Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 4
SISTEM ENDOKRIN

Disusun oleh kelompok 3 / shift A


Ega Mulya Permata Dewi (10060319015)
Daifa Ermanda Mawali (10060319016)
Ayu Suci Dewi (10060319018)
Ratna Khoerunisa (10060319019)
Nabila Shofura M (10060319020)
Levina Geby Dwi Putri A (10060319021)

Nama Asisten: Egya R. Prasadhana., S. Farm.

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG 2020M / 1442H
PERCOBAAN 4
SISTEM ENDOKRIN

I. Tujuan Percobaan
1. Memahami pengertian insulin, diabetes militus (DM) tipe 1, DM tipe 2, dan
kurva standar glukosa.
2. Memahami bagaimana level glukosa puasa plasma dalam diagnose DM.
3. Memahami penggunaan alat pengukur glukosa plasma.
II. Teori Dasar

A. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya
langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati
duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon. Kelenjar ini juga biasa
disebut kelenjar buntu. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan
satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu juga ada yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda misalnya
kelenjar hipofisis sebagai pengatur kelenjar yang lain(Syaifuddin, 1997).

B. Hormon
Hormon merupakan pembawa pesan kimiawi antarsel atau
antarkelompok sel. Semua organisme multiseluler memproduksi hormon. Zat
tersebut beredar di dalam sirkulasi darah dan cairan sel untuk untuk mencari sel
target (Astuti, P, 2018)

Menurut definisi klasik, suatu hormon adalah zat yang dihasilkan oleh
suatu kelenjar endokrin, diekskresikan ke dalam darah, dan sampai ke sel sasaran
di jaringan lain dalam tubuh tempat hormon tersebut menimbulkan efek
fisiologis. Sebagian besar hormon adalah peptida atau senyawa yang berasal dari
asam amino (Marks, dkk, 2000).
C. Hormon Insulin
Insulin merupakan hormon alami yang dikeluarkan oleh pankreas.
Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa
darah (gula darah), dari glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk
menjalankan fungsinya (Rismayanthi, 2010).

Insulin memiliki peranan penting dalam penyimpanan zat yang


mempunyai kelebihan energi di dalam tubuh. Dalam keadaan karbohidrat yang
tinggi, insulin akan menyimpan karbohidrat sebagai glikogen terutama di dalam
hati dan otot. Kelebihan karbohidrat yang tidak dapat disimpan sebagai glikogen
akan diubah menjadi lemak karena adanya rangsangan dari insulin dan disimpan
dijaringan adiposa. Selain karbohidrat yang tinggi, insulin juga memiliki
pengaruh terhadap kelebihan protein, yaitu secara langsung insulin memiliki
efek dalam memicu pengambilan asam amino oleh sel dan pengubahan asam
amino ini akan menjadi protein dan dapat menghambat pemecahan dari protein
yang sudah terdapat di dalam sel (Guyton dan Hall, 1997)

Hormon lain yang dapat meningkatkan sekresi insulin atau yang dapat
memperkuat rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin yaitu glukagon,
hormon pertumbuhan, kortisol dan yang paling lemah adalah progesteron dan
estrogen (Guyton dan Hall, 1997)

Ketika kadar glukosa di dalam darah meningkat, maka pembebasan


insulin akan semakin banyak, dan mempengaruhi glukagon, adrenalin serta
kortisol, dimana kortisol dapat meningkatkan kadar glukosa di dalam darah
melalui proses glukoneogenesis protein dan menghambat oksidasi glukosa
(Mutschler, 1991).

D. Kerja Hormon
Masing-masing hormon memiliki satu atau lebih efek fisiologis spesifik
yang diperantai oleh jaringan sasaran. Jaringan tersebut memiliki kemampuan
mengenali adanya hormon tertentu (yang sering terdapat dalam konsentrasi
nanomolar atau pikomolar) dalam sirkulasi serta berikatan dan berespons secara
spesifik terhadap molekul hormon tersebut dan tidak terhadap berbagai hormon
lain yang juga terdapat di dalam darah (Marks, dkk, 2000).

Spesifisitas interaksi hormon-jaringan sasaran ini ditentukan oleh


adanya reseptor sel yag terletak di membran plasma sel (untuk hormon peptida
dan epinefrin) atau di dalam sitosol dan nukleus (untuk hormon steroid dan
tiroid, vitamin D3 aktif, dan asam retinoat) (Marks, dkk, 2000).

Agar aktifitas hormon dapat timbul, pengikatan hormon-reseptor ini


harus ditanduksikan menjadi sinyal kimia pascareseptor di dalam sel. Sinyal ini
menyebabkan respons fisiologis spesifik terhadap hormon bersangkutan di
jaringan sasaran, misalnya pengaktifan enzim atau sintesis protein baru untuk
pertumbuhan atau diferensiasi sel (Marks, dkk, 2000).

E. Diabetes Militus

a. Pengertian

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus adalah suatu kondisi kondisi di
mana kadar gula darah lebih tinggi dari normal atau hiperglikemia karena tubuh
tidak bisa mengeluarkan atau menggunakan hormon insulin secara cukup. Diabetes
adalah penyakit kronis yang kompleks yang membutuhkan perawatan medis yang
berkelanjutan dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial di luar kotrol
glikemik. Pasien yang sedang mendapatkan dukungan edukasi manajemen mandiri
sangat penting untuk mencegah komplikasi akut. Diabetes adalah suatu sindroma
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah disebabkan adanya
penurunan sekresi insulin. Diabetes adalah penyakit tidak menular yang dapat
menyerang segala kelompok umur. Pada diabetes melitus tipe 1 penurunan sekresi
itu disebabkan karena kerusakan sel beta akibat reaksi otoimun sedangkan pada
diabetes melitus tipe 2 penurunan sekresi disebabkan karena berkurangnya sel beta
yang progresif akibat glukotoksisitas, lipotoksisitas, tumpukan amilod dan faktor-
faktor lain yang disebabkan oleh resistensi insulin.

b. Gejala Diabetes Melitus

Gejala diabetes melitus yang sering muncul adalah

1) Poliuri (banyak kencing)

Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi apabila kadar gula
darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah yang tinggi akan
dikeluarkan melalui air kemih, jika semakin tinggi kadar glukosa darah
maka ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang banyak. Akibatnya
penderita diabetes sering berkemih dalam jumlah banyak.

2) Polidipsi (banyak minum)

Polidipsi terjadi karena urin yang dikeluarkan banyak, maka penderita akan
merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum.

3) Polifagi (banyak makan)

Polifagi terjadi karena berkurangnya kemampuan insulin mengelola kadar


gula dalam darah sehingga penderita merasakan lapar yang berlebihan.

4) Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadangan energi lain
dalam tubuh seperti lemak.
c. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes melitus adalah

1) Diabetes tipe 1 biasa disebut diabetes tergantung insulin/insulin dependent


diabetes (IDDM). Diabetes tipe 1 ini diakibatkan berkurangnya produksi insulin
oleh sel β pankreas.

2) Diabetes tipe 2 biasa disebut diabetes tak tergantung insulin/noninsulin


dependent diabetes (NIDDM). Diabetes tipe 2 ini diakibatkan kurangnya fungsi
insulin akibat resistansi insulin, dengan atau tanpa disertai ketidakcukupan produksi
insulin dan terkait erat dengan berat badan berlebihan dan obesitas.

3) Diabetes gestasional adalah keadaan hiperglikemia yang terdiagnosis selama


kehamilan dan belum pernah terdiagnosis sebelumnya.

III. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah tabung dan
spektrofotometri.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ari deionisasi,
glukosa standar, reagen pewarna enzim, barium hidroksida, heparin, sampel
darah pasien.
.
IV. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan kurva standar glukosa
Disiapkan 5 buah tabung ditambahkan glukosa standar dengan berbagai air
terdeionisasi ditambahkan kealam masing-masing tabung. Tabung berisi
larutan di mix dan di sentrifugasi. Kemudian pellet dibuang dari tabung.
Setelah itu, reagen pewarna enzim ditambahkan pada masing-masing
tabung. Semua tabung di inkubasi. Tabung yang sudah diinkubasi siap
untuk diukur doi spektrofotometri. Tabung 1 sampai 5 dianalisa dan
hasilnya dicatat.
2. Pengukuran kadar fasting plasma glucose
Kelima sample darah pasien dimasukkan kedalam tabung. Air deionisasi,
barium hidroksida, dan heparin ditambahkan ke masing-masing tabung.
Larutan dalam tabung di mix dan di sentrifugasi. Dibuang pellet dari dalam
tabung. Reagen pewarna enzim ditambahkan pada masing-masing tabung.
Kemudian semua tabung di inkubasi. Dimasukkan tabung 1 sampai 5 ke
spektrofotometri, dianalisa, dan dicatat hasilnya.
V. Data Pengamatan
a. Pembuatan Kurva Standar Glukosa
Pada prosedur pembuatan kurva standar glukosa ini, di sediakan lima buah
tabung yang ditambahkan glukosa standar dengan berbagai. Ditambahkan
Air terdeionisasi ke dalam masing-masing tabung. Kemudian tabung yang
berisi larutan di mix dan di sentrifugasi. Lalu, pellet dibuang dari tabung.
Setelah itu, reagen pewarna enzim ditambahkan pada masing-masing
tabung. Semua tabung di inkubasi. Tabung yang sudah di inkubasi siap
untuk diukur di spektrofotometer. Tabung 1 sampai tabung 5 dianalisa dan
hasilnya di catat.

