By:
Apt. Fajrian Aulia Putra, S. Farm, M.Farm
Rendemen
Pemilihan metode
Kualitas yang
didasarkan pada
diinginkan
beberapa alasan
Kestabilan
Metabolit
Sekunder
metode maserasi
Perkolasi
Perkolasi
Ekstraksi Dengan
Reflux
Ekstraksi Dengan
Metode Ekstraksi
Soxhlet,
Ekstraksi Dengan
Ultrasonikasi
Ekstraksi Dengan
Tekanan,
Ekstraksi Dengan
Microwave
Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana dan kuno. Meskipun
demikian, metode ini masih secara luas digunakan karena beberapa kelebihan seperti
biaya yang murah, peralatan yang sederhana, serta tanpa perlakuan panas sehingga
menjadi pilihan tepat untuk ekstraksi senyawa-senyawa yang tidak tahan panas
(termolabile)
Prosedur maserasi adalah dengan merendam bahan
baku yang telah disiapkan (dikeringkan dan digiling) ke
dalam pelarut yang sesuai pada suatu bejana dan
ditempatkan pada suhu ruang dan ditunggu untuk
beberapa waktu
Maserasi
Proses ekstraksi dapat dihentikan jika telah
diperoleh titik jenuh (equilibrium) antara
konsentrasi senyawa metabolit pada larutan
ekstrak dengan konsentrasi senyawa metabolit
pada bahan. Setelah selesai maka larutan ekstrak
dapat disaring dengan kertas saring untuk
memisahkan dengan bahan asalnya.
Kurang efisien dari segi waktu dan
rendemen. Satu kali ekstraksi
memerlukan waktu sekitar 1 hari
sampai dengan satu minggu,
tergantung pada jenis bahan yang
diekstrak.
Kelemahan
Metode
Maserasi
Ada kemungkinan terjadinya Maserasi juga membutuhkan
perubahan struktur kimia dari pelarut dengan volume yang
metabolit yang tidak stabil lebih banyak, dan peluang
karena lamanya proses dan hilangnya senyawa metabolit
kontak dengan air atau selama proses juga lebih
pelarut. banyak.
Perkolas
i proses ekstraksinya.
• Perkolasi dan maserasi memiliki persamaan sama-sama tidak memerlukan panas dalam
• Alat utamanya adalah perkolator yaitu sebuah bejana berbentuk silindris atau kerucut
terbalik yang dilengkapi dengan lobang atau kran di bagian ujung bawahnya.
Perkolasi juga memungkinkan untuk diaplikasikan pada skala yang lebih besar, seperti
pada industri. Jika menginginkan proses yang lebih efisien dengan rendemen yang lebih
tinggi, maka penggunaan pelarut panas juga dimungkinkan asalkan tidak merusak senyawa,
terutama senyawa yang labil pada suhu tinggi (thermolabile).
Ekstraksi dengan Reflux
Prinsip
Sebagai salah satu contoh adalah rimpang temulawak yang digunakan untuk mengatasai
penyakit hepatitis selama ratusan tahun. Pembuktian khasiat tersebut baru sebatas
pengalaman. Selama belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan khasiat rimpang
temulawak sebagai anti hepatitis, maka Curcuma xanthorriza masih tetaplah sebagai
jamu. Maka jika diolah, dikemas dan dipasarkan, maka produsen dilarang mengklaim
temulawak sebagai obat, tetapi hanya sebagai jamu. Produk jamu diberikan logo berupa
ranting daun berwarna hijau dalam sebuah lingkaran hijau. Contoh : beberapa produk
minyak kayu putih (Cap Lang dan Cap Gajah), Tablet Herbal Antangin JRG, Ekstrak Kulit
Manggis Garcia, Pil Binari, dll.
Obat Herbal Terstandar (OHT)
Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi obat herbal terstandar (OHT) dengan syarat bentuk sediaanya adalah
berupa ekstrak serta dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandar. Selain itu untuk dapat dikategorikan
sebagai OHT, harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik
(kemanfaatan), dan teratogenic (keamanan terhadap janin). Uji praklinis ini meliputi uji secara in-vitro
maupun in-vivo, dengan uji in-vivo dilakukan terhadap hewan uji seperti pada mencit, tikus, kelinci, atau tingkat
yang lebih tinggi. Sedangkan uji invitro dilakukan pada sebagian organ yang terisolasi, kultur sel, ataupun mikroba.
Riset in-vitro bersifat parsial, dalam arti baru diuji pada Sebagian organ atau pada cawan petri, sehingga efek
keseluruhan terhadap tubuh belum dapat diamati
Walaupun telah diuji secara praklinis, OHT belum dapat diklaim sebagai obat, namun konsumen dapat
mengkonsumsinya pada dosis yang tepat karena telah terjamin keamanan dan khasiatnya. Produk OHT memiliki
logo berupa jari-jari daun berjumlah tiga dalam sebuah lingkarang warna hijau (Gambar 3.5). Saat ini telah banyak
beredar di pasaran produk OHT, seperti Diapet, Mastin, Tolak Angin, Kiranti, Lelap, dll.
Obat Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan kategori dan status tertinggi dari produk bahan alam. OHT dapat dinaikkan
statusnya menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada manusia. Dosis dari hewan uji dikonversi
ke dosis aman bagi manusia. Dari uji klinis inilah didapatkan kesamaan efek antara hewan coba
dengan pada manusia. Sebuah produk yang belum teruji secara klinis bisa saja ampuh ketika diuji
pada hewan coba, tetapi tidak ampuh ketika diujicobakan pada manusia. Uji klinis dapat terdiri dari
atas single center yang dilakukan di laboratorium penelitian dan multi center di berbagai lokasi agar
lebih objektif.
Setelah lolos uji fitofarmaka, maka produsen dapat mengklaim produknya sebagai sebuah obat, dengan klaim
yang tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis sebelumnya. Sebagai contoh, ketika diuji sebagai materi anti
hipertensi maka tidak boleh mengklaim sebagai anti hipertensi dan anti kanker. Logo obat fitofarmaka yang
menempel pada kemasan berupa bentuk kristal salju warna yang berada dalam sebuah lingkaran warna hijau
Terima kasih