Anda di halaman 1dari 16

PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN

I.TUJUAN PERCOBAAN
-

Dapat memahami cara penetapan susut pengeringan

Dapat melakukan penetapan susut pengeringan dengan metode gravimetri

Dapat menetapkan besarnya susut pengeringan pada sampel rimpang


kencur (Kaempferia galanga)

II.

ALAT DAN BAHAN


BAHAN
Rimpang kencur (Kaempferia galanga)

III.

ALAT
Cawan penguap
Cawan petri
Desikator
Gunting
Oven
Penjepit tabung
Timbangan analitik

PROSEDUR
Disiapkan dua buah cawan penguap kosong, lalu dimasukan ke dalam
oven yang telah diatur pada suhu pengeringan yang sesuai, yaitu 105C.
Kemudian kedua cawan penguap tersebut dimasukan ke dalam oven selama
30 menit. Setelah itu dimasukan ke dalam desikator sampai suhunya turun
(dingin). Ditimbang kedua cawan penguap tersebut di timbangan analitik.
Percobaan ini dilakukan duplo sampai diperoleh bobot tetap.
Kemudian sampel rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
ditimbang sebanyak 2x. Setelah itu dimasukan kedalam masing-masing
cawan penguap yang sebelumnya telah dilakukan pemanasan. Lalu masingmasing cawan penguap yang berisi sampel dimasukan ke dalam oven pada
suhu 105C selama 30 menit. Setelah itu dimasukan ke dalam desikator
sampai suhunya turun (dingin). Ditimbang kedua cawan penguap tersebut di
timbangan analitik. Percobaan ini dilakukan duplo sampai diperoleh bobot
tetap.

IV.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


PERCOBAAN

HASIL DAN GAMBAR

Disiapkan dua buah cawan


penguap kosong

Cawan penguap kosong dalam keadaan bersih


Kedua

cawan

penguap

kosong tersebut dimasukan


kedalam oven pada suhu
105C selama 30 menit

Diperoleh hasil cawan penguap kosong dalam


keadaan kering. Pemanasan di dalam oven bertujuan
untuk mengurangi molekul air yang mungkin masih
menempel pada cawan penguap.
Setelah itu cawan penguap
kosong dimasukan ke dalam
desikator sampai suhunya
turun (dingin)

Diperoleh hasil cawan penguap kosong dalam


keadaan dingin. Desikator berfungsi sebagai alat
tempat didinginkannya sampel.

Ditimbang

kedua

penguap

tersebut

cawan
di

timbangan analitik

Diperoleh hasil berat cawan penguap kosong 1 =


73,4493 gram dan berat cawan penguap kosong 2 =
Percobaan

seperti

7,0433 gram.
diatas Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot tetap.

dilakukan duplo

Pada

penimbangan

kedua

setelah

dilakukan

pengerjaan seperti diatas diperoleh hasil berat cawan


penguap kosong 1 = 73,4446 gram dan berat cawan
penguap kosong 2 = 67,0369 gram.

Setelah
sampel

itu

ditimbang

rimpang

kencur

(Kaempferia galanga L.)


sebanyak 2x

Diperoleh berat sampel 1 = 2,0073 gram dan berat


sampel 2 = 2,0057 gram.

Sampel dimasukan kedalam


masing-masing
penguap

kosong

cawan
yang

sebelumnya telah dilakukan


pemanasan.
Kencur (Kaempferia galanga L) berupa irisan pipih,
bau khas, rasa pedas, bentuk hampir bundar sampai
jorong atau tidak beraturan, warna cokelat sampai
cokelat kemerahan, bagian tengah berwarna putih
sampai putih kecokelatan.
Masing-masing

cawan

penguap yang berisi sampel


dimasukan ke dalam oven
pada suhu 105C selama 30
menit.

Diperoleh hasil cawan+sampel dalam keadaan


kering. Sampel tersebut menjadi mengkerut akibat
pemanasan. Pemanasan di dalam oven bertujuan
untuk mengurangi
dalam sampel.

molekul air yang terdapat di

Setelah itu masing-masing


cawan+sampel
diambil

dari

tersebut
oven

dan

disimpan ke dalam desikator


sampai suhu turun (dingin)

Diperoleh hasil cawan+sampel dalam keadaan


dingin. Desikator berfungsi sebagai alat tempat
didinginkannya sampel.
Ditimbang

masing-masing

cawan+sampel

tersebut di

timbangan analitik

Diperoleh hasil berat cawan penguap+sampel 1 =


75,2640 gram dan berat cawan penguap+sampel 2 =
Percobaan

seperti

dilakukan duplo

68,2955 gram.
diatas Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot tetap.
Dimana bobot tetap adalah berat pada penimbangan
setelah zat dikeringkan selama satu jam tidak berbeda
lebih dari 0,5 mg dari berat zat pada penimbangan
sebelumnya.

PERHITUNGAN
No

Berat (gram)
Sampel

Cawan

Cawan

Cawan +

Cawan +

kosong

kosong

sampel

sampel

pemanasan

pemanasan

sebelum

setelah

(I)

(II)

pengeringan

pengeringan

Susut
pengeringan
(% b/b)

(II)

1
2
x

2,0073
2,0057
-

73,4493
67,0433
Cawan 1 =

73,4446
67,0369
73,4469

Cawan 2 =

67,0401

75,4542
69,0458

75,2627
68,7347

9,54%
15,51 %

12,525 %

Keterangan :
1. Sampel (Kaempferia galanga L)
Berat sampel 1

= 2,0073 gram

Berat sampel 2

= 2,0057 gram

2. Cawan kosong setelah pemanasan I


Berat cawan kosong 1

= 73,4493 gram

Berat cawan kosong 2

= 67,0433 gram

Cawan kosong setelah pemanasan II


Berat cawan kosong 1

= 73,4446 gram

Berat cawan kosong 2

= 67,0369 gram

Rata-rata
Cawan kosong 1 setelah pemanasan I dan cawan kosong 1 setelah
pemanasan II = 73,4469 gram
Cawan kosong 2 setelah pemanasan I dan cawan kosong 2 setelah
pemanasan II = 67,0401 gram
3. Cawan+sampel sebelum pemanasan
Cawan 1 + sampel 1

= 73,4469 + 2,0073 = 75,4542 gram

Cawan 2 + sampel 2

= 67,0401 + 2,0057 = 69,0458 gram

4. Sampel+cawan setelah pemanasan I


Cawan 1 + sampel 1

= 73,2640 + 2,0073 = 75,2640 gram

Cawan 2 + sampel 2

= 66,2898 + 2,0057 = 68,2955 gram

5. Sampel+cawan setelah pemanasan II

Cawan 1 + sampel 1

= 73,2554 + 2,0073 = 75,2627 gram

Cawan 2 + sampel 2

= 66,729 + 2,0057 = 68,7347 gram

Catatan : yang digunakan untuk perhitungan selanjutnya yaitu


sampel+cawan setelah pemanasan II
6. BERAT BAHAN AWAL
Sampel 1 + cawan 1 cawan kosong 1
= 75,4542 - 73,4469 = 2,0073 gram
Sampel 2 + cawan 2 cawan kosong 2
= 69,0458 - 67,0401 = 2,0057 gram
7. BERAT BAHAN AKHIR
Sampel 1 + cawan 1 setelah pemanasan II cawan kosong 1
= 75,2627 73,4469 = 1,8158 gram
Sampel 2 + cawan 2 setelah pemanasan II cawan kosong 2
= 68,7347 67,0401 = 1,6946 gram
8. SUSUT PENGERINGAN
Sampel 1
berat ba h an awalberat ba h an ak h ir
berat ba h an awal

x 100%
=

berat bahan awal(sampel 1+ cawan1 setelah pemanasancawan kosong 1)


berat bahan awal
x 100%
=

2,0073(75,262773,4469)
2,0073

2,00731,8158
=
2,0073
= 9,54%
Sampel 2

x 100%

x 100%

berat ba h an awalberat ba h an ak h ir
berat ba h an awal

x 100%
=

berat bahan awal(sampel 1+ cawan1 setelah pemanasancawan kosong 1)


berat bahan awal
x 100%
=

2,0057(68,734767,0401)
2,0057

2,00571,6946
=
2,0057

x 100%

x 100%

= 15,51%
Rata-rata susut pengeringan sampel 1 dan 2 =

9,54 +15,51
2

= 12,525 %

Jadi,susut pengeringan simplisia rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)


adalah 12,525 %
V.

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran parameter non spesifik
berupa susut pengeringan terhadap rimpang kencur. Susut pengeringan
adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105C
Selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai
prosen. Parameter non spesifik susut pengeringan dilakukan untuk
memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan. Pada penetapan susut pengeringan tidak
hanya senyawa mudah menguap saja yang terukur tetapi air yang
terkandung di dalam simplisia pun akan ikut terukur saat proses pemanasan
atau pengeringan bahan simplisia. Senyawa mudah menguap yang dimaksud
biasanya adalah air dan senyawa mudah menguap lainnya seperti minyak
atsiri. (Depkes RI, 1985)

Pada penetapan susut pengeringan ini dapat dilakukan dengan 2 cara


yaitu pertama dengan metode gravimetri. Gravimetri merupakan salah satu
metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui
dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah
melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari
penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau
radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk
yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu
cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu
faktor-faktor koreksi dapat digunakan. (Khopkar, 1990). Metode gravimetri
ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan
yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa
dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia. (AOAC, 1984)
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
a. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama
dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain.
b. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi,
lemak mengalami oksidasi.
c. Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya
meskipun sudah dipanaskan.
(Sudarmadji, 2003)
Cara kedua yaitu dengan desikator yang didalamnya diisi pentoxida
fosfat p dibawah tekanan atmosfir atau pada tekanan rendah serta pada suhu
kamar. Metode dengan menggunakan desikator ini biasanya ahnya
digunakan untuk bahan yang mudah meleleh sehingga menjadi massa yang
lengket pada suhu yang dinaikkan.
Pada percobaan ini dilakukan dengan metode gravimetri. Pertama,
cawan penguap kosong sebanyak 2 buah dimasukan ke dalam oven pada
suhu 105C selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi atau

menghilangkan molekul air yang mungkin masih menempel pada saat


penyimpanan cawan menguap. Setelah 30 menit 2 buah cawan penguap
tersebut dikeluarkan dari oven lalu dimasukan ke dalam desikator sampai
suhunya turun (dingin). Hal ini bertujuan agar molekul air yang terdapat
pada cawan penguap diserap oleh silika gel yang terdapat di dalam desikator
tersebut. Desikator adalah wadah untuk mengeringkan suatu spesimen dan
menjaganya dari kelembaban udara yang berfungsi sebagai alat tempat
didinginkannya sampel. (Daintith, 1994) Pada bagian dasarnya berisi silika
gel atau bahan kimia pengering lainnya. Silika gel adalah butiran seperti
kaca dengan bentuk yang sangat berpori, silika dibuat secara sintesis dari
natrium silikat. Silika gel memiliki kemampuan menyerap yang sangat besar
terhadap molekul-molekul air. Desikator dilengkapi dengan penutup kaca
yang dilapisi oleh vaselin. Vaselin berfungsi sebagai penutup celah antara
penutup dan wadah desikator sehingga tidak ada aliran udara masuk atau
keluar dari desikator. (Oxtoby, 2003)
Kemudian 2 buah cawan penguap kosong ditimbang satu persatu.
Diperoleh hasil berat cawan penguap kosong 1 = 73,4493 gram dan berat
cawan penguap kosong 2 = 7,0433 gram. Pada saat penimbangan dilakukan
cawan penguap kosong tidak boleh terlalu lama dibiarkan di udara terbuka
karena molekul air yang terdapat di udara akan masuk ke dalam cawan
penguap tersebut sehingga mempengaruhi berat cawan penguap saat
ditimbang.
Pengerjaan seperti di atas dilakukan secara duplo, hal ini bertujuan
untuk memperoleh bobot tetap. Menurut Farmakope Indonesia edisi III yang
dimaksud dengan bobot tetap adalah berat pada penimbangan setelah zat
dikeringkan selama satu jam tidak berbeda lebih dari 0.5 mg dari berat zat
pada penimbangan sebelumnya. (Ditjen POM, 1979) Sedangkan menurut
Farmakope Indonesia edisi IV bobot tetap adalah berat pada perbedaan dua
kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,50 mg untuk tiap gram zat
yang digunakan. Penimbangan kedua dilakukan setelah dipanaskan selama 1
jam. (Ditjen POM, 1995)

Pada penimbangan kedua setelah dilakukan pengerjaan seperti diatas


diperoleh hasil berat cawan penguap kosong 1 = 73,4446 gram dan berat
cawan penguap kosong 2 = 67,0369 gram.
Kedua, ditimbang sampel berupa rimpang kencur (Kaempferia
galanga) sebanyak 2x. Diperoleh berat sampel 1 = 2,0073 gram dan berat
sampel 2 = 2,0057 gram. Kencur merupakan tanaman tropis yang banyak
tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara.
Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai
bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan
tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah
yang besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah buah
akar yang tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau
rizoma. (Rukmana, 1994) Rimpang kencur terdapat didalam tanah
bergerombol dan bercabang cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit
ari berwarna coklat dan bagian dalam putih berair dengan aroma yang
tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih kekuningan dengan
kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua ditumbuhi
akar pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan. (Rukmana, 1994)
Rimpang kencur adalah rimpang Kaempferia galanga L. Suku
Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 2,40% v/b dan
etil p-metoksisinamat tidak kurang dari 1,80%. Pemerian berupa irisan
pipih, bau khas, rasa pedas, bentuk hampir bundar sampai jorong atau tidak
beraturan, tebal 1-4 mm, panjang 1-5 cm, lebar 0,5-3 cm, bagian tepi
berombak dan berkeriput, warna cokelat sampai cokelat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecokelatan. Korteks sempit, lebar lebih
kurang 2 mm, warna putih. (Anonim, 2008)
Kaempferia galanga L. di dalam dunia botani adalah sebagai berikut:
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Spermaiophyta

Sob Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Subfamili

: Zingiberoideae

Genus

: Kaempferia

Spesies

: Kaempferia galanga L.

(Rukmana, 1994)
Nama Kaempferia galanga L. di berbagai daerah di Indonesia adalah
sebagai berikut:
Sumatera

: ceuku (Aceh), tekur (Gayo), kaciwer (Karo), cakue

(Minangkabau) Cokur (lampung)


Jawa

: kencur (jawa), cikur (Sunda), kencor (Madura)

Sulawesi

: batako (Manado), watan (Minahsa), (Gorontalo), cakuru

(Makasar), ceku (Bugis)


Nusa Tenggara : cekuh (Bali), cekur (Sasak), cekur, (Sumba), sokus (Roti)
Sukung (Timor)
Maluku

: suha (Seram), assuli (Ambon), onegai (Buru)

Irian

: ukap (Irian)

(Rukmana, 1994)
Ketiga, masing-masing sampel dimasukan ke dalam cawan penguap
kosong yang berbeda-beda. Kemudian dimasukan ke dalam oven pada suhu
105C selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang
terkandung di dalam simplisia. Setelah 30 menit 2 buah cawan penguap
yang berisi sampel dikeluarkan dari oven lalu dimasukan ke dalam desikator
sampai suhunya turun (dingin). Hal ini bertujuan agar molekul air yang
terdapat pada simplisia diserap oleh silika gel yang terdapat di dalam
desikator tersebut.
Kemudian 2 buah cawan penguap yang berisi sampel tersebut
ditimbang satu persatu. Diperoleh hasil berat cawan penguap+sampel 1 =
75,2640 gram dan berat cawan penguap+sampel 2 = 68,2955 gram. Pada
saat dilakukan penimbangan cawan penguap yang berisi sampel tidak boleh
terlalu lama dibiarkan di udara terbuka karena molekul air yang terdapat di

udara akan masuk ke dalam sampel tersebut sehingga mempengaruhi berat


sampel pada saat ditimbang. Pengerjaan seperti di atas dilakukan secara
duplo, hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot tetap. Pada penimbangan
kedua diperoleh hasil berat cawan penguap+sampel 1 = 75,2627 gram dan
berat cawan penguap+sampel 2 = 68,7347 gram.
Keempat, dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
berat ba h an awalberat ba h an ak h ir
berat ba h an awal

x 100%

Diperoleh hasil susut pengeringan sampel 1 = 9,54% dan susut pengeringan


sampel 2 = 15,51%. Kemudian dirata-ratakan dan diperoleh hasil 12,525%.
Jadi, susut pengeringan sampel rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
pada percobaan ini adalah 12,525%. Hasil tersebut melebihi batas standar
simplisia rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) menurut farmakope
herbal indonesia (FHI) dimana batas standar susut pengeringan rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) adalah kurang dari 10%. Hal tersebut
terjadi karena pengeringan pada simplisia belum sempurna sehingga kadar
air yang terkandung dalam rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) masih
banyak, seharusnya dilakukan beberapa kali pengeringan agar menghasilkan
bobot yang tetap. Pengeringan yang belum sempurna atau belum memenuhi
standar akan mempengaruhi kadar air dan kualitas dari simplisia tersebut
Terdapat dua

faktor yang mempengaruhi mutu atau kualitas dari

simplisia,yaitu faktor biologi dan faktor kimia :


Faktor biologi :
1. Identitas jenis (spesies)
Jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasikan
sampai informasi genetika sebagai faktor internal untuk validasi jenis.
2. Lokasi tumbuhan asal
Lokasi merupakan faktor eksternal, yaitu lingkungan dimana tumbuhan
bereaksi dapat berupa energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air,
senyawa organik dan anorganik)
3. Periode pemanenan hasil tumbuhan

Pemanenan yang dilakukan tidak pada waktunya bisa mempengaruhi


kendungan senyawa.
4. Penyimpanan bahan tumbuhan
Ruang

atau

wadah

yang

digunakan

untuk

menyimpan

bisa

mempengaruhi mutu senyawa tanaman.


5. Umur tanaman dan bagian yang digunakan
Hal ini sangat menentukan keberadaan senyawa kimia seperti klorofil
yang terdapat di daun.
(Depkes RI, 1977)
Faktor kimia :
1. Faktor internal
Seperti jenis, komposisi, kualitatif dan kuantitatif serta kadar total rerata
senyawa aktif dalam bahan.

2. Faktor eksternal
Seperti metode ekstraksi, perbandinga ukuran alat ekstraksi, kekerasan
dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi,
kandungan logam berat dan kandungan pestisida.
(Depkes RI, 1977)
Nilai ini menyatakan jumlah maksimal senyawa yang mudah menguap
atau hilang pada proses pengeringan, pada rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.) senyawa yang menguap adalah minyak atsiri karena rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) mengandung minyak atsiri tidak kurang
dari 2,40% v/b. Nilai susut pengeringan dalam hal khusus identik dengan
kadar air jika bahan tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut
organik yang menguap. (Anonim, 2008)
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia
tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lam. Air
yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari 10% dapat menjadi

media pertumbuhan mikroba. Selain itu, dengan adanya air, akan terjadi
reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif sehingga mengakibatkan
penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Pada praktikum ini selain dilakukan penetapan susut pengeringan,
dilakukan juga penetapan kadar air oleh kelompok 3. Kadar air rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) yang diperoleh yaitu 10%. Hasil tersebut
sesuai dengan literature (Winarno,1992) Bahwa susut pengeringan akan
lebih besar di bandingkan dengan kadar air karena dalam susut pengeringan
yang terukur adalah air dan senyawa lain yang mudah menguap contohnya
minyak atsiri, sedangkan dalam kadar air yang terukur hanya air saja.
(Winarno,1992)

VI.

KESIMPULAN
1. Susut pengeringan merupakan parameter non spesifik yang
dilakukan pada temperatur 105C Selama 30 menit atau sampai
mencapai berat konstan, yang dinyatakan dalam persen.
2. Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan metode gravimetri
untuk simplisia yang mudah menguap.
3. Nilai susut pengeringan akan lebih besar dibandingkan dengan kadar
air karena susut pengeringan mengukur air dan senyawa yang mudah
menguap.
4. Hasil susut pengeringan simplisia rimpang kencur (Kaempferiae
galanga) pada percobaan ini adalah 12,525 %

VII.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Departemen Kesehatan
RepublikIndonesia, Jakarta.
2. AOAC. 1984. Official Methods of Analysis. Association of Official
Analitical Chemists Inc., Washintong, D.C.

3. Daintith, John. 1994. A Concise Dictionary of Chemistry. Oxford:


Oxford University Press.
4. Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.
5. Ditjen POM, Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
6. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
7. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
8. Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
9. Oxtoby, W.D. 2003. Kimia Modern. Erlangga. Jakarta
10. Rukmana, Rahmat. 1994. Kencur. Kanisius : Yogyakarta.
11. Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
12. Winarni ,F,G . 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT.Gramedia

Pustaka

Anda mungkin juga menyukai