Anda di halaman 1dari 23

Ragam Produk Bahan Alam

By:
Apt. Fajrian Aulia Putra, S. Farm, M.Farm

Universitas Fort De Kock Bukittinggi


Ragam Produk Bahan alam
 Ragam Produk Pemanfaatan Bahan Alam Ini Meliputi
 Produk Minyak Atsiri,
 Produk Farmasetik,
 Produk Nutrasetik,
 Produk Kosmetik,
 Serta Golongan Produk Bahan Alam Berdasarkan Klasifikasi Dari
BPOM Yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar, Dan Fitofarmaka
 Di Mana Penggolongannya Didasarkan Pada Cara Pembuatan,
Klaim Penggunaan, Dan Pembuktian Khasiat.
Minyak Atsiri (Essential Oils)

 Pengertian dan Karakteristik Minyak Atsiri


 Minyak atsiri merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan yang memiliki ciri
berupa cairan kental yang mudah menguap pada suhu ruang dan memberikan aroma (essence). Karena
ciricirinya tersebut, minyak atsiri sering disebut sebagai minyak terbang (volatile oil) karena mudah
menguap/volatile

Dalam bahasa Inggris, minyak atsiri disebut essential oil, karena menghasilkan aroma (essence).
Selain itu disebut juga sebagai minyak eteris (aetheric oil) karena bersifat seperti eter sehingga
sangat larut pada pelarut eter. Meskipun ada beberapa binatang yang dapat menghasilkan bau,
seperti musang atau beberapa serangga
Beberapa ciri khusus minyak atsiri antara lain

 1. Memiliki bau yang khas/spesifik untuk masing-masing minyak atsiri.


 2. Tidak larut dalam air, tetapi mudah terlarut pada pelarut organik
 seperti eter, metanol, ethanol, dan kloroform.
 3. Sebagian komponen penyusunnya sangat mudah menguap.
 4. Minyak atsiri dengan kandungan fenol dapat membentuk garam.
 5. Minyak atsiri juga dapat membentuk kristal pada kondisi lingkungan
 tertentu.
Semua jenis minyak atsiri tidak tersusun atas sebuah senyawa tunggal, tetapi
merupakan campuran dari beberapa senyawa volatil dengan titik uap rendah.
Senyawa-senyawa penyusun minyak atsiri biasanya memiliki efek yang
mampu mempengaruhi saraf pusat manusia sehingga dapat menciptakan
efek psikologis atau perasaan tertentu

Seperti senyawa organik lainnya, minyak atsiri juga merupakan senyawa hidrokarbon yang termasuk
dalam golongan terpene (pada umunya berasal dari golongan monoterpene dan sesquiterpene
hidrokarbon), alkohol (monoterpene alkohol dan sesquiterpene alkohol), ester, aldehida, keton, fenol, dll
yang cenderung bersifat hidrofobik. Dengan demikian, minyak atsiri memiliki komponen penyusun yang
jauh berbeda dengan lipid (minyak/lemak) yang tersusun dari asam lemak. Sehingga minyak atsiri
memiliki kelebihan tidak tengik, tidak mengandung asam, tidak tersabunkan, serta tidak meninggalkan
noda.
Sumber Minyak Atsiri
 Di Indonesia ada lebih dari 40 jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
penghasil minyak atsiri. Beberapa contoh tanaman penghasil minyak atsiri berdasarkan
bagian tanaman yang menjadi sumber minyak atsiri antara lain:
Pemanfaatan Minyak Atsiri
Dalam pemanfaatannya, minyak atsiri
dapat digunakan sebagai bahan pewangi
(fragrance) dan fiksatif (pengikat),
penyedap (flavoring), antiseptic internal,
bahan analgesik, bahan sedatif, serta
juga sebagai stimulan. Gambar
disamping memperlihatkan beberapa
contoh minyak atsiri yang populer
beserta manfaatnya.

Beberapa pemanfaatan minyak atsiri sebagai produk kesehatan.


Dalam proses pemurnian dan pengolahannya, minyak atsiri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
1. minyak atsiri yang komponen penyusunnya sulit untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar
wangi.
2. Kelompok kedua adalah minyak atsiri yang komponen-komponen penyusunnya relatif mudah untuk
dipisahkan/diisolasi senyawa murninya, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, dan minyak
terpentin.

Senyawa murni/tunggal dari proses pemisahan biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi
produk yang lebih bernilai tambah tinggi.
Produk Farmasetik (Pharmaceuticals)

Produk farmasetik di sini adalah produk-produk yang berfungsi sebagai obat, baik
sebagai bahan baku atau senyawa aktif obat, atau bentuk ekstrak yang berkhasiat
sebagai obat. Dapat dikatakan sebagai obat jika telah memiliki izin produksi dan
peredaran sebagai obat di mana telah lulus beberapa uji sebagai produk obat oleh
lembaga yang berwenang (di Indonesia adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan -
BPOM).

Penelitian di bidang bahan alam terus berlanjut dan berkembang untuk


menemukan senyawa-senyawa aktif untuk dijadikan sebagai lead structure yang
nantinya akan menjadi template atau senyawa model untuk disintesis dan
dikembangkan menjadi sebuah obat baru
Produk Kosmetik (Cosmetics)
Produk kosmetik adalah produk utilitas atau pendukung yang ditujukan untuk
menjaga, merawat, atau meningkatkan penampilan dari wajah dan bagian tubuh lain,
seperti mulut, kuku tangan, mata, rambut, dsb.
Bentuk-bentuk sediaan produk kosmetik antara lain dalam
1. bentuk krim,
2. bedak,
3. lotion,
4. pelembab,
5. shampo,
6. minyak rambut,
7. conditioner, cat kuku, dll.
Produk-produk kosmetik berbasis bahan alami saat ini sedang menjadi tren sebagai
produk yang dinilai lebih aman. Industri-industri kosmetik dan perawatan tubuh saat
ini mulai berkonsentrasi dalam mengembangkan produk-produk alami, seiring dengan
meningkatnya tren penggunaan produk-produk alami.
Kosmetik sendiri tidak mampu merawat atau memperbaiki kondisi kulit atau bagian tubuh lainnya.
Kosmetik memerlukan bahan aktif lain yang mampu menjaga dan memperbaiki kulit.
Ada dua mekanisme dari bahan alam sebagai bahan aktif dalam sebuah produk kosmetik, yaitu
1. sebagai zat yang mampu menjaga kulit atau bagian lainnya dari pengaruh luar, seperti paparan UV,
logam, dan lainnya.
2. Yang kedua adalah dengan mempengaruhi atau merangsang fungsi-fungsi biologis dari sel dan jaringan
serta menyediakan nutrisi yang cukup bagi sel atau jaringan tersebut.
Bentuk-bentuk bahan alam dalam produk kosmetik antara lain dalam bentuk vitamin, senyawa antioksidan,
minyak atsiri atau, hidrokoloid, terpenoid, dll.

beberapa contoh bahan alam dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai produk kosmetik dan perawatan
pribadi.
Produk Nutrasetik (Nutraceuticals)
Produk nutrasetik (nutraceuticals) secara fungsi dan karakteristiknya dapat diposisikan menjadi produk transisi
antara produk pangan umum (food) dengan produk obat-obatan/farmasetik (pharmaceutical).
Produk nutrasetik dapat diartikan sebagai produk yang mengandung komponen-komponen yang tidak terkandung
atau terkandung tapi dalam jumlah minim pada produk pangan umum, seperti komponen metabolit sekunder,
vitamin, mineral, ataupun asam amino tertentu, yang memberikan efek kesehatan tertentu tetapi tidak ditujukan
sebagai obat untuk penyembuhan suatu penyakit. Sementara itu produk pangan (food) merupakan produk yang
memiliki kandungan nutrisi pokok (karbohidrat, lemak, protein, vitamin atau mineral) yang dibutuhkan dalam
metabolisme tubuh untuk pertumbuhan normal.

gambaran tentang
perbedaan mendasar antara produk
nutrasetik dengan produk farmasetik.
Beberapa kelompok produk yang termasuk dalam nutrasetik antara lain:
1. suplemen (dietary supplements),
2. pangan fungsional (functional foods),
3. Makanan obat (medical foods),
4. farmasetikal (farmaceuticals),
5. produk Jamu, karena jamu tidak dapat dikategorikan sebagai
produk obat (drugs).
Produk Herbal di Indonesia
 Badan POM mengelompokkan produk-produk bahan alam di Indonesia menjadi tiga kelompok yaitu jamu,
obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Pengelompokan ini sebenarnya didasarkan pada metode pembuatan,
klaim pengguna, serta tingkat pembuktian khasiat. Ketiga kelompok produk bahan alam tersebut dibedakan
berdasarkan logo/lambang yang menempel pada kemasan produk dengan logo seperti tertera pada Gambar
3.3 di bawah ini.
Jamu
Jamu merupakan bahan obat alam yang sediaannya masih berupa simplisia sederhana, seperti irisan
rimpang, daun, atau akar yang dikeringkan. Sementara itu khasiat dan keamanannya baru dibuktikan
secara empiris melalui penggunaan selama bertahun-tahun secara turun temurun. Sebuah ramuan
dapat dikategorikan sebagai jamu jika telah digunakan melewati tiga generasi, dalam artian jika tiap
generasi memiliki umur 60 tahun, maka jamu harus terbukti aman dikonsumsi tanpa memberikan
efek samping selama 180 tahun.

Sebagai salah satu contoh adalah rimpang temulawak yang digunakan untuk mengatasai
penyakit hepatitis selama ratusan tahun. Pembuktian khasiat tersebut baru sebatas
pengalaman. Selama belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan khasiat rimpang
temulawak sebagai anti hepatitis, maka Curcuma xanthorriza masih tetaplah sebagai
jamu. Maka jika diolah, dikemas dan dipasarkan, maka produsen dilarang mengklaim
temulawak sebagai obat, tetapi hanya sebagai jamu. Produk jamu diberikan logo berupa
ranting daun berwarna hijau dalam sebuah lingkaran hijau. Contoh : beberapa produk
minyak kayu putih (Cap Lang dan Cap Gajah), Tablet Herbal Antangin JRG, Ekstrak Kulit
Manggis Garcia, Pil Binari, dll.
Obat Herbal Terstandar (OHT)

Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi obat herbal terstandar (OHT) dengan syarat bentuk sediaanya adalah
berupa ekstrak serta dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandar. Selain itu untuk dapat dikategorikan
sebagai OHT, harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik
(kemanfaatan), dan teratogenic (keamanan terhadap janin). Uji praklinis ini meliputi uji secara in-vitro
maupun in-vivo, dengan uji in-vivo dilakukan terhadap hewan uji seperti pada mencit, tikus, kelinci, atau tingkat
yang lebih tinggi. Sedangkan uji invitro dilakukan pada sebagian organ yang terisolasi, kultur sel, ataupun mikroba.
Riset in-vitro bersifat parsial, dalam arti baru diuji pada Sebagian organ atau pada cawan petri, sehingga efek
keseluruhan terhadap tubuh belum dapat diamati

Walaupun telah diuji secara praklinis, OHT belum dapat diklaim sebagai obat, namun konsumen dapat
mengkonsumsinya pada dosis yang tepat karena telah terjamin keamanan dan khasiatnya. Produk OHT memiliki
logo berupa jari-jari daun berjumlah tiga dalam sebuah lingkarang warna hijau (Gambar 3.5). Saat ini telah banyak
beredar di pasaran produk OHT, seperti Diapet, Mastin, Tolak Angin, Kiranti, Lelap, dll.
Obat Fitofarmaka

Fitofarmaka merupakan kategori dan status tertinggi dari produk bahan alam. OHT dapat dinaikkan
statusnya menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada manusia. Dosis dari hewan uji dikonversi
ke dosis aman bagi manusia. Dari uji klinis inilah didapatkan kesamaan efek antara hewan coba
dengan pada manusia. Sebuah produk yang belum teruji secara klinis bisa saja ampuh ketika diuji
pada hewan coba, tetapi tidak ampuh ketika diujicobakan pada manusia. Uji klinis dapat terdiri dari
atas single center yang dilakukan di laboratorium penelitian dan multi center di berbagai lokasi agar
lebih objektif.
Setelah lolos uji fitofarmaka, maka produsen dapat mengklaim produknya sebagai sebuah obat, dengan klaim
yang tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis sebelumnya. Sebagai contoh, ketika diuji sebagai materi anti
hipertensi maka tidak boleh mengklaim sebagai anti hipertensi dan anti kanker. Logo obat fitofarmaka yang
menempel pada kemasan berupa bentuk kristal salju warna yang berada dalam sebuah lingkaran warna hijau
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai