Anda di halaman 1dari 37

Pengendalian Mutu Simplisia

dan Ekstrak Tanaman Obat

By:
Apt. Fajrian Aulia Putra, S. Farm, M.Farm

Universitas Fort De Kock Bukittinggi


ACUAN
O Materia Medika Indonesia
O Farmakope Herbal Indonesia, 2008
O Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Departemen Kesehatan, 2000
(Keputusan Menteri Kesehatan R.I No:
55/MENKES/SK/I/2000
O Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia
(METOI), Badan POM 2004
Bentuk bahan obat/produk
kefarmasian
O Simplisia
O Produk dari P4TO
O Ekstrak
O Produk dari PED
SIMPLISIA
Simplisia
O Bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (MMI)
O Jenis simplisia:
O Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau
isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni
O Simplisia hewani
O Simplisia pelikan (mineral)
O Simplisia menurut MMI hanya untuk penggunaan
pengobatan
O Secara umum adalah simplisia nabati yang telah
melalui proses pasca panen dan proses preparasi
secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian
yang siap pakai atau siap diproses lebih lanjut yaitu:
O Jamu: siap pakai dalam bentuk serbuk halus untuk
diseduh sebelum diminum
O Infus: siap dipakai untuk dicacah dan digodok sebagai
jamu godokan
O Diproses lebih lanjut untuk dijadikan produk sediaan
farmasi lain yang umumnya melalui proses ekstraksi,
separasi dan pemurnian yaitu menjadi ekstrak, fraksi
atau bahan isolat senyawa murni
Pentingnya kontrol mutu
O Simplisia sebagai produk pertanian atau tumbuhan liar memiliki
kualitas mutu yang dipengaruhi oleh:
O Variasi bibit: Identitas (spesies)
O Tempat tumbuh dan iklim: lingkungan (tanah dan atmosfer), energi
(cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan
anorganik)
O Proses tumbuh (fertilizer, pestisida,...)
O Kondisi panen (umur dan cara): Periode pemanenan hasil tumbuhan:
dimensi waktu terkait metabolisme pembentukan senyawa terkandung
O Proses pasca panen dan preparasi akhir:
O Untuk simplisia dari tumbuhan hasil budidaya, dipengaruhi juga oleh proses
GAP (Good Agricultural Practice)
O Untuk simplisia dari tubuhan liar (wild crop), dipengaruhi juga oleh proses
pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan.
O Penyimpanan bahan tumbuhan: berpengaruh pada stabilitas bahan
(kontaminasi biotik dan abiotik)
Mutu suatu simplisia/ekstrak
dikontrol dengan melakukan
STANDARDISASI
Standardisasi
O Serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran
yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma
mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi standar
(kimia, biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batas-
batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya.
O Proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau
produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang
konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula)
terlebih dahulu
O TUJUAN: agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk
kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat
BAHAN BAKU
SIMPLISIA
BASAH

PROSES PASCA
PANEN

SIMPLISIA
KONTROL KERING CPOT
MUTU
B

EKSTRAKSI

EKSTRAK
Standardisasi/Kontrol mutu simplisia
Acuan: Materia Medika Indonesia
O Kebenaran jenis (identifikasi spesies tumbuhan)
O Parameter makroskopik: deskripsi morfologis simplisia
O Parameter mikroskopik: mencakup pengamatan terhadap penampang melintang
simplisia atau bagian simplisia dan terhadap fragmen pengenal serbuk simplisia
O Reaksi identifikasi: Reaksi warna untuk memastikan identifikasi dan kemurnian
simplisia (terhadap irisan/serbuk simplisia)
O Kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia, biologis): tidak selalu mungkin
memperoleh simplisia sepenuhnya murni. Bahan asing yang tidak
berbahaya dalam jumlah sangat kecil pada umumnya tidak merugikan
O Harus bebas dari serangga, fragmen hewan/kotoran hewan
O Tidak boleh menyimpang bau dan warnanya
O Tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda
pengotoran lain
O Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun/berbahaya
O Aturan penstabilan: wadah, penyimpanan, trasportasi
O Pengawetan: Simplisia nabati boleh diawetkan dengan
penambahan kloroform, karbon tetraklorida, etilenoksida atau
bahan pengawet lain yang cocok, yang mudah menguap dan tidak
meninggalkan sisa
O Wadah dan bungkus: tidak boleh mempengaruhi bahan yang
disimpan baik secara kimia/fisika, tertutup baik dan rapat.
O Penyimpanan: agar dihindari dari cahaya dan penyerapan air.

O Simplisia sebagai bahan/produk yang dikonsumsi manusia


sebagai obat:
O Mutu, aman, manfaat
O Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang
bertanggungjawab terhadap respon biologis: harus memiliki
spesifikasi kimia yaitu informasi komposisi (jenis dan
kadarnya) senyawa kandungan.
Syarat baku simplisia
O Kadar air: tidak lebih dari 10%
O Angka lempeng total: tidak lebih dari 103 koloni/g
O Angka kapang dan khamir: tidak lebih dari 103
koloni/g
O Mikroba patogen: Negatif
O Aflatoksin: tidak lebih dari 30 bagian per juta

Sari Jamu:
O Diperbolehkan mengandung etanol tidak lebih dari 1%
v/v (20oC)
O Kadar metanol: tidak lebih dari 0,1% dari kadar etanol
EKSTRAK
Standardisasi ekstrak
O Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan monografinya
(MMI)
O Produk ekstrak harus memenui persyaratan:
O Parameter standar umum
O Parameter standar spesifik
O Buku monografi
O Ekstrak: sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
O Ekstrak cair: adalah sediaan dari simplisia yang mengandung etanol sebagai
pelarut atau sebagai pengawet. Biasanya pada tiap ml ekstrak, mengandung
senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat
O Infus: adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia dengan
air pada suhu 90oC selama 15 menit.
Faktor yang mempengaruhi mutu
ekstrak
O Faktor Biologi: Bahan asal tumbuhan
O Identitas (spesies)
O Lokasi tumbuhan asal: lingkungan (tanah dan atmosfer), energi (cuaca,
temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik)
O Periode pemanenan hasil tumbuhan: dimensi waktu terkait
metabolisme pembentukan senyawa terkandung
O Penyimpanan bahan tumbuhan: berpengaruh pada stabilitas bahan
(kontaminasi biotik dan abiotik)
O Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan
O Untuk simplisia dari tumbuhan hasil budidaya, dipengaruhi juga oleh
proses GAP (Good Agricultural Practice)
O Untuk simplisia dari tubuhan liar (wild crop), dipengaruhi juga oleh
proses pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan.
O Faktor Kimia:
O Faktor internal:
O Jenis senyawa aktif dalam bahan
O Komposisi kualitatif senyawa aktif
O Komposisi kuantitatif senyawa aktif
O Kadar total rata-rata senyawa aktif
O Faktor eksternal:
O Metode ekstraksi
O Perbandingan ukuran alat ekstraksi (diameter dan tinggi
alat)
O Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan
O Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
O Kandungan logam berat
O Kandungan pestisida
O Mutu ekstrak berkaitan dengan senyawa kimia yang
dikandung karena respon biologis yang diakibatkan
oleh ekstrak disebabkan oleh senyawa kimia
O Ditinjau dari asalnya, senyawa kimia dalam ekstrak
terbagi menjadi:
O Senyawa kandungan asli dari tumbuhan asal: senyawa
yang memang sudah ada sejak masa tumbuhan tsb hidup
O Senyawa hasil perubahan dari senyawa asli: Dari
penelitian telah diprediksi terjadinya perubahan kimia
senyawa asli karena sifat fisikokimia yang labil
O Senyawa kontaminasi: polutan atau aditif
O Senyawa hasil interaksi kontaminasi dengan senyawa
asli atau senyawa perubahan
PARAMETER NON SPESIFIK
O Kadar air dan Susut Pengeringan
O Kadar abu
O Sisa Pelarut
O Residu Pestisida
O Cemaran logam berat
O Cemaran mikroba
O Kadar Sari Larut Air dan Larut Etanol
PARAMETER SPESIFIK
O Identitas:
Meliputi deskripsi tata nama, bagian tumbuhan yang
digunakan dan senyawa identitas.
O Organoleptik
Meliputi penggunaan panca indera untuk
mendeskripsikan bentuk (padat, serbuk, kental, cair),
warna, bau dan rasa
O Kandungan kimia
Untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa
terkandung
UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK
O Pola kromatogram: KLT, KCKT, KG
O Kadar Total Golongan Kandungan Kimia: spektrofotometri,
titrimetri, volumetri, gravimetri dll:
O Golongan minyak atsiri
O Golongan steroid
O Golongan tanin
O Golongan flavonoid
O Golongan triterpenoid (saponin)
O Golongan alkaloid
O Golongan antrakinon
O Kadar kandungan kimia tertentu: senyawa identitas atau
senyawa kimia utama atau senyawa aktif
O Densitometer, KG, KCKT
LEMBAR KERJA

PENGUJIAN : KADAR SUSUT PENGERINGAN

SAMPEL :

TANGGAL :

Berat Sampel (gram) [a] 1. 2. 3.


Berat Sampel Setelah Pemanasan 1. 2. 3.
105oC [b]
Berat Penyusutan =[a-b] 1. 2. 3.
Kadar Susut Pengeringan (%) = 1. 2. 3.
[a-b]/a x 100%
Kadar rata-rata susut
pengeringan
KESIMPULAN

Dilaksanakan oleh Diperiksa oleh Penanggungjawab lab.

Tanggal,

(__________________________) (____________________________)
Lampiran 1. Contoh Catatan Hasil Pengujian

Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Telp. …… Fax …….

LAPORAN PENGUJIAN
No. …../..…/…../20..

Nama Sampel : Simplisia Rajang Tanggal Penerimaan : ……………….


Rimpang Kunyit Tanggal Pemeriksaan : ……………….
Asal Sampel : ……………… Metoda : FHI Edisi I 2008
No. Batch : ……………… SK Menkes RI
No. 661/Menkes/SK/VII/1994

No. PEMERIKSAAN SPESIFIKASI HASIL


1. Pemerian Bentuk kepingan ringan, rapuh, warna kuning
jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning
jingga kecoklatan, bau khas, rasa agak pahit, agak
pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal
2. Mikroskopik Sesuai FHI Edisi I 2008
3. Pola kromatografi Sesuai FHI Edisi I 2008
4. Susut pengeringan Tidak lebih dari 12%
5. Abu total Tidak lebih dari 8,2%
6. Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 0,9%
7. Sari larut air Tidak kurang dari 11,5%
8. Sari larut etanol Tidak kurang dari 11,4%
9. Kandungan kimia
simplisia :
a. a. Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 3,02%
b. b. Kadar kurkuminoid Tidak kurang dari 6,60% dihitung sebagai
kurkumin
10. Mikrobiologi :
a. Angka Lempeng Tidak lebih dari 10 7
Total
b. Angka Kapang dan Tidak lebih dari 10 4
Khamir
c. Bakteri Pathogen
- E. coli Negatif
- Salmonella sp. Negatif
- Staphylococcus Negatif
aureus
- Pseudomonas Negatif
aeruginosa
Kesimpulan : memenuhi syarat

Nama Kota, Tanggal


Penanggung Jawab Pengujian

………………………
TERIMA KASIH
STANDARDISASI
O TOTAL FLAVONOID
Kurva Linier Standar Rutin
0.5

0.4
f(x) = 0.01 x + 0.05
0.3 R² = 1

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Kadar Total
% Kadar Total
Flavonoid
Sampel Berat (µg) A1 A2 A3 Arata-2 Flavonoid
equivalen rutin
dalam ekstrak
(μg) dalam ekstrak

Daun Sirih Merah 1000 0,751 0,753 0,764 0,756 60,58 6,06
Kulit Manggis 1080 1,624 2,242 1,858 1,908 159,89 14,80
Keladi Tikus 6144 0,424 0,415 0,477 0,439 33,22 0,54
Daun Sirsak 1683 1,925 1,926 1,052 1,634 136,30 8,10
O TOTAL FENOL

Kurva Linier Standar Pyrogallol


2.500

2.000
f(x) = 0.05 x + 0.04
R² = 1
1.500

1.000

0.500

0.000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

total Fenol eq % Kadar total fenol


Berat
Sampel A1 A2 A3 Arata-rata pyrogallol (µg) eq. pyrogallol
(μg)
dalam ekstrak dalam ekstrak
Daun Sirih
Merah 84,48 0,170 0,254 0,228 0,217 3,70 4,38
Kulit Manggis 69,24 0,074 0,086 0,034 0,065 0,54 0,79
Keladi Tikus 687,00 0,143 0,152 0,146 0,147 2,24 0,33
Daun Sirsak 68,70 0,416 0,416 0,420 0,417 7,84 11,41
O KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
O ekstrak Kulit manggis menggunakan standar α-mangostin

α- mangostin
Ekstrak
Kulit
Manggis
O Daun Sirih Merah dan Daun Sirsak

Standar Rutin Ekstrak Daun Ekstrak Daun


Sirsak Sirih Merah

Vol
Kadar % kadar
Konsentr penotol Berat
Drata- rutin (μg) rutin
Sampel asi an sampel D1 D2 D3
rata dalam dalam
(μg/µl) sampel (µg)
ekstrak ekstrak
(μl)

Daun
Sirsak 11,44 5 57,2 1001,8 1491,4 1701,4 1398,2 1,16 2,03
Daun
Sirih
Merah 10,7 5 53,5 474,7 476,7 513,4 488,3 0,58 1,08
Prosedur Uji Fitokimia
O Terpenoid
Pada plat tetes, sejumlah sampel di oles pada plat tetes
kemudian ditambahkan vanillin dan 2 tetes asam sulfat
pekat (H2SO4p. p.a). Diamati perubahan warna yang
terjadi. Senyawa golongan terpenoid positif jika terjadi
warna merah sampai ungu
-
-
+
O Steroid/triterpenoid
Pada plat tetes, sejumlah sampel dioles pada plat tetes,
kemudian ditambahkan asam asetat anhidrid sampai
terendam selama 5 menit, kemudian ditambahkan 1 tetes
asam sulfat pekat. Diamati perubahan warna yang
terjadi. Senyawa golongan steroid positif jika terjadi
warna hijau kebiruan dan senyawa golongan triterpenoid
berwarna merah sampai ungu.

+
+
+
O Saponin
Sejumlah sampel di masukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan aquadest sampai terendam dan
dipanaskan dalam waterbath 100oC selama 15 menit.
Setelah dingin dikocok kuat-kuat arah vertical. Senyawa
golongan saponin positif jika terbentuk busa yang
mantap.

- - -
O Fenol
Pada plat tetes, sejumlah sampel dioleskan pada plat
tetes kemudian ditambahkan larutan FeCl3 (10% b/v
dalam etanol). Diamati perubahan warna yang terjadi.
Senyawa golongan fenol positif jika terjadi warna
hitam, ungu, hijau,

+
+
+
O Flavonoid
Sejumlah sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan butiran Mg. Kemudian ditambahkan HCl
2N sampai terendam dan dipanaskan pada waterbath 100
C selama 15 menit. Setelah dingin ditambahkan 5 tetes
amyl alcohol. Senyawa golongan flavonoid positif jika
terjadi warna merah sampai jingga pada lapisan amil
alcohol.

- - -/+
O Tannin
Sejumlah sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan larutan HCl 2N sampai
terendam dan dipanaskan dalam waterbath 100 C selama
15 menit. Setelah dingin ditambahkan 5 tetes amil
alcohol. Senyawa golongan tannin positif jika terbentuk
warna merah-jingga pada lapisan amil alkohol

- - -
O Alkaloid
Sejumlah sampel dibasakan dengan menggunakan
Ammonia 10%, kemudian di ekstraksi dengan pelarut
organik kloroform. Filtrat kloroform diambil dan
ditambahkan HCl 2N, kemudian lapisan air diambil dan
direaksikan dengan reagen Dragendorf. Senyawa
golongan alkaloid positif jika terbentuk endapan
berwarna merah bata.

- - +
TAMBAHAN
O Farmakope Herbal Indonesia: buku standar di
bidang farmasi terutama untuk simplisia dan
ekstrak yang berasal dari tumbuhan atau bahan
alam lainnya, metode analisis, prosedur dan
instrumennya, bahan baku pembanding,
sediaan umum, ketentuan umum, lampiran2
dan penetapan standar yang berkaitan dgn
standardisasi di bidang farmasi
Dasar Hukum
O UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
O UU No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
O PP No.17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan
industri
O Kepmenkes Nomor HK.03.01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2010 – 2014
O Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
O Permenkes 1799 Tahun 2010 tentang Industri Farmasi
O Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
O Keputusan Ka BPOM no. HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia
O Kepmenkes No. 381 Tahun 2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional
(KOTRANAS)
O Peraturan Menteri Kesehatan No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer dan Alternatif di Fasilitas Kesehatan Masyarakat
O Kepmenkes No.121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal
O Peraturan Menteri Kesehatan No.003/Menkes/Per/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam
Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai