suatu penanganan yang menghasilkan padatan limbah yang memiliki identitas struktural yang tinggi. Proses solidifikasi
menyebabkan kontaminan tidak dapat berinteraksi dengan reagen solidifikasi. Hal ini terjadi karenasecara mekanik, kontaminan dikunci
atau dijebak dalam padatan yang terbentuk dari proses solidifikasi.
Proses yang menggunakan bahan pemadat (SOLIDIFYING AGENT) pada limbah bebahaya, sehingga diperoleh produk dalam matrik padat untuk
:
➢ Meningkatkan kekuatan (STRENGTH)
➢ Meningkatkan Kuat Tekan (COMPRESSIBILITY)
➢ Menurunkan permeabilitas campuran limbah
Tujuan dari solidifikasi/stabilisasi (S/S) adalah
➢ Komponen limbah terperangkap secara fisik dalam bahan S/S pada level
yang lebih mikro (misalnya dalam level kristal)
➢ Bila bahan S/S tersebut mengalami kerusakan menjadi ukuran yang lebih
kecil, komponen limbah masih tetap terperangkap.
• 1. Tanah
2. Abu terbang
3. Semen
4. Kapur
5. Mineral lempung
6. Serbuk gergaji
7. Jerami
8. Rumput kering
➢Beberapa proses stabilisasi mengendapkan kontaminan dari limbahnya.
Diperoleh bentuk yang lebih stabil, misalnya pengendapa an-organik sebagai
hidroksida, silikat, karbonat, fosfat. Aplikasi yang banyak digunakan adalah
hidroksida berat.
➢Keterikatan fiksasi pengendapan metalik tergantung pada pH. Pada kondisi asam
kuat, metal tersebut akan cenderung kembali larut dan terlindikan.
➢Adalah mekanisme lain dari stabilisasi yang mengubah kandungan
kimia menjadi bentuk lain atau bentuk yang sama tetapi toksisitasnya
lebih rendah.
➢Beberapa reaksi kimia dapat terjadi selama proses stabilisasi
berlangsung, termasuk kemungkinan detoksifikasi. Terjadi reduksi
toksisitas sehingga menjadi lebih tidak toksik. Contoh : Cr+6 ternyata
juga mengalami reduksi menjadi Cr+3 pada saat stabilisasi dengan
sement.
➢Binder (pengikat) : Bahan yang akan menyebabkan
produk S/S menjadi lebih kuat seperti sement pada
adukan beton.
➢Bahan aditif, seperti silika dapat memperlambat
proses
pengerasan, lempung dapat meningkatkan
ketahanan terhadap air atau kontaminan,dan
surfaktan dapat meningkatkan penyatuan senyawa
organik. Bahan aditif biasanya ditambahkan hanya
dalam jumlah kecil.
➢Proses yang berbasis pada semen (CEMENT BASED PROCESS)
➢Proses dengan pozzolan (POZZOLANIC PROCESS)
➢Proses TERMOPLASTIS
➢POLIMERISASI ORGANIK
➢VITIFIKASI atau GALISIFIKASI
➢ Limbah dicampur dengan PC dan agregat (pasir dan kerikil).
➢ Ikatan yang terjadi : bersifat fisik dan secara kimia.
➢ Dengan logam berat : terbentuk hidroksida-metal tidak larut.
➢ Dpt di tambahkan additif: flyash, natrium silikat, bentonit, dsb untuk mempercepat proses.
➢ Produk S/S yang dihasilkan akan tergantung semen yang di tambahkan : berbentuk adukan
beton atau granular atau butiran seperti tanah.
➢ Banyak diterapkan di lapangan untuk logam berat misalnya dari plating. Diterapkan juga untuk
limbah PCB, OIL SLUDGE dan limbah organik lainya, Tetapi keefektifannya dinilai kurang baik
dibanding logam berat.
Keuntungan penggunaan semen dalam proses Solidifikasi/ Stabilisasi limbah berbahaya adalah:
▪ Mengandung komposisi yang konsisten
▪ Reaksi setting, pengerasan dan fiksasi berjalan lebih bagus dibandingkan semen
pozzolan lain.
▪ Kebanyakan penelitian tentang peluluhan logam menggunakan semen Portland,
sehingga lebih banyak acuan yang bisa dipakai
▪ Murah
➢Tanah pozzolan (silikan dan aluminat) akan mengeras apabila
bercampur dengan kapur atau semen dan air.
➢Terjadi pemerangkapan secara fisik, disamping secara kimia.
➢Produk akhirnya : berupa bahan seperti butiran sampai produk solid
yang kohesif sebagai bahan bangunan.
➢Diterapkan untuk limbah oli sludge, sludge dari plating (logam-logam
berat), limbah asam.
➢Merupakan proses pengkapsulan mikro, tanpa reaksi kimia.
➢Binder yang digunakan biasanya aspal (bitumen) atau polyethylen,
yang dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampur dengan limbah.
Tidak cocok untuk limbah yang ber folatil.
➢Bila digunakan campuran dingin (cold-mix), perlu kompaksi untuk
mengeluarkan air dari campuran.
➢Telah diterapkan untuk tanah terkontaminas oil, yang diaplikasikan
sebagai bahan jalan. Juga telah diterapkan untuk limbah sludge
plating, lumpur refinery mengandung logam berat dan organik, debu
insinerasi, limbah radioaktif.
➢Binder yang digunkan adalah polimer organik. Yang paling sering
digunakan adalah urea formaldehid.
➢Pertamakali diterapkan untuk limbah radioaktif, kemudian terbatas
diterapkan pada limbah organik berkhlor, venol, sludge mengandung
sianida dan arsen.
➢Menggunakan teknik pembuatan gelas atau keramik.
➢Limbah dicampurkan dalam bahan sehingga terbentuk produk yang
mengeras. Tidak cocok untuk limbah yang bervolatin
➢Pretreatment atau treatment limbah berbahaya yang sulit ditangani
(Temporary)
➢Stabilisasi limbah berbahaya sebelum ditangani melalui land disposal
(Landfilling)
➢Stabilisasi kontaminan sebagai upaya pembersihan site (Remediasi) yang
tercemar limbah berbahaya.
➢Stabilisasi limbah industri, termasuk yang non berbahaya, khususnya
limbah lumpur sludge, dan pengolahan residu hasil pengolaha limbah lain
seperti abu pengolahan termal
➢Proses ini dapat dianggap sebagai pengolahan limbah yang dapat
mereduksi gerakan pencemaran lingkungan lebih lambat seperti terdapat
di alam.
Contoh Solidifikasi menggunakan cetakan berbentuk tabung
➢Uji S/S di laboratorium bekerja dengan skala kecil dan lebih homogen,
sehingga hasilnya lebih konsisten. Pada kenyataanya di lapangan, proses
S/S di lapangan berskala besar :
✓Volume limbah yang harus ditangani dalam jumlah skala truk
pengangkut
✓Tanah yang harus diremidasi memerlukan penggalian dengan alat
berat
✓Bekas kolam limbah bekas penampunga limbah berskala besar dan
tidak beraturan
➢Operasi yang dilakukan di lapangan banyak menggunakan alat-alat berat
seperti yang digunakan dalam pekerjaan tanah misalnya : Backhoe,
Loader.
➢Persoalan yang timbul adalah bagaimana mencampur secara baik,
antara bahan yang akan disolidifikasi dengan binder-nya serta bahan-
bahan additif lainya.
Operasi S/S yang banyak dilakukan di lapangan untuk limbah berbahaya
adalah :
➢Berdasarkan produk berbasis lime/silicate, menghasilkan produk
sejenis adukan (MORTAR). Produk yang dihasilkan bersifat
mengeras, dan prosedurnya sesuai dengan pengujian adukan atau
beton, misalnya Compressive Strength.
➢Berdasarkan produk berbasis sejenis tanah : kontrol akhir produk
dan penangananya biasanya didasarkan sebagaimana layaknya sifat
mekanis tanah, misalnya permeabilitas.
➢Uji lain selain uji pelindian antara lain uji ketahanan cuaca
(Durability test)
Kelayakan hasil solidifikasi sebagai bahan banguan dapat diketahui setelah melalui
beberapa uji yang dipersyaratkan. :
Kualitas terkait dengan nilai uji kekuatan tekan dari suatu material
bahan bangunan harus memenuhi batas nilai uji tekan berdasarkan SNI
yang sesuai.
Persyaratan hasil uji kekuatan tekan material bahan bangunan di Indonesia
ditetapkan melalui SNI.
Salah satu contoh untuk kualitas dari bata beton pejal dibagi menjadi 4 kelas
dengan batas nilai uji tekan sebagai berikut (SNI-03-0348-1989):
Tujuan dari uji TCLP ini adalah membatasi adanya lindi (leaching) berbahaya
yang dihasilkan setelah limbah di solidifikasi.
➢ Jika kadar nikel dalam ekstrak TCLP sebelum perlakuan ≤ 20 ppm, maka kadar nikel
dalam ekstrak TCLP setelah perlakuan harus ≤ 1 ppm; atau
➢ Jika kadar nikel dalam ekstrak TCLP sebelum perlakuan > 20 ppm, maka kadar nikel
dalam ekstrak TCLP setelah perlakuan harus ≤ 5 % dari kadar nikel dalam ekstrak TCLP
sebelum perlakuan; dan
➢ Jika kadar krom dalam ekstrak TCLP sebelum perlakuan ≤ 120 ppmmaka kadar krom
dalam ekstrak TCLP setelah perlakuan harus ≤ 6 ppm; atau
➢ Jika kadar krom dalam ekstrak TCLP sebelum perlakuan > 120 ppm, maka kadar krom
dalam ekstrak TCLP setelah perlakuan harus ≤ 5 % dari kadar krom dalam ekstrak TCLP
sebelum perlakuan.
Uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP)