Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 1
TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN

Disusun oleh:
Kelompok A3

Ega Mulya Permata (10060319015)


Daifa Ermanda Mawali (10060319016)
Ayu Suci Dewi (10060319018)
Ratna Khoerunisa (10060319019)
Nabila Shofura Mahardika (10060319020)
Levina Geby Dwi Putri A (10060319021)

Nama Asisten : Egya R. Prasadhana., S. Farm.

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PROGRAM


STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG
2020 M / 1441 H
PERCOBAAN I

TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAM

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menunjukan letak-letak organ tubuh

2. Menjelaskan mekanisme trasnportasi zat dalam tubuh

II. TEORI DASAR

Tubuh manusia tersusun dari sekitar banyaknya sel dan organ yang dapat
melaksanakan fungsinya secara simultan dan utuh. Tubuh manusia terdiri atas
sejumlah daging dan tulang, dan tersusun oleh beberapa sistem, yaitu sistem
pencernaan, sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem eksresi, sistem
indra, dan sistem reproduksi. Beberapa sistem organ yang ada di dalam tubuh
akan membentuk tubuh menjadi sempurna. Tubuh manusia memiliki kemampuan
yang sangat mengesankan, misalnya pada pancaindra. Setiap organ pengindraan
merupakan keajaiban manusia untuk mengetahui dunia luar melalui alat-alat
pengindraan tersebut. Selain pancaindra, dalam tubuh dilengkapi beberapa sistem
diantaranya sistem pencernaan makanan. Pencernaan makanan mulai terjadi di
mulut, dan diakhiri ketika kita buang air besar. Makanan diubah menjadi sari
makanan di usus halus, kemudian diserap melalui peredaran darah dan diedarkan
ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya yang berupa ampas masuk ke usus besar dan
dibuang melalui dubur (Sukiniarti, 2018: 17).

Tubuh manusia terbentuk oleh banyak sel, sel adalah bagian yang terkecil
dari makhluk hidup yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Sel-sel yang
memiliki bentuk yang sama, ukuran, dan fungsi yang sama lalu terikat menjadi satu
akan membentuk sebuah jaringan. Selanjutnya, sekumpulan bermacam-macam
jaringan yang mempunyai fungsi khusus akan membentuk suatu organ. Susunan
organ-organ yang mempunyai fungsi khusus akan membentuk suatu sistem tubuh.
Dari beberapa sistem akan membentuk tubuh manusia (Sukiniarti, 2018: 27)
Homeostastatis adalah keadaan dimana fungsi tubuh, cairan tubuh, dan
faktorfaktor lain dalam tubuh (internal environment) dipertahankan dalam interval
yang cocok untuk menyokong kehidupan. Homeostatis merupakan kondisi yang
dinamis, berbagai usaha akan dilakukan tubuh agar kembali dalam kondisi yang
seimbang. Aspek penting dari homeostatis adalah mempertahankan agar volume
dan komposisi cairan tubuh, zat terlalarut, air sebagai pelarut dan berbagai
kandungan kimia di dalamnya berada dalam kondisi yang stabil (Chalik, 2016)

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh, darah dan


hubungan bagian-bagiannya dengan satu sama lainnya. Anatomi regional
mempelajari letak dan hubungan atau bagian tubuh yang tidak dapat berpisah dari
pengamatan tentang kegunaan setiap struktur dan system jaringannya. Hal ini
membawa kita kepenggunaan istilah anatomi fungsional yang berkaitan erat
dengan fisiologi atau ilmu faal (Bickey, 2006)

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi dari tubuh manusia dalam
keadaan normal, keterangan fungsi dari tubuh manusia dijabarkan dalam fungsi
setiap organ dari fungsi masing-masing system dalam tubuh manusia dalam
keadaan normal.

Organ adalah kumpulan dari beberapa jaringan untuk melakukan fugsi


tertentu didalam tubuh, sedangkan sisitem tubuh adalah gabungan dari organ-
organ tubuh yang menjalankan fungsi tertentu. Penyusun organ adalah beberapa
jenis jaringan yang terorganisir dan saling berkaitan satu sama lain. Contohnya
usus halus berfungsi dan mencerna sari sari makanan. Struktur usus harus terdiri
dari jaringan otot, jaringan epitel, jaringan ikat, dan jaringan saraf. Sistem organ
merupakan gabungan dari berbagai organ yang melaksanakan satu fungsi dalam
kondisi tertentu. (Dafiani, 2019)

Macam-Macam Sistem Organ Pada Manusia :

a. Sistem Ekskresi berfungsi untuk memindahkan hasil metabolisme yang


sudah tidak diperlukan ke luar tubuh sehingga sel-sel tubuh dapat menjaga
keseimbangannya terhadap lingkungan. Terdiri atas ginjal, paru-paru
(karbon dioksida), hati (racun) dan kulit (keringat).
b. Sistem Pernapasan adalah sistem yang memiliki fungsi untuk mengambil
oksigen, menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida ke luar
tubuh. Terdiri dari hidung, faring, laring, trakea / trakhea, bronki dan paru-
paru.
c. Sistem Pencernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses
makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara
fisika maupun secara kimia. Terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung,
rektum, hati dan pankreas.
d. Sistem Peredaran / kardiovaskular adalah sistem yang memiliki fungsi
untuk menjaga tubuh dari penyakit, menyebar sari makanan dan oksigen
ke seluruh tubuh serta mengangkut zat-zat sisa ke luar tubuh. Terdiri atas
jantung, pembuluh arteri, pembuluh vena, pembuluh kapiler, pembulu
getah bening (limfatik) dan kelenjar limfe.
e. Sistem Reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya.
f. Sistem Otot adalah sistem tubuh yang memiliki fugnsi seperti untuk alat
gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas
otot polos, otot jantung dan otot rangka.
g. Sistem Saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan
merespon rangsangan. Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-
simpul syaraf dan serabut syaraf.
h. Sistem Endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi
hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid,
kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar
suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
i. Sistem Rangka adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan
bahan mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot
rangka, melindungi tubuh yang lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari
tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang tulang bahu,
rangka penopang tulang pinggul, tulang angota badan atas dan bawah.
j. Sistem peliput adalah sistem yang terletak di permukaan luar tubuh dan
melindungi organ dalam tubuh yang terdiri dari kulit, kuku, dan rambut.

