Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM GROUNDING & PENANGKAL PETIR

Dosen Pengajar :
Sudirman ST.MT

Disusun Oleh :
I Putu Deva Ari Putra Dinata (2015234017)
I Kadek Subaliasa (2015234019)
Yongkie Firmansyah Putra (2015234021)
I Gede Prisma Pratama (2015234023)
Dewa Gede Angga Kusuma (2015234025)
I Made Dodik Utarayana (2015234027)

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI REKAYASA UTILITAS
POLITEKNIK NEGERI BALI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Sistem Grounding Penangkal
Petir” ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap
pihak karena telah banyak membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya. Laporan ini disusun berdasarkan apa yang penulis dapatkan dari pembelajaran serta
dari berbagai referensi yang penulis dapatkan. Dengan tersusunnya laporan ini, penulis
berharap agar kiranya ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber penambah ilmu, wawasan,
dan pengetahuan.
Disamping itu penulis mengharapkan bahwa laporan ini tidak hanya sebagai pelengkap
tugas saja melainkan dapat disebut sebagai hasil karya yang setidaknya, dipelihara dan
digunakan sebagaimana mestinya. Akhirnya penulis sadar bahwa laporan ini belum lah
sempurna, oleh karena itu demi kesempurnaan laporan yang akan dibuat berikutnya, penulis
sangat mengharapkan saran serta dukungan maupun kritik yang sifatnya membangun dari para
pembaca sehingga dengan semua itu kesempurnaan laporan ini dapat tercapai.
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................
1.2 Tujuan Intruksional Khusus ..................................................................................
1.3 Manfaat Praktikum.................................................................................................
1.4 Dasar Teori ............................................................................................................
A. Penangkal Petir ..........................................................................................
B. Fungsi Penangkal Petir ................................................................................
C. Cara Kera Penangkal Petir .........................................................................
D. Tipe-Tipe Penangkal Petir ..........................................................................
E. Pertimbangan Memiliki Penangkal Petir Dirumah .....................................
F. Bagian-Bagian Penangkal Petir ..................................................................
G. Pemasangan Penangkal Petir Konvensional ..............................................
H. Jenis-Jenis Penangkal Petir .........................................................................
I. System Grounding Penangkal Peti ...............................................................
BAB II MATERI PRAKTEK ..................................................................................................
2.1 Alat Yang di Gunakan Saat Praktek ......................................................................
2.2 Kesehatan Dan Keselamatan kerja.........................................................................
2.3 Petunjuk Praktek ...................................................................................................
BAB III DATA HASIL PRAKTEK .......................................................................................
3.1 Data Hasil Praktek .................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP .................................................................................................................
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Kemajuan teknologi sangatlah pesat, berbagai kemajuan teknologi bermunculan dan
terus berkembang, sebagai mahasiswa wajib mengikuti perkembangan kemajuan teknologi
tersebut, harus berani untuk mencoba dan membuka wawasan baru selain wawasan yang
ada di lingkungan kampus. Maka dengan melalui Tugas Akhir ini diharapkan mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan yang baru. Sejalan berkembangnya jaman dan semakin
sempitnya tanah yang dapat digunakan maka pembangunan perumahan di wilayah
Indonesia mengalami kendala pada perluasan bangunan. Oleh karena itu pembangunan
perumahan, gedung, ataupun bangunan-bangunan lainya cenderung keatas atau bertingkat
sebagai solusi menghadapi permasalahan tersebut. Bangunan bertingkat lebih rawan
mengalami gangguan baik gangguan secara mekanik maupun gangguan alam. Salah satu
gangguan alam yang sering terjadi adalah sambaran petir.

Cara melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat sambaran petir maka
dipasang sistem pengamanan, tidak terkecuali pada bangunan gedung Teknik Politeknik
Negeri Bali. Pentanahan atau grounding merupakan sistem pengawatan ke bumi dalam
proses instalasi listrik. Pentanahan berkaitan dengan pembumian aliran listrik. Aliran listrik
bersifat mencari segala media yang dapat digunakan untuk mengalir sampai bermuara ke
tanah. Pentanahan yang baik dapat mencegah kebakaran dan sengatan listrik. Sistem
pengamanan itu berupa sistem penangkal petir beserta pentanahannya.

Pemasangan sistem tersebut didasari oleh perhitungan resiko kerusakan akibat


sambaran petir terhadap gedung. Sistem pentanahan baik untuk pentanahan sistem
penangkal petir maupun pentanahan titik netral dari suatu sistem tenaga listrik perlu
dilakukan perhatian khusus, hal ini dimaksudkan sebagai dasar perhitungan suatu sistem
proteksi. Besaran yang mendominasi dalam sistem pentanahan adalah tahanan. 2 Nilai
tahanan tersebut diukur hanya berdasarkan sumber arus searah, kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa sistem pentanahan tidak pernah mendapat suplai arus searah. Sistem
pentanahan tersebut sering mendapat injeksi arus impuls dengan frekuensi tinggi atau
bentuk arusnya berubah terhadap waktu. Bidang kontak antara tanah dengan batang
elektroda harus cukup luas, sehingga nilai tahanan dari arus yang masuk atau yang
melewati tanah masih dalam batas ambang yang diperkenankan. Batas yang diperkenankan
cukup aman untuk orang yang berada didalam atau sekitar area pentanahan. Pentanahan
harus cukup rendah. Adanya sistem pentanahan ini, semua bagian gedung dan permukaan
tanah diharapkan mempunyai tegangan yang merata, terutama pada saat gangguan ke tanah
sehingga tidak membahayakan orang yang berada disekitar tempat itu.
1.2 TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Berdasarkan hasil dari rumusan masalah, tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami sistem pentanahan
2. Mengetahui cara pengukuran tahanan tanah
3. Dapat mengoperasikan alat pengukur tahanan tanah

1.3 MANFAAT PRAKTIKUM


Pratikum mahasiswa diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan baik itu secara material maupun Teknik bagi mahasiswa
1. Mahasiswa dapat mengetahui alat earth detector
2. Mahasiswa dapat menegtahui fungsi alat earth detector
3. Mahasiswa mengetahui cara menggunakan alat earth detector
4. Mahasiswa mengetahuai bagaimana cara mengukur grounding penangkal petir
5. Mahasiswa dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan mengikuti standar
keselamatan yang sudah tersedia
1.4 Dasar Teori
A. Penangkal Petir

Gambar Penangkal dapat meredam efek petir

Penangkal petir adalah perangkat sederhana berupa batang berbentuk tombak dari
bahan logam yang runcing dan kabel. Ada 3 bagian komponen utama perangkat ini, yaitu
splitzen atau batang penangkal, kawat konduktor, dan grounding atau tempat pembumian.
Rangkaian ini adalah jalur bagi arus listrik dari petir untuk diteruskan langsung ke permukaan
bumi. Tak heran jika penangkal petir sering ditemukan pada gedung pencakar langit karena
bangunan bertingkat tinggi relatif dekat jaraknya dengan langit sehingga sangat rentan terhadap
sambaran petir.

B. Fungsi Penangkal Petir Fungsi utama penangkal petir adalah sebagai media
penghantar listrik dari sambaran kilat yang diteruskan ke media lain seperti tanah. Selain itu,
penangkal petir juga dapat meredam efek sambaran petir yang membahayakan. Penangkal
dapat mencegah terjadinya konslet aliran listrik saat cuaca buruk dan banyak petir.
C. Cara Kera Penangkal Petir

Gambar Setiap bagian penangkal memiliki fungsi masing-masing

Fungsi perangkat ini sebenarnya bukan untuk mencegah datangnya petir yang
menyambar benda-benda di bawah awan. Alat ini justru menangkap daya tarik-menarik muatan
listrik yang berasal dari petir tersebut untuk disalurkan ke dalam tanah.
Pada saat terjadinya petir, dengan muatan listrik negatif di bawah awan sudah cukup
banyak, maka muatan listrik positif pada tanah akan segera tertarik ke atas. Muatan listrik naik
melalui kabel konduktor ke ujung batang penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif tersebut
berada cukup dekat di atas atap, daya tarik-menarik antara keduanya semakin kuat. Muatan
positif di ujung-ujung penangkal tersebut tertarik ke arah muatan negatif.
Pertemuan kedua muatan ini menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan mengalir
ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, sehingga sambaran petir tidak langsung mengenai
bangunan. Namun, sambaran petir masih dapat terjadi melalui kawat jaringan listrik serta
merusak alat-alat elektronik pada bangunan yang terhubung ke jaringan listrik tersebut. Hal ini
juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan.
Untuk mencegah kerusakan besar akibat jaringan listrik yang tersambar petir, biasanya
di dalam bangunan juga dilengkapi dengan surge arrester atau alat penstabil arus listrik.
D. Tipe-Tipe Penangkal Petir
Saat ingin memasang penangkal petir, tentu Anda harus mengetahui tipenya yang
sesuai. Dikutip dari Aneka Petir, terdapat tiga tipe penangkal petir, yaitu penangkal
konvensional dan penangkal elektrostatis. Berikut penjelasannya.
1. Penangkal Petir Konvensional Perangkat sederhana yang lazimnya hanya menunggu
datangnya petir untuk menyambar ujung penangkal. Prinsip kerjanya menangkap petirsecara
pasif. Berbentuk seperti tiang dan membutuhkan kabel konduktor. Karena bersifat pasif,
bangunan dengan area yang luas kerap menggunakan beberapa penangkal sekaligus pada
puncak atapnya. Bisa dipasang dan diaplikasikan di mana saja. Lebih ideal untuk bangunan
dengan area sempit, seperti rumah tinggal.
2. Penangkal Petir Elektrostatis Menggunakan sistem E.S.E. (Early Streamer Emission)
yang lebih aktif dalam menangkap petir. Perangkat ini memiliki satu elemen tambahan, yaitu
head terminal yang berisi muatan listrik statis pada bagian ujung finial (splitzen). Head dapat
menyimpan ion-ion positif dalam jumlah besar yang berasal dari dalam bumi. Ibarat magnet,
head ini akan menarik ion-ionnegatif yang ada di dalam awan sebelum ion-ion tersebut
menghasilkan petiryang dahsyat. Alat dipasang tinggi untuk melindungi area yang lebih luas
dan tidak membutuhkan kabel. Semakin tinggi head terminal dipasang, maka semakin luas
jangkauan area yang dapat dilindungi. Bisa dipasang dan diaplikasikan di mana saja. Lebih
ideal untuk bangunan dengan area luas, seperti rumah 6 bertingkat, gedung pencakar langit,
kawasan industri, dan perkebunan, karena bisa menjangkau radius lebih dari 50-150 m.
3. Penangkal Petir Radioaktif Penangkal petir tipe radioaktif ini dilarang berdasarkan
kesepakatan internasional terhadap pemakaian zat radioaktif yang dapat menganggu makhluk
hidup dan menimbulkan bencana dari zat yang digunakan.
Nah, cara kerja penangkal petir ini dengan reaksi netralisasi ion yang menggunakan
bahan radio station aktif. Alat ini menghambat sistem ionisasi dimainkan dengan cara memakai
zat radioaktif selayaknya Radiun 226 dan Amersium 241. Hal ini mampu menetralkan muatan
listrik awan. Jenis ini tidak disarankan penggunaanya.
E. Pertimbangan Memiliki Penangkal Petir Untuk Rumah Banyak pemilik rumah yang
kurang pengetahuan mengenai pentingnya penangkal listrik di rumah. Padahal, Indonesia
merupakan salah satu negara yang sangat berpotensi terkena dampak anomali iklim La Nina
setiap tahunnya. Saat keadaan cuaca memburuk petir seringkali menjadi penyebab bencana.
Jangan remehkan bahaya tersambar petir yang dapat membahayakan penghuni rumah
Secara statistik, petir adalah bahaya cuaca yang paling sering dialami. Jika Anda tinggal
di rumah yang sangat tinggi, dikelilingi pohon yang lebih tinggi dari rumah Anda yang berjarak
kurang dari 10 kaki dari struktur bangunan, atau tinggal di daerah dengan sambaran petir yang
tinggi maka amat disarankan untuk memasang penangkal petir.
F. Bagian – Bagian Penangkal Petir

Gambar Bagian-bagian pada penangkal listrik.

Sebelum memutuskan untuk membeli dan memasang penangkal petir, ada baiknya bagi
Anda untuk mengenal bagian-bagiannya. Anda perlu mengetahuinya agar dapat mengecek
kelengkapan komponen atau bagiannya saat membeli. Berikut bagianbagian penting penangkal
listrik:
1. Air Terminal (Head) Air terminal atau head berada pada bagian ujung atas. Pada
penangkal konvensional, bentuknya menyerupai ujung tombak Sementara itu, pada
penangkal elektrostatis, head cenderung lebih besar dan lebar berbentuk menyerupai
payung. Fungsi air terminal adalah untuk menjadi sasaran sambaran petir.
2. Konduktor Konduktor adalah kabel yang berfungsi untuk mengalirkan tenaga yang
tertangkap air terminal menuju grounding.
3. Grounding Grounding adalah bagian penangkal yang berada di dalam tanah.
Pembuatan dan penempatan grounding tidak boleh berada terlalu dekat dengan
bangunan rumah.
G. Pemasangan Penangkal Petir Konvensional
Dibanding tipe elektrostatis, penangkal konvensional tergolong mudah dipasang
bahkan bisa dilakukan sendiri. Namun sebelum pemasangan, sebaiknya Anda berkonsultasi
dulu dengan penjual alat tersebut serta membaca panduan instalasi yang benar.
Berikut langkah-langkah pemasangannya:
1. Siapkan sistem grounding terlebih dulu, dengan melihat tata letak serta struktur tanah
yang dimiliki. Tanam ground rod hingga mencapai kedalaman air tanah agar petir dapat
tersalur ke dalam tanah.
2. Buat sambungan jalur petir dengan kabel konduktor yang menghubungkan antara
grounding dan Hindari pemasangan kabel berlekuk atau membentuk sudut runcing agar
tidak terjadi loncatan muatan listrik saat terjadi petir.
3. Tentukan posisi splitzen di bagian tertinggi dari bangunan, yaitu atap.
4. Pastikan seluruh jaringan perangkat sudah terpasang dengan benar
H. Jenis – Jenis Penangkal Petir
1. Penangkal Petir Dengan Komponen Alami Penangkal ini memakai bagian
dari struktur atau bangunan yang bisa berpartisipasi melindungi kapasitas bahan untuk
menangkap sambaran petir. Sistem ini bisa digunakan untuk mengganti semua atau
sebagian konduktor down untuk instalasi eksternal.
Adapun komponen ini terdiri dari hal berikut:
a. Komponen logam dari struktur atap seperti rangka baja yang saling berhubungan
b. Batang logam dalam beton bertulang
c. Lembaran logam yang menutupi volume yang akan dilindungi
d. Bagian logam seperti talang, dekorasi, pagar
e. Pipa dan tangki logam, asalkan tebalnya setidaknya 2,5 mm
f. Bingkai konstruksi logam 9
g. Pelapis logam dari dinding atau kelongsong logam

Perlu diingat, jika sistem ini sudah digunakan sebagai penangkal petir, komponen
tersebut tidak boleh tersentuh oleh pengguna gedung.

2. Sistem Faraday Jenis penangkal petir yang kedua adalah Faraday cage yang terdiri
atas konduktor bertautan yang menutupi atap dan dinding rumah. Jaringan ini
dilengkapi elemen transversal dengan jarak antar-terminal 5-20 meter sesuai dengan
kegunaan yang diperlukan.Penangkal petir ini nantinya akan menghasilkan arus petir
yang dialirkan melalui konduktor dan sistem grounding

3. Konduktor Petir Emisi Early Steamer

Gambar Penangkal Petir Menghasilkan Arus Keatas

Kemudian, teknologi ini dapat digunakan untuk melindungi zona yang tersebar di area
yang lebih luas. Adapun radius perlindungan yang dihasilkan tergantung pada nilai
muka pemicu konduktor petir (int dalam μs), tinggi dan efektivitas perlindungan, nilai
maksimumnya adalah 120 meter (tingkat III, tinggi = 60 meter).Ukuran ini jauh lebih
luas dibanding penangkal petir biasa.
4. Prnangkal Petir Kawat Catenary Pada penggunaannya, jenis penangkal petir
menggunakan catenary memakai prinsip yang sama dengan sistem Faraday karena
menggunakan konduktor. Tujuan penggunaannya adalah untuk menghindari arus petir
yang bersentuhan langsung dengan bangunan.
Dengan begitu, sistem ini dapat mencegah arus petir yang bersentuhan langsung
dengan bangunan. penangkal petir ini juga bisa menurunkan efek radiasi
elektromagnetik dalam struktur yang dilindungi. Sayangnya, kabel Catenary bisa
berbahaya jika di sekitarnya terdapat alat-alat berat konstruksi.

5. Penangkal Petir Franklin Komponen dari penangkal petir ini terdiri dari
batang logam meruncing setinggi 2 m hingga 8 m yang berada di puncak struktur
konduktor.Mengingat radius perlindungannya terbatas pada sekitar 30 meter
lingkungan (level perlindungan petir = IV, tinggi = 60 meter), biasanya hanya
digunakan untuk melindungi bangunan atau zona kecil seperti :
a. Tiang;
b. Cerobong asap;
c. Tangki;
d. Menara air;
e. Tiang-tiang udara;
f. Rumah tinggal; dan lainnya

I. System Grounding Penangkal Petir

Gambar Singel Grounding

Grounding system adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk melepaskan
arus petir kedalam bumi, salah satu kegunaannya untuk melepas muatan – muatan yang
terdaoat pada arus petir tersebut. Standartkelayakan grounding atau pembumian harus bisa
memiliki nilai tahanan sebaran atau resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih
baik). Material grounding penangkal petir dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga atau
kerucut tembaga,semakin luas permukaan material grounding penangkal petir yang di tanam
ke tanah maka resistansi akan semakin rendah atau semakin baik.
Untuk mencapai nilai grounding tersebut, tidak semua areal bisa terpenuhi, karena ada
beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu :
1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka arus
petir semakin mudah menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakinmudah
menghantarkan.
4. Tekstur Tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral
akan mudah hanyut.

Grounding system atau pembumian dapat di buat dengan 3 bentuk, yaitu :


1. Singel Grounding

Gambar Singel Grounding


Yaitu dengan menancapkan sebuah batang logam atau pasak biasanya di pasang tegak
lurus masuk kedalam tanah. Ada juga yang menggunakan pipa galvanis yang di dalamnya di
isi dengan kabel BC, kemudian di hubungkan dengan kabel penyalur petir melalui bak kontrol.

2. Paralel Grounding

Gambar Paralel Grounding

Bila sistem single grounding masih mendapatkan hasil kurang baik, maka perlu di
tambahkan material logam arus pelepas ke dalam tanah yang jarak antara batang logam atau
material minimal 2 Meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan batang logam
atau material dapat juga di tanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi
bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa di terapkan secara
bersamaan dengan acuan tahanan sebaran atau resistansi kurang dari 5 Ohm setelah
pengukuran dengan Earth Tester Ground.

3. Maksimum Grounding Maksimum grounding yaitu dengan memasukkan bahan


grounding penangkal petir dalam bentuk lembaran tembaga yang diikat oleh kabel BC, serta
dengan penggantian air tanah pada titik grounding. Teknik pembuatan grounding penangkal
petir seperti ini merupakan cara yang paling baik akan tetapi konsekuensinya membutuhkan
biaya yang cukup mahal.
BAB II MATERI PRAKTEK

2.1 ALAT PRAKTEK YANG DI GUNAKAN

Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini yakni :

a. Earth Tester : 1 Buah


b. Pemaku tanah : 2 Buah
c. kabel hijau +- 5 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah
d. kabel Kuning +- 10 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah
e. Kabel Merah +- 15 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah

1. Earth Tester
Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui hasil dari resistansi atau tahanan grounding
system pada sebuah instalasi penangkal petir atau anti petir yang telah terpasang. Alat ukur ini
digital sehingga hasil yang di tunjukan memiliki tingkatakurasi cukup tinggi. Selain itu pihak
Disnaker juga menggunakan alat ini untuk mengukur resistansi. Sehingga pengukuran oleh
pihak kontraktor sama dengan hasil pengukuran pihak disnaker.
Earth tester ini di gunakan untuk mengukur tahanan tanah mulai dari 20 ohm, 200 ohm
sampai 2000 ohm dan juga dapat mengukur earth voltage, elektroda pada saat di tanam ke
dalam tanah. Digunakan semua beban beban listrik panel grounding atau pentanahan. Tipe
digital earth tester KEW 4105A, merk KYORITSU.

Gambar Earth Tester


2. Pemaku Tanah Kemudian seperangkat earth tester juga dilengkapi dengan dua buah
pemaku tanah/elektroda batang yang ukurannya pendek dan tiga buah kabel masing masing
kabel berbeda warna dan berbeda nama. Dua pemaku tanah ini juga digunakan untuk
menyambukan antara kabel warna merah ke pemaku 1 dan kabel warna kuning ke pemaku 2.

Gambar Pemaku Tanah

3. Kabel Earth Tester Untuk yang hijau namanya yaitu anoda, sedangkan untuk yang
berwarna merah dan yang berwarna kuning yaitu Katoda.
a. Kabel Hijau +- 5m Beserta Test Lead dan Clip Kabel
ini biasanya di gunakan untuk menjepit elektroda yang akan diukur dengan
menggunakan earth tester, untuk panjang kabel ini sendiri lebih pendek dari panjang
kabel warna kuning, dan kabel ini juga biasa disebut dengan anoda.
b. Kabel Kuning +- 10m Beserta Test Lead dan Clip Kabel katoda warna kuning
ini biasanya tempatnya di antara kedua buah elektroda atau bisa dibilang di
tengan-tengan antara kabel warna hijau dan kabel warna merah, dan panjang kabel
kuning ini lebih pendek dari pada kabel yang berwarna merah.
c. Kabel Merah +- 15 m Beserta Test Lead dan Clip Kabel warna merah
ini panjangnya bisa dua kali panjang dari kabel yang berwarna kuning dan
biasanya disebut dengan kabel katoda.
4. Elektroda
Pada bagian ini elektroda yang sering banyak di gunakan di pasaran yaitu dengan
menggunakan elektroda kabel BC 16. Kabel CB 16 ini merupakan elektroda untuk pentanahan
atau grounding pada laboratorium tegangan tinggi, kabel ini mungkin kita sering jumpai di
pabrik-pabrik atau di perusahaan yang bertegangan tinggi.
5. Pipa Besi
Untuk menanam elektroda ke dalam tanah menggunakan pipa besi dengan ukuran pipa
besi yang berdiameter 0,5 inchi, kemudian pipa besi ini ditanam ke dalam tanah yang sudah di
bor terlebih dahulu.
2.2 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
agar praktek dapat berjalan dengan lancar dan penuh kedisiplinan, maka setiap
praktikan harus dan wajib mentaati dan melaksanakan poin-poin keselamatan kerja selama
melakukan praktek. Adapun poin-poin keselamatan kerja secara umum dalam hal ini adalah
sebagai berikut:
 Pakailah pakaian praktek dengan baik dan benar
 Jangan menggunakan accessories (perhiasan) pada tangan
 Gunakan pelindung tangan bila perlu
 Gunakan peralatan praktek secara baik dan benar
 Hindari menyentuh peralatan yang belum diketahui dengan pasti berisi aliran listrik
atau tidak ada aliran listrik.
 Setelah melakukan praktek, bersihkan dan simpan kembali peralatan praktek dengan
baik

2.3 PETUNJUK PRAKTEK


Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah
1. Menancapkan pemaku pertama dimana jarak 5 – 10 meter dari tempat grounding yang akan
diukur. Dan pemaku kedua dimana jarak 5 – 10 meter dari tempat pemaku pertama.
2. Menghubungkan kabel hijau (yang memiliki panjang + 5 meter) ke grounding yang diukur
dengan penjepit dan dihubungkan ke alat ukur earth tester pada port yang berwarna hijau.
3. Menghubungkan kabel warna kuning (yang memiliki panjang + 10 meter) ke pemaku
pertama dengan penjepit dan dihubungkan langsung ke alat ukur earth tester pada pada port
warna kuning.
4. Menghubungkan kanel warna merah (yang memiliki panjang + 15 meter) ke pemaku kedua
dengan penjepit dan hubungkan langsung ke alat ukur earth tester pada port yang berwarna
merah.
5. Setelah semua terhubung dengan benar, mengatur range switch pada earth tester di x1 Ω.
Kemdian menekan tombol “Press to tess”. Lalu mencatat hasil pengukuran pada tabel
Mengulangi langkah 5, mengatur range switch pada earth tester di x10 Ω dan x100 Ω. Lalu
mencatat hasil percobaan.
BAB III DATA HASIL PRAKTEK
3.1 DATA HASIL PRAKTEK
Pada praktikum pengukuran tahanan tanah ini untuk mengetahui kelayakan untuk setiap
Gedung yangada dilingkungan politeknik, apakah memangharus dipasang penangkalpetir atau
tidak. Atau intalasi penangkal petir sudah sesuai PUIL atau belum sesuai, berikut hasil
praktikum pengkukuran tahanan tanah :
NO Range skala Percobaan Percobaan 2 Percobaan 3
Earth
pengukuran pada langkah pada langkah pada langkah
Volume
2 1 4 5
1 Range 20 Ω 1.9 2.1 1.8 0.8
Lab Kontrol Range 200 Ω 0.36 0.41 0.34 0.9
Rage 2000 Ω 0.07 0.09 0.07 0.9
2 Range 20 Ω 2.1 1.9 2 0
Lab Range 200 Ω 0.39 0.36 0.37 03
Refrigerasi Rage 2000 Ω 0.08 0.07 0.08 0

FAKTOR FAKTOR LAB


NO LAB KONTROL
INDEKS REFRIGERASI
1 INDEKS A 3 3
2 INDEKS B 2 2
3 INDEKS C 4 4
4 INDEKS D 1 1
5 INDEKS E 5 5
6 INDEKS F 15 15
7 SANGAT BESAR SANGAT BESAR
8 INSTALASI PETIR SANGAT PERLU SANGAT PERLU
Hal yang dapat mempengaruhi dari tahanan tanah yakni kadar air, mineral / garam,
derajat keasaman serta tekstur dari tanah tersebut. 1. Kadar air, bila air tanah
dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah didapatkan. 2. Mineral/Garam,
kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan sebaran/resistansi karena jika tanah
semakin banyak mengandung logam maka arus petir semakin mudah menghantarkan. 3.
Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk mendapatkan
tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral akan mudah hanyut.
Faktor-Faktor Yang Menentukan Tahanan Pentanahan, Tahanan pentanahan suatu elektroda
tergantung pada tiga faktor :
1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke peralatan
yang ditanahkan.
2. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
3. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda
A. Tahanan jenis tanah (ρ).
Pada prakteknya, tahanan elektroda dapat diabaikan namun tahanan kawat penghantar
yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls
(arus) frekuensi tinggi misalnya pada saat terjadi sambaran petir. Untuk menghindari hal itu,
maka penyambungan diusahakan dibuat sependek mungkin. Hal yang memberikan pengaruh
terhadap pentanahan adalah Tahanan jenis tanah (ρ), tahanan jenis tanah memiliki pengaruh
yang sangat dominan terhadap pentahanan, sehingga memperhatikan tahanan jenis tanah itu
sendiri dalam mentanahkan.
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang hemispherical R
= ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan besarnya ρ.
Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :
a. sifat geologi tanah
b. Komposisi zat kimia dalam tanah
c. Kandungan air tanah
d. Temperatur tanah e. Perubahan musim

1. Sifat Geologi Tanah


Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari
pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis
terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.
No. Jenis Tanah Tahanan jenis tanah

(ohm.meter )
1. Tanah yang mengandung air 5–6
garam

2. Rawa 30

3. Tanah liat 100

4. Pasir Basah 200

5. Batu-batu kerikil basah 500

6. Pasir dan batu krikil kering 1000

7. Batu 3000

2. Komposisi Zat Kimia


Dalam Tanah Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik
maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.Didaerah yang mempunyai
tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan
garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada 22 daerah yang demikian ini untuk
memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang
lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.

3. Kandungan Air Tanah


Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( ρ )
terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test laboratorium untuk
tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis
tanah naik samapai 30 kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit
sekali
4. Temperatur Tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun
tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.

Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resistansi tanah dapat dilakukan
dengan cara mem-paralelkan sistem pentanahan. Paralel grounding dapat meningkatkan sistem
grounding. serta dapat juga dilakukan dengan cara maksimum grounding yakni memasukan
material grounding berupa lempengan tembaga yang diikat oleh kabel BC.
BAB IV PEMBAHASAN

Dalam menentukan penangkal petir atauu menentukan tingkat bahaya petir perlu
mengetahui factor factor indeks, apakah bangunan atau Gedung tesebut perlu dipasang
penangkal petir atau tidak. Berikut table table indeks untuk pengaman Gedung atau bangunan
untuk pemasangan penangkal petir :

No. Penggunaan dan Isi Indeks A

1 Bangunan dan isinya jarang digunakan 0


2 Bangunan tempat tinggal, toko, pabrik kecil 2
3 Bangunan dan isinya cukup penting misalnya menara 2
air,
pabrik, gedung pemerintahan
4 Bangunan untuk umum, misalnya bioskop, sekolah, 3
masjid, dan gereja

5 Instalasi gas, bensin, dan rumah sakit 5


6 Bangunan yang mudah meledak 15
Tabel 1.1 Indeks A - Macam struktur bangunan

No Konstruksi Bangunan Indeks B

1 Seluruh bangunan terbuat dari logam (mudah 0


menyalurkan arus listrik)

2 Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka 1


besi dengan atap logam

3 Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka 2


besi dengan atap bukan logam

4 Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3


Tabel Indeks B - Macam konstruksi bangunan

No. Tinggi Bangunan (dalam meter) Indeks C

1 0 sampai dengan 6 0
2 > 6 sampai dengan 12 2
3 > 12 sampai dengan 17 3
4 > 17 sampai dengan 25 4
5 > 25 sampai dengan 35 5
6 > 35 sampai dengan 50 6
7 > 50 sampai dengan 70 7
8 > 70 sampai dengan 100 8
9 > 100 sampai dengan 140 9
10 > 140 sampai dengan 200 10
Tabel Indeks C - Macam konstruksi tinggi bangunan

No. Situasi Bangunan Indeks D

1 Pada tanah datar di semua ketinggian 0


2 Di kaki bukti sampai tiga per empat tinggi bukit atau di 1
pegunungan sampai 1000 meter

3 Di puncak gunung atau pegunungan lebih dari 1000 meter 2

Tabel Indeks D - Macam situasi bangunan

No. Hari Guntur Per tahun Indeks E


1 2 0
2 4 1
3 8 2
4 16 3
5 32 4
6 64 5
7 128 6
8 256 7
Tabel Indeks E - Macam hari guntur per tahun
R=A+B+C+D+E Perkiraan Bahaya Instalasi Petir

< 11 Diabaikan Tidak Perlu


11 Kecil Tidak Perlu
12 Sedang Agak Dianjurkan
13 Agak Besar Dianjurkan
14 Besar Sangat Dianjurkan
> 14 Sangat Besar Sangat Perlu
Tabel Indeks F - Perkiraan bahaya
Setelah mengetahui beberapa factor indeks dilanjuktakn dengan Analisis Perkiraan
Bahaya dan Perlunya Installasi Penangkal Petir bangunan atau Gedung dilingkungan
politeknik ,berikut hasil Analisa 5 gedung di politeknik yaitu :

LAB KONTROL JURUSAN TEKNIK MESIN

No Faktor Faktor Indeks Nilai


1 Indeks A (Struktur bangunan & Isinya) 2
2 Indeks B (Kontruksi Bangunan) 2
3 Indeks C (Tinggi Bangunan) 2
4 Indeks D (Situasi Bangunan) 1
5 Indeks E (Hari Guntur Per Tahun) 5
6 Indeks F (Total Indeks A+B+C+D+E) 12

Berdasarkan table indeks total nilai Lab Kontrol sebesar 12 berati perkiraan bahaya
Sedang sesuai dengan table faktor faktor indeks,Untuk instalasi penangkal petir Agak
Dianjurkan.
LAB REFRIGERASI

No Faktor Faktor Indeks Nilai


1 Indeks A (Struktur bangunan & Isinya) 2
2 Indeks B (Kontruksi Bangunan) 1
3 Indeks C (Tinggi Bangunan) 2
4 Indeks D (Situasi Bangunan) 1
5 Indeks E (Hari Guntur Per Tahun) 5
6 Indeks F (Total Indeks A+B+C+D+E) 11

Berdasarkan table indeks total nilai Lab Elektro sebesar 11 berati perkiraan bahaya
Kecil sesuai dengan table faktor faktor indeks,Untuk instalasi penangkal petir Tidak Perlu.

Setelah mengetahui bangunan tersebut perlu dipasang penangkal petir,berdasarkan data


data tersebut lima Gedung atau bangunan yang berada di lingkungan politeknik terdapat bahwa
penangkal petir sagat di perlukan pada Gedung D4 TRU, Gedung MA dan lab Kontrol. Untuk
lab mekanik dan lab elektro agak dianjurkann,namun demi keselamatan tetap perlu dipasang
pennagkal petir karena lab tersebut digunakan sebagai tempat praktikum
BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Praktikum pengukuran tahanan tanah ini untuk mengetahui kelayakan untuk setiap
Gedung yangada dilingkungan politeknik, apakah memangharus dipasang penangkalpetir
atau tidak. Atau intalasi penangkal petir sudah sesuai PUIL atau belum sesuai
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pusatgroundingindonesia.com/blog/pengertian,-jenis,-dan-manfaatgrounding-system,
https://panduanteknisi.com/pengertian-dan-fungsi-grounding-listrik.html,
https://www.brainacademy.id/blog/penemu-fungsi-dan-cara-kerja-penangkal-petir,
https://ilmubangunan.com/cara-mengukur-grounding/,
https://antipetir-com.cdn.ampproject.org/v/s/antipetir.com/tester-grounding-earthtester-penangkal-
petir,
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai