Anda di halaman 1dari 9

Fisiologi Hewan Sistem Pencernaan

Aranty Fahira Ardisa (1308617023), Siti Nurkhasanah (1308617003), Indra Prawirastama Harlis
(1308617048). Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220 , Indonesia e-mail:
arantyfahiraardisa@gmail.com

I . PENDAHULUAN
Uji Musin dan Uji ion CNS pada Saliva

Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga
kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu
mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi
epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar (Pearce, 2009 : 172).
Air liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu parotis, submaksilaris dan
sublingualis. Setiap hari sekitar 1-1.5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas
99.24% air dan 0.58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan
zat-zat organik seperti musin dan enzim amilase (ptialin). Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar submaksilar, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh kelenjar parotid.
(Panji Cahya, et.al, 2010)
Musin yang berperan sebagai pelicin rongga mulut untuk menelan, dan juga enzim ptialin
atau amilase saliva yang dapat mengkatalisis hidrolisis atau pemecahan makro-molekul dari amilum
yang masuk ke dalam mulut. Di dalam mulut, polisakarida makanan, yaitu amilum akan mengalami
pencernaan atau digesti secara mekanis karena adanya gigi dan secara enzimatik karena adanya
enzim ptialin atau amilase savila. Enzim ptialin akan mengkatalisis hidrolisis dari amilum menjadi
maltosa. Perubahan amilum menjadi maltosa ini tidak berjalan secara spontan, namun berjalan
secara bertahap yang disertai dengan hasil reaksi antara : amilodekstrin, eritrodekstrin, akrodekstrin,
dan dekstrin lain yang mempunyai rantai pendek (oligosakarida).Amilum yang diubah menjadi
maltosa hanya sedikit karena makanan berada di dalam mulut hanya sebentar. Bersama-sama
dengan makanan lain, amilum yang telah dicerna maupun yang belum dicerna akan masuk ke dalam
organ pencernaan yang lain, yaitu lambung. Protein dan lemak dalam mulut hanya mengalami
pencernaan secara mekanis dan tidak secara enzimatik, hal ini disebabkan karena di dalam mulut
tidak ada enzim yang mengkatalisisi hidrolisis protein dan lemak (Sumardjo, 2009 : 20). Jadi
disimpulkan bahwa Musin dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan licin yang berfungsi
membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlacar proses menelan
makanan.

Uji Enzim Lipase dan Uji Garam Empedu dengan Minyak

Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
kecil. Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi kebutuhan sel,
jaringan, organ dan makhluk hidup. Pencernaan merupakan proses kimia. Proses kimia
membutuhkan adanya enzim untuk perubahan kimia bahan dasarnya. Enzim berperan dalam
meningkatkan kecepatan reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi dan tidak ikut bereaksi. Dalam
proses pencernaan, enzim dihasilkan oleh berbagai organ, seperti usus halus, kelenjar ludah dan
lambung. Enzim bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan kompleks (karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral) [6].
Enzim pencernaan adalah substansi pada sistem pencernaan yang memecah makanan,
misalnya pepsin adalah sebuah enzim di lambung yang memecah protein, lipase untuk memecah
lemak, amilase memecah karbohidrat, di samping itu juga terdapat getah lambung yang berupa
asam klorida (HCl) yang diproduksi oleh sel-sel mukosa. Terdapat juga enzim dari hati dan pankreas
yang membantu pencernaan, contohnya katalase yang dikeluarkan hati untuk menetralkan racun.
Enzim lipase merupakan salah satu jenis enzim pencernaan. Sebagian besar enzim lipase
diproduksi di pankreas, namun enzim ini juga diproduksi dalam organ lainnya, seperti lambung dan
hati. Lipase juga diproduksi di mulut, jaringan lemak, dan dinding pembuluh darah. Enzim lipase
bertugas memecah lemak dan trigliserida menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu asam lemak dan
gliserol.

Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim
bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan
demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim
bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam
senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat
tetap. Sebagai contoh, enzim αamilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati
menjadi glukosa [7]. Enzim-enzim pencernaan tersebut terlibat pada reaksi berikut [4]:

Pada praktikum ini digunakan ayam sebagai bahan percobaan, sistem pencernaan ayam
terdiri dari paruh (Mulut), kerongkongan (esophagus), tembolok, proventikulus, empedal, usus halus,
usus besar, rectum dan kloaka. [1]. Paruh adalah bagian pertama kali pakan dimasukkan. Ayam
tidak memiliki gigi sehingga pakan pertama kali masuk dalam system pencernaan melalui paruh dan
langsung ditelen tanpa dikunyah terlebih dahulu. Lidah pada ayam berbentuk runcing berfungsi
membantu mendorong pakan ke kerongkongan. Lalu pakan dilanjutkan ke esophagus dimana
esophagus merupakan saluran yang membawa makanan dari mulut ke tembolok. Lalu makanan
disimpan sementara didalam tembolok dan tembolok merupakan tempat pelunakan pakan dengan
adanya penambahan air didalam organ pencernaan tersebut. Kemudian pakan dilanjutkan ke
lambung, dimana lambung pada ayam terdiri dari dua macam yaitu proventikulus (lambung
glandular) dan empedal (lambung muscular). Kemudian pakan akan dilanjutkan ke usus halus
dimana pada usus halus terjadi pemecahan nutrient dalam pakan secara enzimatis, pakan akan
dilanjutkan masuk ke usus besar dan akhirnya berakhir di kloaka .

Gambar 1 Alat Pencernaan Ayam.

II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 03 Oktober 2019 pukul 13.00 di Laboratorium
Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta, Jakarta.
B. Alat dan Bahan
Uji Musin
Dalam praktikum ini disediakan Saliva 1ml, Larutan Biuret 1 ml (0,5 ml NaOH 10% + 0,5 ml
CuSO4) dan digunakan tabung reaksi.

Uji ion CNS


Dalam praktikum ini disediakan FeCl₃ 1ml, Hcl 0,5 ml, Saliva 1 ml dan digunakan tabung reaksi.

Tes Enzim Lipase Pada Sistem Pencernaan


Dalam praktikum ini disediakan bahan berupa, sistem pencernaan ayam berupa pankreas,
duodenum, lambung, empedu, dan saliva. Serta 3ml minyak, 3ml NaOH, fenol red. Dan disediakan
alat praktikum berupa 5 tabung reaksi, lumping atau mortar dan pinset.

Tes Pengaruh Empedu Terhadap Lemak


Dalam praktikum ini disediakan bahan berupa akuades, empedu, dan minyak. Kemudian
disediakan alat praktikum berupa 2 tabung reaksi.

C. Cara Kerja
Uji Musin
Diambil 1 ml saliva ,kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dimasukkan 1
ml biuret ke dalam tabung reaksi berisi saliva, lalu diamati perubahan warna yang terjadi.
Uji ion CNS
Diambil 1 ml FeCl₃ , kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dituangkan
0,5 ml Hcl ke dalam tabung reaksi berisi FeCl₃, Kemudian dituangkan 1 ml saliva ke dalam tabung
reaksi berisi FeCl₃m dan Hcl, lalu diamati perubahan warna yang terjadi.
Tes Enzim Lipase Pada Sistem Pencernaan
Disiapkan sistem pencernaan ayam (pankreas, duodenum, lambung, empedu) dan saliva,
diambil saluran pencernaan tersebut dan digerus menggunakan mortar atau lumpang, kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berbeda dengan ketinggian sample sampai 4cm dalam
tabung reaksi. Ditetesi 0,5ml minyak ditambahkan 0,5ml NaOH dan 2 tetes fenol red, digoyangkan
serta diamati emulsi dan perubahan warna yang terjadi.
Tes Pengaruh Empedu Terhadap Lemak
Disiapkan 2 tabung reaksi yang diberi label A dan B, kemudian pada tabung reaksi A
diteteskan 0,5ml minyak ditambahkan 0,5ml cairan empedu yang sudah diencerkan dengan
akuades. Selanjutnya pada tabung B dimasukkan 0,5ml minyak ditambahkan dengan 0,5ml air, lalu
kedua tabung dikocok atau dihomogenkan dan dibiarkan selama 5-10 menit serta diamati perubahan
yang terjadi apakah terjadi emulsi atau tidak.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Musin
Hasil uji musin yang menggunakan biuret menghasilkan warna ungu, mengindikasikan adanya
protein dalam saliva. Larutan biuret merupakan indikator polipeptida yang memiliki lebih dari 1 ikatan
asam amino. Saliva terdiri dari 99,5% H2O serta 0,5% protein (amilase, musin dan lisozim) dan
elektrolit. Musin adalah glikoprotein licin (karbohidrat-protein) dikeluarkan oleh kelenjar sublingual
dan kelenjar submaksilar. Larutan biuret (NaOH dan CuSO4) berwarna biru terang dan akan berubah
menjadi keunguan ketika berikatan dengan bahan yang mengandung protein. CuSO4 berperan
sebagai donor ion tembaga (Cu2+) yang bereaksi dengan ikatan peptida (-CO dan –NH) dan
membentuk kompleks tembaga (copper complex) berwarna keunguan (kondensasi 2 molekul urea).

2CO(NH2)2 → CONH2–NH–CONH2 (biuret) + NH3


CuSO4 + 2H2O → Cu(OH)2+ H2SO4
Cu(OH)2 + NH3 → warna ungu
Ikatan peptida panjang → ungu
Gambar. Uji musin menghasilkan warna ungu.

Uji ion CNS-


Hasil uji CNS- yang menggunakan larutan FeCl3 menghasilkan warna jingga bening. Hal ini
membuktikan bahwa pada saliva terdapat kandungan CNS- (tiosianat) yang bereaksi dengan FeCl3.
FeCl3 merupakan penyumbang Fe yang akan berikatan dengan ion tiosianat membentuk Fe(CNS) 3
yang berwarna orange, dengan reaksi sebagai berikut:
FeCl3 + 3CNS- + HCl Fe(CNS)3 + 3Cl-
Ion CNS ditambah dengan enzim amilase bertindak sebagai bakterisidal. Ion CNS- atau
-

tiosianat merupakan salah satu antibakteri bersama dengan hidrogen peroksida, dan imunoglobulin
A (IgA), yang merupakan pertahanan imunologik awal terhadap adanya kuman dan virus.

Gambar. Uji CNS menghasilkan warna jingga bening (Orange)

Tes Enzim Lipase Pada Sistem Pencernaan


Pada percobaan ini dilakukannya uji enzim lipase terhadap system pencernaan ayam
dengan menggunakan fenol red sebagai reagen uji. Fungsi digoyangkan tabung setelah
diteteskannya fenol red adalah untuk menghomogenkan dan mempercepat reaksi yang terjadi,
sedangkan fungsi dari ditambahkannya fenol red menjadi reagen uji pada praktikum ini.
Gambar. Hasil uji enzim lipase pada sitem pencernaan ayam terhadap, tabung ABCDE
(dibaca dari urutan paling kiri), tabung A yaitu berisikan saliva (paling kiri) dengan hasil emulsi ++,
tabung B empedu dengan hasil emulsi ++, tabung C duodenum dengan hasil emulsi +, tabung D
lambung dengan hasil emulsi +++, tabung E pankreas dengan hasil emulsi ++

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah tabung D menghasilkan banyak emulsi
dibandingkan dengan tabung yang lainnya. Sedangkan jika dibandingkan dengan literature
seharusnya yang memiliki emulsi paling banyak itu adalah organ pankreas, karena organ pankreas
memiliki enzim lipase yang dapat mengemulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Dimana
Enzim lipase memecah molekul lemak yang besar yang berasal dari makanan menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil, yaitu asam lemak dan gliserol, yang padat akan energi, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh semua sel-sel tubuh agar tubuh memiliki tenaga untuk menjalankan aktivitasnya.
Proses Emulsifikasi meningkatkan bagian muka lipid yang terbuka bagi enzim pencernaan untuk
menurunkan ukuran tetes lemak. Lipase mencerna molekul lemak. Lipase dikeluarkan / disekresikan
dalam jumlah yang sangant banyak. Produk utama pencernaan lipase adalah asam lemak bebas
dan monogliserida.

Tes Pengaruh Empedu Terhadap Lemak


Ditambahkan minyak goreng pada setiap tabung berfungsi sebagai sumber lemak. Pada
keadaan awal ini didapatkan dua lapisan cairan pada tabung reaksi B, pada bagian bawah terdapat
cairan empedu yang telah diencerkan dan pada bagian atas terdapat cairan minyak, pada tabung A
juga didapatkan dua lapisan, pada bagian bawah berisi air dan pada bagian atas berisi minyak,
keadaan ini dikarenakan berat jenis minyak lebih ringan daripada air sehingga minyak cenderung
berada di atas dan zat-zat lain yang mengandung air berada di bagian bawah. Empedu disekresikan
oleh hati berfungsi untuk mengemulsikan pencernaan dan absorbsi lemak bukan karena adanya
enzim pada empedu yang mencerna lemak tetapi adanya asam empedu. Lebih dari 90% empedu
adalah air, yang mengandung (a) senyawa-senyawa organik, seperti garamgaram empedu, bilirubin,
kolesterol, asam lemak, dan lesitin; (b) senyawa-senyawa anorganik dalam bentuk ion, seperti Na+,
K+, Ca2+, Cl-, dan HCO3-.
Garam-garam empedu inilah yang membantu mengemulsikan butir-butir lemak sehingga
mudah dicerna dan membentuk misel dengan asam lemak dan monosakarida hasil pencernaan
sehingga mudah larut [18]. Fungsi dari akuades yang dituangkan pada tabung reaksi A adalah
sebagai kontrol dan akan dibandingkan dengan empedu hasil yang terbentuk nantinya. Fungsi
penambahan minyak goreng adalah sebagai substrat. Kemudian dibiarkan 5-10 menit untuk
memberikan waktu agar terjadi reaksi.
Dari perlakuan tersebut didapatkan hasil yaitu pada tabung A tampak berwarna hijau tua dan tidak
terdapat fase, sedangkan pada tabung reaksi A tampak adanya 2 fase, pada bagian atas berwarna
putih keruh dan bagian bawah berwarna putih bening. Pada tabung B tampak emulsi lemak yang
merupakan hasil dari suatu proses yang disebut emulsifikasi.
Gambar . Hasil uji pengaruh empedu (ayam) terhadap lemak, tabung A (kanan) berwarna hijau
tua sedangkan tabung B ( kiri) terdapat dua fase, dimana bibagian atas berwarna putih keruh dan
bagian bawah berwarna putih bening.

Cairan empedu dibuat oleh hati dan disimpan dalam kantong empedu yang kemudian dikeluarkan
ke dalam duodenum untuk membantu proses pencernaan makanan. Di dalam cairan empedu
terdapat garam-garam empedu yang berfungsi sebagai emulgator, yaitu sebuah zat yang dapat
menyebabkan kestabilan suatu emulsi. Dengan demikian, garam-garam empedu membantu proses
pencernaan lipid dalam usus [3]. Enzim lipase pankreas menghidrolisis trigliserida menjadi
monogliserida dan asam lemak yang dapat diserap oleh tubuh [2].

Gambar . Reaksi hidrolisis trigliserol [19].

KESIMPULAN

Pada uji musin, saliva (air liur) yang digunakan positif mengandung musin dilihat dari
perubahan warna saliva menjadi ungu. Dan pada uji ion CNS, saliva (air liur) yang digunakan positif
mengandung CNS (tiosinat) dilihat dari perubahan warna saliva menjadi orange.
Berdasarkan hasil praktikum uji enzim lipase dan garam empedu dengan minyak dapat
disimpulkan bahwa sistem pencernaan dapat diartikan sebagai proses pemecahan senyawa
kompleks menjadi molekul-molekul sederhana yang dapat diserap oleh tubuh, selain itu pencernaan
ayam juga memiliki banyak enzim yang berfungsi dalam proses penyerapan makanan. Selain itu
juga terdapat kantung empedu yang berfungsi sebagai emulgator lemak untuk membantu proses
penyerapan lemak oleh usus halus melalui emulsifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Bond, C.E. Biology of Fishes. W.B. Philadelphia: Saunders Company. (1979).
[2] H. Hart. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga (1998) . [11] Sebuah Klinis. Biokimia
Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.
[3] Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta. (2007).
[4] Rogers, Kara. The Digestive System. New York: Britannica Educational Publishing. (2011).
[5] Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From Cells to Systems. Cengage Learning: USA
(2008).
[6] Slolane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(1995).
[7] Smith, Margareth E., Morton Dion G. The Digestive System: Systems of the Body Series.
London: Elsevier. (2010).
[8] Panji Cahya Mawarda, et.al., 2010. Jurnal Enzim Pencernaan (Daya Cerna Air Liur). IPB:
Bogor.
[9] Pearce, G Erlyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
[10] Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID): EGC.
SOAL
1. Jelaskan proses pembentukan HCL di lambung!
2. Jelaskan peran hormone yang terlibat pada system pencernaan!
3. Jelaskan dengan menggunakan gambar hubungan ph di mulut, lambung, usus halus dengan
kerja enzim pencernaan!
JAWAB:
1. Mekanisme Pembentukan Asam Lambung (HCl) oleh Sel Parietal H20 di dalam sel parietal
akan terurai menjadi H* dan OH', Hidroksida (OH) akan berikatan dengan CO2 membentuk
HCO3 dengan bantuan enzim karbonik anhidrase (CA). HCO3 akan dikeluarkan ke cairan
intersisial. lon klorida (Cl') dan natrium (Na) disekresi secara aktif dari sitoplasma sel parietal
ke dalam lumen canaliculi. Peristiwa tersebut membuat potensi negatif -40 mV sampai -70 mV
di membran sel parietal yang menyebabkan ion potassium (K*) dan sejumlah kecil ion natrium
(Na) menyebar dari sitoplasma menuju ke dalam sel parietal canaliculi. HCO3 yang
dikeluarkan ke cairan intersisial tadi akan bertukar dengan ion Cl pertukaran antara HCO3 dan
Cl dibantu oleh antiport HCO3/Cl. lon Cl akan masuk ke rongga lambung melalui protein kanal
Cl Sementara ion H* yang merupakan hasl disosiasi air juga akan keluar rongga lambung
bertukar dengan ion K* dengan bantuan H*/K* ATPase. Pada saat yang sama, ion natrium
secara aktif diserap kembali. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ion K+dan Na + yang
tadi disekresikan menjadi kembali ke sitoplasma. Di rongga lambung, ion H* dan Cl'akan
berinteraksi membentuk HCl atau asam lambung. PH terendah dari asam yang disekresikan
adalah 0,8, namun asam diencerkan dalam lumen perut sampai pH antara 1 dan 3.

Produksi asam lambung diatur oleh system saraf otonom dan beberapa hormone. System
saraf parasimpatis melalui saraf vagus, dan hormone gastrin merangsang sel parietal untuk
menghasilkan asam lambung. Keduanya secara langsung bekerja pada sel enterochromaffine
(ECL).

2. Peran hormone yang terlibat pada system pencernaan:


1. Gastrin
Adapun gastrin ini merupakan hormon yang diproduksi oleh sel yang disebut dengan sel
G, di dinding lambung. Ketika makanan memasuki lambung, maka sel inilah yang berfungsi
untuk melepaskan gastrin tersebut kedalam darah. Sehingga hormon ini berfungsi untuk
mengatur pencernaan sebagai perangsang sekresi secara terus menerus di dalam getah
lambung.
2. Enterogastrone ( Sekterin )
Sekretin ini distimulus untuk memproduksi bubur makan ( chime ) asam dalam duodenum.
Adapun fungsi hormon yang satu ini dalam pencernaan merupakan sebagai hormon yang
merangsang pankreas untuk mengeluarkan bikarbonat, yang menetralkan bubur makanan
tersebut ( chime ) asam dalam duodenum.
3. Cholecystokinin ( CCK )
Adapun hormon cholecystokin ( CCK ) ini merupakan hormon yang disekresi oleh sel epitel
mukosa dari duodenum. Cholecystokin ( CCK ) ini juga diproduksi oleh neuron dalam
sistem saraf enterik, dan secara luas serta berlimpah yang didistribusikan di dalam otak.
Hormon ini berfungsi untuk merangsang sistem empedu untuk berkontraksi sehingga
mengeluarkan empedu kedalam usus halus.
4. Ghrelin
Hormon ghrelin ini disintesis sebagai prephohormon, lalu proteolytically diproses untuk
menghasilkan suatu peptida asam amino 28, yakni sebuah hormon yang di prosuksi dalam
lambung dan usus bagian atas , yang berfungsi untuk merangsang saluran pencernaan
dalam menamggapi makanan dalam system menghambat nafsu makan.
5. Motilin
Hormon yang satu ini merupakan hormon yang berpartisipasi dalam mengendalikan pola
kontraski otot polos pada saluran pencernaan atas. Motilin disekresi ke sirkulasi selama
keadaan berpuasa pada interval kira – kira 100 menit.

3. Hubungan ph di mulut, lambung, usus halus dengan kerja enzim pencernaan:


Enzim amilase atau ptialin – Mulai dari nasi yang mengandung karbohidrat serta ada zat gula.
Makanan tersebut tidak bisa langsung diserap dan digunakan sebagai bahan makanan langsung, makanan
tersebut perlu dipecah menjadi substansi yang lebih kecil lagi. Fungsi dari enzim amylase ini adalah
memecah zat amilum atau glikogen dari makanan yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Dan sudah
diketahui bahwa sifat dari amylase adalah netral. Bisa di simpulkan bahwa derajat keasaman atau ph dari
enzim ini tergolong normal. Ia bisa merasakan makanan mana yang pedas, asam, basa, pahit, kecut, dan
lain sebagainya.
Setelah berasal diproses melalui mulut, maka makanan akan melanjutkan perjalanannya ke dalam
lambung. Segala substansi yang ada di lambung dan sistem pencernaan berguna untuk memecah
makanan yang masih dalam keadaan kasar dari atas atau perut. Jika di tinjau dari keadaan lingkungan,
lambung menjadi tempat yang memiliki derajat keasaman asam atau ph kurang dari tujuh. Beberapa
pakar ada yang menyebutkan bahwa ph dari lambung adalah 2,5 namun juga ada yang menyebutkan ph
adalah 4. Sehingga enzim yang terdapat dalam organ pencernaan lambung memiliki ketentuan atau
fungsi yang lebih beragam. Enzim pepsin – Terdapat enzim pepsin di sana. Fungsinya adalah untuk
membantu memecah protein menjadi pepton. Jadi ketika makanan yang bentuknya masih kasar, akan
memasuki lambung dan di cerna di sana. Jika ada makanan yang memiliki kandungan protein, akan di
cerna dan di bantu proses pencernaannya oleh enzim pepsin. Tujuannya adalah berguna untuk
mengubahnya menjadi pepton, yakni merupakan senyawa protein yang memiliki ikatan lebih sederhana.
Pankreas tidak secara langsung mengolah makanan, tapi enzim-enzim yang berasal dari produksi
pancreas memainkan peranan penting. Enzim ini bekerja dalam lingkungan basa. Terdiri dari enzim
amylase, enzim lipase steapsin, serta enzim tripsin. Enzim tripsin – Lanjutan dari enzim yang sudah
bekerja baik di dalam lambung, yakni enzim pepton. Fungsi utamanya dari enzim ini adalah membantu
makanan yang diproses di dalam tubuh yang sudah di olah menjadi pepton (ikatan protein yang lebih
sederhana) menjadi polipeptida atau biasa di kenal dengan nama asam amino. Nah dari asam amino ini
protein sudah berubah ikatan dan structural yang lebih sederhana lagi.
Ketika makanan sudah memasuki zona usus manusia, maka sesuangguhnya makanan sudah masuk ke
dalam lingkungan basa. Sebab bagian usus mansia memiliki derajat keasaman lebih dari 7. Beberapa
pakar menyebutkan angka 10 menjadi angka ph pada lingkungan ini. Sama seperti beberapa organ yang
sudah di sebutkan tadi, bahwa di sini malah lebih kompleks dalam memecahkan makanan dan
memprosesnya menjadi lebih sederhana. Enzim enterokinase – Enzim ini menjadi enzim yang
istimewa. Sebab secara khusus yang membantu untuk mengubah tripsinogen (salah satu jenis dari
protein) menjadi bentuk tripsin. Sebenarnya dari enzim enterokinase lah yang membantu untuk
mengaktifkan kerja dari enzim tripsin yang ada di pancreas tadi. Inilah mengapa ia di sebut dengan agen
khusus.

Anda mungkin juga menyukai