Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nabila Shofura Mahardhika

NPM : 10060319020
Kelas : Farmasi-A

FARMAKOGNOSI
Artemisia annua L.
1. Sumber Simplisia

 Artemisia annua L. termasuk kedalam family asteraceae dalam ilmu


taksonomi tumbuhan.

 Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


 Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
 Kelas : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Sub Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
 Bangsa : Asteridae
 Suku : Asterales
 Marga : Asteraceae
 Spesies : Artemisia annua L.

 Nama Umum : Anuma


 Nama Ilmiah : Artemisia annua L.
 Nama Simplisia : Artemisia e annua e Herba
Morfologi Artemisia annua L. tinggi 30-100 cm batang tegak, bulat persegi,
berwarna hijau kecoklatan. Daun majemuk, bentuk oval, lonjong, panjang 10-18
cm, lebar 6-15 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi beringgir, anak daun
bentuk oval, tepi bergerigi, pertulangan daun tegas, warna ungu kehijauan, hijau.
Bunga majemuk, bentuk tandan, terletak di ujung batang, panjang mencapai 30
cm, kelopak hijau, bentuk bintang, berlekuk 5, mahkota halus mengelilingi cawan
bunga tempat benang sari dan putik, diameter 2-3 mm, warna putih gading. Biji
bentuk lanset, kecil, berwarna coklat. Akar serabut, berwarna putih kekuningan
(Anonim, 2010).
Artemisia dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran tinggi dengan
ketinggian 1000-1500 m diatas permukaan laut (dpl), tanah berpasir atau
berlempung yang berdrainase baik dengan pH 5,5-8,5 (pH optimum 6-8), curah
hujan 700-1000 mm3 /tahun. Ketersediaan air adalah faktor yang sangat
mempengaruhi petumbuhan tanaman terutama pada umur 1-2 bulan.
Tanaman Artemisia berasal dari daerah subtropis. Untuk dikembangkan di
daerah tropis, perlu diperhatikan beberapa hal antara lain adaptasi lingkungan dan
adaptasi genetik. Artemisia termasuk tanaman hari pendek apabila ditanam pada
daerah dengan lama penyinaran <13 jam/hari, akan cepat membentuk bunga. Dan
tumbuh optimal, menghasilkan produksi herba dan artemisinin yang tinggi.
Penanaman Artemisia sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
Berdasarkan hal tersebut waktu penanaman yang tepat dan ketersediaan air di
lokasi penanaman perlu diperhatikan untuk menghasilkan herba dan kadar
artemisinin yang optimal (Gusmaini dan Hera Nurhayati, 2007).
Pemberian pupuk mengandung nitrogen dengan konsentrasi lebih besar
dibandingkan konsentrasi optimal nitrogen, akan menurunkan kadar artemisinin
di dalam tanaman (Davies et al, 2009). Artemisinin disintesis dari farnesyl
pyrophosphate (FPP) melalui aktivitas dari prenyltranferase farnesyl diphosphate.
Pembentukan metabolik primer dipengaruhi oleh input yang diberikan
termasuk unsur hara, karena penyusun FPP pada metabolik primer dipengaruhi
oleh unsur fosfat. Untuk meningkatkan kadar artemisinin dapat dilakukan
pemberian pupuk P (Gusmaini dan Hera Nurhayati, 2007).
Lokasi yang tepat terdapatnya artemisinin dalam tanaman Artemisia annua
L. belum dapat dipastikan, namun terdapat bukti kuat bahwa senyawa ini dalam
tanaman berada pada glanduler trichomes, dalam keadaan bebas dan
kandungannya naik sejalan dengan tercapainya kematangan secara fisiologis. Oleh
karena glanduler trichomes Artemisia annua L. terdapat pada semua bagian
tanaman, maka artemisinin tersebar diseluruh tanaman dengan kadar berbeda,
kecuali akar dan serbuk sari. 89% dari total artemisinin terakumulasi dibagian
daun (Geldre et al, 1997).
Kandungan artemisinin tertinggi ditemukan pada tanaman A.annua
berumur 5 bulan, yaitu 0,68% b/b berdasarkan berat kering daun (Woerdenbarg et
al, 1994). Sedangkan beberapa peneliti lain menyatakan bahwa kandungan
artemisinin paling tinggi dicapai pada saat tanaman akan berbunga sampai
berbunga sempurna, yaitu 4-11 kali lebih tinggi kandungan artemisininnya
(Geldre et al, 1997). Produksi artemisinin dalam tanaman A.annua dipengaruhi
oleh iklim dan keadaan lingkungan seperti cahaya, suhu, air, dan kadar garam
dalam tanah (Geldre et al, 1997).

2. Struktur Kimia

Artemisia annua L. mengandung senyawa golongan terpenoid, baik yang


tergolong dalam kelompok seskuiterpenoid maupun kelompok terpenoid yang
lain. Senyawa seskuiterpenoid yang berhasil diidentifikasi adalah artemisinin
(qinghaosu, arteannuin), arteannuin A (qinghaosu I), arteannuin B (qinghaosu II),
arteannuin C, arteannuin E (qinghaosu V), dan arteannuin F (artemisilakton),
asam artemisinat (asam artemisat, asam arteanuat, asam qinghao),
deoksiartemisinin (qinghaosu III), qinghaosu IV, artemisinol,
estermetilartemisinat, artemisitene dan asam epoksiartemisinat.

Senyawa terpenoid lain yang berhasil diidentifikasi sebagai komponen


minyak atsiri ialah artemisia ketone, isoartemisia ketone, 1-camphor,
caryophyllen, α-pinen, cineole, cadinene, thujone, isothujone, bomeol, linalyl
actate, neothujol, β-phellandrene, terpinolene, bornyl acetate, β-pinene, p-cymol,
β-myrcene, benzylisovalerat, β-famesene, artemisia alcohol (Tang & Eisenbrand
1992), camphen, sabinene, p-cymene, 1,8-cineole, α-terpinene, linalool, terpinen-
4-ol, α-terpineol, α-copaene, humulen, trans-β-famesene dan germacren-D.
 Struktur, Sifat Fisik dan Kimia Artemisinin

Struktur artemisinin termasuk kelompok seskuiterpen lakton (δ


valerolakton) dan dari data analisis spektofotometri massa resolusi tinggi,
disimpulkan senyawa tersebut mempunyai BM 282,34 dengan distribusi
63,81% C; 7,85% H dan 28,33% O dengan rumus empiris C12H22O5.
Nama IUPAC artemisinin adalah [3R-(3α, 5aβ, 6β, 8aβ, 9α, 12β, 12aR*)]-
oktahidro-3,6,9-trimetil-3,12-epoksi-12H-pirano-[4,3-j]-1,2-bensodioxepin-
10-(3H)-on, sedangkan sinonim dari artemisinin adalah arteannuin, huang
hua haosu, qinghaosu, QHS dan qing hau sau (The Merck Index, 1989).
Data kristalografi sinar X menunjukan bahwa 15 atom karbon dan 5
atom oksigen sebagai unsur penyusun struktur artemisinin yang tersusun
dalam 4 cincin: A, B, C, dan D. cincin A merupakan sikloheksana dengan
konformasi kursi, cincin D merupakan δ-lakton yang berperan dalam
pelekukan konformasi kursi, sedangkan cincin B dan C merupakan cincin
yang jenuh dengan atom oksigen dan keduanya terpisah oleh jembatan
peroksida. Keempat cincin dalam struktur artemisinin mempunyai
hubungan ikatan yang erat satu sama lainnya. Hubungan ikatan antara
cincin A-D, A-B dan C-D adalah cis sedangkan B-D adalah trans. (CCRG,
1982)
Sifat fisik senyawa artemisinin adalah merupakan suatu kristal
ortorombik tak berwarna dan berbentuk jarum, titik lebur 156-157⁰C
(QACRG, 1979), 153-154⁰C (Klayman et al, 1984), 150-152⁰C (Acton et
al, 1986), 154⁰C (ElSohly et al, 1990), [α]17 D = 66,3⁰dan kerapatannya
1,30 g/cm3. Sifat kimia Artemisinin sangat larut dalam pelarut semipolar,
seperti diklorometan (1086,9 mg/mL), kloroform (1061,8 mg/mL),
asetonitril (267,7 mg/mL), aseton (242,2 mg/mL), dan etil asetat (135,2
mg/mL) dan dapat terurai dalam pelarut yang mengandung proton dengan
terbukanya cincin lakton. Stabilitas termal struktur artemisininn sampai
dengan suhu 150⁰C dan akan terdekomposisi bila dipanaskan sampai
dengan suhu 180-200⁰C

3. Khasiat Artemisia annua L. dan pemanfaatannya di bidang Farmasi

Artemisia annua L. atau yang sering dikenal sebagai artemisinin telah lama


digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok. Ini karena artemisia annua
dipercaya memiliki manfaat untuk mengatasi beragam penyakit. Sebagian besar
khasiat ini diduga berasal dari senyawa artemisinin yang bersifat antimikroba,
antioksidan, antiradang, bahkan disebut-sebut antikanker.

Komponen utama dari Artemisia annua adalah senyawa yang disebut


artemisinin. Artemisinin tersusun dari ikatan karbon, hidrogen, dan oksigen yang
mampu berinteraksi dengan berbagai fungsi tubuh dan reaksi kimia di dalamnya.

Dengan adanya senyawa aktif tersebut, berikut ini adalah beberapa manfaat
yang bisa kita peroleh dari tanaman Artemisia annua:
 Berpotensi mengobati malaria

Artemisinin dan berbagai senyawa turunannya merupakan racun


bagi parasit penyebab malaria, terutama dari spesies Plasmodium
falciparum. Begitu memasuki aliran darah, Plasmodium akan menginfeksi
dan menghancurkan sel-sel darah merah. Namun, artemisinin yang terdapat
pada sel-sel darah merah akan berubah menjadi radikal bebas dengan
bantuan zat besi.
Radikal bebas lalu berikatan dengan protein di dalam parasit dan
mengacaukan struktur membrannya. Parasit pun tidak bisa berkembang dan
akhirnya mati.

 Melawan infeksi parasit lain

Manfaat Artemisia annua L. dalam melawan parasit tak hanya


terbatas pada Plasmodium. Senyawa aktif di dalamnya pun efektif untuk
melawan infeksi parasit lain. Terutama parasit penyebab leishmaniasis,
penyakit Chagas, dan penyakit tidur Afrika.
Leishmaniasis dapat menyebabkan luka pada kulit, gangguan fungsi
sejumlah organ, hingga perdarahan.
Sementara itu, penyakit Chagas bisa mengakibatkan peradangan
pada kulit dan berbagai jaringan tubuh, khususnya jantung dan usus.

 Berpotensi mencegah penyakit gusi

Selain parasit, ekstrak tanaman yang dikenal dengan nama sweet


wormwood ini juga ampuh menangkal infeksi beberapa jenis bakteri.
Hal ini disebabkan karena artemisinin yang terkandung di dalamnya
memiliki sifat antibakteri yang cukup kuat.
Pada penelitian dalam The Korean Journal of Physiology &
Pharmacology, Artemisia annua L. diketahui memiliki manfaat dalam
melawan 3 jenis bakteri penyebab penyakit gusi. Bakteri-bakteri tersebut
adalah A. actinomycetemcomitans, F. nucleatum, dan P. intermedia.

 Meringankan nyeri radang sendi

Penelitian yang sama turut menemukan bahwa artemisinin dalam


tanaman Artemisia annua berpotensi meredakan nyeri radang sendi.
Temuan ini berkaitan dengan efek artemisinin yang terbukti  dapat
menghambat pelepasan sitokin. Sitokin adalah sejenis protein yang
dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh.
Pelepasan sitokin dalam jumlah besar akan memicu peradangan dan
menimbulkan nyeri seperti halnya pada penderita radang sendi. Artemisinin
disinyalir meredakan nyeri dengan menghambat proses tersebut.

 Berpotensi menurunkan risiko kanker

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengkaji


manfaat Artemisia annua L. dalam melawan kanker. Sebagian di antaranya
menunjukkan bahwa artemisinin berpotensi menghambat pertumbuhan sel
kanker jika digabungkan dengan pengobatan kemoterapi.

Pemanfaatan Artemisia annua L. di bidang Farmasi lainnya, yaitu sebagai :


 Obat nyeri haid
 Obat kuat
 Obat batuk
 Obat kejang
 Obat mulas
 Obat penambah nafsu makan

4. Daftar Pustaka

Nurhayati, Hera dan Gusmaini. 2007. Potensi Pengembangan Budidaya


Artemisia annua L. di Indonesia. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik

Senjaya, Ahmad. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Artemisinnin dari


Artemisia annua L. Budidaya Lokal. Depok: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai