Anda di halaman 1dari 56

Nilai

Tanggal Revisi

Tanggal Terima

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODULUS YOUNG

Disusun Oleh:
Nama Praktikan : Yohanes Juan Bagus Simorangkir
NIM : 3331200042
Jurusan : Teknik Mesin
Grup : E2
Rekan : 1. Alwan Habibie
2. Raihan Rabby
3. Dimas Satrio
Tgl. Percobaan : 31 oktober 2020
Asisten : Rifaldi Gustiawan
LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2020
Jl.
Jenderal Sudirman Km. 03 Cilegon 42435 Telp. (0254) 385502, 376712
Fax. (0254) 395540 Website: http://fisdas.untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
ABSTRAK
Ketika memberikan gaya ke suatu benda, maka akan terjadi dua perubahan.
Pertama adalah perubahan gerak (misalnya dari diam menjadi gerak dipercepat).
Perubahan ini berkaitan dengan massa dan gaya yang diberikan terhadap benda.
Perubahan yang kedua disebut deformasi, yang berkaitan dengan besar gaya yang
diberikan, posisi benda dan bahan benda tersebut. Gaya luar tersbut disebut
tegangan (stress), Tegangan (stress) pada sebuah benda didefinisikan sebagai gaya
persatuan luas penampang benda tersebut. Regangan (Strain) adalah perubahan
bentuk yang dialami oleh sebuah benda dimana dua buah gaya yang berlawanan
arah (menjadi pusat benda) dikenakan pula pada ujungujung benda. Makin besar
tegangan suatu benda maka semakin besar pula regangannya, artinya perubahan
panjang juga semakin besar. adalah modulus Young yang menentukan sifat
elastisitas bahan. Modulus Young menjelaskan tentang perubahan suatu benda
dalam batas elastisitasnya. Pada percobaan ini akan ditentukan nilai modulus
Young dari berbagai jenis logam. Untuk menentukan jenis logam yang digunakan
dalam membangan sebuah tempat tinggal dan sarana prasarana seperti jembatan,
jalan raya, pesawat, dan sebagainya, maka modulus Young, tetapan pegas, dan
sifat elastisitas logam secara umum harus diperhitungkan dan masih banyak lagi
penerapan dari nilai modulus Young ini. Langka pertama, ukur panjang, lebar,
dan tebal logam dan dilakukan sebanyak 3 kali. Percobaan kali ini menggunakan
baja dan aluminium. Kemudian taruh logam pada dudukan statif penyangga secara
proposional. Setelah itu, taruh beban pada tengah-tengah logam serta atur dial
indikator agar menyentuh permukaan logam tetapi jarum tetap berada di angka
nol. Lepaskan beban satu per satu, perhatikan kenaikan pada dial indikator serta
catat hasilnya. Ulangi langkah yang sama pada logam yang berbeda. Hasil
percobaan kali ini adalah terdapat perbedaan antara nilai modulus Young secara
teoritis dengan hasil percobaan. Sebagai contoh rata-rata persen eror dari logam
baja adalah 8,838 %.

Kata kunci : modulus Young, konstanta elastisitas, sifat elastis.


ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................1
1.3 Batasan Masalah ............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modulus Young ..........................................................................2
2.2 Tegangan dan Regangan.................................................................5
2.3 Elastisitas…………………………………………………..6
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan ................................................................9
3.2 Prosedur Percobaan......................................................................10
3.3 Alat yang Digunakan ...................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan ...........................................................................12
4.2 Pembahasan..................................................................................26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................29
5.2 Saran ............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. PERHITUNGAN........................................................................31
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DANTUGAS KHUSUS.............36
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT YANG DIGUNAKAN...............................44
LAMPIRAN D. BLANKO PERCOBAAN...........................................................47

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Pengukuran logam Aluminium…..………………………………12


Tabel 4.2 Pengukuran logam Baja…………………………….....................12
Tabel 4.3 Variabel Percobaan………………………………………………12
Tabel 4.4 Hasil Percobaan Aluminium……………………………………..12
Tabel 4.5 Hasil Percobaan Baja…………………………………………….13
Tabel 4.6 Ralat langsung Aluminium ………………………………………14
Tabel 4.7 Ralat langsung Baja………………………………………………15

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Gaya dari Persamaan Modulus Young.................................................4


Gambar 2.2 Peristiwa Regangan..............................................................................6
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan……………………………………...10
Gambar C.1 Batang Logam…..……………………………………………27
Gambar C.2 Jangka Sorong...……………………………………………...27
Gambar C.3 Mikrometer Sekrup…………………………………………..27
Gambar C.4 Beban Bercelah………………………………………………27
Gambar C.5 Rel Aluminium………………………………………………45
Gambar C.6 Batang Rel Aluminium………………………………………45
Gambar C.7 Statif Penyangga……………………………………………..45
Gambar C.8 Dial Indikator…………………………………………….......45
Gambar C.9 Penggantung Beban………………………………………….46

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Perhitungan………………………………………………….31
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus……………………..36
B.1 Jawaban Pertanyaan…………………………………….37
B.2 Tugas Khusus…………………………………………...40
Lampiran C. Gambar Alat yang Digunakan……………………………….44
Lampiran D. Blanko Percobaan……………………………………………
47

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Percobaan ini dilakukan karena banyaknya penerapan yang bisa dilakukan


apabila kita mengetahui nilai modulus Young suatu logam serta meningkatkan
pemahan praktikan dari modulus Young ini yang berguna untuk bab-bab
selanjutnya. Penerapan dari percobaan modulus Young dapat kita lihat
dikehidupan sehari-hari, seperti menentukan jenis logam untuk membangun
tempat tinggal, mengukur gaya tarik kereta api sebelum meninggalkan stasiun,
dan juga menentukan bahan yang digunakan pada papan loncatan olahraga loncat
indah. Selain itu juga percobaan ini dilakukan untuk menentukan nilai modulus
Young dari berbagai jenis logam.

1.2 Tujuan Percobaan

Menentukan nilai modulus Young dari berbagai jenis logam.

1.3 Batasan Masalah

Variabel bebas pada percobaan ini diantaranya, beban dan jenis logam
yang digunakan. Sedangkan variabel terikat diantaranya, nilai modulus Young
yang didapat dari hasil perhitungan.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modulus Young


Modulus elastisitas didefinisikan sebagai perbandingan antara
tegangan dan regangan. Tegangan (σ) adalah besar gaya yang bekerja, dibagi
dengan luas permukaan. Sedangkan regangan (ε) adalah perubahan bentuk akibat
tegangan, diukur sebagai rasio perubahan dari sejumlah dimensi benda terhadap
dimensi awal dimana perubahan terjadi [1].
Modulus Young merupakan rasio tegangan dengan regangan.
Nilai modulus Young ini digunakan sebagai ukuran ketahanan suatu material
untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada material tersebut,
di mana deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu
objek. Modulus Young didefiniskan sebagai kemiringan dari kurva tegangan-
regangan pada daerah deformasi elastis[2].
  Bahan yang lebih kaku akan memiliki modulus Young yang lebih tinggi.
Secara matematis, modulus Young dirumuskan dengan:
Tegangan
λ= ……………………………...(2.1)
Regangan
dengan:
λ = modulus young (Pa)
Beberapa contoh modulus young adalah Modulus geser dan modulus Bulk.
Modulus geser menunjukkan elastisitas benda ketika mengalami tegangan yang
arahnya tegak lurus sedangkan modulus Bulk menujukkan elastisitas benda ketika
mengalami tegangan dari segala arah.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Sifat elastis adalah sifat bahan yang
cenderung kembali ke bentuk semula setelah gaya yang bekerja pada benda di
hilangkan. Sifat pegas yang diregangkan dan kembali ke bentuk semula disebut
sifat pegas.
Namun, besar tarikan atau tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu
besar, apabila benda tesebut diberi gaya terlalu besar, dan dihilangkan gaya
pemulihnya maka benda tersebut akan putus dan berubah bentuknya sehingga
3

tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sifat ini karena benda tersebut sudah
melewat batas maksimalnya.
Sifat elastis tidak hanya dimiliki oleh karet, tetapi juga ada bahan lainnya,
dari kehidupan kita sehari-hari hampir semua bahan memiliki sifat elastis. Ada
bahan yang elastis seperti karet dan ada juga bahan plastis seperti lilin. Berbeda
dengan bahan elastis bahan plastis jika diberikan gaya tidak akan kembali ke
bentuk semula, bisa dikatakan benda plastis sangat jauh berbeda dengan benda
elastis. Benda yang elastis memiliki modulus elastis yang lebih kecil.
Jika benda elastis telah mencapai batas plastis karena tegangan yang
diberikan terlalu besar maka benda elastis tersebut akan hilang sifat elastisnya.
Karena sudah hilang sifat elastisnya benda terebut tidak akan mampu lagi berubah
ke bentuk semula. Benda elastis tersebut akan hancur karena diberikan gaya yang
terlalu besar. Apabila pegas diletakkan secara vertikal lalu diberikan massa seperti
yang akan kita coba dengan menggunakan metode pembebanan maka gaya pegas
harus diimbangi dengan gravitasi, sehingga massa beban tetap dalam keadaan
setimbang karena jika kita meletakkan beban terlalu banyak pada pegas tersebut
dan pegas yang kita pakai tidak kuat menahan bebannya yang terjadi nanti adalah
pegas tersebut akan hancur atau pegas terebut akan mencapai batas elastisitas nya
dan kemungkinan besar tidak bisa kembali kebentuk semula.
Modulus elastis juga tidak jauh pembahasannya dari regangan dan
tenggangan. Dalam elastisitas benda yang diberikan gaya juga mengalami
renggangan dan tegangan. Yang pertama adalah renggangan, renggangan adalah
perbandingan antara pertambahan panjang pegas dalam x meter dengan panjang
awal pegas x meter. Regangan dapat terjadi karena gaya yang diberikan pada
benda tersebut atau gaya yang diberikan dihilangkan sehingga pegas kembali ke
bentuk semula. Berikut adalah rumus dari renggangan:
∆l
e= ……………………………………(2.2)
l0
dimana dalam rumus tersebut e adalah renggangan, ∆l adalah pertambahan
panjang dari benda tersebut. ∆l didapat dengan mengurangkan panjang akhir
benda dengan panjang awal benda dan lo sendiri adalah panjang awal benda.
4

Selanjutnya adalah tegangan, tegangan adalah besarnya gaya yang diberikan pada
suatu benda persatuan luas. Tegangan perbanding lurus dengan gaya yang
diberikan.
Contoh dari tegangan itu sendiri adalah jika kita menarik suatu benda yang
sifatnya elastis dengan gaya yang berbeda maka benda yang ditarik dengan gaya
yang besar tegangannya juga ikut besar. Sebaliknya jika kita menarik benda yang
elastis dengan gaya yang kecil maka benda tersebut juga mengalami tegangan
yang kecil. Berikut adalah rumus dari tegangan :
F
σ = …………………………………(2.3)
A
Dimana dalam rumus tersebut σ adalah tegangan, F adalah gaya yang diberikan,
dan A adalah luas penampang.
Perhitungan persamaan Modulus Young bisa dinyatakan :

sebagai berikut:

.................................................................(2.4)

Yang dimana :

 W = Berat beban yang akan ditambahkan ke logam,


 L2 = Jarak antara kedua ujung logam
 H = Tinggi lekukan bengkok
 B = Lebar logam
 t2 = Tebal logam

Gambar 2. 1 Gaya dari Persamaan Modulus Young


5

2.2 Tegangan dan Regangan


Tegangan (stress) pada sebuah benda didefinisikan sebagai gaya persatuan
luas penampang benda tersebut. Bila dua buah logam dari bahan yang sama nam-
un luas penampangnya berbeda-beda sama-sama diberikan gaya , maka kedua
logam tersebut mengalami tegangan yang berbeda pula, dimana logam dengan
penampang yang kecil akan mengalami tegangan yang besar dibandingkan dengan
penampang yang lebih besar maka tegangannya lebih kecil. Tegangan diberi
simbol dengan σ atau dibaca dengan sigma. Secara matematis, tegangan dapat
dirumuskan seperti persamaan 2.3. [3]
Semua bahan berubah bentuk karena pengaruh gaya. Ada yang kembali ke
bentuk aslinya bila gaya dihilangkan, ada pula yang tetap berubah bentuk sedikit
atau banyak,[4]. Jadi, deformasi bahan ditentukan oleh gaya per satuan luas dan
bukan oleh gaya total [5].
Ada tiga jenis tegangan yang dikenal, yaitu tegangan tarik, tegangan tekan,
dan tegangan geser. Pada tegangan tekan, kedua ujung benda akan mendapatkan
gaya yang sama besar dan berlawanan arah. Tapi, walau pemberian gaya
dilakukan diujung-ujung benda, seluruh benda akan mengalami peregangan
karena tegangan yang diberikan tersebut.

Pada tegangan tekan materi yang diberi gaya bukannya ditarik, melainkan
ditekan sehingga gaya-gaya akan bekerja didalam benda, contohnya seperti tiang-
tiang pada kuil Yunani[6].

Perubahan pada ukuran sebuah benda karena gaya-gaya atau kopel dalam
kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran semula disebut regangan. Regangan
juga disebut derajat deformasi [7].

Makin besar tegangan suatu benda maka semakin besar pula regangannya,
artinya perubahan panjang juga semakin besar. Regangan dan tegangan benda
sangat diperhitungkan dalam menentukan ukuran jenis bahan peyangga jembatan
gantung dan bangunan bertingkat.

Ada tiga macam regangan yakni (a) Regangan tarik, (b) Regangan
kompresi, dan (c) Regangan geser[5]. Regangan tarik pada batang didefinisikan
sebagai perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang semula, yang
harganya lebih besar dari 0. Regangan tekan suatu batang yang ditekan
6

didefinisikan dengan cara yang sama sebagai pembanding antara berkurangnya


panjang batang dengan panjang semula, yang harganya lebih kecil dari 0. Jadi
perubahan pembanding pada panjang batang ∆ l/ l 0 dinamakan regangan [8] atau
disebut regangan longitudinal, seperti ditulis berikut:

l −l 0 ∆l
Regangan( ε )= = …………………………..(2.5)
l0 l0

dimana:  = regangan atau bilangan murni, l = panjang batang (m), l 0 =


panjang semula (m) dan l = perubahan panjang (m).

Gambar 2.2 Peristiwa regangan

Kata regangan berhubungan dengan perubahan relatif dalam dimensi


atau bentuk suatu benda yang mendapat tekanan. Gambar 2.2 , melukiskan suatu
batang yang panjang normalnya l 0 dan memanjang menjadi l  l 0  l bila pada
kedua ujungnya ditarik oleh gaya F. Pertambahan panjang l , tentu saja tidak
hanya pada ujung-ujung saja; setiap elemen-elemen batang tertarik pada proporsi
yang sama seperti batang seluruhnya.
2.3 Elastisitas
Menurut Soedojo [9] yang menyatakan bahwa bahan elastis adalah
bahan yang mudah diregangkan serta cenderung pulih ke keadaan semula, dengan
mengenakan gaya reaksi elastisitas atas gaya tegangan yang meregangkan-nya.
Pada hakekatnya semua bahan memiliki sifat elastik meskipun boleh jadi amat
sukar diregangkan.
Sedangkan menurut Sarojo [7], sifat elastik adalah kemampuan benda
untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan benda
itu dihilangkan. Elastisitas adalah sifat benda yang berdeformasi untuk sementara,
7

tanpa perubahan yang permanen, yaitu sifat untuk melawan deformasi yang
terjadi.
Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya penyebab
perubahan bentuk dihilangkan benda akan kembali ke bentuk semula. Sekalipun
tidak terdapat benda yang elastik sempurna, tetapi banyak benda yang hampir
elastik sempurna, yaitu sampai deformasi yang terbatas disebut limit elastik. Jika
benda berdeformasi diatas limit elastiknya, dan apabila gaya-gaya dihilangkan,
maka benda tersebut tidak lagi kembali ke bentuk semula.
Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan plastik, hanyalah
terletak pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. Blatt [8]
menyatakan bahwa suatu deformasi dikatakan elastik jika (i) deformasi
merupakan proposional dengan gaya penyebabnya, (ii) bekerjanya gaya, maka
deformasi diabaikan.
Semua benda dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran apabila
dikenakan oleh suatu gaya apapun jenis benda itu baik padat maupun cair. Benda
yang tidak dapat kembali ke bentuk semula disebut sebagai plastis. Dua jenis
acuan material suatu benda mempengaruhi jumlah elastisitas benda tersebut.
Parameter pertama adalah modulus yang nilainya adalah hasil
pengukuran dari jumlah gaya per satuan luas (stress) yang diperlukan untuk
mencapai deformasi tertentu. Yang kedua adalah batas elastis, batas elastis dapat
disebut juga dengan stress luar yang dimana itu terjadi pada saat keadaan dimana
suatu benda tersebut tidak lagi elastis, atau mengalami deformasi luar yang
menyebabkan benda tersebut kehilangan sifat keelastissitasannya, itu artinya jika
kita tidak memberikan gaya yang lebih dari batas keelastissitasannya maka objek
akan kembali menjadi bentuk semula.
Dan jika gaya yang kita berikan melebihi batas elastisitas maka
kemungkinan besar objek tidak dapat kembali ke bentuk semula. Ketika
menggambarkan elastisitas dari dua bahan, kita harus memperhatikan modulus
dan batas elastisnya. Contohnya karet yang cenderung memiliki modulus yang
lebih rendah dan bersifat meregang jauh (memiliki batas elastis tinggi), sifat
8

peregangan jauh ini menunjukan bahwa karet memiliki batas elastis tinggi jika
dibandingkan dengan logam (modulus tinggi, batas elastis rendah).
2.4 Hukum Hooke
Hukum Hooke menyatakan bahwa besar gaya berbanding lurus dengan
pertambahan panjang. Semakin besar gaya yang bekerja pada pegas, semakin
besar pertambahan panjang pegas. Perbandingan antara besar gaya terhadap
pertambahan panjang pegas bernilai koonstan.

Hukum Hooke berlaku ketika gaya tidak melampaui batas elastisitas. Pada
saat pegas ditarik atau ditekan (pada pegs bekerja gaya F) pegas bertambah
panjang atau mungkin bertambah pendek. Pegas tersebut juga memeberikan gaya
perlawanan terhadap gaya yang bekerja pada pegas yang dinamakan gaya lenting
pulih (Fp).

Besarnya gaya lenting pulih sama dengan gaya penyebabnya tetapi


arahnya berlawan dengan penyebabnya. Sehingga hukum hooke disebut
keelastisitasan suatu benda. Bila pegas ditarik melebihi batas tertentu maka benda
itu tidak akan elastis lagi.

Konsep Hukum Hooke sudah kita ketahui menyatakan bahwa “jika gaya
yang diberikan pada sebuah pegas tidak melebihi batas elastisitasnya,
pertambahan panjang pegas akan berbanding lurus dengan gaya yang diberikan
tersebut”. Hukum Hooke dapat dirumuskan sebagai berikut.

F = Gaya yang diberikan (N)

k = Konstanta pegas (N/m)

Δx = Pertambahan panjang pegas (m)


9

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Berikut merupakan data dari Diagram Alir Percobaan, dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan

Mengukur dimensi (p,l,t) benda dengan jangka sorong


Tambahkan Beban sebanyak 250gr
10

Literatur

Atur dial indicator sampai menyentuh permukaan logam


namun jarum tetap berada di angka nol.

Pembahasan
Lepaskan beban satu persatu lalu catat hasilnya.

Lakukan cara yang sama dengan logam lainnya


Kesimpulan

Data Pengamatan
Selesai
Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan (Modulus Young)


3.2 Prosedur Percobaan
Berikut merupakan prosedur percobaan Praktikum Modulus Young.

1. Alat percobaan dirangkai seperti di gambar.


2. Dilakukan pengukuran dimensi logam sebanyak 3 kali lalu dicatat
hasil pengukuran yang didapat.
3. Logam yang akan diukur diletakan pada dudukan atau penumpu
logam dan diatur posisinya lalu dipastikan jarak di kedua statif
penyangga sesuai dengan nilai yang ditentukan asisten.
4. Ditambahkan beban hingga mencapai massa maksimum: 250 gram,
tempat di letakannya beban penggantung adalah pada pemegang
beban.
5. Dial indicator diatur agar menyentuh oermukaan logam namun
jarum tetap di angka nol.
11

6. Dicatat hasil pengukuran berat beban setelah beban di lepaskan


satu per satu.
7. Dilepaskan beban secara perlahan agar kesalahan pengukuran
dapat di hindari, saat dilakukannya percobaan pastikan bahwa meja
yang digunakan tidak bergerak
8. Dilepaskan satu beban, perhatikan bahwa lekukan penggantung
beban akan naik dan menekan dial indicator. Nilai yang terukur
dibaca dan dicatat hasilnya di dalam tabel. Setiap massa beban
yang dilepaskan sama dengan massa beban yang ditambahkan pada
penggantung beban. Maka pada kolom massa beban, dicatat massa
beban yang dilepaskan bukan yang digantung.
9. Nilai berat beban dan tinggi lekukan balok harus berbanding lurus.
10. Digunakan logam yang berbeda dan diulangi lagi dengan langkah
yang sama.
3.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
Adapun alat-alat percobaan dalam percobaan Praktikum Modulus Young
adalah sebagai berikut :

1. Rel aluminium (1 set)


2. Statif penyangga balok, besi, Panjang 300mm (1 set)
3. Batang rel aluminium (1 buah)
4. Indikator dengan dudukan (dapat digerakkan dan dapat dipasang)
(1 buah)
5. Beban bercelah 5 x beban 50g 10 x beban 10g (1 buah)
6. Penggantung beban dengan bukaan bentuk V (1 buah)
7. Logam yang diukur antara lain baja (1 set), Aluminium (1 set),
dan kuningan (1 set)
8. Jangka Sorong (1 buah)
9. Dial indicator (1 buah)
12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Setelah praktikum dilakukan kami mencatat hasil percobaan dalam bentuk
data pengamatan, variabel percobaan, dan hasil percobaan.

Tabel 4.1 Pengukuran logam Aluminium


1 2 3
Panjang, (m) 0,3 0,3 0,3
Lebar, (m) 9,94 X 10-3 9,95 X 10-3 9,96X10-3
Tinggi, (m) 1,86X10-3 1,86X10-3 1,88X10-3

Tabel 4.2 Pengukuran logam Baja

1 2 3
Panjang, L (m) 0,4 0,4 0,4
Lebar, b (m) 20,03 X 10-3 19,94 X 10-3 20,03 X 10-3
Tinggi, t (m) 1,4 X 10-3 1,43 X 10-3 1,38 X 10-3

Tabel 4.3 Variabel Percobaan


No. Variabel terikat Varibel bebas Variabel terkontrol
1 Nilai modulus young Jenis logam Jumlah beban

Tabel 4.4 Hasil Percobaan Alumunium

Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Young, Y (Pa)
(kg) (GPa)
-5 9
0,05 0,5 63 X 10 80 X 10 80 14,3 %
13

0,1 1 131 X 10-5 80 X 109 80 14,3 %


0,15 1,5 203 X 10-5 76,7 X 109 76,7 9,57 %
0,2 2 271 X 10-5 76,6 X 109 76,6 9,43 %
0,25 2,5 329 X 10-5 78,8 X 109 78,8 15,6 %
Rata-rata 78,42 X 109 78,42 12,64 %

Tabel 4.5 Hasil Percobaan Baja


Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Young, Y (Pa)
(kg) (GPa)
0,05 0,5 70 X 10-5 208 X 109 208 0,95 %
0,1 1 127 X 10-5 229,6 X 109 229,6 9,34 %
0,15 1,5 191 X 10-5 229 x 109 229 9,05 %
0,2 2 250 X 10-5 233,2 x 109 233,2 11,05 %
0,25 2,5 305 X 10-5 239 x 109 239 13,8 %
Rata-rata 227,76 x 109 227,76 8,838 %

4.1.1 Ralat Langsung

Ralat langsung Panjang Aluminium


N Ln L͞n IdLI IdLI2 α SL SR L¯n ± SL
1 30 x 10 −2

2 30 x 10−2 0 0 0 0 0 30 x 10−2
3 30 x 10−2
30 x 10−2 ±
Σ 90 x 10−2
0

Ralat langsung Lebar Aluminium


n Bn b͞n IdbI IdbI2 α S S b͞n ± Sb
b R
1 9,94 x 10 −3
10 −5
10 −10

2 9,95 x 10−3 0 0 9,95 x 10−3


14

3 9,96 x 10−3 10−5 10−10


Σ 29,85 x 10−3 9,95 x 10−3 2 x 10−5 2 x 10−10 6,67 x 10−11 10−5 10−3 ± 10−5

Ralat langsung Tinggi Aluminium


n tn tn͞͞ IdtI IdtI2 α St SR t͞n ± St
1 1,86 x 10 −3
0,01 x 10 −3
10−10

2 1,86 x 10−3 0,01 x 10−3 10−10 1,87 x 10−3


3 x 10−10 1,2 x 10−5 6,4 x 10−3
3 −3 1,87 x 10−3 ±
1,88 x 10 0,01 x 10−3 10−10
−3 −3 −10 1,2 x 10−5
Σ 5,6 x 10 0,03 x 10 3 x 10
Tabel 4.6 Tabel Ralat Langsung Alumunium
15

Ralat Langsung Panjang Baja


n Ln Ln͞ IdLI IdLI2 α SL SR L¯n ± SL
1 40 x 10−2
2 40 x 10−2 0 0 0 0 0 40 x 10−2
−2 ±
3 40 x 10−2 40 x 10
0
Σ 120 x 10−2

Ralat langsung Lebar Baja


n Bn b͞n IdbI IdbI2 α Sb SR b͞n ± Sb
1 20,03 x 10−3 39,97 x 10−3 1,6 x 10−12

40,06 x 10−3 2 x 10−12 1,7 x 10−12 1,6 x 10−6 2,7 x 10−5 60 x 10 ±


−3
2 19,94 x 10−3

3 20,03 x 10−3 60 x 10
−3
39,97 x 10−3 1,6 x 10−12 2,7 x 10−5

Σ 60 x 10−3 12 x 10−2 5,2 x 10−12

Ralat langsung Tinggi Baja


n tn tn͞͞ IdtI IdtI2 α St SR t͞n ± St
1 1,4 x 10 −3
0 0
2 1,43 x 10−3 0,03 x 10−3 9 x 10−10 1,4 x 10−3
4,4 x 10−10 2,5 x 10−5 0,018
3 1,38 x 10−3 1,4 x 10−3 ±
0,02 x 10−3 4 x 10−10
2,5 x 10−5
Σ 4,21 x 10−3 0,05 x 10 −3
13 x 10 −10

Tabel 4.7 Tabel Ralat Langsung Baja


16

4.1.2 Ralat Tidak Langsung

(A) Aluminium

w l3
R. y=
4 Hbt 3

∂ y 3 w l2
→ =
∂ l 4 Hb t 3

∂y −w l 3
→ =
∂ b 4 H b2 t 3

∂ y −3 w l 3
→ =
∂t 4 Hbt 4

Percobaan 1

w=0.5 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=46 x 10−5 y=96.01GPa

∂y 3 x 0.5 (0.3)2
=
∂ l 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.135
¿
2.77 x 10−16

¿ 0.0487 x 1016

¿ 4.87 x 1014 Pa

∂y −0.5(0.3)3
=
∂b 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) 2 ¿ ¿

−0.0135
¿
2.77 x 10−18
17

¿−0.00487 x 1018

¿−4.87 x 10 16 Pa

∂y −3 x 0.5 (0.3)3
=
∂ t 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.0405
¿
2.77 x 10−16

¿−0.0146 x 1 016

¿−1.46 x 1014 Pa

Percobaan 2

w=1 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=117 x 10−5 y=75.6 GPa

∂y 3 x 1(0.3)2
=
∂ l 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.27
¿
7.048 x 10−16

¿ 1.902 x 1016 Pa

∂y −1(0.3)3
=
∂b 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.027
¿
7.048 x 10−18

¿−0.1902 x 1018
18

¿−1.902 x 1017 Pa

∂y −3 x 1(0.3)3
=
∂ t 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.081
¿
7.048 x 10−16

¿−0.0114 x 10 16

¿−1.14 x 1014 Pa

Percobaan 3

w=1.5 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=175 x 10−5 y=75.7 GPa

∂y 3 x 1.5(0.3)2
=
∂ l 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.405
¿
1.054 x 10−15

¿ 0.384 x 1015

¿ 3.84 x 10 14 Pa

∂y −1.5 (0.3)3
=
∂b 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.0405
¿
1.054 x 10−17

¿−0.0384 x 1017
19

¿−3.84 x 1015 Pa

∂y −3 x 1 .5(0.3)3
=
∂ t 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.1215
¿
1.054 x 10−15

¿−0.115 x 1 015

¿−1.15 x 1014 Pa

Percobaan 4

w=2 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=240 x 10−5 y=73.6 GPa

∂y 3 x 2(0.3)2
=
∂ l 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.54
¿
1.44 x 10−15

¿ 0.375 x 1015

¿ 3.75 x 1014 Pa

∂y −2(0.3)3
=
∂b 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.054
¿
1.44 x 10−17

¿−0.0375 x 1017

¿−3.75 x 1015 Pa
20

∂y −3 x 2(0.3)3
=
∂ t 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.162
¿
1.44 x 10−15

¿−0.1125 x 1 015

¿−1.125 x 1014 Pa

Percobaan 5

w=2.5 N b=10 x 10−3

l=0.3 t=1.97 x 10−3

H=340 x 10−5 y=64.9GPa

∂y 3 x 2.5( 0.3)2
=
∂ l 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

0.675
¿
2.048 x 10−15

¿ 0.329 x 1 015

¿ 3.29 x 1014 Pa

∂y −2.5 (0.3)3
=
∂b 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.0675
¿
2.048 x 10−17

¿−0.0329 x 1017

¿−3.29 x 1015 Pa
21

∂y −3 x 2 .5(0.3)3
=
∂ t 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿

−0.2025
¿
2.048 x 10−15

¿−0.0988 x 1 015

¿−9.88 x 1013 Pa

(B) Baja

w l3
R. y=
4 Hbt 3

∂ y 3 w l2
→ =
∂ l 4 Hb t 3

∂y −w l 3
→ =
∂ b 4 H b2 t 3

∂ y −3 w l 3
→ =
∂t 4 Hbt 4

Percobaan 1

w=0.5 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=55 x 10−5 y=233GPa

∂y 3 x 0.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 55 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
22

0.24
¿
2.00023 x 10−16

¿ 0.119 x 1016

¿ 1.19 x 1015 Pa

∂y −0.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 55 x 10−5 ) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.032
¿
4.0024 x 10−18

¿−0.00799 x 1018

¿−7.99 x 1015 Pa

∂y
=−3 x 0.5 ¿ ¿
∂t

−0.096
¿
2.00023 x 10−16

¿−0.0479 x 1 016

¿−4.79 x 1014 Pa

Percobaan 2

w=1 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=121 x 10−5 y=212GPa

∂y 3 x 1(0.4)2
=
∂ l 4 ( 121 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
23

0.48
¿
4.4005 x 10−16

¿ 0.10907 x 1016

¿ 1.0907 x 1015 Pa

∂y −1(0.4)3
=
∂b 4 ( 121 x 10−5 ) (20.01 x 10−3)2 ¿ ¿

−0.064
¿
8.805 x 10−18

¿−0.00726 x 1018

¿−7.26 x 1015 Pa

∂y
=−3 x 1 ¿¿
∂t

−0.192
¿
4.4005 x 10−16

¿−0.0436 x 1 016

¿−4.36 x 10 14 Pa

Percobaan 3

w=1.5 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=176 x 10−5 y=219GPa

∂y 3 x 1.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 176 x 10−5 )( 20.01 x 10−3 ) ¿¿
24

0.72
¿
6.4007 x 10−16

¿ 0.112 x 10 16

¿ 1.12 x 1015 Pa

∂y −1.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 176 x 10−5 ) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.096
¿
1.28 x 10−17

¿−0.0075 x 1017

¿−7.5 x 1014 Pa

∂y
=−3 x 1.5 ¿ ¿
∂t

−0.288
¿
6.4007 x 10−16

¿−0.0449 x 1 016

¿−4.49 x 1014 Pa

Percobaan 4

w=2 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=242 x 10−5 y=212GPa

∂y 3 x 2(0.4)2
=
∂ l 4 ( 242 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
25

0.96
¿
8.801 x 10−16

¿ 0.10907 x 1016

¿ 1.0907 x 1015 Pa

∂y −2(0.4)3
=
∂b 4 ( 242 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3)2 ¿ ¿

−0.128
¿
1.76 x 10−17

¿−0.072 x 1017

¿−7.2 x 1015 Pa

∂y
=−3 x 2 ¿¿
∂t

−0.384
¿
8.801 x 10−16

¿−0.0436 x 1 016

¿−4.36 x 10 14 Pa

Percobaan 5

w=2.5 N b=20.01 x 10−3

l=0.4 t=1.46 x 10−3

H=298 x 10−5 y=215GPa

∂y 3 x 2.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 298 x 10−5) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
26

1.2
¿
1.083 x 10−15

¿ 1.108 x 1015 Pa

∂y −2.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 298 x 10−5) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿

−0.16
¿
2.16 x 10−17

¿−0.074 x 1017

¿−7.4 x 1015 Pa

∂y
=−3 x 2.5 ¿ ¿
∂t

−0.48
¿
1.083 x 10−15

¿−0.443 x 1 015

¿−4.43 x 1014 Pa
4.2 Pembahasan

Sifat elastic atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk semula setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan. Sedangkan benda yang tidak elastic adalah benda yang tidak
kembali kebentuk semula saat gaya luar yang diberikan kepada benda tersebut
dilepaskan. Untuk mengetahui tingkat kealastisitas dari suatu benda logam
praktikan harus melakukan praktikum Modulus Young. Dalam praktikum kali
ini kita menggunakan Baja dan Allumunium. Sebelum memulai praktikum ada
baiknya bila kita mengetahui isi dari prosedur percobaan, dari percobaan yang
akan kita praktikan. Langkah pertama dari praktikum kita kali ini, kita harus
menyiapkan seluruh kebutuhan-kebutuhan praktikum. Setelah itu praktikan
harus menghitung dimensi (panjang,lebar dan tinggi) dari logam yang akan di
gunakan menggunakan jangka sorong sebanyak tiga kali pengukuran. Logam
27

yang tadi sudah sudah melewati proses pengukuran dimensi (panjang, lebar
dan tinggi) menggunakan jangka sorong tadi diletakan pada dudukan yang
nanti akan di gunakan untuk penumpu dari logam yang akan kita hitung.

Setelah itu marilah kita mulai memasangkan gantungan pemberat yang


nanti akan di gunakan untuk menahan beban ukur. Setelah itu pasang beban
seberat 50 gram satu persatu hingga maksimal 5 beban dengan total berat 250
gram. Langkah selanjutnya, pastikan dial indicator menyentuh permukaan dari
logam yang akan kita ukur, namun pastikan juga nilai dari dial indicatornya
tetap menunjukan angka dengan nilai nol. Tujuan dari menggantungkan beban
pada logam ini adalah untuk menghasilkan gaya tarik yang nantinya bekerja
pada batang logam.

Setelah dial indicator terpasang dengan benar dan beban sudah di pasang
sampai berat maksimum 250 gram, langkah selanjutnya adalah melepas beban
satu persatu lalu mencatat perubahan tinggi beban yang terjadi mulai dari
beban pertama, kedua, ketiga, keempat hingga beban yang ke lima. Catatan
tersebut nantinya akan di gunakan sebagai data acuan yang nanti data tersebut
akan di gunakan untuk menghitung tegangan.

Di percobaan pertama praktikum modulus young ini praktikan


menggunakan logam berjenis Allumunium sebagai media praktikum. Dan
setelah tadi praktikan mendapat data menggunakan dial indicator dan telah
menghitung datanya di dapatkanlah nilai hasil rataan lebar sebanyak 10 x 10 -3
dan rataan tinggi sebanyak (1,97 x 10-3)-3. Karena pada praktikum ini praktikan
mengggunakan dua jenis logam yang dimana dua jenis logam tersebut ialah
logam berjenis aluminium dan baja, maka kedua data perhitungan modulus
pada logam ini akan menentukan tingkat keelastisitasan yang lebih besar
diantara kedua logam tersebut.

Di perhitungan yang pertama dengan menggunakan data A kita dapat


mengetahui berat beban sebesar 0,5 dan pertambahan tinggi beban sebesar 46
x 10-5. Dengan berdasarkan rumus modulus maka langkah yang harus di
28

kerjakan praktikan harus mengalikan 0,5 dengan (0,3)3 sehingga didapatkan


hasil sebesar 0,0135. 135 x 10-4 lalu selanjutnya hasil tersebut dibagi dengan
hasil perkalian 4(46 x 10-5) (10 x 10-3) (1,97 x 10-3)3 yang di dapatkan hasil
nilai sebesar 0,009601 x 1013 hasil tersebut masih ada di dalam satuan pascal,
sehingga praktikan harus mengubah satuan pascal tersebut menjadi Gpa
dengan cara membaginya dengan pangkat 9 (109) sehingga diperoleh lah
nilai modulus sebesar 96,01 Gpa.

Pada perhitungan yang kedua ini kita dapat mengetahui bahwa berat beban
adalah sebesar 1 dan pertambahan tinggi beban sebanyak 117 x 10-5.
berdasarkan rumus modulus maka langkah yang harus di kerjakan, praktikan
harus mengalikan kalikan 1 dengan (0,3)3 supaya kita mendapatkan hasil
perhitungan sebesar 0,027. 27 x 10-3 lalu selanjutnya hasil tersebut dibagi
dengan hasil perkalian 4(117 x 10-5) (10 x 10-3) (1,97 x 10-3)3 sehingga kita
dapat mendapatkan hasil sebesar 0,00756 x 1013 hasil tersebut masih di dalam
satuan pascal, sehingga praktikan harus mengubah satuan pascal tersebut
menjadi Gpa dengan cara membaginya dengan 109 sehingga diperoleh lah
nilai modulus sebesar 75,6 Gpa.

Pada perhitungan yang kedua ini kita dapat mengetahui bahwa berat beban
adalah sebesar 1,5 dan pertambahan tinggi beban sebanyak 175 x 10-5.
Berdasarkan rumus modulus maka langkah yang harus di kerjakan praktikan
mengalikan kalikan 1,5 dengan (0,3)3 hingga diperoleh hasil sebesar 0,0405.
405 x 10-4 lalu selanjutnya hasil tersebut dibagi dengan hasil perkalian 4(175
x 10-5) (10 x 10-3) (1,97 x 10-3)3 sehingga kita dapat mendapatkan hasil sebesar
0,00757 x 1013 hasil tersebut masih di dalam satuan pascal sehingga praktikan
harus mengubah satuan pascal tersebut menjadi Gpa dengan cara
membaginya dengan pangkat 9 (109) untuk memperoleh nilai modulus
sebesar 75,7 Gpa.

Setelah mendapatkan seluruh data tadi maka kita harus menghitung


presentasi error yang terjadi pada data – data yang tadi sudah kita dapatkan
dengan cara mengurangi Y literatur allumunium dengan nilai 70 dengan nilai
29

dari Y percobaan. Error data pertama dapat praktikum dapatkan dengan cara
mengurang 70 dengan 96.01 sehingga bisa mendapatkan hasil mutlak dengan
nilai 26,01 yang akan dibagi dengan Y literatur, Sehingga didapatkan lah
error data dengan nilai 0,37.

Setelah semua hasil tersebut didapatkan praktikan tinggal mengulangi


tahapan yang sama dengan data selanjutnya.
30

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan mengolah data kami menarik
kesimpulan bahwa :
1. Praktikan dapat menentukan nilai modulus Young dari
berbagai jenis logam. Dengan persen eror 12,64 % untuk
alumunium dan 8,838 % untuk baja.
5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum dan menarik kesimpulan kami memberi saran
bahwa :

1. Mohon dukungannya untuk praktikum berikutnya.

2. Format laporan dipersingkat.

3. Praktikan lebih teliti dalam pengambilan data.

4. Praktikan berpakaian rapih dan sopan saat melakukan tes lisan.


31

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kanginan, Martin.Fisika. Jakarta : Erlangga.2005


[2] ] Zenius Tim. Modulus Elastisitas.
https://www.zenius.net/prologmateri/fisika/a/187/modulus-elastisitas [3
november 2020]
[3] Joseph, W. Kone. Fisika Universitas . Jakarta : Erlangga.1978.
[4] Sears F. W. Mekanika, Panas, dan Bunyi . Bandung : Bina cipta.1986.
[5] Kane J. W. and M. M. Sternheim. Fisika edisi ketiga . Bandung : AIDAB
dan ITB.1991.
[6] https://pdfslide.tips/documents/laporan-praktikum-modulus-young-
568008413ef7b.html [ 5 november 2020 ]
[7] Sarojo, G. Fisika Dasar Seri Mekanika . Jakarta : Salemba Teknika.2002.
[8] Balt F. J. Principles of Physics, 2nd edition . Boston : Allyn and
Bacon.1986.
[9] Soedojo, P. Fisika Dasar . Yogyakarta : Andi Offset.2004.
32

