Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH SKARIFIKASI DAN LAMA

PERENDAMAN AIR TERHADAP


KECEPATAN KECAMBAH BENIH SAWO
MANILA (Manilkara zapota)
 
OLEH :

BAIQ PARASMITA TRI ANJANI


C1M018021
TOPICS
Latar Belakang

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Hipotesis Penelitian

Metode Penelitian
Latar Belakang
Sawo Manila termasuk kedalam klasifikasi Kingdom
Plantae (Tumbuhan), Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh), Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji),
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas Dilleniidae,
Ordo Ebenales, Famili Sapotaceae, dan Genus Manilkara yang
merupakan pohon yang dapat berbuah sepanjang tahun. Sawo
manila banyak ditanam di daerah dataran rendah, meski dapat
tumbuh dengan baik hingga ketinggian sekitar 2500 m di atas
permukaan laut. Pohon sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas
yang agak tinggi, dan tiupan angin keras. Sawo dapat berbunga
dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya
terdapat satu atau dua musim berbuah puncak.
Struktur Morfologi dari Sawo Manila atau Manilkara
zapota memiliki pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh
hingga setinggi 30-40 m. Bunga tunggal terletak diketiak daun
dekat ujung ranting, bertangkai 1-2 cm, kerapkali
menggantung,diameter bunga s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu
kecoklatan, berbilangan 6.Kelopak biasanya tersusun dalam dua
lingkaran; mahkota bentuk genta, putih,berbagi sampai setengah
panjang tabung (Morton, 1987).
Biji sawo merupakan biji yang sulit berkecambah,
memerlukan waktu 30 hari untuk dapat berkecambah setelah biji
dipanen, tanpa adanya suatu perlakuan (Verheij dan Coronel,
1992). Biji sawo sulit berkecambah karena halangan fisik dari
kulit bijinya. Oleh karena itu, agar perkecambahan berjalan
dengan normal, hambatan fisik dari kulit yang keras harus
dihilangkan (Ashari,1995).
Perkecambahan benih yang memiliki kulit biji tidak permeable
dapat dipicu dengan skarifikasi, dengan mengubah kulit biji untuk
membuatnya menjadi permeable terhadap air dan oksigen (Harjadi
1984). Oleh karena itu pematahan dormansi pada benih sawo dapat
dilakukan dengan skarifikasi. Skarifikasi (pelukaan kulit benih)
adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeable
menjadi permeable melalui penusukan, pembakaran, pemecahan,
pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan pisau, jarum,
pemotong kuku, kertas amplas, dan alat lainnya (Schmidt 2000).
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi dormansi
pada benih sawo adalah dengan cara perendaman air.
Menurut Sutopo (2004), beberapa jenis benih terkadang
diberi perlakuan perendaman dalam air dengan tujuan
memudahkan penyerapan air oleh benih. Dengan demikian
kulit benih yang menghalangi penyerapan air menjadi lisis
dan melemah. Selain itu, perendaman juga digunakan untuk
pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang
menghambat perkecambahan benih.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Manfaat

Untuk mendapatkan cara Bermanfaat untuk memberikan


yang efektif guna mengatasi informasi kepada mahasiswa Fakultas
dormansi biji keras pada Pertanian mengenai pengaruh
benih sawo manila (Manilkara skarifikasi dan lama perendaman ter-
zapota). hadap kecepatan kecambah benih
sawo (Manilkara zapota).
Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut: Diduga perlakuan
skarifikasi dan lama perendaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecepatan
kecambah benih sawo manila (Manilkara zapota). Secara statistik, hipotesis tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Perlakuan skarifikasi dan lama perendaman tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kecepatan kecambah
H1 : Perlakuan skarifikasi dan lama perendaman mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kecepatan kecambah
Metode Penelitian
Metode Penelitian

Waktu dan Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November


Tempat 2020 sampai Mei 2021 di Desa Padamara, Kec.
Sukamulia, Kab. Lombok Timur. Nusa Tenggara Barat.

Bahan yang digunakan adalah benih sawo (Manilkara zapota L.),


Alat dan polybag, dan media tanam campuran pasir, tanah dan pupuk
Bahan kandang. Alat-alat yang digunakan adalah kertas amplas, pemotong
kuku, wadah untuk merendam benih, kertas label, alat tulis,
gembor, full automatic drying oven, dan timbangan digital.
Metode Penelitian

Rancangan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan


Percobaan Rancangan Acak Lengkap. Setiap perlakuan diulang
sebanyak 4 kali.

Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan pematahan dormansi, yaitu


dikikir dengan kertas amplas, dipotong dengan pemotong kuku,
Pelaksanaan direndam dalam air selama 24 jam, direndam dalam air selama 48
Percobaan jam, dan direndam dalam air selama 72 jam, serta 1 tanpa perlakuan
sebagai kontrol.
Metode Penelitian

Parameter Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi variabel


yang kadar air awal benih, variabel perkecambahan benih dan
diamati
variabel pertumbuhan bibit sawo.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis


varian (ANOVA) menurut kaidah Rancangan Acak Lengkap dengan
Analisis taraf kepercayaan 95%. Apabila hasil yang diperoleh berbeda
Data nyata,
maka dilakukan uji jarak berganda Duncan’s (DMRT) dengan taraf
kepercayaan 95%.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai