Anda di halaman 1dari 17

SOLIDIFIKASI

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat melakukan proses solidifikasi limbah
berbahaya agar kontaminan dalam bentuk terlarut dapat larut atau terekstrak kembali ke air
dan tidak menyebar ke lingkungan.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


 Alat yang digunakan:
1. Gelas Kimia 250 ml
2. Erlenmeyer 250 ml
3. Timbangan
4. Neraca analitik
5. spatula
6. kaca arloji
7. cup mineral
8. pipet ukur 25 ml
9. bola karet

 Bahan yang digunakan:


1. Limbah artificial ( )
2. Semen

III. DASAR TEORI


Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedimikian rupa sehingga
mempunyai sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk penanganan. Proses
selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan, sementara sampai penyimpanan lestarr.
Bahan yang dapat digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash.
TEORI TAMBAHAN
 SOLIDIFIKASI
Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan semen. Selama absorbsi air,
senyawa mineral terhidrasi membentuk substansi dispersi koloid yang disebut “sol”. Sol
tersebut kemudian di koagulasi dan dipresipitasi (pengkondisian akhir). Gel yang
terbentuk kemudian dikristalisasi. Solidifikasi menggunakan semen merupakan asalah
satu alternative pengolahan limbah dengan tujuan untuk mengurangi interaksi
pencemaran lingkungan. Teknologi solidifikasi limbah didasarkan pada interaksi limbah
membentuk padatan limbah baik secara fisika maupun kimiawi.

- Karakteristik solidifikasi:
1. Solidifikasi logam murni
Logam murni membeku pada temperature konstan yaitu sama dengan temperature
pembekuannya / temperature leburnya.
2. Solidifikasi logam murni (alloy)
Logam padatan pada umumnya membeku pada daerah pembekuan sebenarnya.
3. Solidifikasi logam panduan eutektik
Suatu panduan yang memiliki komposisi tertentu (komposisi eutentika) bila
mengalami pendinginan ssangat lambat maka pembekuan akan berlangsung pada
temperature konstan.

- Tiga hal yang umumnya dilakukan dalam proses solidifikasi, yaitu:


1. Fisika
Mencangkup kelembapan, kerapatan, kepadatan, kekuatan, dan daya tahan.
2. Kimia
Mencangkup Ph, reaksi redoks, kapasitas penetralan asam, kebasahan, dan kandungan
senyawa organic.
3. Peluluhan
Mencangkup TCID, prosedur ekstraksi peluluhan dinamis, prosedur peluluhan
pengendapan asam sintesis (SPLP) dan ekstraksi berurutan.

Keuntungan dan Kerugian Solidifikasi menggunakan Semen

Keuntungan Kerugian
material dan teknologinya mudah peningkatan volume dan densitas yang
dijangkau tinggi for shipping dan disposal

sesuai dengan berbagai jenis limbah


dapat mengalami keretakan apabila
biaya sedikit terekspos dengan air

produk sememntasi bersifat stabil


terhadap bahan kimia dan biokimia

produk sementasi tidak mudah


terbakar dan memiliki kestabilan
temperature yang baik

 LIMBAH B3
1. Pengertian Limbah B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lain.
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)
suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena
sifat (toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya
yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

2. Identifikasi Limbah B3
 Pengidentifikasian Limbah B3 digolongkan ke dalam 2 kategori, yaitu:
1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
 Golongan Limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
1. Limbah B Limbah B3 dari sumber spesifik;
2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi.

 Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:


1. mudah meledak;
2. pengoksidasi;
3. sangat mudah sekali menyala;
4. sangat mudah menyala;
5. mudah menyala;
6. amat sangat beracun;
7. sangat beracun;
8. beracun;
9. berbahaya;
10. korosif;
11. bersifat iritasi;
12. berbahayabagi lingkungan;
13. karsinogenik;
14. teratogenik;
15. mutagenik.

 Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun
1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:
1. mudah meledak;
2. mudah terbakar;
3. bersifat reaktif;
4. beracun;
5. menyebabkan infeksi;
6. bersifat korosif.

 Proses Pengolahan Limbah B3

4. Pengolahan Limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi,
adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan
komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun
sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat
khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih.
Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg,
maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.

5. Teknologi Pengolahan
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan
utama dari chemical conditioning ialah:
1. menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
2. mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
3. mendestruksi organisme pathogen
4. memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki
nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
5. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima lingkungan

 Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:


1. Concentration thickening
2. Treatment, stabilization, and conditioning
3. De-watering and drying
4. Disposal

2. Solidification/Stabilization
Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan
bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari
limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi
didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan
aditif.
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6
golongan, yaitu:
1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar
2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
3. Precipitation
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain
yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat).

 SAMPAH B3
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
sampah, sampah B3 merupakan sampah spesifik yang meliputi:
1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
2. Sampah yang mengandung limbah B3.
3. Sampah yang timbul akibat bencana.
4. Bongkaran puing bangunan.
5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.
6. Sampah yang timbul secara periodik.

Metode Pembuangan Limbah B3

Sumur dalam atau sumur injeksi (deep well injection)

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan
memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-
lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap
di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air.
Gambar Sumur Injection

Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan
pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan
bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan antara tahun 1965-
1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.

Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam
formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan
mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan
minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur
dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.

Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments

Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus bagi limbah B3.
Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air
limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode
ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada
kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air
limbah sehingga mencemari udara.

Landfill untuk limbah B3 atau Secure Landfills

Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tingkat tinggi. Pada
metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan kedalam drum atau tong-tong,
kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3.
Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah
B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara
penanganan limbah B3 yang efektif. Metode secure landfillmerupakan metode yang memiliki
biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi
jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.

IV. PROSEDUR KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Membuat limbah artificial (FeSO4. 7H2O) sebanyak 4000 ppm dalam 250 ml air.
3. Mengecek kondisi awal limbah dengan cara menitrasi :
a. Mempipet limbah artificial FeSO4sebanyak 25 ml dan dicampur dengan 25
ml 0,5 NH2SO4 kedalam erlenmeyer 250 ml.
b. Menitrasi dengan larutan 0,1 N KMnO4500 ml sampai warna merah muda
tidak berubah lagi.
c. Mencatat volume titrasi.
4. Limbah artificial FeSO4yang belum ditritasi dilakukan solidifikasi dengan semen, adapun
komposisi limbah + semen = (50 ml + 50 gr), (50 ml + 60 gr), dan (50 ml + 70 gr).
Solidifikasi ini dilakukan didalam cup mineral dan ditunggu selama 7 hari sampai semen
mengeras bersama limbah.
5. Semen yang mengeras bersama limbah setelah 7 hari kemudian dicampurkan dengan
aquades masing-masing 30 ml dan menunggu selama 30 menit.
6. Aquades yang telah bercampur dengan semen solidifikasi selama 30 menit kemudian
dipipet 25 ml dan dicampur dengan 25 ml H2SO4 0,5 N.
7. Selanjutnya campuran larutan ditritasi dengan 0,1 N KMnO4 500 ml sampai warna merah
muda tidak berubah lagi dan mencatat volume titrasinya.

V. DATA PENGAMATAN
5.1 Pengecekan Fe Pada Kondisi Awal
Volume Analit (mL) Volume Titran (mL) Perubahan Warna
25 mL 1 mL
25 mL 1,2 mL Putih bening sampai
25 mL 0,9 mL Merah Muda
Rata - rata 1,03 mL

5.2 Pengecekan Kandungan Fe Pada Kondisi Akhir (Setelah Solidifikasi)


Komp. Semen Volume Analit Volume Titran Perubahan Warna
50 gr 25 ml 0,3 ml Putih bening sampai
60 gr 25 ml 0,2 ml Merah Muda
70 gr 25 ml 0,1 ml
5.3 Pengamatan Hasil Solidifikasi Semen dengan Limbah FeSO4
Semen + Limbah Hasil Pengamatan
Ketinggian semen paling rendah dari pada
50 gr + 50 ml sample lain dan agak rapuh dan terdapat
banyakcairan diatas semen
Ketinggian semen lebih tinggi dari pada
60 gr + 50 ml sample 1 dan semen mengeras serta ada
sedikit cairan diatas semen
Ketinggian semen paling tinggi dari pada
70 gr + 50 ml sample lain dan semen mengeras sempurna
tanpa ada cairan pada bagian atas semen

VI. PERHITUNGAN
6.1 Pembuatan Larutan 400 ppm FeSO4 250 ml

𝑚𝑙
1000 × mg FeSO4
𝐿
ppm FeSO4 = 𝑚𝑙 FeSO4

𝑚𝑙
1000 × mg FeSO4
𝐿
400 ppm = 250 𝑚𝑙

mg FeSO4 = 0,1 gr

6.2 Pembuatan Larutan Fe Pada Kondisi Awal

𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝐵𝐸 𝐹𝑒
% Fe = x 100%
𝑔𝑟 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
1,03 𝑚𝑙 × 0,1 𝑒𝑘 × 56 𝑔𝑟/𝑒𝑘
= x 100%
0,1 𝑔𝑟

= 57,68 %

6.3 Pembutan Larutan KMnO4 0,1N 500ml


gr = N x V x BE
= 0,1 ek x 500 x 158,038/5 gr/ek
= 1,58038 gr

6.4 Penentuan Kadar Fe Pada Kondisi Akhir


- 50gr semen + 50 ml limbah
𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝐵𝐸 𝐹𝑒
% Fe = x 100%
𝑔𝑟 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒

0,3𝑛𝑙 × 0,1 𝑒𝑘 × 56 𝑔𝑟/𝑒𝑘


= x 100%
0,1 𝑔𝑟

= 16,8 %

- 60gr semen + 50ml limbah

𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝐵𝐸 𝐹𝑒
% Fe = 𝑔𝑟 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
x 100%

0,3𝑛𝑙 × 0,1 𝑒𝑘 × 56 𝑔𝑟/𝑒𝑘


= x 100%
0,1 𝑔𝑟

= 11,2 %

- 70gr semen + 50ml limbah

𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 × 𝐵𝐸 𝐹𝑒
% Fe = x 100%
𝑔𝑟 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
0,3𝑛𝑙 × 0,1 𝑒𝑘 × 56 𝑔𝑟/𝑒𝑘
= x 100%
0,1 𝑔𝑟

= 5,6 %

6.5 Efisiensi Proses Solidifikasi dengan Variasi Komposisi Semen


- Semen 50 gr

ɳ =
% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 −% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%

57,68 % −16,8 %
= x 100%
57,68 %

= 70,87 %

- Semen 60 gr

ɳ =
% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 −% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%

57,68 % −11,2 %
= x 100%
57,68 %

= 80,41 %

- Semen 70 gr

ɳ =
% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 −% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% 𝐹𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%

57,68 % −5,6 %
= x 100%
57,68 %

= 90,92 %
VII.TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B-3 ?
2. Apa tujuan dari solidifikasi ?
3. Selain semen bahan apa saja yang digunakan untuk solidifikasi ?
4. Apa keuntungan solidifikasi dengan semen ?
5. Pada kondisi pH berapa solidifikasi dapat dilakukan dengan baik, jelaskan
6. Bagaimana kuat tekan dari hasil solidifikasi yang dilakukan ?

Jawab :

1. Suatu limbah digolongkan sebagai B-3 bila mengandung bahan berbahaya beracun yang
sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat masuk dan
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan.

2. Solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair ke lingkungan dengan


membentuk padatan sehingga lebih mudah ditangani.

3. Selain semen dapat digunakan fly ash, kaca, dan termoplastik.

4. Keutungan solidifikasi dengan semen:


 Mengandung komposisi yang konsisten
 Reaksi setting, pengerasan dan fiksasi berjalan lebih bagus dibandingkan bahan
lainnya.
 Murah
5. Pada kondisi pH=7 (netral) karena jika proses pemadatan yang dilakukan oleh semen
berada pada pH yang asam maka hasil solidifikasi akan mengalami keretakan sehingga
dapat dikatakan solidifikasi yang dilakukan gagal karena memungkinkan bagi limbah cair
keluar dari padatan tersebut.

6. Dari hasil solidifikasi yang dilakukan sampel yang memiliki kuat tekan yang lebih besar
adalah sampel yang memiliki campuran semen yang lebih besar denga pH netral (pH=7).
VIII. ANALISA PERCOBAAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat dianalisis bahwa percobaan
solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair yang berbahaya dengan
mengubahnya atau menimbunnya kedalam bentuk padatan sehingga akan lebih mudah
ditangani. Bahan yang digunakan dalam proses ini berupa semen karena pada dasarnya
semen dianggap memiliki komposisi yang stabil atau konsisten beserta struktur titik yang
kuat. Selain itu juga alasan penggunaan semen sebagai bahan solidifikasi dikarenakan
bahan semen mudah didapatkan atau lebih terjangkau. Sampel yang diuji dibuat dengan
venturi atau komposisi semen yang berbeda dengan limbah berbahaya artificial dengan
komposisi yang sama. Adapun limbah artificialnya adalah FeSO4.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwasannya komposisi semen dan
limbah yang masih terdapat cairan limbah diatas semen solidifikasi adalah komposisi 50
gr dan 60 gr sedangkan pada komposisi 70 gr semen tidak terlihat adanya cairan limbah
diatas permukaan solidifikasi. Hal ini membuktikan dari proses pengecekan kondisi akhir
melalui penitrasian, bahwa kandungan Fe atau kadar Fe paling banyak masih terdapat
pada komposisi 50 gr yaitu sebesar 16,8 %.
Keuntungan dari solidifikasi adalah mencegah disperse partikel kasar dan cairan
selama penanganan, meminimalkan keluarnya radionuklida dan bahan berbahaya selama
penanganan. Dalam proses solidifikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain : kemampuan reaching, stabilitas kimia, uji kuat tekan, ketahanan radiasi, stabilitas
termal, dan kelarutan. Semen yang digunakan pada solidifikasi praktikum kali ini
terhidrasi membentuk substitusi sispersi koloid yang disebut sol. Sehingga hal ini dapat
mengkoloidkan semen bersama limbah berbahaya yang disolidifikasi.
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Solidifikasi bertujuan untuk mencegah migrasi/penyebaran konstituen berbahaya
yang terdapat pada suatumlimbah cair dengan merubahnya dalam bentuk solid
sehingga mudah ditangani.
2. Semakin banyak bahan solid yang digunakan untuk solidifikasi maka semakin efektif
proses solidifikasi limbah berbahaya.
3. Komposisi yang mengandung kadar Fe tertinggi dari hasil solidifikasi adalah
komposisi 50 gr dengan kadar Fe sebesar 16,8 % dengan efesiensi sebesar 70,87 %.
4. Komposisi yang paling efektif dalam mengurangi kadar Fe dari hasil solidifikasi
adlaah komposisi 70 gr dengan kadar Fe sebesar 5,6 % dengan efesiensi sebesar
90,29%.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Jobsheet. 2018. “Teknik Pengolahan Limbah”. Politeknik Negeri Sriwijaya
2. http://limbahb3-limbahb3.blogspot.com/
3. http://banksampahmelatibersih.blogspot.com/2013/02/sampah-b3-bahan-berbahaya-dan-
beracun.html
XI. GAMBAR ALAT

Neraca Analitik pipet Ukur Spatula

Bola Karet Erlenmayer Kaca Arloji

Anda mungkin juga menyukai