Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu logam mempunyai sifat-sifat dan karakteristik yang berbeda-beda. Salah
satu yang penting dari sifat itu adalah sifat mekanik suatu material . Sifat
mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan dan ketangguhan. Sifat
mekanik dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan proses selanjutnya
terhadap suatu material, contohnya untuk dilakukan proses permesinan. Untuk
mengetahui sifat mekanik suatu material harus dilakukan pengujian pada
material tersebut. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik.
Pada pembuatan suatu mesin dibutuhkan material dengan sifat-sifat khusus
pada setiap bagiannya. Sebagai contoh untuk membuat poros diperlukan
material yang kuat.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui seberapa sifat mekanik
dari suatu material, sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya. Uji
tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang
didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan
desain karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik
digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan
tarik, keuletan material modulus elastisitas dan ketangguhan material tersebut.
Nilai kekuatan dan elastisitas dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian tarik sering digunakan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan.
Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap

gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah
satu pengujian yang penting yang penting untuk dilakukan karena dengan
pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan
faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam, untuk
memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa teknik
mesin hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan pengujian ini
kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus
elastisitas, ketangguhan dan lain-lain. Dengan mengetahui parameter-parameter
tersebut maka kita dapat data dasar mengenai kekuatan suatu material.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengujian tarik ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan dapat mengetahui kekuatan luluh, kekuatan tarik, modulus
elastisitas dan regangan material yang diuji.
2. Praktikan dapat mengetahui fenomena dan karakteristik dari sifat mekanik
material dibawah beban tarik.
3. Praktikan dapat mengetahui titik luluh, titik tarik maksimum, titik putus, dan
untuk mengetahui karakter bahan dari material yang akan di uji.
4. Praktikan mampu mengerti dan dapat menggunakan alat uji tarik dengan
baik.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Uji Tarik


Kekuatan tarik adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah
bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan
tarik adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda.
Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang
berarti benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan
meregang dan mengalami deformasi sebelum patah, yang disebut dengan
benda elastis (ductile).
Kekuatan tarik umumnya dapat dicari dengan melakukan uji tarik dan mencatat
perubahan regangan dan tegangan. Titik tertinggi dari kurva teganganregangan disebut

dengan kekuatan

tarik

penghabisan (ultimate

tensile

strength). Nilainya tidak bergantung pada ukuran bahan, melainkan karena


faktor jenis bahan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti
keberadaan zat pengotor dalam bahan, temperatur dan kelembaban lingkungan
pengujian, dan penyiapan spesimen.
Dimensi dari kekuatan tarik adalah gaya per satuan luas. Dalam satuan SI,
digunakan pascal (Pa) dan kelipatannya (seperti MPa,). Pascal ekuivalen
dengan Newton per meter persegi (N/m). Satuan imperial diantaranya poundgaya per inci persegi (lbf/in atau psi), atau kilo-pound per inci persegi (ksi,
kpsi).
Kekuatan tarik umumnya digunakan dalam mendesain bagian dari suatu
struktur yang bersifat ductile dan brittle yang bersifat tidak statis, dalam arti

selalu menerima gaya dalam jumlah besar, meski benda tersebut tidak
bergerak. Kekuatan tarik juga digunakan dalam mengetahui jenis bahan yang
belum

diketahui, misal

dalam forensik dan paleontologi. Kekerasan bahan

memiliki hubungan dengan kekuatan tarik. Pengujian kekerasan bahan salah


satunya adalah metode Rockwell yang bersifat non-destruktif, yang dapat
digunakan ketika uji kekuatan tarik tidak dapat dilakukan karena bersifat
destruktif. (Anonim, 2008)

Gambar 2.1. Kurva tegangan regangan (Suudi, 2010)

Pada uji tarik kedua ujung benda uji dijepit, salah satu ujung dihubungkan
dengan perangkat pengukur beban dari mesin uji dan ujung lainya dihubungkan
ke perangkat peregang. Regangan diterapkan melalui kepala silang yang
digerakkan motor dan elongasi benda uji ditunjukkan dengan pergerakkan

relative dari benda uji. Beban yang diperlukan untuk menghasilkan regangan
tersebut ditentukan dari defleksi suatu balok atau proving ring, yang diukur
dengan menggunakan metode hidrolik, optik dan elektromekanik. Cara terakhir
ini dengan sendirinya, mudah disesuaikan dengan sistem untuk mncatat
ortografik dari kurva beban-elongasi.

Gambar 2.2. Spesimen uji tarik (Wahyusyah, 2010)


Tegangan (beban per satuan luas, P/A) terhadap regangan (perubahan panjang
per satuan panjang, dl/l) dapat diperoleh setelah mengetahui dimensi benda uji.
Pada tegangan rendah deformasi bersifat elastis, mampu balik (reversible), dan
mengikuti hokum Hooke, yaitu tegangan berbanding lurus dengan regangan.
Konstanta proporsional yang mengaitkan tegangan dengan regangan disebut
modulus elastisitas dan dapat berupa (a) modulus Young, E, (b) modulus geser,
atau (c) modulus curah, K, bergantung apakah tegangan bersifat tarik, geser
atau kompresi hidrostatik. modulus Young modulus geser dan modulus curah
memiliki hubungan sebagai berikut:
E
(1)

9K
3 K +

...

E
2 ( l2 v )

E
2 ( l +v )

...

(2)

(3)
Dimana: E = Modulus Young
K= Modulus Curah
= Modulus Geser

v = Rasio Poisson
l = Panjang

Untuk tujuan pengendalian, uji tarik memberikan informasi yang berharga


mengenai kekuatan tarik (TS= beban maksimum/luas penampang awal) dan
keuletan material.
Bertambahnya tegangan mulai dari luluh awal sampai hingga kekuatan tarik
maksimum menunjukkan bahwa benda uji mengalami pergeseran akibat
deformasi. Pada peregangan melampaui kekuatan tarik maksimum, pengerasan
kerja masih berlanjut, tetapi lajunya terlampau kecil untuk mengimbangi
reduksi penampang benda uji. Deformasi berubah menjadi tidak stabil,
sehingga daerah tertentu pada panjang ukur benda uji mengalami regangan
melebihi daerah lain. Tetapi pengerasan yang terjadi tidak memadai untuk
meningkatkan tegangan sedemikian sehingga deformasi dapat berlanjut di
daerah ini dan melebihi tegangan untuk menimbulkan regangan di daerah lain.
Penciutan terjadi di daerah panjang ukur, dan deformasi terpusat di daerah ini
hingga terjadi patahan. Dalam kondisi ini, penyusutan luas penampang awal
dan akhir di daerah penyusutan merupakan petunjuk mengenai regangan yang

terlokalisir, dan menjadi indikator yang lebih baik dibandingkan regangan saat
putus terhadap panjang ukur. (R. E. Smallman,1995)

Gambar 2.3. Mesin uji tarik (Sersasih, 2011)


Pada pengujian tarik, sampel atau benda uji ditarik dengan beban continue
sambil

diukur pertambahan

panjangnya.

Data

yang

didapat

berupa

perubahan panjang dan perubahan beban yang selanjutnya ditampilkan


dalam bentuk grafik tegangan regangan. Jika data tegangan regangan telah
diketahui maka sifat material sudah dapat ditentukan.

B. Batas Proporsional (Proportionality Limit)


Merupakan daerah batas dimana tegangan (stress) dan regangan (strain)
mempunyai hubungan proporsionalitas satu dengan yang lainnya. Titik ini
penerapan hukum Hooke masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang

nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.
Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan
secara proporsional dalam hubungan linier sebagai berikut.
C. Elastisitas dan Plastisitas Logam
Bila logam dipengaruhi oleh suatu gaya, maka akan berubah bentuknya,
yang berarti logam telah mengalami suatu deformasi. Bila gaya yang bekerja
pada logam tersebut dihilangkan, ada logam yang kembali ke bentuk atau
dimensi semula (recoverable), yang disebut dengan deformasi elastis. Ada
juga

logam

yang

tidak kembali

ke

bentuk

atau

dimensi

semula

(irrecoverable), dapat dikatakan logam telah mengalami deformasi plastis.

Gambar 2.4. Daerah elastis dan plastis pada logam serta titik patah dan batas
elastisitas pada logam (Arifien, 2011)
D. Batas Elastis (Elastic Limit)
Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepanjang semula
bila tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsional merupakan daerah elastis

ini. Selanjutnya bila bahan terus diberi tegangan (deformasi dari luar)
maka batas elastic akan terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak akan
kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat didefinisikan
bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana tegangan yang diberikan
akan

menyebabkan terjadinya

deformasi

permanen

(plastis)

pertama

kalinya. Kebanyakan material teknik memiliki batas elastis yang hampir


berimpitan dengan batas proporsionalitasnya.
E. Titik Luluh dan Kekuatan Luluh (Yield Strength)
Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami
deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang
mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut tegangan
luluh (yield stress). Gejala luluh umumnya hanya ditunjukan oleh logamlogam ulet dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial
solid solution dari atom-atom karbon, boron, hidrogen,

oksigen. Interaksi

antara dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti


mild steel menunjukkan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh
atas (upper point)

Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas

umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan


kekuatan luluh material seperti ini maka digunakan suatu metode yang disebut
metode offset. Dengan metode ini kekuatan luluh (yield strength)
ditentukan

sebagai tegangan dimana bahan

memperlihatkan

batas

penympangan/deviasi tertentu dari proporsionalitas tegangan dan regangan.


Pada gambar dibawah

ini, garis offset ditarik paralel dengan garis yang

berwarna merah muda dan perpotongan antara garis tersebut menunjukkan


kekuatan luluh. Umumnya garis offset p diambil 0,1 sampai 0,2% dari
regangan total dimulai dari titik O dan ditarik garis sejajar dengan garis linier..

10

Gambar 2.5. Titik luluh (Kholiq, 2011)

Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan sebuah gambaran kemampuan


bahan menahan deformasi permanen bila digunakan

dalam penggunaan

struktural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan, bending


atau puntiran. Disisi lain, batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila
bahan (logam) dpakai dalam proses manufaktur produk-produk logam seperti
rolling, drawling, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik
luluh adalah suatu tingkat tegangan yang tidak boleh dilewati dalam
penggunaan struktural (in service) dan harus dilewati dalam proses manufaktur
logam (forming process)
1. Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Sterngth)
Merupakan tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh material
sebelum

terjadinya

perpatahan

(fracture).

Nilai

kekuatan

tarik

maksimum ditentukan dari beban maksimum F maks dibagi luas


penampang

awal

Ao.

Pada bahan

ulet

tegangan

masksimum

11

ditunjukkan oleh titik M dan selanjutnya bahan akan terdeformasi


hingga titik perpatahan. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku
yang berbeda dimana tegangan maksimum sekaligus perpatahan ada
disatu titik yang sama. Dalam kaitannya dengan penggunaan struktural
maupun dalam proses forming bahan, kekuatan masksimum adalah
batas

tegangan

yang sama sekali tidak boleh dilewati. Maka dari itu

disebut tegangan maksimum.


2. Kekuatan Putus (Breaking strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji
putus (F breaks) dengan luas Ao. untuk bahan yang bersifat ulet pada saat
beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga
titik putus maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat
adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan
putus adalah lebih kecil dari pada kekuatan maksimumnya sementara
pada bahan getas kekuatan

putus adalah sama dengan kekuatan

maksimumnya.

Gambar 2.6. Proses penciutan material (Tawati, 2013)

12

F. Keuletan (Ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam
menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan atau keuletan bahan juga
dapat dinyatakan sebagai energi yang diserap oleh bahan tersebut sampai
pada titik patah, yaitu merupakan luas bidang di bawah kurva teganganregangan. Sifat ini, dalam beberapa tingkatan, harus dimiliki oleh bahan bila
ingin dibentuk

(forming) melalui

proses

rolling,

bending,

stretching,

drawing, hamering, cutting dan sebagainya. Pengujian tarik dua metode


pengukuran keuletan bahan yaitu:
1. Persentase perpanjangan (elongation) Diukur sebagai penambahan panjang
ukur setelah perpatahan terhadap panjang awalnya. Dimana Lf adalah
panjang akhir dan Lo adalah panjang awal dari benda uji.
2. Persentase pengurangan/reduksi penampang. Diukur sebagai pengurangan
luas penampang (cross-section) setelah perpatahan terhadap luas penampang
awalnya. Reduksi penampangnya, Dimana Af adalah luas penampang akhir
dan Ao luas penampang awal dari suatu spesimen yang di uji tarik.
G. Modulus Elastisitas (E)
Modulus elastisistas atau modulus Young merupakan ukuran kekakuan suatu
material. Semakin besar harga modulus ini, makam semakin kecil regangan
elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu, atau dapat
dikatakan material tersebut semakin kaku (stiff). Pada grafik teganganregangan, modulus kekakuan dapat dihitung dari slope kemiringan garis
elastis yang linier, diberikan oleh:
E = tan (4)

13

Dimana: E = Modulus Elastisitas


= Sudut dari daerah elastis
Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atomatom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu
proses tanpa merubah struktur bahan. (Afandi, 2012)

Gambar 2.7. Kurva standar uji tarik (Sastranegara, 2009)

H. Hukum Hooke
Pada pengujian tarik tidak lepas dari hokum Hooke yaitu Untuk hampir semua
logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya
yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini

14

disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan
panjang vs beban mengikuti aturan Hooke yang berbunyi rasio tegangan
(stress) dan regangan (strain) adalah konstan Stress adalah beban dibagi
dengan luas penampang bahan dan strain adalah pertimbangan panjang dibagi
panjang awal bahan. Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:

E = / .....(5)
Dimana: E = Modulus Elastisitas
= Tegangan
= Regangan

Gambar 7 merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji


tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan
tegangan () dan regangan () selalu tetap. E diberi nama Modulus
Elastisitas atau Young Modulus. Kurva yang menyatakan hubungan
antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan
dimensi seperti pada Gambar 2.8. dan Gambar 2.9. berikut.

15

Gambar 2.8. Dimensi spesimen uji tarik (Sastranegara, 2009)

Gambar 2.9. Ilustrasi pengukur regangan (Sastranegara, 2009)

Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain


gage) yang ditempelkan pada spesimen. Bila pengukur regangan ini mengalami
perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik
yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan
regangan. (Sastranegara, 2009)

16

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Universal Testing Machine

17

Gambar 3.1. Universal Testing Machine


2. Spesimen uji baja (ASTM E-08)

Gambar 3.2. Baja (ASTM E-08) sebelum dilakukan uji tarik

Gambar 3.3. Baja (ASTM E-08) setelah dilakukan uji tarik

3. Stabilizer

18

Gambar 3.4. Stabilizer


4. Panel kontrol
Speed
Contr
ol

Auto
Manual

Power
Emergency
Down

Pump

Up

Return

Gambar 3.5. Panel kontrol

5. Komputer

19

.
Gambar 3.6. Komputer

B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Menghidupkan mesin
2. Menekan tombol power pada panel kontrol
3. Memanaskan mesin selama 15 menit
4. Melakukan kalibrasi meja
5. Menstabilkan garis merah ke ujung tanda
6. Menekan tombol up untuk mengkalibrasi meja
7. Menyeting speed control posisi 0 (nol)
8. Memasang spesimen
9. Menekan tombol down sampai batas cengkraman pada benda
10. Mengencangkan cengkraman bawah
11. Melakukan uji tarik dengan menambah speed pada panel kontrol
12. Menambah kecepatan speed control secara kontinu
13. Menambah kecepatan sampai spesimen terputus
14. Mengembalikan speed control pada kecepatan 0 (nol) setelah spesimen
terputus
15. Melepaskan spesimen
16. Menekan return untuk mengembalikan meja seperti semula
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

20

A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum uji tarik adalah sebagai berikut:
1. Data sebelum pengujian
Tabel 4.1. Ukuran spesimen sebelum diuji
Panjang
lo
D1
D2
D3
D rata-rata

234 mm
43 mm
7,75 mm
7,65 mm
7,65 mm
7,68 mm

2. Data setelah pengujian


Tabel 4.2. Ukuran spesimen setelah diuji
Panjang
lI
D1
D2
D3
D rata-rata

243 mm
52 mm
6,7 mm
5,4 mm
6,8 mm
6,05 mm

21

B. Pembahasan
Pengujian tarik dilakukan menggunakan seperangkat alat yang disebut UTM
(Universal Testing Machine). UTM terdiri dari beberapa alat yaitu mesin uji
tarik, stabilizer, komputer dan penel kontrol. Pada pengujian tarik ini
digunakan standar ASTM E-08. Sebelum melakukan praktikum, praktikan
mempersiapkan alat dan bahan. Pada praktikum kali ini spesimen yang
digunakan berupa baja karbon. Langkah pertama adalah menghidupkan mesin
uji tarik dan memanaskannya selama 15 menit. Kemudian mengkalibrasi meja
dan menstabilkan garis merah ke ujung tanda. Langkah selanjutnya memasang
spesimen pada mesin uji tarik. Tambahkan kecepatan secara kontinu sampai

22

spesimen putus. Catat data hasil percobaan. Setelah itu kembalikan kecepatan
pada posisi nol. Kemudian lepaskan spesimen dan tekan tombol return.
Setelah melakukan percobaan kita akan memperoleh data berupa tegangan ()
dan regangan (). Tegangan adalah besarnya gaya yang diterima oleh spesimen
dibagi dengan luas penampang spesimen. Regangan adalah perbandingan
antara selisih panjang terhadap panjang awal spesimen. Pada percobaan kali ini
titik luluh (yield) tegangan yang diperoleh sebesar

7,553 N/mm2 dan

regangan sebesar 0,14. Titik ultimate tegangan yang diperoleh sebesar 13,62
N/mm2 dan regangan sebesar 0,348. Titik putus (Break) tegangan yang
diperoleh sebesar 10,47 N/mm2 dan regangan sebesar 0,511.
Dari grafik yang didapat kita dapat mengetahui proses uji tarik yang telah
dilakukan. Spesimen akan mengalami pertambahan panjang dan akan kembali
ke ukuran semula jika gaya tarik yang diberikan tidak melebihi 350 N.
Pertambahan panjang maksimum yang dapat dicapai spesimen agar dapat
kembali ke ukuran semula yitu 6 mm. Hal ini dikarenakan spesimen belum
terdeformasi secara plastis dan belum melewati yield point. Saat grafik telah
melewati yield point maka spesimen akan terdeformasi secara plastis dan tidak
akan kembali ke ukuran semula. Hal itu akan terjadi hingga akan tercapainya
tegangan tarik maksimum yaitu titik dimana akan mulai terbentuknya necking.
Saat necking terjadi maka tegangan tarik akan mengalami penurunan hingga
akan putus pada break point. Spesimen akan menciut (necking) jika diberikan
gaya sebesar 480 N atau lebih, sampai akhirnya putus (break).
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan ada beberapa faktor yang
memengaruhi percobaan uji tarik antara lain yaitu faktor manusia, faktor
mesin/alat uji, faktor spesimen uji. Faktor manusia merupakan faktor yang
sangat penting hal ini disebabkan ketelitian setiap individu dalam melakukan
pengamatan berbeda-beda sesuai kadar kemampuan individu manusia itu

23

sendiri. Faktor yang tidak kalah penting ialah faktor mesin/alat uji hal ini
disebakan rusaknya sebuah mesin/alat yang digunakan dalam pengujian
berpengaruh terhadap hasil/nilai yang akan diukur. Faktor spesimen uji
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses pengujian sebab
campuran/komposisi dari material/spesimen uji memengaruhi seberapa kuat
spesimen tersebut faktor ini juga yang memengaruhi spesimen cepat atau
tidaknya spesimen tersebut putus.
Pengujian tarik memiliki beberapa fungsi yaitu, uji tarik dapat mengetahui nilai
tegangan-regangan dari spesimen yang diuji, mengetahui kekuatan dari
material/spesimen yang diuji, mengetahui nilai modulus elastisitas dari
spesimen yang diuji. Secara garis besar uji tarik berfungsi untuk mengetahui
sifat mekanis suatu material, sehingga dapat diketahui material yang cocok
digunakan untuk merancang sesuatu.
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Adapun simpulan dari praktikum uji tarik ini adalah sebagai berikut:
1. Pada hasil praktikum didapatkan titik yield pada tegangan sebesar 7,533
N/mm2 dan regangan sebesar 0,14.
2. Pada hasil praktikum didapatkan titik ultimate pada tegangan sebesar 15,94
N/mm2 dan regangan sebesar 0,348.
3. Pada hasil praktikum didapatkan titik break pada tegangan sebesar 14,04
N/mm2 dan regangan sebesar 0,511.
4. Besar D (diameter material) sebelum diuji lebih besar dibandingkan
dengan setelah diuji.
5. Terjadi penurunan tegangan pada saat necking atau penciutan.

24

B. Saran
Adapun saran dari praktikum uji tarik ini adalah sebagai berikut:
1. Seharusnya sebelum praktikum, masing-masing praktikan menguasai materi
agar tidak terjadi kesalahan pada saat melakukan pengujian.
2. Seharusnya sebelum melakukan pengujian, praktikan memeriksa kondisi
alat agar data hasil praktikum dapat tampil secara maksimal.
3. Seharusnya pada saat praktikum, praktikan datang tepat waktu sesuai
jadwal yang sudah ditentukan.
4. Pemasangan spesimen harus dilakukan sebaik mungkin agar tidak terjadi
kesalahan pada hasil perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Ekayonar, Afif. 2012. Pengujian Tarik. http://smkalhudakdr.files.


wordpress.com/2012/05/pengujian-tarik.pdf. di akses pada tanggal 20
mei 2014 pukul 20.30 wib.
Anonim. 2008. Kekuatan Tarik. https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuatan_tarik. di
akses pada tanggal 20 mei 2014 pukul 20.00 wib.
Arifien. 2011. Kegunaan Benda Elastis Sehari-Hari. http://bustanularifien.
blogspot.com/2011/04/kegunaan-benda-elastis-sehari-hari.html. di akses
pada tanggal 22 mei 2014 pukul 19.45 wib.
Kholiq, Abrari, Ahmad. 2011. Fenomena Titik Luluh. http://blog.ub.ac.id/ibon /
2011/12/01/fenomena-titik-luluh-yiedl-phenomenon/.
tanggal 22 mei 2014 pukul 20.00 wib.

di

akses

pada

25

R. E. Smallman. 1995. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Erlangga.


Jakarta.
Sastranegara, Azhari. 2009. Mengenal Uji Tarik dan Sifat-Sifat Mekanik Logam.
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifatmekanik-logam/. di akses pada tanggal 20 mei 2014 pukul 20.15 wib.
Sersasih. 2011. Laporan Material Teknik Uji Tarik. http://sersasih.wordpress.com/
2011/07/21/laporan-material-teknik-uji-tarik/. di akses pada tanggal 22
mei 2014 pukul 19.35 wib.
Suudi, Ahmad. 2010. Diagram Tegangan Regangan. http://ahmadsuudi.
wordpress.com/2010/02/12/diagram-tegangan-regangan/. di akses pada
tanggal 22 mei 2014 pukul 19.30 wib.
Tawati, Erma. 2012. Pengujian Tarik Pada Baja. http://www.mothreedglittle.
blogspot.com/. di akses pada tanggal 22 mei 2014 pukul 19.50 wib.
Wahyusyah, Dwi, Rudy. 2010. Mengetahui Sifat Mekanik Material Dengan Uji Tarik.
http://rudydwi.wordpress.com/. di akses pada tanggal 22 mei 2014 pukul
19.33 wib.

Anda mungkin juga menyukai