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
32

Lampiran A. Perhitungan

Percobaan A (Aluminium)

w l3
R. Percobaan y=
4 Hbt 3

0,5(0,3)3
1. y=
4 ( 63 x 10−5 ) ( 9,95 x 10−3 ) ¿ ¿
0,0135
¿
1,64 x 10−13
¿ 80 x 10 9 Pa
¿ 80 x 10 9 :109
¿ 80 GPa
1(0,3)3
2. y=
4 ( 131 x 10−5 )( 9,95 x 10−3 ) ¿ ¿
0,027
¿
3,41 x 10−13
¿ 80 x 10 9 Pa
¿ 80 x 10 9 :109
¿ 80 GPa
1,5(0,3)3
3. y=
4 ( 203 x 10−5 ) ( 9,95 x 10−3 ) ¿ ¿
0,0405
¿
5,28 x 10−13
¿ 76,7 x 109 Pa
¿ 76,7 x 109 :109
¿ 76,7 GPa
2(0,3)3
4. y=
4 ( 271 x 10−5 ) ( 9,95 x 10−3 ) ¿ ¿
0,054
¿
7,05 x 10−13
¿ 76,6 x 109 Pa
33

¿ 76,6 x 109 :109


¿ 76,6 GPa

2,5(0,3)3
5. y=
4 ( 329 x 10−5 ) ( 9,95 x 10−3) ¿ ¿
0,0675
¿
8,56 x 10−13
¿ 78,8 x 109 Pa
¿ 78,8 x 109 :109
¿ 78,8 Gpa

Percobaan A persentase Kesalahan (Error)


Y literatur −Y percobaan
R. Error
Y literatur
70−80 10
1. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
14,3 %

70−80 10
2. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
14,3 %

70−76,7 6,7
3. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
9,57 %

70−76,6 6,6
4. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
9,43 %

70−78,8 8,8
5. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
15,6 %

Percobaan B (Baja)
w l3
R. Percobaan y=
4 Hbt 3
0.5( 0.4)3
1. y=
4 ( 70 X 10−5 )( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,032
¿
1,5 x 10−13
¿ 208 x 109 Pa
34

¿ 208 x 109 :109


¿ 208 Gpa

1( 0.4)3
2. y=
4 ( 127 X 10−5 ) ( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,064
¿
2,788 x 10−13
¿ 229,6 x 10 9 Pa
¿ 229,6 x 10 9 :109
¿ 229,6 GPa
1.5(0.4 )3
3. y=
4 ( 191 X 10−5 ) ( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,096
¿
4,19 x 10−13
¿ 229 x 109 Pa
¿ 229 x 109 : 109
¿ 229 GPa
2(0.4)3
4. y=
4 ( 250 X 10−5 ) ( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,128
¿
5,5 x 10−13
¿ 233,2 x 109 Pa
9 9
¿ 233,2 x 10 :10
¿ 233,2 GPa
2.5( 0.4)3
5. y=
4 ( 305 X 10−5 )( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,16
¿
6,7 x 10−13
¿ 239 x 109 Pa
¿ 239 x 109 : 109
35

¿ 239 Gpa

Percobaan B persentase Kesalahan (Error)


|Y literatur−Y percobaan|
R. Error
Y literatur
210−208 2
1. % error = 210 x 100% = 210 x 100% = 0,95 %

210−229,6 19,6
2. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
9,34 %

210−229 19
3. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
9,05 %

210−233,2 23,2
4. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
11,05 %

210−239 29
5. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
13,8 %
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
37

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus

B.1 Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan fungsi grafik tegangan-regangan serta pristiwa necking baik


secara mikroskopis maupun secara makroskopis yang terdapat pada grafik
teganagn-regangan tersebut !
Jawab:

Mengetahui dimana deformasi elastis dan plastis terjadi merupakan fungsi


dari grafik tegangan-regangan. Bila masih ada di dalam area elastis maka modulus
elastisitas masih berlaku. Namun bila sudah mengalami deformasi plastis maka
modulus elastisitasnya sudah tidak berlaku.

Necking merupakan suatu pristiwa deformasi tarik - menarik dimana


sejumlah besar regangan melokalisasi secara tidak proporsional di dalam wilayah
yang kecil.

2. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang 2 x 10-6 m2.
Modulus elastis baja 2 x 1011 N/m2. Sebuah gaya dikerjakan untuk
menarik kawat itu sehingga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya tarik
itu! Jawab:

F l0
E= ×
A ∆l

2× 10−11 ×2 ×106 ×0,3


F=
4

F=0,5 N

3. Bagaimana perbedaan grafik tegangan–regangan antara


bahan logam, polimer, dan keramik ?
38

A.Bahan Logam

Gambar B. 1 Grafik Tegangan-Regangan Logam

B. Bahan Polimer

Gambar B. 2 Grafik Tegangan-Regangan Polimer

C. Bahan Keramik

Gambar B. 3Grafik Tegangan-Regangan Keramik


39

4. Untuk keamanan dalam mendaki, seorang pendaki gunung menggunakan


sebuah tali nilon yang panjangnya 50 m dan tebalnya 1,0 cm. Ketika
menopang pendaki yang bermassa 80 kg, tali bertambah panjang 1,6 m.
Tentukan modulus elastisitas nilon tersebut! (Gunakan dan g = 9,8 m/s2

Jabwab :

F . L0
E=
A.∆ L

( 80 x 9,8 ) 50
E= =3,121 x 108 N / m2
1,6 x 7,85 x 10 −5

5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (5.4) !


40

B.2 Tugas khusus


1. Perbandingan luas penampang dengan luas permukaan dan kaitannya dengan
rumus tegangan !
Jawab :
 Luas permukaan menyatakan luasan permukaan suatu benda padat tiga
dimensi (trigatra). Sedangkan luas penampang adalah luas dari bentuk yang
diperoleh bila sebuah benda atau permukaan dipotong(diiris) oleh sebuah bidang
datar tertentu. Pada percobaan kali ini kita menggunakan luas penampang untuk
menghitung tegangan sedangkan luas permukaan digunakan untuk menghitung
tekanan.
2. Jelaskan grafik tegangan dan regangan pada logam, polimer, dan keramik serta
jelaskan titik-titiknya !
Jawab :
Grafik tegangan-regangan pada logam

Pada titik A hingga ke titik B, bahan masih pada kondisi elastis yaitu, bahan dapat
kembali ke bentuk asalnya ketika gaya yang bekerja padanya dihilangkan.

Jika spesimen diberikan gaya hingga melebihi titik B, maka akan terjadi
perubahan bentuk secara permanen terjadi atau pada kondisi tersebut, spesimen
memasuki daerah deformasi plastis. Pada daerah deformasi plastis, regangan tidak
dapat sepenuhnya hilang meskipun dengan menghilangkan gaya yang bekerja.
Jika gaya yang diberikan meningkat lebih jauh hingga mencapai titik C dimana
pada kondisi tersebut regangan terjadi meskipun tegangan tidak meningkat. Titik
ini disebut dengan (Yield point). Pada kenyataannya, terdapat dua titik yield point
41

yaitu titik C dan D yang masing-masing disebut sebagai Upper dan Lower yield
point.

Dengan regangan yang lebih lanjut, efek dari fenomena tersebut dikenal dengan
strain hardening (Pengerasan regangan) atau Work hardening (pengerasan kerja).
Spesimen uji pada kondisi tersebut mampu menerima lebih banyak tegangan. Jika
gaya yang diberikan pada spesmen semakin meningkat maka akan mecapai titik
E. Dimana itik E ini adalah titik tertinggi dalam kurva tegangan-regangan dan
mewakili nilai tegangan maksimum yang diterima oleh spesimen atau dikenal
dengan Ultimate Tensile Strength (UTS). Nilai dari Ultimate Tensile Strength
(UTS) ini sama dengan gaya maksimum yang diberikan dibagi dengan luas
penampang awal (A0) dari spesimen uji.

Di sini, efek peningkatan beban pada area penampang spesimen harus


mempertimbangkan. Dengan meningkatnya deformasi plastis, luas penampang
spesimen akan berkurang. Namun untuk perhitungan tegangan dalam grafik
tegangan-regangan, luas penampang awal perlu dipertimbangkan. Berdasarkan
pengaruh luas penampang tersebut, akan terjadi kerusakan spesimen yang
berpengaruh terhadap luasan penampang yang terjadi pada titik F dengan tingkat
tegangan yang lebih rendah daripada titik E. Setelah titik E Ultimate Tensile
Strength (UTS), terjadi pengurangan signifikan pada luas penampang spesimen uji
dan akan terbentuk "Neck" di tengah spesimen. Tegangan putus sebenarnya jauh
lebih tinggi daripada UTS, jika berkurangnya luas penampang spesimen uji
diperhitungkan.

Ukuran kekuatan suatu material adalah Ultimate Tensile Strength (UTS) atau
tegangan yang terjadi pada titik E. Namun, pada perancangan dan pemilihan
material, titik luluh (Yield point) lebih perlu diperhatikan, karena harus
memastikan bahwa material yang dipilih harus dapat menahan kekuatan tanpa
terjadi deformasi plastis/luluh. Tegangan luluh pada titik D adalah dua pertiga
dari UTS dan disebut sebagai kekuatan luluh material.

Grafik tegangan-regangan bahan polimer


42

Dari diagram diatas bagian awal garis OA merupakan garis elastis,titik A


bats elastis sebagai tegangan terbesar yang ditahan oleh bahan tanpa mengalami
regangan permanen disaat beban di tiadakan atau dihilangkan. Instrumen
pengukuran regangan sangat penting karena digunakan sebagai penentu batas
elastis. Oleh sebabnya batas ini sering diganti dengan batas proporsional. Batas
proparsiaonal merupakan tegangan yang dimana garis lengkung tegangan-
regangannya menyimpang dari lineier. Titik B merupakan kekuatan luluh. Pada
yang bersifat ulet,biasanya ketika beban di hilangkan regangan total akan
berkurang e1 menjadi e2. Berkurangnya regangan ini bisa disebut dengan
recoverable elastik starin. Tegangan maksimum pada kurva regangan dapat
menunjukan kekuatan tarik suatu bahan. Tegangan spesimen yang patah disebut
dengan tegangan patah.
43

Grafik tegangan-regangan bahan keramik

Keuletan didefinisikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mengalami


deformasi plastis hingga putus. Keuletan dapat dilihat pada bagian regangan saja
pada kurva stress strain. Dari bagian regangan pada kurva, dapat ditentukan
apakah suatu material bersifat ulet atau getas. Material dapat dikatakan ulet jika
putus setelah terjadinya deformasi platis sedangkan getas jika material putus
sebelum terjadinya deformasi plastis. Dari kurva terlihat bahwa keramik (A) putus
pada daerah linear atau daerah elastis sedangkan polimer B dan C telah melewati
daerah linearnya.
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN BAHAN
45

Lampiran C. Gambar Alat Dan Bahan

Gambar C.1 Batang Logam Gambar C.5 Rel Alumunium

Gambar C.2 Jangka Sorong Gambar C.6 Batang Rel Al

Gambar C.3 Mikrometer Sekrup Gambar C.7 Statif penyangga

Gambar C.4 Beban Bercelah Gambar C.8 Dial Indicator


46

Gambar C.9 Penggantung Beban


LAMPIRAN D
BLANKO PERCOBAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM FISIKA TERAPAN
Jalan Jenderal Sudirman Km. 3 Cilegon 42435 Telp. (0254) 395502
Website: http://fisdas.ft-untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id

BLANGKO PERCOBAAN MODULUS YOUNG

DATA PRAKTIKAN
NAMA Yohanes Juan Bagus Simorangkir
NIM / GRUP 3331200042 / E 2
JURUSAN Teknik Mesin
1. Alwan Habibie
REKAN 2. Dimas Satrio
3. Raihan Rabby
TGL. Sabtu, 31 Oktober
PERCOBAAN

PERCOBAAN A (ALUMUNIUM)

Tabel A Pengukuran logam

1 2 3
Panjang, (m) 0,3 0,3 0,3
Lebar, (m) 9,94 X 10-3 9,95 X 10-3 9,96X10-3
Tinggi, (m) 1,86X10-3 1,86X10-3 1,88X10-3

Tabel B Pengukuran dan Perhitungan Modulus Young

Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Young, Y (Pa)
(kg) (GPa)
-5 9
0,05 0,5 63 X 10 80 X 10 80 14,3 %
0,1 1 131 X 10-5 80 X 109 80 14,3 %
0,15 1,5 203 X 10-5 76,7 X 109 76,7 9,57 %
0,2 2 271 X 10-5 76,6 X 109 76,6 9,43 %
0,25 2,5 329 X 10-5 78,8 X 109 78,8 15,6 %
Rata-rata 78,42 X 109 78,42 12,64 %
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM FISIKA TERAPAN
Jalan Jenderal Sudirman Km. 3 Cilegon 42435 Telp. (0254) 395502
Website: http://fisdas.ft-untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id

PERCOBAAN B (BAJA)

Tabel C Pengukuran logam

1 2 3
Panjang, L (m) 0,4 0,4 0,4
Lebar, b (m) 20,03 X 10-3 19,94 X 10-3 20,03 X 10-3
Tinggi, t (m) 1,4 X 10-3 1,43 X 10-3 1,38 X 10-3

Tabel D Pengukuran dan Perhitungan Modulus Young

Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Young, Y (Pa)
(kg) (GPa)
-5 9
0,05 0,5 70 X 10 208 X 10 208 0,95 %
0,1 1 127 X 10-5 229,6 X 109 229,6 9,34 %
0,15 1,5 191 X 10-5 229 x 109 229 9,05 %
0,2 2 250 X 10-5 233,2 x 109 233,2 11,05 %
0,25 2,5 305 X 10-5 239 x 109 239 13,8 %
Rata-rata 227,76 x 109 227,76 8,838 %

Suhu ruang awal = 22℃


Suhu ruang akhir = 22℃
Sikap barometer awal = 755mmHg
Sikap barometer akhir = 755mmHg

Anda mungkin juga menyukai