Aranty Fahira Ardisa (1308617023), Siti Nurkhasanah (1308617003), Indra Prawirastama Harlis
(1308617048). Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220 , Indonesia e-mail:
arantyfahiraardisa@gmail.com
I . PENDAHULUAN
Uji Musin dan Uji ion CNS pada Saliva
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga
kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu
mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi
epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar (Pearce, 2009 : 172).
Air liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu parotis, submaksilaris dan
sublingualis. Setiap hari sekitar 1-1.5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas
99.24% air dan 0.58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan
zat-zat organik seperti musin dan enzim amilase (ptialin). Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar submaksilar, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh kelenjar parotid.
(Panji Cahya, et.al, 2010)
Musin yang berperan sebagai pelicin rongga mulut untuk menelan, dan juga enzim ptialin
atau amilase saliva yang dapat mengkatalisis hidrolisis atau pemecahan makro-molekul dari amilum
yang masuk ke dalam mulut. Di dalam mulut, polisakarida makanan, yaitu amilum akan mengalami
pencernaan atau digesti secara mekanis karena adanya gigi dan secara enzimatik karena adanya
enzim ptialin atau amilase savila. Enzim ptialin akan mengkatalisis hidrolisis dari amilum menjadi
maltosa. Perubahan amilum menjadi maltosa ini tidak berjalan secara spontan, namun berjalan
secara bertahap yang disertai dengan hasil reaksi antara : amilodekstrin, eritrodekstrin, akrodekstrin,
dan dekstrin lain yang mempunyai rantai pendek (oligosakarida).Amilum yang diubah menjadi
maltosa hanya sedikit karena makanan berada di dalam mulut hanya sebentar. Bersama-sama
dengan makanan lain, amilum yang telah dicerna maupun yang belum dicerna akan masuk ke dalam
organ pencernaan yang lain, yaitu lambung. Protein dan lemak dalam mulut hanya mengalami
pencernaan secara mekanis dan tidak secara enzimatik, hal ini disebabkan karena di dalam mulut
tidak ada enzim yang mengkatalisisi hidrolisis protein dan lemak (Sumardjo, 2009 : 20). Jadi
disimpulkan bahwa Musin dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan licin yang berfungsi
membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlacar proses menelan
makanan.
Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
kecil. Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi kebutuhan sel,
jaringan, organ dan makhluk hidup. Pencernaan merupakan proses kimia. Proses kimia
membutuhkan adanya enzim untuk perubahan kimia bahan dasarnya. Enzim berperan dalam
meningkatkan kecepatan reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi dan tidak ikut bereaksi. Dalam
proses pencernaan, enzim dihasilkan oleh berbagai organ, seperti usus halus, kelenjar ludah dan
lambung. Enzim bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan kompleks (karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral) [6].
Enzim pencernaan adalah substansi pada sistem pencernaan yang memecah makanan,
misalnya pepsin adalah sebuah enzim di lambung yang memecah protein, lipase untuk memecah
lemak, amilase memecah karbohidrat, di samping itu juga terdapat getah lambung yang berupa
asam klorida (HCl) yang diproduksi oleh sel-sel mukosa. Terdapat juga enzim dari hati dan pankreas
yang membantu pencernaan, contohnya katalase yang dikeluarkan hati untuk menetralkan racun.
Enzim lipase merupakan salah satu jenis enzim pencernaan. Sebagian besar enzim lipase
diproduksi di pankreas, namun enzim ini juga diproduksi dalam organ lainnya, seperti lambung dan
hati. Lipase juga diproduksi di mulut, jaringan lemak, dan dinding pembuluh darah. Enzim lipase
bertugas memecah lemak dan trigliserida menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu asam lemak dan
gliserol.
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim
bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan
demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim
bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam
senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat
tetap. Sebagai contoh, enzim αamilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati
menjadi glukosa [7]. Enzim-enzim pencernaan tersebut terlibat pada reaksi berikut [4]:
Pada praktikum ini digunakan ayam sebagai bahan percobaan, sistem pencernaan ayam
terdiri dari paruh (Mulut), kerongkongan (esophagus), tembolok, proventikulus, empedal, usus halus,
usus besar, rectum dan kloaka. [1]. Paruh adalah bagian pertama kali pakan dimasukkan. Ayam
tidak memiliki gigi sehingga pakan pertama kali masuk dalam system pencernaan melalui paruh dan
langsung ditelen tanpa dikunyah terlebih dahulu. Lidah pada ayam berbentuk runcing berfungsi
membantu mendorong pakan ke kerongkongan. Lalu pakan dilanjutkan ke esophagus dimana
esophagus merupakan saluran yang membawa makanan dari mulut ke tembolok. Lalu makanan
disimpan sementara didalam tembolok dan tembolok merupakan tempat pelunakan pakan dengan
adanya penambahan air didalam organ pencernaan tersebut. Kemudian pakan dilanjutkan ke
lambung, dimana lambung pada ayam terdiri dari dua macam yaitu proventikulus (lambung
glandular) dan empedal (lambung muscular). Kemudian pakan akan dilanjutkan ke usus halus
dimana pada usus halus terjadi pemecahan nutrient dalam pakan secara enzimatis, pakan akan
dilanjutkan masuk ke usus besar dan akhirnya berakhir di kloaka .
II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 03 Oktober 2019 pukul 13.00 di Laboratorium
Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta, Jakarta.
B. Alat dan Bahan
Uji Musin
Dalam praktikum ini disediakan Saliva 1ml, Larutan Biuret 1 ml (0,5 ml NaOH 10% + 0,5 ml
CuSO4) dan digunakan tabung reaksi.
C. Cara Kerja
Uji Musin
Diambil 1 ml saliva ,kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dimasukkan 1
ml biuret ke dalam tabung reaksi berisi saliva, lalu diamati perubahan warna yang terjadi.
Uji ion CNS
Diambil 1 ml FeCl₃ , kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dituangkan
0,5 ml Hcl ke dalam tabung reaksi berisi FeCl₃, Kemudian dituangkan 1 ml saliva ke dalam tabung
reaksi berisi FeCl₃m dan Hcl, lalu diamati perubahan warna yang terjadi.
Tes Enzim Lipase Pada Sistem Pencernaan
Disiapkan sistem pencernaan ayam (pankreas, duodenum, lambung, empedu) dan saliva,
diambil saluran pencernaan tersebut dan digerus menggunakan mortar atau lumpang, kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berbeda dengan ketinggian sample sampai 4cm dalam
tabung reaksi. Ditetesi 0,5ml minyak ditambahkan 0,5ml NaOH dan 2 tetes fenol red, digoyangkan
serta diamati emulsi dan perubahan warna yang terjadi.
Tes Pengaruh Empedu Terhadap Lemak
Disiapkan 2 tabung reaksi yang diberi label A dan B, kemudian pada tabung reaksi A
diteteskan 0,5ml minyak ditambahkan 0,5ml cairan empedu yang sudah diencerkan dengan
akuades. Selanjutnya pada tabung B dimasukkan 0,5ml minyak ditambahkan dengan 0,5ml air, lalu
kedua tabung dikocok atau dihomogenkan dan dibiarkan selama 5-10 menit serta diamati perubahan
yang terjadi apakah terjadi emulsi atau tidak.
tiosianat merupakan salah satu antibakteri bersama dengan hidrogen peroksida, dan imunoglobulin
A (IgA), yang merupakan pertahanan imunologik awal terhadap adanya kuman dan virus.
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah tabung D menghasilkan banyak emulsi
dibandingkan dengan tabung yang lainnya. Sedangkan jika dibandingkan dengan literature
seharusnya yang memiliki emulsi paling banyak itu adalah organ pankreas, karena organ pankreas
memiliki enzim lipase yang dapat mengemulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Dimana
Enzim lipase memecah molekul lemak yang besar yang berasal dari makanan menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil, yaitu asam lemak dan gliserol, yang padat akan energi, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh semua sel-sel tubuh agar tubuh memiliki tenaga untuk menjalankan aktivitasnya.
Proses Emulsifikasi meningkatkan bagian muka lipid yang terbuka bagi enzim pencernaan untuk
menurunkan ukuran tetes lemak. Lipase mencerna molekul lemak. Lipase dikeluarkan / disekresikan
dalam jumlah yang sangant banyak. Produk utama pencernaan lipase adalah asam lemak bebas
dan monogliserida.
Cairan empedu dibuat oleh hati dan disimpan dalam kantong empedu yang kemudian dikeluarkan
ke dalam duodenum untuk membantu proses pencernaan makanan. Di dalam cairan empedu
terdapat garam-garam empedu yang berfungsi sebagai emulgator, yaitu sebuah zat yang dapat
menyebabkan kestabilan suatu emulsi. Dengan demikian, garam-garam empedu membantu proses
pencernaan lipid dalam usus [3]. Enzim lipase pankreas menghidrolisis trigliserida menjadi
monogliserida dan asam lemak yang dapat diserap oleh tubuh [2].
KESIMPULAN
Pada uji musin, saliva (air liur) yang digunakan positif mengandung musin dilihat dari
perubahan warna saliva menjadi ungu. Dan pada uji ion CNS, saliva (air liur) yang digunakan positif
mengandung CNS (tiosinat) dilihat dari perubahan warna saliva menjadi orange.
Berdasarkan hasil praktikum uji enzim lipase dan garam empedu dengan minyak dapat
disimpulkan bahwa sistem pencernaan dapat diartikan sebagai proses pemecahan senyawa
kompleks menjadi molekul-molekul sederhana yang dapat diserap oleh tubuh, selain itu pencernaan
ayam juga memiliki banyak enzim yang berfungsi dalam proses penyerapan makanan. Selain itu
juga terdapat kantung empedu yang berfungsi sebagai emulgator lemak untuk membantu proses
penyerapan lemak oleh usus halus melalui emulsifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bond, C.E. Biology of Fishes. W.B. Philadelphia: Saunders Company. (1979).
[2] H. Hart. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga (1998) . [11] Sebuah Klinis. Biokimia
Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.
[3] Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta. (2007).
[4] Rogers, Kara. The Digestive System. New York: Britannica Educational Publishing. (2011).
[5] Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From Cells to Systems. Cengage Learning: USA
(2008).
[6] Slolane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(1995).
[7] Smith, Margareth E., Morton Dion G. The Digestive System: Systems of the Body Series.
London: Elsevier. (2010).
[8] Panji Cahya Mawarda, et.al., 2010. Jurnal Enzim Pencernaan (Daya Cerna Air Liur). IPB:
Bogor.
[9] Pearce, G Erlyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
[10] Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID): EGC.
SOAL
1. Jelaskan proses pembentukan HCL di lambung!
2. Jelaskan peran hormone yang terlibat pada system pencernaan!
3. Jelaskan dengan menggunakan gambar hubungan ph di mulut, lambung, usus halus dengan
kerja enzim pencernaan!
JAWAB:
1. Mekanisme Pembentukan Asam Lambung (HCl) oleh Sel Parietal H20 di dalam sel parietal
akan terurai menjadi H* dan OH', Hidroksida (OH) akan berikatan dengan CO2 membentuk
HCO3 dengan bantuan enzim karbonik anhidrase (CA). HCO3 akan dikeluarkan ke cairan
intersisial. lon klorida (Cl') dan natrium (Na) disekresi secara aktif dari sitoplasma sel parietal
ke dalam lumen canaliculi. Peristiwa tersebut membuat potensi negatif -40 mV sampai -70 mV
di membran sel parietal yang menyebabkan ion potassium (K*) dan sejumlah kecil ion natrium
(Na) menyebar dari sitoplasma menuju ke dalam sel parietal canaliculi. HCO3 yang
dikeluarkan ke cairan intersisial tadi akan bertukar dengan ion Cl pertukaran antara HCO3 dan
Cl dibantu oleh antiport HCO3/Cl. lon Cl akan masuk ke rongga lambung melalui protein kanal
Cl Sementara ion H* yang merupakan hasl disosiasi air juga akan keluar rongga lambung
bertukar dengan ion K* dengan bantuan H*/K* ATPase. Pada saat yang sama, ion natrium
secara aktif diserap kembali. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ion K+dan Na + yang
tadi disekresikan menjadi kembali ke sitoplasma. Di rongga lambung, ion H* dan Cl'akan
berinteraksi membentuk HCl atau asam lambung. PH terendah dari asam yang disekresikan
adalah 0,8, namun asam diencerkan dalam lumen perut sampai pH antara 1 dan 3.
Produksi asam lambung diatur oleh system saraf otonom dan beberapa hormone. System
saraf parasimpatis melalui saraf vagus, dan hormone gastrin merangsang sel parietal untuk
menghasilkan asam lambung. Keduanya secara langsung bekerja pada sel enterochromaffine
(ECL).