Pada manusia terjadi proses transport materi yang merupakan salah satu
aktivitas yang berlangsung dalam tubuh. Mekanisme transport ini terdiri dari
transport aktif dan transport pasif. Pada transport aktif diperlukan energy dari
dalam sel. Transport aktif sangat diperlukan untuk memelihara keseimbangan
molekulmolekul kecil dalam sel. Transport aktif berhenti jika didinginkan pada
suhu 2-40c, ada racun atau kehabisan energi. Transport aktif merupakan
perpindahan zat dari larutan berkonsentrasi rendah (hiportonis) dan kelarutan
berkonsentrasi tinggi (hipertenis) molekul membrane selektif permiabel. Dengan
kata lain transport aktif terjadi dengan cara melawan gradient konsentrasi untuk
itu diperlukan energy berupa ATP contoh transport aktif antara lain pada pompa
ion Na+ dan K+. Pada pompa ionion Na+ yang dalam sel dapat hidup normal
karena konsentrasinya lebih tinggi diluar sel ion-ion Na+ dari dalam sel dengan
cara transport aktif (Setiadi, 2007).
Proses transport materi merupakan salah satu aktivitas yang berlangsung
dalam tubuh kita. Ada 2 transport dalam tubuh, yaitu transport aktif dan transport
pasif. Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah (Kurnadi, 2001)

Transport Pasif adalah Perpindahan molekul atau ion dengan


menggunakan energy dari sel, perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun
menentang konsentrasi, contoh transport aktif adalah pompa natrium (Na), kalium
(k+), endositosis dan elisositosis. Pada Transpor pasif terdapat mekanisme yang
terjadi yaitu difusi dan osmosis. Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat
secara random yang menghasilkan pergerakan molekul efektif dari konsentrasi
tinggi ke kosentrasi rendah. Contoh-contohnya adalah difusi zat warna dalam air
tenang, difusi glukosa dan teknik tomografi, difusi zat melalui membran, difusi
oksigen dalam membran polimer. Bahkan difusi tidak hanya terjadi pada skala
mikro tetapi juga skala makro, seperti difusi gas dan galaksi (Trihandaru, 2009:1).

Difusi melalui membrane dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaiti


difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang terbentuk oleh
protein transmembran ( simple difusion by chanel formed) dan difusi difasilitasi
(fasilited diffusion) (Kurnadi, 2001)

Difusi sederhana melalui membaran berlangsung karena molekul molekul


yang berpisah atau bergerak melalui membrane bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membrane secara langsung.
Membran sel permeable terhadap molekul larut lemak seperti hormone steroid,
vitamin A, D, E dan K serta bahan bahan organik yang larut dalam lemak. Selain
itu membran sel juga sangat permeable terhadap yang dalam lemak. Selain itu,
membrane sel juga sangat permeable terhadap molekuk anorganik seperti 0, CO2,
HO dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion
tertentu, dapat menembus membran melalui salurn atau chanel. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembrane, semacam pori dengan diameter tertentu
yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori
tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul-molekul berukuran besar
seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam-garam mineral, tidak dapat
menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukn protein pembawa atau
transporter untuk dapat menembus membran (Kurnadi, 2001)

Ada beberapa faktor yang memperngaruhi kecepatan difusi, yaitu :


1. Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membrane
Semakin tebal membran, semakin lambar kecepatan difusi.
3. Luas suatu area
Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Suhu
Semakin tinggi suhu partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat. Maka semakin cepat pula kecepatan difusinya.

Osmosis adalah perpindahan zat pelarut dari konsentrasi rendah ke


konsentrasi tinggi. Larutan isotonic adalah larutan yang mempunyai tekanan
osmosis yang sama, apabila kita mempunyai larutan A dan B dimana kedua
larutan tersebut memiliki tekanan osmosis yang sama, maka dikatakan larutan A
isotonik dengan larutan B. Larutan hipotonik adalah larutan dengan konsentrasi
terlarut rendah, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh
molekul terlarut) sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membrane.
Larutan hipertonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi,
sebagian besar molekul air terikat atau teratarik ke molekul gula (terlarut),
sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membrane
(Setiadi, 2007)

Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan


kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang
timbul dalamsistem ini disebut potensial tekanan, yang mengakibatkan gradien
tekanan sepanjang membrane (Keenan, 1984)

Perbedaan antara difusi dan osmosis adalah pada proses osmosis ditandai adanya
pergerakan molekul yang melewati membran hidup dan ini hanya terjadi secara
alami pada materi hidup. Berbeda dengan proses difusi yang dapat terjadi baik
pada benda hidup maupun tak hidup (Pearce, 2004)

Faktor-faktor yang mempengrauhi terjadinya osmosis pasa sel hidup :

1. Ukuran zat terlarut


Semakin banyak zat telarut maka peristiwa terjadinya osmosis
semakin cepat. Karena zat terlarut memiliki tekanan osmotic yang
berfungsi untuk memecah zat pelarut bergerak melalui membrane
semipermeable.
2. Ketebalan membran
Semakin tebal membran terjadinya osmosis, akan terhambat karena
dapat menyebabkan semakin sulitnya zat terlarut menembus
membrane tersebut.
3. Luas permukaan
4. Jarak zat pelarut dan zat terlarut
5. Suhu

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Alat pelubang Agar
Batang pengaduk AgNO 1%
Cawan petri Air hangat
Gelas piala 50ML Asam asetat
Gelas piala 100ML Eter
Kaki tiga Larutan benedict
Lampu spirtus Serum anti-B
Penggaris air Larutan sukrosa 5%
Larutan sukrosa 20%,
Pipet tetes
40%,60%
Selofan Nacl 0,9%
Tali Putih telur

IV. PROSEDUR
1. Anatomi
a. Anatomi Tubuh Manusia
Dilakukan guntingan midsagital dalam kulit sepanjang daerah abdomen
dan toraks. Kemudian dilakukan pengguntingan kulit secara lateral pada
bagian anterior dan posterior dari torehan midsagital. Setelah itu dilakukan
torehan sepanjang rongga abdomen dan dilakukan torehan lateral untuk
memamerkan organ dalam.
b. Anatomi Tubuh Tikus
Tikus yang telah dibius diletakkan di atas baki bedah dengan posisi
abdomen menghadap ke atas. Selanjutnya dilakukan pemotongan sepanjang
dinding abdomen tikus. Pemotongan yang dilakukan tidak terlalu dalam.
Rongga dalam yang telah terbuka kemudian dibasahi dengan NaCl fisiologis
sesekali.

2. Fisiologis
a. Difusi Sederhana
Beberapa butir kristal KMnO4 dimasukkan ke dalam 2 buah gelas piala
yang setengahnya telah diisi air. Gelas piala 1 berisikan air hangat dan gelas
piala ke 2 berisikan air dingin. Kemudian kristal KMnO4 yang ada dalam
masing-masing gelas piala diamati kecepatan difusinya selama satu jam
dengan interval waktu 15 menit.

b. Difusi Senyawa Pada Media Agar


Larutan agar 2% dibuat dalam akuades pada gelas piala. Agar tersebut
dididihkan sampai diperoleh larutan bening. Sebanyak 5 mL larutan agar
dituangkan ke cawan petri dan dibiarkan memadat. Setelah menjadi padatan,
dibuat 2 lubang dengan jarak 3 cm pada agar. Pada lubang 1 diisi dengan
kristal KMno4 dan lubang ke 2 diisi dengan kristal metil jingga. Kemudian
dilakukan pengamatan difusi pada keduanya dengan jarak difusi antara
KMnO4 dan metil jingga dicatat sebagai fungsi waktu.

c. Difusi Melalui Membran


Dibuat larutan kolodial yang terdiri dari air, putih telur, NaCl 0,9% dan
glukosa 5%. Larutan kolodial tersebut dimasukkan ke dalam kantung
selofan ¾ penuh dan kantung diikat rapat. Kantung selofan yang telah diikat
rapat digantungkan pada batang pengaduk dengan menggunakan tali.
Setelah itu kantung selofan dicelupkan ke dalam gelas piala yang telah berisi
akuades dengan posisi kantung melayang. Diamkan selama 1 jam kemudian
dilakukan uji kandungan NaCl, Albumin, dan Glukosa pada gelas piala.
➢ Uji Kandungan NaCl:
Dimasukkan 3 mL cairan dari gelas piala ke dalam tabung reaksi 1.
Pada tabung reaksi ke 2 dimasukkan 3 mL akuades, dan pada tabung ke
3 dimasukkan 3 mL larutan NaCl 0,9. Tabung reaksi 1, 2 dan 3
kemudian ditambahkan beberapa tetes AgNO3.
➢ Uji Kandungan Glukosa:
Ke dalam tabung reaksi 4 dimasukkan 3 mL cairan dari gelas piala.
Pada tabung reaksi 5 dimasukkan 3 mL akuades, dan pada tabung reaksi
6 dimasukkan 3 mL larutan glukosa. Tabung 4, 5 dan 6 kemudian
ditambahkan 3 mL larutan benedict. Setelah penambahan larutan
benedict, ketiga tabung reaksi dididihkan selama beberapa menit
kemudian didinginkan.
➢ Uji Kandungan Albumin:
Dimasukkan sebanyak 3 mL cairan dari gelas piala ke dalam
tabung reaksi 7. Pada tabung reaksi 8 dimasukkan 3 mL akuades, dan
pada tabung reaksi 9 dimasukkan 3 mL putih telur. Tabung reaksi 7, 8
dan 9 kemudian ditambahkan beberapa tetes HNO3.

d. Osmosis
Disiapkan 5 buah kantung selofan dengan ukuran yang sama. Kantung 1
diisi sebanyak 10 mL air hangat, kantung ke 2 diisi 10 mL larutan sukrosa
20%, kantung ke 3 diisi 10 mL larutan sukrosa 40%, kantung ke 4 diisi 10 mL
larutan sukrosa 60%, dan kantung ke 5 diisi 10 mL akuades hangat. Semua
kantung yang telah berisi larutan kemudian ditutup dan diikat dengan tali agar
tidak terdapat udara di dalam kantung. Selanjutnya setiap kantung ditimbang
bobotnya. Setelah penimbangan bobot kantung, kantung ke 1, 2, 3, dan 4
dicelupkan ke dalam gelas piala yang berisi air hangat dan kantung ke 5
dicelupkan ke dalam gelas piala yang berisi larutan sukrosa 60%. Seluruh
kantung yang dicelupkan hanya ¾ bagiannya saja dan dalam posisi melayang.
Pengamatan dilakukan selama 75 menit dan setelah 15 menit kantung-kantung
tersebut diangkat dan dikeringkan bagian luarnya. Setelah kering, bobot
kantung ditimbang kembali. Setelah ditimbang, kantung dicelupkan kembali ke
dalam gelas piala masing-masing. Hal ini diulangi pada menit ke 30, 45, 60,
dan 75.
V. HASIL PENGAMATAN

Gambar Anatomi Tubuh Manusia


Gambar Anatomi Tubuh Tikus
➢ Percobaan Difusi Sederhana

Waktu (Menit) Kecepatan Difusi KmnO4

Suhu ruangan Air hangat 50ºC

10 + ++

20 ++ ++++

30 +++ ++++++

40 ++++ ++++++++

50 +++++ ++++++++++

60 ++++++ ++++++++++++

Pada air hangat, Kristal KMnO4 berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan
air dingin. KMnO4 dalam air hangat berdifusi lebih cepat yang ditandai dengan
perubahan warna air yang lebih pekat dibandingkan perubahan warna pada air
dingin. Sehingga suhu sangat berpengaruh pada kecepatan difusi. Semakin tinggi
suhu maka kecepatan difusi semakin cepat. Hal ini terjadi partikel KMnO4
mendapat energi untuk bergerak dengan lebih cepat, maka semakin cepat pula
kecepatan difusinya
➢ Difusi Senyawa Pada Media Agar

Tabel rata rata diameter jarak pergerakan senyawa Metil Jingga dan Kristal
KMnO4 pada media agar

Waktu Jarak Difusi (mm)


(detik)
Metil Jingga KMnO4

0 0 0

15 1 1,5

30 1,2 2,8

45 1,5 3,2

60 1,8 4

75 2,0 5

90 2,2 5,2

105 2,5 6
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel, KMnO4 berdifusi lebih cepat
dibandingkan dengan metil jingga. Hal ini karena berat molekul KMnO4 lebih
ringan daripada berat molekul metil jingga.

➢ Difusi melalui membran

Uji Kandungan NaCl

Tabung Komposisi Hasil Reaksi dengan


AgNO3

1 Cairan dari gelas piala Terdapat endapan putih

2 Akuades Tidak terdapat endapan


putih

3 Larutan NaCl 0,9% Terdapat endapan putih


Larutan koloidal yang berisi campuran air+ NaCl+ glukosa 5% + Albumin di
masukan kedalam gelas piala

Hasil :

Pada tabung 1 dan 3 terdapat endapan putih. Hal ini terjadi karena ada reaksi
pengendapan antara AgNO3 + NaCl → AgCl + NaNO3 menghasilkan endapan
putih. Fungsi larutan AgNO3 untuk mengidentifikasi adanya ion klorida.

Uji Kandungan Glukosa

Tabung Komposisi Hasil Reaksi dengan


Reagen Benedict

4 Cairan dari gelas piala Terdapat endapan merah


bata

5 Akuades Tidak terdapat endapan


merah bata

6 Larutan Glukosa Terdapat endapan merah


bata
Pada tabung 4 dan 6 terdapat endapan merah bata yang menandakan terdapat
glukosa. Fungsi larutan benedict untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam
suatu sampel.

Uji Kandungan Albumin

Tabung Komposisi Hasil Reaksi dengan


HNO3

7 Cairan dari gelas piala Tidak keruh

8 Akuades Tidak keruh

9 Putih telur (albumin) Keruh


Pada tabung 9 terdapat kekeruhan yang menandakan terdapat kandungan albumin
yang bereaksi dengan HNO3 . Fungsi HNO3 untuk mengidentifikasi adanya
protein dalam sampel.

➢ Percobaan Osmosis

Tabel pengamatan rata- rata bobot kantung selofan selama 75 menit

Nomor Berat kantong setiap 15 menit (dalam gram)

Kantong 0 15 30 45 60 75

1 10,20 10,21 10,20 10,20 10,19 10,20

2 12,70 12,75 12,81 13,05 13,19 13,28

3 14,51 14,60 14,79 14,96 15,20 15,31

4 16,25 16,32 16,45 16,89 16,98 17,21

5 10,18 10,09 10,04 9,95 9,86 9,72


Kantung 1 : air hangat

Kantung 2 : sukrosa 20%

Kantung 3 : sukrosa 40%

Kantung 4 : sukrosa 60 %

Kantung 5 :aquades hangat

Kantung 1-4 di celupkan ke air hangat

Kantung 5 ke dalam sukrosa 60%

Bobot masing-masing kantung pada setiap pengulangan mengalami perbedaan,


hal ini terjadi karena perbedaan konsentrasi sehingga terjadi penambahan ataupun
penurunan tetapi ada juga yang konstan karena konsentrasi yang sama.
VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini percobaan pertama yaitu anatomi tubuh manusia.
Dalam percobaan ini digunakan tikus sebagai hewan percobaan, karena anatomi
tubuh tikus memiliki kemiripan dengan anatomi tubuh manusia . langkah pertama
pada percobaan kali ini melakukan pembiusan bertujuan agar tikus diam dan
memudahkan saat pembedahan, selain dari pembiusan dapat digunakan tekhnik
diskolasi pada leher dengan menekan bagian leher sampai hilang kesadaran atau
menggunakan senyawa kimia ester,zat aktif (morfin), dan lain-lain

1. Anatomi Tubuh Hewan

Mencit adalah kelompok hewan mamalia rodensia (pengerat) yang masuk


dalam famili Muridae. Hewan ini sering ditemukan di dekat pemukiman dengan
bentuk seperti tikus kecil. Di alam, hewan ini sering dijumpai dengan warna
hitam-keabuan sementara untuk hewan uji, warna tikus ini diseleksi yang albino
(putih). Hewan mencit sebagai hewan percobaan sering digunakan dalam
penelitian biologi, biomedis dan reproduksi. Alasan mencit sebagai hewan
percobaan dikarenakan mencit memiliki beberapa sifat yang menguntungkan.

Tikus diletakan dibaki bedah dengan abdomen (perut) menghadap ke atas.


Lalu dilakukan pemotongan kulit sepanjang daerah abdomen dan toraks.
Pemotongan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak struktur dalam setelah
rongga tubuh bagian dalam terbuka dibasahi oleh NaCl fisiologis untuk
menghilangkan bau. Setelah itu bagian-bagian tubuh tikus diamati

Mulut mencit terdiri atas 2 bagian yakni (1) bagian eksternal (luar) yang
sempit berupa vestibula yang terdiri dari ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi;
(2) bagian dalam (internal) atau rongga mulut yang dibatasi dengan tulang
maksilaris, palatum serta mandibularis di bagian belakang bersambung dengan
faring. Selaput lendir mulut ditutupi oleh jaringan epitel berlapis yang
dibawahnya terdapat kelenjar halus penghasil lendir. Selaput tersebut penuh
dengan pembuluh darah dan ujung akhir dari saraf sensoris. Bibir mencit terletak
di sebelah luar mulut dan ditutupi dengan kulit serta dan di bagian dalam ditutupi
dengan mukosa.

a. Faring mencit di bagian dalamnya terdapat lengkung faring yang terdapat


tonsil atau amandel yang tersusun atas kumpulan kelenjar limfe. Kelenjar
tersebut banyak mengandung limfosit yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap infeksi. Letak faring bersimpangan antara saluran respirasi
dengan saluran makanan.
b. Laring mencit secara fisiologi adalah saluran udara yang berfungsi sebagai
pembentuk suara yang lokasinya berada di depan bagian faring sampai di
ketinggian vertebra servikalis serta masuk ke dalam trakea. Pangkal trakea
tersebut ditutup dengan epiglotis yang tersusun atas dari tulang-tulang
rawan.
c. Jantung mencit berada di atas rongga dada sebelah kiri, diatas diafragma.
Jantung terdiri dari 4 ruang dan terbungkus oleh selaput pericardia.
Perikardia tersusun atas 2 lapisan, yaitu lamina parietalis dan lamina
viseralis . Diantara kedua lapis tersebut terdapat cavum pericardia yang
berisi cairan pericardia. Jantung mencit tersusun atas empat ruang, yakni
dua atrium (serambi) dan dua ventrikel (bilik).
d. Paru-paru mencit lokasinya di dalam rongga dada sebelahnya kanan dan
kiri jantung. Paru-paru bagian kanan terdiri atas tiga kelompok alveolus
yang merupakan dua lobus paru- paru. Di bagian dalam paru-paru,
bronkus bagian kanan memiliki tiga cabang, sementara bronkus bagian kiri
memiliki 2 cabang. Cabang dari bronkus dinamakan bronkiolus. Fungsi
paru-paru mencit yakni sebagai sistem pernafasan.
e. Hati mencit berfungsi sebagai homeostasis yang berperan dalam proses
metabolisme. Warna hati coklat kemerahan yang terletak di bagian bawah
diafragma. Fungsi hati mencit yakni mengubah zat makanan yang diserap
dari usus dan kemudian disimpan di organ tubuh lain; mengubah hasil
metabolisme untuk diekskresikan kedalam empedu dan urin.
f. Kantung empedu mencit memiliki bentuk seperti buah pir yang mana
organ tersebut sebagai penghubung antara hati dengan usus dua belas jari.
Kandung empedu berfungsi untuk menghasilkan getah empedu, sehingga
membuat getah empedu menjadi kental.
g. Lambung mencit adalah organ yang berbentuk seperti kacang keledai.
Lambung tersusun atas 3 bagian, yakni kardia, fundus, antrum. Makanan
yang masuk ke dalam lambung melalui kerongkongan serta melewati otot
sfingter.
h. Usus dua belas jari (duodenum) mencit adalah bagian pertama dari usus
halus. Makanan yang masuk ke dalam duodenum bisa dicerna oleh usus
halus. Jika duodenum sudah penuh, maka duodenum akan memberikan
sinyal kepada lambung untuk berhenti menyuplai sari makanan.
i. Usus besar mencit terdiri atas dari kolon asendens (naik), kolon
transversum (mendatar), kolon desendens (menurun), dan kolon sigmoid
(yang berhubungan dengan rektum). Usus besar menghasilkan sekret yang
berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Pada saat mencapai usus
besar, isi usus berbentuk cairan, namun pada saat mencapai rektum
bentuknya menjadi padat.
j. Ginjal mencit terdiri dari sepasang organ dengan bentuk seperti kacang
dan letaknya berada di retroperitoneal di bagian kedua sisi tulang
punggung. Ginjal mencit tidak melekat langsung pada bagian dinding
tubuh namun dilapisi oleh jaringan lemak. Pada bagian ginjal kanan
memiliki ukuran lebih besar, lebih berat dan letaknya lebih anterior. Ginjal
mencit jantan memiliki massa lebih berat dan lebih besar.

Berbagai jenis sel memenuhi peran unik yang mendukung homeostasis


dan berkontribusi pada banak kemampuan fungsional dari organisme manusia.
Umumnya zat bergerak melintasi membrane sel melalui proses transportasi yang
dapat diklasifikasikan sebagai pasif atau aktif, tergantung pada apakah mereka
membutuhkan energy sel.

Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran


semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan
energi dalam bentuk ATP. Transpor pasif dapat berlangsung karena adanya
perbedaan konsentrasi larutan di antara kedua sisi membran. Pada transpor pasif
tidak rnemerlukan energi rnetabolik (ATP). Transpor pasif ini bersifat spontan
(Alkatiri, 1996).

Menurut Campbell (2016), sebagian besar lalu lintas membrane sel terjadi
oleh difusi. Ketika suatu zat lebih terkonsentrasi di satu sisi membrane daripada di
sisi lain, zat cenderung berdifusi melintasi membrane ke bawah gradient
konsentrasi. Salah satu contoh penting adalah penggunaan O2 oleh sel yang
melakukan respirasi sel. Difusi suatu zat melintasi membrane biologis disebut
transpor pasif karena sel tidak harus mengeluarkan energi untuk melakukan proses
transport zat. Gradien konsentrasi itu sendiri mewakili energy potensial dan
mendorong difusi

Transpor pasif dibedakan menjadi tiga, yaitu difusi sederhana (simple


diffusion), difusi dipermudah atau difasilitasi (facilitated diffusion), dan osmosis.
Terdapat dua proses fisikokimiawi yang penting dalam transport materi dalam sel
yaitu difusi dan osmosis (Alkatiri, 1996).
Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan pada dua sistem trasnpor
pasif, diantaranya adalah difusi sederhana, difusi senyawa pada media agar, difusi
melalui membrane, dan osmosis. Percobaan pertama yang dilakukan adalah difusi
sederhana yang merupakan proses difusi yang terlihat di mana zat terlarut
dipindahkan sepanjang gradient konsentrasi dalam larutan.

2. Difusi
a. Difusi Sederhana
Percobaan difusi sederhana bertujuan untuk mengetahui pengaruh
suhu terhadap kecepatan difusi sederhana dengan menggunakan kristal
KMnO4 sebagai molekul yang akan berdifusi. Dari hasil pengamatan
percobaan difusi sederhana didapatkan data bahwa proses difusi KMnO4
pada air hangat (50 C) lebih cepat dibanding air dengan suhu ruangan.
Difusi pada air hangat lebih cepat ditandai dengan perubahan warna air
yang lebih pekat dibandingkan perubahan warna pada air dengan suhu
ruangan. Hal ini dapat terjadi karena suhu mempengaruhi kecepatan gerak
molekul. Semakin tinggi suhu, gerak molekul pun semakin cepat sehingga
akan meningkatkan kecepatan dari proses difusi.
b. Difusi Senyawa pada Media Agar
Percobaan kedua yang dilakukan adalah difusi senyawa pada media agar.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat perbedaan kecepatan difusi
berdasarkan bobot molekul. Pada agar yang memadat diletakkan kristal
KMnO4 dan kristal metil jingga yang berjarak sekitar 3 cm. Dari hasil
pengamatan percobaan difusi sederhana didapatkan data bahwa difusi pada
kristal KMnO4 lebih cepat dibandingkan kristal metil jingga. Terlihat
bahwa pada waktu 105 detik, kristal KMnO4 berdifusi sejauh 6 mm
sedangkan kristal metil jingga berdifusi sejauh 2,5 detik.
Difusi KMnO4 pada media agar lebih cepat disebabkan oleh berat
molekul yang kecil. Berdasarkan literatur FI Edisi V (2014), Kalium
permanganat (KMnO4) memiliki berat molekul (BM) 158, 03 dan metil
jingga memiliki berat molekul 327,33. KMnO4 memiliki berat molekul
yang lebih kecil dibandingkan dengan metil jingga, di mana ukuran
partikel pun kecil sehingga gerak partikel semakin cepat. Jika gerak
partikel semakin cepat maka kecepatan difusi pun meningkat. Percobaan
di atas sesuai dengan literatur Tortora (2013), di mana dinyatakan bahwa
suhu dan massa zat (berat molekul) mempengaruhi kecepatan difusi.
Semakin tinggi suhunya, semakin cepat kecepatan difusi. Semua proses
difusi tubuh terjadi lebih cepat pada orang yang sedang demam. Semakin
besar massa partikel, maka semakin lambat difusinya.
c. Difusi Melalui membran
Percobaan selanjutnya adalah difusi melalui membran yang
bertujuan untuk melihat senyawa mana yang dapat berdifusi melalui
membran semipermeable. Senyawa yang di uji diantaranya NaCl,
Glukosa, dan Albumin. Pada percobaan ini digunakan larutan koloidal dan
kantung selofan. Larutan koloidal diibaratkan sebagai larutan di organ
ginjal yang akan berdifusi melewati membran semipermeable. Sedangkan
kantung selofan diibartkan sebagai membran. Menurut Tortora (2013),
ginjal berperan penting dalam menjaga homeostasis tubuh, dimana ginjal
berfungsi untuk mengatur komposisi ion darah di dalam tubuh, mengekresi
sampah atau sisa metabolism dalam bentuk urin. Sisa-sisa dari
metabolisme, melputi air, NaCl (bentuk ion Na+ dan Cl- ), glukosa, kristal
albumin, dan lain-lain. Air dan sebagian besar zat terlarut dalam darah
bergerak melewati kapiler glomerulus masuk ke dalam kapsula
glomerulus. Pada percobaan ini akan diamati apa saja senyawa yang dapat
berdifusi melewati kapiler glomerulu tersebut.
Uji kandungan ketiga senyawa dilakukan dengan menguji tiga
larutan, yaitu larutan koloidal sebagai larutan uji, aquadest sebagai larutan
kontrol negative, dan larutan ketiga sebagai kontrol positif. Senyawa yang
pertama diuji pada percobaan difusi mlewati membrane adalah senyawa
NaCl (Natrium Klorida). Uji kandungan dilakukan pada tabung reaksi 1
yang berisi larutan uji, tabung reaksi 2 yang berisi aquadest, dan tabung
reaksi 3 yang berisi larutan NaCl masing-masing larutan sebanyak 3 mL.
ketiga larutan tersebut ditambahkan dengan beberapa tetes AgNO3.
AgNO3 berfungsi untuk menunjukkan adanya kandungan NaCl di dalam
ketiga larutan dengan membentuk endapan putih. Berdasarkan literatur
Svehla (1990), larutan perak nitrat (AgNO3) dapat digunakan untuk
mempelajari reaksi-reaksi. Jika perak nitrat direaksikan dengan NaCl
maka akan terbentuk endapan putih perak AgCl.
▪ Uji kandungan NaCl
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada tabung 1 terdapat
endapan putih, hal ini terjadi karena adanya endapan AgCl yang
menandakan bahwa NaCl pada kantung selofan dapat berdifusi. NaCl
dapat berdifusi karena memiliki berat molekul (BM) yang kecil. Pada
literatur FI Edisi V (2014), BM NaCl adalah 58,44. Pada tabung 2
tidak terdapat endapan putih, karena hanya berisi aquadest, tidak
mengandung NaCl. Sedangkan pada tabung 3 terdapat endapan putih
AgCl, larutan pada tabung 3 sebagai kontrol positif yang menandakan
bahwa jika NaCl direaksikan dengan AgNO3 akan membentuk
endapan. Hasil uji kandungan NaCl menunjukkan bahwa NaCl mampu
berdifusi melewati membran kapiler glomerulus.
▪ Uji kandungan glukosa
Senyawa yang diuji selanjutnya adalah glukosa. Uji kandungan
glukosa dilakukan pada tabung reaksi 4 yang berisi larutan uji, tabung
reaksi 5 yang berisi aquadest, tabung reaksi 6 berisi larutan glukosa.
Larutan tersebut masing-masing sebanyak 3 mL. Kemudian pengujian
dilakukan dengan menambahkan 3 mL larutan Benedict dan
dididihkan. Larutan Benedict ini berfungsi mendeteksi atau mengukur
gula pereduksi (Simoni, 2002). Adanya glukosa ditandai dengan
terbentuknya endapan warna merah, kuning, dan hijau.
Setelah dilakukan percobaan, didapat hasil pada tabung 4 terdapat
endapan merah bata. Hal tersebut disebabkan oleh adanya glukosa
pada larutan uji yang menandakan bahwa glukosa dapat berdifusi.
Pada tabung 5 tidak terdapat endapan merah bata, karena larutan pada
tabung ini hanya berisi aquadest, tidak mengandung glukosa. Pada
tabung 6 terdapat endapan merah bata, larutan pada tabung ini
merupakan kontrol positif yang menandakan bahwa jika larutan
Benedict direaksikan dengan larutan glukosa maka dapat mendeteksi
adanya glukosa dengan membentuk endapan merah bata. Hasil uji
kandungn glukosa membuktikan bahwa glukosa dapat berdifusi
melewati membran kapiler glomerulus
▪ Uji kandungan Albumin
Senyawa yang diuji selanjutnya adalah albumin. Uji kandungan
albumin dilakukan pada tabung reaksi 7 yang berisi larutan uji, tabung
reaksi 8 yang berisi aquadest, dan tabung 9 yang berisi putih telur.
Masing-masing larutan sebanyak 3 mL. kemudian pengujian dilakukan
dengan menambahkan beberapa tetes HNO3. Fungsi larutan HNO3
adalah untuk mendeteksi adanya albumin pada sampel. Jika terdapat
albumin maka setelah direaksikan dengan HNO3 sampel akan
mengalami kekeruhan. Hal tersebut disebabkan oleh pemutusan ikatan
peptide oleh HNO3.
Dari hasil pengamatan didapatkan data bahwa larutan uji pada
tabung reaksi 7 tidak mengalami kekeruhan, hal ini menunjukkan
albumin tidak dapat berdifusi melewati membrane. Pada tabung reaksi
8 tidak mengalami kekeruhan karena hanya berisi aquadest. Sedangkan
pada tabung reaksi 9, larutan mengalami kekeruhan. Tabung reaksi 9
digunakan sebagai kontrol positif yang menunjukkan bahwa jika pada
larutan terdapat senyawa albumin kemudian direaksikan dengan
HNO3 maka akan terjadi kekeruhan pada larutan tersebut. Albumin
tidak dapat berdifusi melewati membrankarena berat molekulnya
sangat besar.
Berdasarkan literature substansi yang masuk ke dalam glomerulus per hari
(filtrasi) diantaranya adalah air 180 liter, ion Na+ 579 gram, ion Cl640 gram,
glukosa 162 gram, dan protein hanya 2 gram (Tortora, 2013: 997). Hasil
percobaan ini sesuai dengan literature, yaitu NaCl, dan glukosa dapat berdifusi
melewati membrane kapiler glomerulus dimana dalam percobaan ini membran
tersebut adalah kantung selofan. Sedangkan albumin hanya berdifusi dalam
jumlah sedikit ke dalam glomerulus
3. Osmosis
Transpor pasif yang diamati selanjutnya adalah osmosis
konsentrasi rendah ke tinggi. osomosis adalah jenis difusi air melalui
membrane selektifpermeable . seperti jenis difusi yang lainnya, osmosis
termasuk ke dalam transport pasif. Dalam osmosis, air bergerak melaui
membrane selektifpermeable dari area dengan konsentrasi zat terlarut yang
lebih rendah ke suatu area dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi
(Tortora, 2013: 67).
Percobaan osmosis dilakukan dengan menggunakan 5 kantung sellofan,
kantung 1 diisi dengan air hangat, kantung 2, 3, 4 diisi dengan larutan
sukrosa (20%, 40%, 60%), dan kantung 5 diisi dengan aquadest hangat.
Setiap larutan dimasukkan sebanyak 10 mL. Kemudian semua kantung diikat
rapat agar tidak ada udara yang masuk ke dalam kantung. Setelah diikat,
bobot tiap kantung ditimbang. Kemudian kantung 1-4 dicelupkan
(mengapung) ke dalam gelas piala yang berisi air hangat dan kantung 5
dicelupkan ke dalam gelas piala yang berisi larutan sukrosa 65%.
Setelah dilakukan pengamatan, didapatkan hasil yang berbeda-
beda. Pada kantung 1 bobot kantung konstan, yaitu 10,20 gram. Hal ini
terjadi karena pada kantung 1 hanya berisi air hangat dan pada gelas piala
juga berisi air hangat, air dengan air memiliki BM yang sama sehingga
peristiwa osmosis tidak terjadi. Sama hal nya dengan tubuh, biasanya tekanan
osmosis sitosol sama dengan tekanan osmosis cairan intertisial. Karena
tekanan kedua sisi membrane plasma (selektif permeable) sama, volume sel
relatif tetap konstan.
Berbeda dengan kantung 1, kantung 2, 3, dan 4 mengalami
perubahan bobot. Pada kantung 2 terjadi penambahan bobot sebesar 0,58
gram, kantung 3 terjadi penambahan bobot sebesar 0,8 gram, dan kantung 4
terjadi penambahan bobot sebesar 0,96. Semakin besar konsentrasi sukrosa
yang dicelupkan pada gelas piala, penambahan bobot juga semakin besar. Hal
ini disebabkan adanya peristiwa osmosis, di mana konsentrasi sukrosa lebih
tinggi dibandingkan konsentrasi air, sehingga air berpindah melewati kantung
selofan dari gelas piala ke dalam kantung selofan.
Percobaan pada kantung 2, 3, dan 4 menggambarkan ketika sel-sel
tubuh ditempatkan dalam larutan yang memiliki perbedaan tekanan osmosis
dibandingkan sitosol, bentuk dan volume sel akan berubah. Ketika air
bergerak secara osmosis ke dalam sel maka volume sel akan meningkat.
Kondisi tersebut dinamakan dengan kondisi hipotonik yang memiliki
konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah daripada sitosol di dalam sel.
Dalam hal ini, molekul air memasuki sel lebih cepat. Para literatur Tortora
(2013), jika sel mengalami kondisi hipotonik maka sel akan membengkak
dan akhirnya pecah. Sel darah merah yang pecah disebut hemolysis dan
pecahnya jenis sel lain disebut dengan lisis. Air murni sangat hipotonik dan
menyebabkan hemolysis cepat.
Selanjutnya, perubahan juga terjadi pada kantung 5, bobot kantung berkurang
sebanyak 0,46 gram. Hal ini disebabkan adanya peristiwa osmosis, di mana
konsentrasi sukrosa di dalam gelas piala lebih tinggi dibandingkan
konsentrasi air hangat di dalam kantung selofan. Sehingga air berpindah
keluar melewati kantung selofan dari kantung selofan ke dalam gelas piala.
Percoobaan pada kantung 5 menggambarkan ketika sel-sel tubuh
ditempatkan dalam larutan yang memiliki perbedaan tekanan osmosis
dibandingkan sitosol, bentuk dan volume sel berubah. Air bergerak secara
osmosis ke luar sel maka volume sel akan menurun. Kondisi ini disebut
dengan kondisi hipertonik, di mana memiliki konsentrasi zat terlarut yang
lebih tinggi daripada sitosol di dalam sel. Dalam hal ini, molekul air keluar
sel lebih cepat sehingga sel akan mengalami penyusutan atau krenasi.

VII. KESIMPULAN
1. Toraks terdiri dari organ jantung, paru-paru, diafragma, esophagus, trakea
dan sternum. Sedangkan organ abdomen terdiri dari lambung, usus halus,
usus besar, usus buntu, appendix, hati, kantung empedu dan pancreas.
2. Mekanisme transport zat dalam tubuh ada dua macam yaitu transport zat
aktif dan transport zat aktif.
• Pada percobaan difusi sederhana dapat disimpulkan bahwa suhu
mempengaruhi terhadap kecepatan difusi.
• Pada difusi dengan media agar KMnO4 lebih cepat berdifusi karena
partikelnya lebih kecil dibandingkan metil jingga.
• Pada percobaan difusi melalui membran dapat disimpulkan tidak
semua molekul dapat melewati selaput atau membrane sel, sehingga
hanya beberapa yang terjadi difusi.
• Pada percobaan osmosis ada beberapa perbedaan larutan yang
mengakibatkan kantong selofan beratnya stabil karena tidak adanya
perpindahan dan ada pula kantong selofan yang beratnya meningkat
karena adanya perpindahan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri S. (1996). Kajian Ringkas Biologi. Airlangga University Press: Surabaya.

Anonim. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan.


Republik Indonesia

Bickey, L.S and Szilagyi, P.G. (2006). Physical Examinatory and History Taking,
9th. Philedelphia : Lippinoctt Williams & Wilkins

Chalik Rhainmundus, S. Si., M.Sc., Apt. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia.


Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Dr. Ns. Putri Dafiani, S.Kep, M.Sc. 2019. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi
Mahasiswa Kesehatan. Surabaya: CV Berkah Prima.

Dra. Sukiniarti, M.Pd. (2018). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Banten:


Universitas Terbuka

Keenan, Charles W. (1984). Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Kurnadi, Kemal Adyana. (2001). Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung: UPI.

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan, edisi pertama. Graha
Ilmu Yogyakarta
Simoni, dkk. (2002). Benedict’s Solution, a Reagent for Measuring Reducing
Sugars: the Clinical Chemistry of Stanley R. Benedict. Journal of
Biological Chemistry, 277, 485

Trihandaru, S. (2009). Pengukuran Spektrum Klorofil Daun Suji Menggunakan


SPektrofotometer Sederhana. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.n

Tortora, GJ, Derrickson, B. (2013). Principles of Anatomy & Physiology14th


Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Pearce, E. (2004). Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai