Tanggal Revisi
Tanggal Terima
MODULUS YOUNG
Disusun Oleh:
Nama Praktikan : Yohanes Juan Bagus Simorangkir
NIM : 3331200042
Jurusan : Teknik Mesin
Grup : E2
Rekan : 1. Alwan Habibie
2. Raihan Rabby
3. Dimas Satrio
Tgl. Percobaan : 31 oktober 2020
Asisten : Rifaldi Gustiawan
LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2020
Jl.
Jenderal Sudirman Km. 03 Cilegon 42435 Telp. (0254) 385502, 376712
Fax. (0254) 395540 Website: http://fisdas.untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
ABSTRAK
Ketika memberikan gaya ke suatu benda, maka akan terjadi dua perubahan.
Pertama adalah perubahan gerak (misalnya dari diam menjadi gerak dipercepat).
Perubahan ini berkaitan dengan massa dan gaya yang diberikan terhadap benda.
Perubahan yang kedua disebut deformasi, yang berkaitan dengan besar gaya yang
diberikan, posisi benda dan bahan benda tersebut. Gaya luar tersbut disebut
tegangan (stress), Tegangan (stress) pada sebuah benda didefinisikan sebagai gaya
persatuan luas penampang benda tersebut. Regangan (Strain) adalah perubahan
bentuk yang dialami oleh sebuah benda dimana dua buah gaya yang berlawanan
arah (menjadi pusat benda) dikenakan pula pada ujungujung benda. Makin besar
tegangan suatu benda maka semakin besar pula regangannya, artinya perubahan
panjang juga semakin besar. adalah modulus Young yang menentukan sifat
elastisitas bahan. Modulus Young menjelaskan tentang perubahan suatu benda
dalam batas elastisitasnya. Pada percobaan ini akan ditentukan nilai modulus
Young dari berbagai jenis logam. Untuk menentukan jenis logam yang digunakan
dalam membangan sebuah tempat tinggal dan sarana prasarana seperti jembatan,
jalan raya, pesawat, dan sebagainya, maka modulus Young, tetapan pegas, dan
sifat elastisitas logam secara umum harus diperhitungkan dan masih banyak lagi
penerapan dari nilai modulus Young ini. Langka pertama, ukur panjang, lebar,
dan tebal logam dan dilakukan sebanyak 3 kali. Percobaan kali ini menggunakan
baja dan aluminium. Kemudian taruh logam pada dudukan statif penyangga secara
proposional. Setelah itu, taruh beban pada tengah-tengah logam serta atur dial
indikator agar menyentuh permukaan logam tetapi jarum tetap berada di angka
nol. Lepaskan beban satu per satu, perhatikan kenaikan pada dial indikator serta
catat hasilnya. Ulangi langkah yang sama pada logam yang berbeda. Hasil
percobaan kali ini adalah terdapat perbedaan antara nilai modulus Young secara
teoritis dengan hasil percobaan. Sebagai contoh rata-rata persen eror dari logam
baja adalah 8,838 %.
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................1
1.3 Batasan Masalah ............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modulus Young ..........................................................................2
2.2 Tegangan dan Regangan.................................................................5
2.3 Elastisitas…………………………………………………..6
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan ................................................................9
3.2 Prosedur Percobaan......................................................................10
3.3 Alat yang Digunakan ...................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan ...........................................................................12
4.2 Pembahasan..................................................................................26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................29
5.2 Saran ............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. PERHITUNGAN........................................................................31
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DANTUGAS KHUSUS.............36
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT YANG DIGUNAKAN...............................44
LAMPIRAN D. BLANKO PERCOBAAN...........................................................47
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A. Perhitungan………………………………………………….31
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus……………………..36
B.1 Jawaban Pertanyaan…………………………………….37
B.2 Tugas Khusus…………………………………………...40
Lampiran C. Gambar Alat yang Digunakan……………………………….44
Lampiran D. Blanko Percobaan……………………………………………
47
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Variabel bebas pada percobaan ini diantaranya, beban dan jenis logam
yang digunakan. Sedangkan variabel terikat diantaranya, nilai modulus Young
yang didapat dari hasil perhitungan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sifat ini karena benda tersebut sudah
melewat batas maksimalnya.
Sifat elastis tidak hanya dimiliki oleh karet, tetapi juga ada bahan lainnya,
dari kehidupan kita sehari-hari hampir semua bahan memiliki sifat elastis. Ada
bahan yang elastis seperti karet dan ada juga bahan plastis seperti lilin. Berbeda
dengan bahan elastis bahan plastis jika diberikan gaya tidak akan kembali ke
bentuk semula, bisa dikatakan benda plastis sangat jauh berbeda dengan benda
elastis. Benda yang elastis memiliki modulus elastis yang lebih kecil.
Jika benda elastis telah mencapai batas plastis karena tegangan yang
diberikan terlalu besar maka benda elastis tersebut akan hilang sifat elastisnya.
Karena sudah hilang sifat elastisnya benda terebut tidak akan mampu lagi berubah
ke bentuk semula. Benda elastis tersebut akan hancur karena diberikan gaya yang
terlalu besar. Apabila pegas diletakkan secara vertikal lalu diberikan massa seperti
yang akan kita coba dengan menggunakan metode pembebanan maka gaya pegas
harus diimbangi dengan gravitasi, sehingga massa beban tetap dalam keadaan
setimbang karena jika kita meletakkan beban terlalu banyak pada pegas tersebut
dan pegas yang kita pakai tidak kuat menahan bebannya yang terjadi nanti adalah
pegas tersebut akan hancur atau pegas terebut akan mencapai batas elastisitas nya
dan kemungkinan besar tidak bisa kembali kebentuk semula.
Modulus elastis juga tidak jauh pembahasannya dari regangan dan
tenggangan. Dalam elastisitas benda yang diberikan gaya juga mengalami
renggangan dan tegangan. Yang pertama adalah renggangan, renggangan adalah
perbandingan antara pertambahan panjang pegas dalam x meter dengan panjang
awal pegas x meter. Regangan dapat terjadi karena gaya yang diberikan pada
benda tersebut atau gaya yang diberikan dihilangkan sehingga pegas kembali ke
bentuk semula. Berikut adalah rumus dari renggangan:
∆l
e= ……………………………………(2.2)
l0
dimana dalam rumus tersebut e adalah renggangan, ∆l adalah pertambahan
panjang dari benda tersebut. ∆l didapat dengan mengurangkan panjang akhir
benda dengan panjang awal benda dan lo sendiri adalah panjang awal benda.
4
Selanjutnya adalah tegangan, tegangan adalah besarnya gaya yang diberikan pada
suatu benda persatuan luas. Tegangan perbanding lurus dengan gaya yang
diberikan.
Contoh dari tegangan itu sendiri adalah jika kita menarik suatu benda yang
sifatnya elastis dengan gaya yang berbeda maka benda yang ditarik dengan gaya
yang besar tegangannya juga ikut besar. Sebaliknya jika kita menarik benda yang
elastis dengan gaya yang kecil maka benda tersebut juga mengalami tegangan
yang kecil. Berikut adalah rumus dari tegangan :
F
σ = …………………………………(2.3)
A
Dimana dalam rumus tersebut σ adalah tegangan, F adalah gaya yang diberikan,
dan A adalah luas penampang.
Perhitungan persamaan Modulus Young bisa dinyatakan :
sebagai berikut:
.................................................................(2.4)
Yang dimana :
Pada tegangan tekan materi yang diberi gaya bukannya ditarik, melainkan
ditekan sehingga gaya-gaya akan bekerja didalam benda, contohnya seperti tiang-
tiang pada kuil Yunani[6].
Perubahan pada ukuran sebuah benda karena gaya-gaya atau kopel dalam
kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran semula disebut regangan. Regangan
juga disebut derajat deformasi [7].
Makin besar tegangan suatu benda maka semakin besar pula regangannya,
artinya perubahan panjang juga semakin besar. Regangan dan tegangan benda
sangat diperhitungkan dalam menentukan ukuran jenis bahan peyangga jembatan
gantung dan bangunan bertingkat.
Ada tiga macam regangan yakni (a) Regangan tarik, (b) Regangan
kompresi, dan (c) Regangan geser[5]. Regangan tarik pada batang didefinisikan
sebagai perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang semula, yang
harganya lebih besar dari 0. Regangan tekan suatu batang yang ditekan
6
l −l 0 ∆l
Regangan( ε )= = …………………………..(2.5)
l0 l0
tanpa perubahan yang permanen, yaitu sifat untuk melawan deformasi yang
terjadi.
Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya penyebab
perubahan bentuk dihilangkan benda akan kembali ke bentuk semula. Sekalipun
tidak terdapat benda yang elastik sempurna, tetapi banyak benda yang hampir
elastik sempurna, yaitu sampai deformasi yang terbatas disebut limit elastik. Jika
benda berdeformasi diatas limit elastiknya, dan apabila gaya-gaya dihilangkan,
maka benda tersebut tidak lagi kembali ke bentuk semula.
Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan plastik, hanyalah
terletak pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. Blatt [8]
menyatakan bahwa suatu deformasi dikatakan elastik jika (i) deformasi
merupakan proposional dengan gaya penyebabnya, (ii) bekerjanya gaya, maka
deformasi diabaikan.
Semua benda dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran apabila
dikenakan oleh suatu gaya apapun jenis benda itu baik padat maupun cair. Benda
yang tidak dapat kembali ke bentuk semula disebut sebagai plastis. Dua jenis
acuan material suatu benda mempengaruhi jumlah elastisitas benda tersebut.
Parameter pertama adalah modulus yang nilainya adalah hasil
pengukuran dari jumlah gaya per satuan luas (stress) yang diperlukan untuk
mencapai deformasi tertentu. Yang kedua adalah batas elastis, batas elastis dapat
disebut juga dengan stress luar yang dimana itu terjadi pada saat keadaan dimana
suatu benda tersebut tidak lagi elastis, atau mengalami deformasi luar yang
menyebabkan benda tersebut kehilangan sifat keelastissitasannya, itu artinya jika
kita tidak memberikan gaya yang lebih dari batas keelastissitasannya maka objek
akan kembali menjadi bentuk semula.
Dan jika gaya yang kita berikan melebihi batas elastisitas maka
kemungkinan besar objek tidak dapat kembali ke bentuk semula. Ketika
menggambarkan elastisitas dari dua bahan, kita harus memperhatikan modulus
dan batas elastisnya. Contohnya karet yang cenderung memiliki modulus yang
lebih rendah dan bersifat meregang jauh (memiliki batas elastis tinggi), sifat
8
peregangan jauh ini menunjukan bahwa karet memiliki batas elastis tinggi jika
dibandingkan dengan logam (modulus tinggi, batas elastis rendah).
2.4 Hukum Hooke
Hukum Hooke menyatakan bahwa besar gaya berbanding lurus dengan
pertambahan panjang. Semakin besar gaya yang bekerja pada pegas, semakin
besar pertambahan panjang pegas. Perbandingan antara besar gaya terhadap
pertambahan panjang pegas bernilai koonstan.
Hukum Hooke berlaku ketika gaya tidak melampaui batas elastisitas. Pada
saat pegas ditarik atau ditekan (pada pegs bekerja gaya F) pegas bertambah
panjang atau mungkin bertambah pendek. Pegas tersebut juga memeberikan gaya
perlawanan terhadap gaya yang bekerja pada pegas yang dinamakan gaya lenting
pulih (Fp).
Konsep Hukum Hooke sudah kita ketahui menyatakan bahwa “jika gaya
yang diberikan pada sebuah pegas tidak melebihi batas elastisitasnya,
pertambahan panjang pegas akan berbanding lurus dengan gaya yang diberikan
tersebut”. Hukum Hooke dapat dirumuskan sebagai berikut.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Mulai
Literatur
Pembahasan
Lepaskan beban satu persatu lalu catat hasilnya.
Data Pengamatan
Selesai
Selesai
BAB IV
1 2 3
Panjang, L (m) 0,4 0,4 0,4
Lebar, b (m) 20,03 X 10-3 19,94 X 10-3 20,03 X 10-3
Tinggi, t (m) 1,4 X 10-3 1,43 X 10-3 1,38 X 10-3
Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Young, Y (Pa)
(kg) (GPa)
-5 9
0,05 0,5 63 X 10 80 X 10 80 14,3 %
13
2 30 x 10−2 0 0 0 0 0 30 x 10−2
3 30 x 10−2
30 x 10−2 ±
Σ 90 x 10−2
0
3 20,03 x 10−3 60 x 10
−3
39,97 x 10−3 1,6 x 10−12 2,7 x 10−5
(A) Aluminium
w l3
R. y=
4 Hbt 3
∂ y 3 w l2
→ =
∂ l 4 Hb t 3
∂y −w l 3
→ =
∂ b 4 H b2 t 3
∂ y −3 w l 3
→ =
∂t 4 Hbt 4
Percobaan 1
∂y 3 x 0.5 (0.3)2
=
∂ l 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.135
¿
2.77 x 10−16
¿ 0.0487 x 1016
¿ 4.87 x 1014 Pa
∂y −0.5(0.3)3
=
∂b 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) 2 ¿ ¿
−0.0135
¿
2.77 x 10−18
17
¿−0.00487 x 1018
¿−4.87 x 10 16 Pa
∂y −3 x 0.5 (0.3)3
=
∂ t 4 ( 46 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
−0.0405
¿
2.77 x 10−16
¿−0.0146 x 1 016
¿−1.46 x 1014 Pa
Percobaan 2
∂y 3 x 1(0.3)2
=
∂ l 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.27
¿
7.048 x 10−16
¿ 1.902 x 1016 Pa
∂y −1(0.3)3
=
∂b 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿
−0.027
¿
7.048 x 10−18
¿−0.1902 x 1018
18
¿−1.902 x 1017 Pa
∂y −3 x 1(0.3)3
=
∂ t 4 ( 117 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
−0.081
¿
7.048 x 10−16
¿−0.0114 x 10 16
¿−1.14 x 1014 Pa
Percobaan 3
∂y 3 x 1.5(0.3)2
=
∂ l 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.405
¿
1.054 x 10−15
¿ 0.384 x 1015
¿ 3.84 x 10 14 Pa
∂y −1.5 (0.3)3
=
∂b 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿
−0.0405
¿
1.054 x 10−17
¿−0.0384 x 1017
19
¿−3.84 x 1015 Pa
∂y −3 x 1 .5(0.3)3
=
∂ t 4 ( 175 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
−0.1215
¿
1.054 x 10−15
¿−0.115 x 1 015
¿−1.15 x 1014 Pa
Percobaan 4
∂y 3 x 2(0.3)2
=
∂ l 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.54
¿
1.44 x 10−15
¿ 0.375 x 1015
¿ 3.75 x 1014 Pa
∂y −2(0.3)3
=
∂b 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿
−0.054
¿
1.44 x 10−17
¿−0.0375 x 1017
¿−3.75 x 1015 Pa
20
∂y −3 x 2(0.3)3
=
∂ t 4 ( 240 x 10−5) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
−0.162
¿
1.44 x 10−15
¿−0.1125 x 1 015
¿−1.125 x 1014 Pa
Percobaan 5
∂y 3 x 2.5( 0.3)2
=
∂ l 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
0.675
¿
2.048 x 10−15
¿ 0.329 x 1 015
¿ 3.29 x 1014 Pa
∂y −2.5 (0.3)3
=
∂b 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 )2 ¿ ¿
−0.0675
¿
2.048 x 10−17
¿−0.0329 x 1017
¿−3.29 x 1015 Pa
21
∂y −3 x 2 .5(0.3)3
=
∂ t 4 ( 340 x 10−5 ) ( 10 x 10−3 ) ¿ ¿
−0.2025
¿
2.048 x 10−15
¿−0.0988 x 1 015
¿−9.88 x 1013 Pa
(B) Baja
w l3
R. y=
4 Hbt 3
∂ y 3 w l2
→ =
∂ l 4 Hb t 3
∂y −w l 3
→ =
∂ b 4 H b2 t 3
∂ y −3 w l 3
→ =
∂t 4 Hbt 4
Percobaan 1
∂y 3 x 0.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 55 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
22
0.24
¿
2.00023 x 10−16
¿ 0.119 x 1016
¿ 1.19 x 1015 Pa
∂y −0.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 55 x 10−5 ) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿
−0.032
¿
4.0024 x 10−18
¿−0.00799 x 1018
¿−7.99 x 1015 Pa
∂y
=−3 x 0.5 ¿ ¿
∂t
−0.096
¿
2.00023 x 10−16
¿−0.0479 x 1 016
¿−4.79 x 1014 Pa
Percobaan 2
∂y 3 x 1(0.4)2
=
∂ l 4 ( 121 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
23
0.48
¿
4.4005 x 10−16
¿ 0.10907 x 1016
¿ 1.0907 x 1015 Pa
∂y −1(0.4)3
=
∂b 4 ( 121 x 10−5 ) (20.01 x 10−3)2 ¿ ¿
−0.064
¿
8.805 x 10−18
¿−0.00726 x 1018
¿−7.26 x 1015 Pa
∂y
=−3 x 1 ¿¿
∂t
−0.192
¿
4.4005 x 10−16
¿−0.0436 x 1 016
¿−4.36 x 10 14 Pa
Percobaan 3
∂y 3 x 1.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 176 x 10−5 )( 20.01 x 10−3 ) ¿¿
24
0.72
¿
6.4007 x 10−16
¿ 0.112 x 10 16
¿ 1.12 x 1015 Pa
∂y −1.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 176 x 10−5 ) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿
−0.096
¿
1.28 x 10−17
¿−0.0075 x 1017
¿−7.5 x 1014 Pa
∂y
=−3 x 1.5 ¿ ¿
∂t
−0.288
¿
6.4007 x 10−16
¿−0.0449 x 1 016
¿−4.49 x 1014 Pa
Percobaan 4
∂y 3 x 2(0.4)2
=
∂ l 4 ( 242 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
25
0.96
¿
8.801 x 10−16
¿ 0.10907 x 1016
¿ 1.0907 x 1015 Pa
∂y −2(0.4)3
=
∂b 4 ( 242 x 10−5 ) ( 20.01 x 10−3)2 ¿ ¿
−0.128
¿
1.76 x 10−17
¿−0.072 x 1017
¿−7.2 x 1015 Pa
∂y
=−3 x 2 ¿¿
∂t
−0.384
¿
8.801 x 10−16
¿−0.0436 x 1 016
¿−4.36 x 10 14 Pa
Percobaan 5
∂y 3 x 2.5(0.4)2
=
∂ l 4 ( 298 x 10−5) ( 20.01 x 10−3 ) ¿ ¿
26
1.2
¿
1.083 x 10−15
¿ 1.108 x 1015 Pa
∂y −2.5(0.4)3
=
∂b 4 ( 298 x 10−5) (20.01 x 10−3 )2 ¿ ¿
−0.16
¿
2.16 x 10−17
¿−0.074 x 1017
¿−7.4 x 1015 Pa
∂y
=−3 x 2.5 ¿ ¿
∂t
−0.48
¿
1.083 x 10−15
¿−0.443 x 1 015
¿−4.43 x 1014 Pa
4.2 Pembahasan
Sifat elastic atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk semula setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan. Sedangkan benda yang tidak elastic adalah benda yang tidak
kembali kebentuk semula saat gaya luar yang diberikan kepada benda tersebut
dilepaskan. Untuk mengetahui tingkat kealastisitas dari suatu benda logam
praktikan harus melakukan praktikum Modulus Young. Dalam praktikum kali
ini kita menggunakan Baja dan Allumunium. Sebelum memulai praktikum ada
baiknya bila kita mengetahui isi dari prosedur percobaan, dari percobaan yang
akan kita praktikan. Langkah pertama dari praktikum kita kali ini, kita harus
menyiapkan seluruh kebutuhan-kebutuhan praktikum. Setelah itu praktikan
harus menghitung dimensi (panjang,lebar dan tinggi) dari logam yang akan di
gunakan menggunakan jangka sorong sebanyak tiga kali pengukuran. Logam
27
yang tadi sudah sudah melewati proses pengukuran dimensi (panjang, lebar
dan tinggi) menggunakan jangka sorong tadi diletakan pada dudukan yang
nanti akan di gunakan untuk penumpu dari logam yang akan kita hitung.
Setelah dial indicator terpasang dengan benar dan beban sudah di pasang
sampai berat maksimum 250 gram, langkah selanjutnya adalah melepas beban
satu persatu lalu mencatat perubahan tinggi beban yang terjadi mulai dari
beban pertama, kedua, ketiga, keempat hingga beban yang ke lima. Catatan
tersebut nantinya akan di gunakan sebagai data acuan yang nanti data tersebut
akan di gunakan untuk menghitung tegangan.
Pada perhitungan yang kedua ini kita dapat mengetahui bahwa berat beban
adalah sebesar 1 dan pertambahan tinggi beban sebanyak 117 x 10-5.
berdasarkan rumus modulus maka langkah yang harus di kerjakan, praktikan
harus mengalikan kalikan 1 dengan (0,3)3 supaya kita mendapatkan hasil
perhitungan sebesar 0,027. 27 x 10-3 lalu selanjutnya hasil tersebut dibagi
dengan hasil perkalian 4(117 x 10-5) (10 x 10-3) (1,97 x 10-3)3 sehingga kita
dapat mendapatkan hasil sebesar 0,00756 x 1013 hasil tersebut masih di dalam
satuan pascal, sehingga praktikan harus mengubah satuan pascal tersebut
menjadi Gpa dengan cara membaginya dengan 109 sehingga diperoleh lah
nilai modulus sebesar 75,6 Gpa.
Pada perhitungan yang kedua ini kita dapat mengetahui bahwa berat beban
adalah sebesar 1,5 dan pertambahan tinggi beban sebanyak 175 x 10-5.
Berdasarkan rumus modulus maka langkah yang harus di kerjakan praktikan
mengalikan kalikan 1,5 dengan (0,3)3 hingga diperoleh hasil sebesar 0,0405.
405 x 10-4 lalu selanjutnya hasil tersebut dibagi dengan hasil perkalian 4(175
x 10-5) (10 x 10-3) (1,97 x 10-3)3 sehingga kita dapat mendapatkan hasil sebesar
0,00757 x 1013 hasil tersebut masih di dalam satuan pascal sehingga praktikan
harus mengubah satuan pascal tersebut menjadi Gpa dengan cara
membaginya dengan pangkat 9 (109) untuk memperoleh nilai modulus
sebesar 75,7 Gpa.
dari Y percobaan. Error data pertama dapat praktikum dapatkan dengan cara
mengurang 70 dengan 96.01 sehingga bisa mendapatkan hasil mutlak dengan
nilai 26,01 yang akan dibagi dengan Y literatur, Sehingga didapatkan lah
error data dengan nilai 0,37.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan mengolah data kami menarik
kesimpulan bahwa :
1. Praktikan dapat menentukan nilai modulus Young dari
berbagai jenis logam. Dengan persen eror 12,64 % untuk
alumunium dan 8,838 % untuk baja.
5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum dan menarik kesimpulan kami memberi saran
bahwa :
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
32
Lampiran A. Perhitungan
Percobaan A (Aluminium)
w l3
R. Percobaan y=
4 Hbt 3
0,5(0,3)3
1. y=
4 ( 63 x 10−5 ) ( 9,95 x 10−3 ) ¿ ¿
0,0135
¿
1,64 x 10−13
¿ 80 x 10 9 Pa
¿ 80 x 10 9 :109
¿ 80 GPa
1(0,3)3
2. y=
4 ( 131 x 10−5 )( 9,95 x 10−3 ) ¿ ¿
0,027
¿
3,41 x 10−13
¿ 80 x 10 9 Pa
¿ 80 x 10 9 :109
¿ 80 GPa
1,5(0,3)3
3. y=
4 ( 203 x 10−5 ) ( 9,95 x 10−3 ) ¿ ¿
0,0405
¿
5,28 x 10−13
¿ 76,7 x 109 Pa
¿ 76,7 x 109 :109
¿ 76,7 GPa
2(0,3)3
4. y=
4 ( 271 x 10−5 ) ( 9,95 x 10−3 ) ¿ ¿
0,054
¿
7,05 x 10−13
¿ 76,6 x 109 Pa
33
2,5(0,3)3
5. y=
4 ( 329 x 10−5 ) ( 9,95 x 10−3) ¿ ¿
0,0675
¿
8,56 x 10−13
¿ 78,8 x 109 Pa
¿ 78,8 x 109 :109
¿ 78,8 Gpa
70−80 10
2. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
14,3 %
70−76,7 6,7
3. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
9,57 %
70−76,6 6,6
4. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
9,43 %
70−78,8 8,8
5. % error = 70 x 100% = 70 x 100% =
15,6 %
Percobaan B (Baja)
w l3
R. Percobaan y=
4 Hbt 3
0.5( 0.4)3
1. y=
4 ( 70 X 10−5 )( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,032
¿
1,5 x 10−13
¿ 208 x 109 Pa
34
1( 0.4)3
2. y=
4 ( 127 X 10−5 ) ( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,064
¿
2,788 x 10−13
¿ 229,6 x 10 9 Pa
¿ 229,6 x 10 9 :109
¿ 229,6 GPa
1.5(0.4 )3
3. y=
4 ( 191 X 10−5 ) ( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,096
¿
4,19 x 10−13
¿ 229 x 109 Pa
¿ 229 x 109 : 109
¿ 229 GPa
2(0.4)3
4. y=
4 ( 250 X 10−5 ) ( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,128
¿
5,5 x 10−13
¿ 233,2 x 109 Pa
9 9
¿ 233,2 x 10 :10
¿ 233,2 GPa
2.5( 0.4)3
5. y=
4 ( 305 X 10−5 )( 20 x 10−3 ) ¿ ¿
0,16
¿
6,7 x 10−13
¿ 239 x 109 Pa
¿ 239 x 109 : 109
35
¿ 239 Gpa
210−229,6 19,6
2. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
9,34 %
210−229 19
3. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
9,05 %
210−233,2 23,2
4. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
11,05 %
210−239 29
5. % error = 210 x 100% = 210 x 100% =
13,8 %
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
37
2. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang 2 x 10-6 m2.
Modulus elastis baja 2 x 1011 N/m2. Sebuah gaya dikerjakan untuk
menarik kawat itu sehingga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya tarik
itu! Jawab:
F l0
E= ×
A ∆l
F=0,5 N
A.Bahan Logam
B. Bahan Polimer
C. Bahan Keramik
Jabwab :
F . L0
E=
A.∆ L
( 80 x 9,8 ) 50
E= =3,121 x 108 N / m2
1,6 x 7,85 x 10 −5
Pada titik A hingga ke titik B, bahan masih pada kondisi elastis yaitu, bahan dapat
kembali ke bentuk asalnya ketika gaya yang bekerja padanya dihilangkan.
Jika spesimen diberikan gaya hingga melebihi titik B, maka akan terjadi
perubahan bentuk secara permanen terjadi atau pada kondisi tersebut, spesimen
memasuki daerah deformasi plastis. Pada daerah deformasi plastis, regangan tidak
dapat sepenuhnya hilang meskipun dengan menghilangkan gaya yang bekerja.
Jika gaya yang diberikan meningkat lebih jauh hingga mencapai titik C dimana
pada kondisi tersebut regangan terjadi meskipun tegangan tidak meningkat. Titik
ini disebut dengan (Yield point). Pada kenyataannya, terdapat dua titik yield point
41
yaitu titik C dan D yang masing-masing disebut sebagai Upper dan Lower yield
point.
Dengan regangan yang lebih lanjut, efek dari fenomena tersebut dikenal dengan
strain hardening (Pengerasan regangan) atau Work hardening (pengerasan kerja).
Spesimen uji pada kondisi tersebut mampu menerima lebih banyak tegangan. Jika
gaya yang diberikan pada spesmen semakin meningkat maka akan mecapai titik
E. Dimana itik E ini adalah titik tertinggi dalam kurva tegangan-regangan dan
mewakili nilai tegangan maksimum yang diterima oleh spesimen atau dikenal
dengan Ultimate Tensile Strength (UTS). Nilai dari Ultimate Tensile Strength
(UTS) ini sama dengan gaya maksimum yang diberikan dibagi dengan luas
penampang awal (A0) dari spesimen uji.
Ukuran kekuatan suatu material adalah Ultimate Tensile Strength (UTS) atau
tegangan yang terjadi pada titik E. Namun, pada perancangan dan pemilihan
material, titik luluh (Yield point) lebih perlu diperhatikan, karena harus
memastikan bahwa material yang dipilih harus dapat menahan kekuatan tanpa
terjadi deformasi plastis/luluh. Tegangan luluh pada titik D adalah dua pertiga
dari UTS dan disebut sebagai kekuatan luluh material.
DATA PRAKTIKAN
NAMA Yohanes Juan Bagus Simorangkir
NIM / GRUP 3331200042 / E 2
JURUSAN Teknik Mesin
1. Alwan Habibie
REKAN 2. Dimas Satrio
3. Raihan Rabby
TGL. Sabtu, 31 Oktober
PERCOBAAN
PERCOBAAN A (ALUMUNIUM)
1 2 3
Panjang, (m) 0,3 0,3 0,3
Lebar, (m) 9,94 X 10-3 9,95 X 10-3 9,96X10-3
Tinggi, (m) 1,86X10-3 1,86X10-3 1,88X10-3
Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Young, Y (Pa)
(kg) (GPa)
-5 9
0,05 0,5 63 X 10 80 X 10 80 14,3 %
0,1 1 131 X 10-5 80 X 109 80 14,3 %
0,15 1,5 203 X 10-5 76,7 X 109 76,7 9,57 %
0,2 2 271 X 10-5 76,6 X 109 76,6 9,43 %
0,25 2,5 329 X 10-5 78,8 X 109 78,8 15,6 %
Rata-rata 78,42 X 109 78,42 12,64 %
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM FISIKA TERAPAN
Jalan Jenderal Sudirman Km. 3 Cilegon 42435 Telp. (0254) 395502
Website: http://fisdas.ft-untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
PERCOBAAN B (BAJA)
1 2 3
Panjang, L (m) 0,4 0,4 0,4
Lebar, b (m) 20,03 X 10-3 19,94 X 10-3 20,03 X 10-3
Tinggi, t (m) 1,4 X 10-3 1,43 X 10-3 1,38 X 10-3
Massa Modulus
Berat, W Pertambahan Modulus
Beban, m Young, Y Error (%)
(N) Tinggi, H (m) Young, Y (Pa)
(kg) (GPa)
-5 9
0,05 0,5 70 X 10 208 X 10 208 0,95 %
0,1 1 127 X 10-5 229,6 X 109 229,6 9,34 %
0,15 1,5 191 X 10-5 229 x 109 229 9,05 %
0,2 2 250 X 10-5 233,2 x 109 233,2 11,05 %
0,25 2,5 305 X 10-5 239 x 109 239 13,8 %
Rata-rata 227,76 x 109 227,76 8,838 %