Tabel Pengamatan
Tabung Optical Density Glucose Conctration(
mg/dL)

1 0,30 30

2 0,50 60

3 0,60 90

4 0,80 120

5 1,0 150
Kurva Standar Glukosa

GRAFIK KURVA GLUKOSA STANDAR


1.2

1
Optical Density

0.8

0.6

0.4

0.2

0
30 60 90 120 150
Konsentrasi Glukosa

b. Pengukuran Kadar Fasting Plasma Glucose


Kelima sampel darah pasien dimasukkan ke dalam tabung. Air deionisasi,
barium hidroksida, dan heparin ditambahkan ke masing-masing tabung.
Larutan dalam tabung di mix dan di setrifugasi. Pallet dibuang dari dalam
tabung. Reagen pewarna enzim ditambahkan pada masing-masing tabung.
Kemudian semua tabung di inkubasi. Dimasukkan tabung 1 sampai tabung
5 ke spektofotometer, analisa, dan catat hasilnya.
Tabel Pengamatan
Tabung Optical Density Glucose Conctration(
mg/dL)

1 0,73 105

2 0,79 115

3 0,89 133

4 0,83 122

5 0,96 145

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan Sistem Endokrin yaitu sistem
atau hormon yang mempengaruhi hormon dalam kadar gula darah, sistem ini
sangat penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Sistem Endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans
untuk digunakan didalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi
yang tetap beredar dan bekerja didalam tubuh. Kelenjar endokrin merupakan
sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat
sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan
sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh
kapiler.
System Endokrin dalam kaitannta dengan system saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. kedua system ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristuik tertentu.
Kelenjar Endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak
melalui saluran tetapi dari sel-sel endokrin langsung masuk ke pembuluh darah,
selanjutnya hormone tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat
terjadinya efek hormone.
Pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu Pembuatan Kurva Standar
Glukosa. Kurva standar glukosa yaitu untuk menentukan total glukosa yang
dibuat untuk mendapatkan kemudahan pada penelitian atau sebagai standar dari
sampel untuk acuan dan juga untuk menbandingkan kadar gula standar dengan
sampel.
Pada proses percobaan kali ini dibuat 5 sampel yang telah di masukkan pada
masing-masing tabung dengan sampel yang berbeda pada masing-masing
tabung. Pada tabung 1 dengan kadar glukosa 30 mg/dL, tabung 2 60 mg/dL,
tabung 3 90 mg/dL, tabung 4 120 mg/dL, dan tabung ke 5 150 mg/dL. Apabila
dijumlahkan konsentrasi glukosa yang digunakan pada percobaan ini yaitu 450
mg/dL. Digunakan nya konsentrasi yang berbeda pada setiap sampel yaitu agar
dapat perbandingan atau dapat dibandingkan antara tabung 1, 2, 3 dan
seterusnya sampai tabung 5. Lalu digunakan air deionisasi agar sampel
terhidrolisis menjadi asam glukonat dan peroksida, sebab air deionisasi yaitu air
yang ion-ion nya telah dihilangkan dan memiliki pH 7. Kemudian masing-
masing tabung di mix dan di sentrifugasi yang bertujuan agar serum darah
terpisah dengan glukosa. Setelah tabung di mix, pellet harus dibuang karena
pellet termasuk hasil samping dari sentrifugasi, lalu ditambahkan reagen
pewarna untuk melihat apakah terdapat glukosa pada tiap sampel atau tidak dan
diinkubasi yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya pembentukan warna.
Kedua dilakukan Pengukuran Kadar Fasting Plasma Glucose, sama seperti
halnya pada percobaan pertama, disini menggunakan 5 sampel darah yang
berbeda pada masing-masing tabung. Pada masing-masing tabung ditambahkan
air deionisasi agar terhidrolisis menjadi asam glukonat dan peroksida, dan
ditambahkan barium hidroksida untuk katalis pemecah darah dan penambahan
heparin. Hepari mengandung antikoaguan sehingga dapat mengurangi
penggumpalan pada darah. Lalu masing-masing sampel di mix dan di
sentrifugasi untuk memisahkan serum darah dengan glukosa. Sama halnya pada
percobaan pertama, pada masing-masing sampel di tambahka reagen pewarna
dan pellet harus dibuang karena hasil samping dai sentrifugasi itu sendiri.
Kemudian setelah dilakukannya pengukuran kadar glukosa didapatkan hasil
pada tabung 1 dengan kadar glukosa 105 mg/dL, tabung 2 115 mg/dL, tabung
3 133 mg/dL, tabung 4 122 mg/dL dan tabung 5 145 mg/dL. Dari hasil data
yang didapatkan bahwa pada tabung 1, pasien tersebut kekurangan glukosa,
karena rentang dapat dikatakan kekurangan glukosa yaitu kadar gula darah
kurang dari 110 mg/dL, pada tabung 2 dan 4 menunjukkan hasil bahwa pasien
tersebut memiliki kadar gula yang normal, dimana dapat dikatakan normal
dengan kadar gula darah 110-126 mg/dL dan pada tabung 3 dan 5 hasil
menunjukkan bahwa pasien tersebut dapat dikatakan memiliki penyakit
diabetes karena sudah melebih batas maksimal gula darah normal dimana
pasien dapat dikatakan memiliki penyakit diabetes lebih dari 126 mg/dL. Tetapi
walaupun pada tabung 2 dan 4 dikatakan normal, tetapi itu harus dijadikan
peringatan karena hampir mendekati angka menuju diabetes. Jika ternyata pada
tabung 3 pasien tersebut sedang dalam keadaan hamil hal ini dapat terjadi
diabetes melitus karena pada ibu hamil terdapat hormon estrogen, progesteron,
dan kortisol yang dapat menimbulkan resistensi insulin pada ibu hamil sehingga
gula darah menjadi naik pada ibu hamil.
Sampel darah yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu sampel darah
pasien yang puasa. Agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Sebab tidak
dipengaruhi oleh factor makanan dan minuman yang terakhir dikonsumsi,
apabila dalam keadaan tidak puasa bisa saja makanan atau minuman yang kita
konsumsi sebelum melakukan tes dapat memberikan efek pada peningkatan
glukosa.
Insulin adalah sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme
karbohidrat. Selain merupakan "efektor" utama dalam homeostasis karbohidrat,
hormon ini juga ambil bagian dalam metabolisme lemak dan protein – hormon
ini bersifat anabolik yang artinya meningkatkan penggunaan protein.
Pengaruh yang ditimbilkan dari hormone insulin yaitu insulin berperan di
dalam pengaturan kadar glukosa darah, transportasi glukosa ke darah sel insulin
menstimulasi penggunaan glukosa untuk menjadi glukogen (glukogenesis),
sintesis lemak (lipogenesis), dan sintesis protein (eritogenesis), jika glukosa
menurun berarti insulinnya tinggi karena banyak gula darah yang dirubah.
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal bila ada
rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam
darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara
fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama dengan hormon
glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas.Sintesis insulin
dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada retikulum
endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin
mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian
dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam seltersebut.
Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolismedalam
tubuh terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat krusial perannya
dalam proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama
pada otot, lemak, dan hepar. Pada jaringan perifer seperti jaringan ototdan
lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate =
IRS" yang terdapat pada membran sel tersebut. Ikatan antara insulin dan
reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses regulasi
atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme
kerja yang sesungguh nya belum begitu jelas. Setelah berikatan, tranduksi
sinyal berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose trnsporter-4)
dan selanjutnya juga mendorong penempatannya pada membrane sel.
Adapun Klasifikasi diabetes melitus sebagai berikut:

1) Diabetes tipe 1 biasa disebut diabetes tergantung insulin/insulin dependent


diabetes (IDDM). Diabetes tipe 1 ini diakibatkan berkurangnya produksi insulin
oleh sel β pankreas.

2) Diabetes tipe 2 biasa disebut diabetes tak tergantung insulin/noninsulin


dependent diabetes (NIDDM). Diabetes tipe 2 ini diakibatkan kurangnya fungsi
insulin akibat resistansi insulin, dengan atau tanpa disertai ketidakcukupan produksi
insulin dan terkait erat dengan berat badan berlebihan dan obesitas.

3) Diabetes gestasional adalah keadaan hiperglikemia yang terdiagnosis selama


kehamilan dan belum pernah terdiagnosis sebelumnya.

VII. Kesimpulan
1. Sistem endokrin berperan penting dalam homeostasis tubuh dimana
pankreas melepaskan insulin dan glukagon sebagai sistem penyeimbangan
gula darah.
2. Insulin menurunkan kadar gula darah dengan cara berdifusi ke serum darah
dan bekerja mengubah glukosa menjadi glukagon.
3. Dari semua sampel, terdapat pada sampel tabung 3 memiliki konsentrasi
glukosa sebanyak 133. Hasil menandakan kadar glukosa yang tinggi.
Namun pada ibu hamil, hormone esterogen dapat menimbulkan resistensi
insulin.
4. Kadar gula darah yang normal adalah pada sampel 1, karena memiliki kadar
konsentrasi glukosa dibawah 110.
VIII. Daftar Pustaka
Astuti, P. (2018). Endokrinologi Veteriner. Yogyakarta: UGM Press.
Guyton A. C., Hall J. E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Marks, dkk. (2000). Biologi Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.
Mutschler, E., (1991). Dinamika Obat, Edisi V, 88. Bandung: Penerbit ITB.
Syaifuddin, H., (1997). .Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai