PERCOBAAN 2
SISTEM EKSRESI URINARI
Disusun oleh:
Kelompok A3
I. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pentingnya sistem eksresi urinari dalam menjaga homeostasis.
2. Mengenal beberapa karakteristik urin normal sehingga dapat melakukan analisa
secara sederhana adanya kelainan-kelainan dalam tubuh berdasarkan
pemeriksaan sampel urin.
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair
ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat (kulit),
empedu (hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh
jika tidak dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang ada di dalam
tubuh bahkan meracuni tubuh (Waluyo, 2007: 23).
Dalam ekskresi urin terdiri dari susunan system urinaria sebagai berikut :
a. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urin.
b. Ureter, yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kemih .
c. Kandung kemih, yang bekerja sebagai penampung
d. Uretra, yang mengluarkan urin kandung kemih.
2. Pembentukan Urin
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar (±96%) air
dan sebagian kecil zat terlarut (±4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara
dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses miknutrisi. (Evelyn C. Pearce, 2002)
Proses pembentukan urin, yaitu :
a Penyaringan (Filtrasi) : capsula Bowman dari badan malpigi menyaring darah
dalam glomerulus yang mengandung, air , garam, gula, urea, dan zat
bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrate glomerulus
(urin primer). Didalam filtrat ini terlarut zat seperti glukosa, asam amino, dan
garam-garam.
b Penyerapan kembali (Reabsorbsi) : dalam tubulus kontortus proksimal zat
dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat
tubulus (urin sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.
c Pengeluaran (Sekresi) : dalam tubulus kontprtus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabrosbsi aktif ion
Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus
kolektifus ke pelvis urenalis.(Roger Watson, 2002)
Diambil sedikit urin kemudian diamati warna serta bau urin. Lalu diukur pH
urin dengan digunankannya indicator universal atau pH meter. Setelah itu dihitung
bobot jenis urin dengan digunakannya piknometer dengan cara:
Catatan:
3. Penetapan Aseton
Penetapan adanya aseton dalam sampel urin:
Dimasukkan 3mL urin ke dalam tabung reaksi, kemudian dibasakan sampel urin
dengan menggunakan beberapa tetes larutan NaOH/KOH. Setelah itu ditambahkan
beberapa larutan Na-nitroprosid kemudian dikocok. Lalu ditambahkan beberapa tetes
asam asetat pekat kemudian dikocok. Terjadinya warna ungu samapa merah
menunjukkan adanya aseton. Sedangkan warna merah menunjukkan adanya alcohol,
asam asetat, aldehid, dan asam diasetat (badan keton).
Berdasarkan data hasil uji karakteristik urin, maka dapat dinyatakan bahwa urin
tersebut normal karena telah memenuhi syarat urin normal, yaitu dengan PH = 6,
warnannya kuning dan baunya aromatic.
Hasil pemeriksaan dengan literature sama, maka dapat disimpulkan bahwa urin
pada sampel tersebut itu normal.
VI. Pembahasan
a. Pengamatan Mikroskopik Urin
Diambil sedikit urin kemudian diamati warna serta bau urin. Lalu diukur pH
urin dengan digunankannya indicator universal atau pH meter. Setelah itu dhitung
bobot jenis urin. Pada uji karakteristik urin ini didapatkan hasil yang berbeda antara
sampel urin perempuan dan laki-laki. Tetapi kedua sampel memiliki pH 6, urin
yang bewarna kuning, memiliki bau yang aromatic,dan kedua sampel mempunyai
hasil yang sama yaitu urin jernih namun pada sampel laki-laki urinnya lebih pekat.
Pada sampel urin wanita memiliki BJ yaitu 1,0285 sedangkan pada sampel urin pria
memiliki BJ yaitu 1,007. Dengan begitu urin dari kedua sampel termasuk urin
normal. Menurut Uliyah urin normal adalah berwarna kuning, urin yang didiamkan
agak lama akan berwarna kuning keruh, Urin berbau khas yaitu berbau ammonia,
Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi
banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak
sayuran, Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml (Uliyah, 2008).
1. Penetapan urea
Diteteskan urin sebanyak 2mLpada kaca objek. Kemudian diteteskan 2 tetes
asam nitrat pada sampel urin, asam nitrat dapat mendeteksi urea dengan cara
melihat Kristal rhombis. Lalu dipanaskan secara perlahan hal ini dilakukan agar
kandungan air dalam urin berkurang. dan diamati adanya Kristal rhombis atau
hexagonal dari urea nitrat. Pada kedua sampel urin tidak terdapat Kristal rhombis
dan hexagonal yang berarti terdapat urea didalam urin. Urea merupakan hasil sisa
metabolism protein atau asam amino. Urea yang terbentuk merupakan toksik bagi
sel-sel tubuh sehingga harus dikeluarkan dari tubuh.
3. Penetapam Aseton
Dimasukkan 3mL urin ke dalam tabung reaksi, kemudian dibasakan sampel
urin dengan menggunakan beberapa tetes larutan NaOH/KOH. Setelah itu
ditambahkan beberapa larutan Na-nitroprosid kemudian dikocok. Lalu
ditambahkan beberapa tetes asam asetat pekat kemudian dikocok maka hasil yang
dapat bewarna ungu karena penetapan ini mengggunakan uji rethora dimana Na-
nitroprosid bereaksi dengan asam asetat dalam suasana basa dan menghasilkan
cincin ungu (Hardjoeno,H; Fitriani, 2007). Terjadinya warna ungu samapa merah
menunjukkan adanya aseton. Sedangkan warna merah menunjukkan adanya
alcohol, asam asetat, aldehid, dan asam diasetat (badan keton). Pada penetepan
aseton sampel urin laki-laki urin berwarna merah sedangkan pada sampel urin
perempuan tidak terdapat aseton.
VII. Kesimpulan