Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan masalah pelik yang menyertai suatu proses
industri dan banyak menyita perhatian masyarakat maupun pemerintah.
Limbah yang dihasilkan dari poses produksi berupa bahan organik
maupun bahan anorganik. Sebagian dari limbah merupakan limbah dalam
kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B-3). Penanganan limbah B-3
yang tidak benar akan membahayakan lingkungan maupun kesehatan manusia,
seperti terjangkitnya penyakit, keracunan dan akumulasi limbah di lingkungan.
Salah satu pengolahan limbah yang dilakukan adalah pengolahan limbah
secara konvensional yaitu dengan cara pengendapan. Pengolahan dilakukan
dengan cara mengubah logam pencemar terlarut menjadi hidroksida atau
endapan sulfida yang tidak larut dan dikumpulkan sebagai lumpur (sludge).
Selanjutnya lumpur tersebut ditimbun dalam tanah. Pada kondisi asam, logam
yang terkandung dalam lumpur akan dilepaskan kembali ke alam. Bila hal ini
berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tentu saja bisa membahayakan
kehidupan. Cara lain penanganan limbah adalah dengan cara elektrolisis,
osmosis, penukar ion, emulsi membran cair dan absorbsi menggunakan
mikroorganisme atau tumbuhan air tertentu (bioassay).
Solidifikasi/stabilisasi (S/S) limbah menggunakan semen merupakan
salah satu alternatif pengolahan limbah dengan tujuan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan. Teknologi solidifikasi/stabilisasi limbah didasarkan
pada interaksi limbah membentuk padatan limbah baik secara fisik maupun
kimiawi. Semen, kapur, silika terlarut merupakan bahan yang sering digunakan
pada solidifikasi/stabilisasi limbah. Semen Portland digunakan sebagai matrik
solidifikasi karena semen banyak digunakan dalam dunia perdagangan maupun
penelitian. Tujuan dari solidifikasi/stabilisasi (S/S) adalah membentuk padatan
yang mudah penanganannya dan tidak akan meluluhkan kontaminan ke
lingkungan. Produk dari proses S/S merupakan produk yang aman dan dapat
diarahkan untuk pembuatan produk yang bermanfaat, misalnya paving block,
batako, dan tiang listrik berbahan dasar limbah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Limbah Padat?
2. Apa Pengertian Solidifikasi/Stabilisasi?
3. Bagaimana Mekanisme Solidifikasi/Stabilisasi?
4. Bagaimana Mekanisme Solidifikasi/Stabilisasi pengendapan?

1.3 Tujuan
1. Membantu mahasiswa untuk mempelajari limbah padat
2. Memahami metoda pengelolaan solidifikasi/stabilisasi
3. Mengetahui mekanisme solidifikasi/stabilisasi pengendapan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah Padat


Limbah yaitu semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan
hewan yang berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang
karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. Walaupun dianggap sudah
tidak berguna dan tidak dikehendaki, namun bahan tersebut kadang-kadang
masih dapat dimanfaatkan kembali dan dijadikan bahan baku. Limbah padat
didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, sedangkan SNI 19-2454-1991 yang telah diperbaharui dalam SNI 19-
2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan, limbah padat adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan
organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan dan meindungi investasi pembangunan.
Selain itu berdasarkan Istilah Lingkungan unyuk Manajemen, Ecolink
1996, limbah padat merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis. Pengeritan Limbah padat disesuaikan dengan sumbernya yaitu hasil
buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari
suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan
domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah
tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan,
pertanian serta dari tempat-tempat umum. Contohnya limbah yang dikeluarkan
dari cerobong asap suatu pabrik pengolahan.

2.2 Solidifikasi dan Stabilisasi


Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedimikian rupa
sehingga mempunyai sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk
penanganan. Proses selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan,
sementara sampai penyimpanan lestari. Bahan yang dapat digunakan untuk
proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash.
Solidifikasi merupakan teknik pengolahan dengan menggunakan
pencampuran antara limbah dengan agen solidifikasi. Keuntungan dari metode
solidifikasi adalah mencegah disperse partikel kasar dan cairan selama
penanganan, meminimalkan keluarnya radionuklida dan bahan berbahya
setelah pembuangan serta mengurangi paparan potensial (pemecahan jangka
panjang). Beberapa properti yang harus diperhatikan dalam solidifikasi antara
lain: kemampuan leaching, stabilitas kimia, uji kuat tekan, ketahanan radiasi,
biodegradasi, stabilitas termal dan kelarutan. Beberapa bahan yang digunakan
sebagai agen dalam solidifikasi yaitu semen, kaca, termoplastik dan
thermosetting. Tujuan dari solidifikasi/stabilisasi (S/S) adalah membentuk
padatan yang mudah penanganannya dan tidak akan meluluhkan kontaminan
ke lingkungan. Untuk mengetahui keberhasilan tujuan dari proses S/S dilakukan
dengan cara melakukan uji standard dan uji termodifikasi. Tiga hal yang
umumnya dilakukan dalam pengujian proses S/S adalah:
 Fisik, mencakup kelembaban, kerapatan, kepadatan, kekuatan dan daya
tahan.
 Kimiawi, mencakup pH, reaksi redoks, kapasitas penetralan asam, kebasaan,
dan kandungan senyawa organik.
 Peluluhan, mencakup TCLP, prosedur ekstraksi bertingkat, peluluhan dinamis
prosedur peluluhan pengendapan asam sintetis (SPLP, Synthetic Acid
Precipitation Leaching Procedure) dan ekstraksi berurutan.
Penanganan dengan proses S/S dikatakan berhasil bila dihasilkan produk
limbah yang kuat dan tahan lama yang tidak akan meluluhkan logam dalam
jangka waktu pendek maupun panjang. Produk dari proses S/S merupakan
produk yang aman dan dapat diarahkan untuk pembuatan produk yang
bermanfaat, misalnya paving block, batako, dan tiang listrik berbahan dasar
limbah.
Secara umum stabilisasi didefinisikan sebagai proses pencampuran
bahan berbahaya dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan untuk
menurunkan laju migrasi dan toksisitas bahan berbahaya tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga
sering dianggap mempunyai arti yang sama (Roger Spence and Caijun Shi,
2006). Prinsip kerja stabilisasi/solidifikasi adalah pengubahan watak fisik dan
kimiawi bahan berbahaya (limbah B-3) dengan cara penambahan senyawa
pengikat sehingga pergerakan senyawa-senyawa B-3 dapat dihambat atau
terbatasi dan membentuk ikatan massa monolit dengan struktur yang kekar
(massive).
Penerapan Teknologi Solidifikasi a) Pretreatment atau treatment limbah
berbahaya yang sulit ditangani (temporary) b) Stabilisasi limbah berbahaya
sebelum ditangani melalui land disposal (landfilling) c) Stabilisasi kontaminan
sebagai upaya pembersihan site (remediasi) yang tercemar limbah berbahaya
d) Stabilisasi limbah industri, termasuk yang non-berbahaya, khususnya limbah
lumpur sludge, dan pengolahan residu hasil pengolahan limbah lain seperti abu
pengolahan termal e) Proses ini dapat dianggap sebagai pengolahan limbah
yang dapat mereduksi gerakan pencemaran ke lingkungan agar lebih lambat
seperti terdapat di alam.

2.3 Mekanisme proses solidifikasi/stabilisasi


Proses stabilisasi/solidifikasi/stabilisasiberdasarkan mekanismenya dapat
dibagi menjadi 6 golongan, yaitu : a) Macroencapsulation, yaitu proses dimana
bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar;
b) Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik; c) Precipitation; d) Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar
diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi; e)
Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan pemadat; f) Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa
beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau
bahkan hilang sama sekali.

2.4 Mekanisme Proses Solidifikasi/ Stabilisasi Pengendapan


Mekanisme utama dalam pengikatan logam oleh semen diperkirakan
melalui proses pengendapan dan beberapa reaksi permukaan lain, termasuk
adsorpsi, absorpsi dan pembentukan kompleks. Lingkungan basa dan efeknya
terhadap kimiawi logam harus dipelajari apabila ingin menjelaskan reaksi dalam
semen.
Kandungan logam berat dalam semen dapat dikontrol dengan pengaturan
pH dengan syarat bahwa logam tersebut mempunyai tingkat kelarutan yang
kecil pada pH tinggi. Beberapa logam bersifat amfoter dan menyebabkan
kelarutannya tetap tinggi pada pH rendah maupun tinggi. Derajad keasaman
(pH) optimum pada proses pengendapan hidroksida merupakan karakteristik
dari tiap-tiap logam tergantung kelarutan hidroksida logamnya. Cartledge (1990)
melaporkan bahwa sistem Cd/semen meliputi pembentukan Cd(OH)2 yang
menyediakan situs nukleasi bagi kasium hidroksida dan gel C-S-H dalam
matriks semen, yang akan menghasilkan kadmium dalam bentuk hidroksida tak
larut. Pada sistem Pb/semen meliputi campuran garam hidroksida, sulfat dan
nitrat yang akan membentuk lapisan kedap air pada butiran semen dan akan
memperlambat proses setting dari semen sebagai garam timbal yang larut.
Beberapa peneliti menjelaskan kemungkinan terjadinya pengendapan sebelum
dan selama proses S/S.
Proses pengendapan tersebut didasarkan pada kombinasi pengendapan
dan sementasi. Kalsium fosfat (apatit) secara efisien dapat memperlambat
proses mobilisasi dari timbal berdasarkan reaksi sebagai berikut:
Ca10(PO4)6(OH)2(s) + 14H+ (aq) → 10Ca2+ (aq) + 6H2PO4-(aq) + 2H2O(ℓ)
10Pb2+(aq) + 6H2PO4-(aq) + 2H2O(ℓ) → Pb10(PO4)6(OH)2(s) + 14H+ (aq)
Penghilangan timbal berlangsung dengan cepat. Dalam kurun waktu setengah
menit, 93% timbal dapat dihilangkan dari larutannya dan 90% dari tanah
terkontaminasi setelah 5 hari. Chen dkk. (1997), melakukan penelitian tentang
efek apetit pada tanah terkontaminasi. Mereka meluluhkan tanah dalam cairan
pengekstraksi TCLP pada pH 4 selama 24 jam. Fasa cairan dipisahkan dan
direaksikan dengan apatit. Chen dkk. menyimpulkan bahwa apatit sangat efisien
dalam proses penghilangan timbal (hampir 100%) dan relatif moderat dalam
menyerap kadmium (49%) serta zink (29%). Apatit juga bisa menurunkan
konsentrasi logam dalam TCLP dari larutannya. Setelah terjadinya reaksi,
mobilisasi endapan sangat kecil dalam lingkungan dengan range pH yang
besar.

Anda mungkin juga menyukai