 Fisika; menentukan indeks bias, pengukuran
kekeruhan dll.
 Kimia ; penentuan satu atau lebih konstituen
 Biologi dan mikrobiologi (penentuan bakteri dsb.)
PENGUJIAN BAHAN ALAM
MENURUT:
FARMAKOPE INDONESIA 3 DAN 4
MATERIA MEDIKA INDONESIA
PARAMETER STANDARD UMUM EKSTRAK
TUMBUHAN OBAT
PENGUJIAN BAHAN ALAM – FI III
 Metode standardisasi bahan alam pada Farmakope
Indonesia edisi 3 meliputi 7 aspek, yaitu:
 Reaksi Identifikasi
 Benda Asing
 Penetapan Kadar Abu
 Penetapan Kadar Abu Larut Air
 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
 Penetapan Kadar Sari Larut Air
 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
PENGUJIAN BAHAN ALAM – FI IV
 Metodestandardisasi bahan alam pada Farmakope
Indonesia edisi 4 meliputi 6 aspek, yaitu:
 Bahan Organik Asing
 Penetapan Kadar Abu
 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
 Penetapan Serat Kasar
 Penetapan Kadar Minyak Atsiri
 Penetapan Kadar Air
PENGUJIAN BAHAN ALAM - MMI
 Pada Materia Medika Indonesia terdapat lampiran
dengan 23 judul lampiran, 23 judul lampiran
tersebut adalah:
Pereaksi dan larutan percobaan Pengayak dan Derajat Halus Serbuk
Kromatografi Cara Pengambilan Contoh Simplisia
Penetapan Kadar Minyak Atsiri Nabati
Penetapan Kadar Abu Cara Mikrodestilasi Dengan Tanur Gas
Penetapan Kadar Abu Larut Air Cara Identifikasi Alkaloida
Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam Cara Identifikasi Glikosida
Penetapan Kadar Air Cara Identifikasi Saponin
Penetapan Susut Pengeringan Cara Identifikasi Flavonoida
Penetapan Kadar Sari Larut Air Istilah-Istilah pada Uraian Mikroskopik
Penetapan Kadar Sari Larut Etanol Mikrosublimasi
Penetapan Bahan Organik Asing Bobot dan Ukuran
Penetapan Kadar Tanin Gambar Simplisia
PENGUJIAN BAHAN ALAM –
PARAMETER MUTU

 Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat terdapat parameter dan metode uji ekstrak
yang meliputi parameter non
Susut pengeringan dan bobot jenis
spesifik, parameter
Identitas
Penetapanspesifik
Kadar Abuserta metode uji kandungan
Organoleptikkimia ekstrak.
PenetapanParameter tersebut
Kadar Abu Tidak Larutmeliputi 15 pengujian,
Asam Kadar yaitu:
senyawa Larut Air
Penetapan Kadar Air Kadar senyawa Larut Etanol
Sisa pelarut Pola kromatogram
Residu pestisida Kadar total golongan kandungan kimia
Cemaran logam berat Kadar kandungan kimia tertentu
Cemaran mikroba
PERBANDINGAN
STANDARDISASI
 Perbandingan standardisasi bahan alam secara
umum (bukan monografi) dari 4 buku acuan
standardisasi bahan alam dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
No. Parameter Uji FI III FI IV MMI Parameter Mutu
1 Reaksi Identifikasi √ √
2 Benda Asing √ √ √
3 Penetapan Kadar Abu a, b, c a, b a, b, c a, b
4 Penetapan Kadar Sari √ √ √
(500 mg) (sampel 5 g) (sampel 5 g)

5 Penetapan Kadar Air √ √ √


6 Penetapan Serat Kasar √ - -
Bagaimana menurut Farmakope
Herbal Indonesia?
Tugas
 Jelaskan perbandingan parameter standardisasi
simplisia farmakope herbal Indonesia dengan
Materia Medika Indonesia (Contoh Kasus
simplisia Rimpang Jehe) ?
 Tuliskan perinsip, prosedur uji penentuan
parameter spesifik dan non spesifik ekstrak
menurut FHI dan parameter standar umum ekstrak
tumbuhan obat
 Tugas perkelompok (3 orang)
 Setiap kelompok satu simplisia yang ada di FHI
dan MMI
 Tugas No. 2 di buku parameter standar umum
ekstrak tumbuhan obat.
 Dibuat slide presentasi dan dikumpulkan dalam 1
Folder.
 Presentasi tampil 3 kelompok dan diundi.

Anda mungkin juga menyukai