Anda di halaman 1dari 9

ISSN.

2621-6779 Jurnal Silva Samalas| 61

PENGARUH LAMA PERENDAMAN H2SO4 TERHADAP PEMATAHAN


DORMANSI BIJI ASAM (Tamarindus indica L)
Oleh:

Fathurrahman dan I Gde Adi Suryawan Wangiyana


Fakultas Ilmu Kehutanan Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak

Biji asam termasuk biji ortodok yang umumnya mengalamimasa dormansi. Agar dapat tumbuh, biji
asammembutuhkan suatu perlakuan pendahuluan untuk mematahkan dormansinya salah satunya adalah
dengan perlakuan perendaman asam sulfat (H2SO4). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk: 1).
Mengetahui Pengaruh Lama Perendaman H2SO4 Terhadap Pematahan Dormansi Biji Asam (Tamarindus
indica L.). 2). Mengetahui Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Bibit Asam
(Tamarindus indica L.). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pematahan dormansi biji asam menggunakan H 2SO4.
Penelitian ini dilakukan dengan mengggunakan analisis ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan lama perendaman sebagai berikut: 5 menit, 10 menit, 15 menit dengan H2SO4 pekat.
Pematahan dormansi biji asam diukur dengan tiga parameter yaitu lama perkecambahan, persentase
perkecambahan, dan daya kecambah, sedangkan pertumbuhan bibit asam diukur dengan empat parameter
yaitu tinggi batang, diameter batang, jumlah daun dan panjang akar. Analisis data dengan memggunakan
uji anova dan di analisis dengan menggunakan program Co-Stat For Windows. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perendaman asam sulfat pekat dengan perlakuan lama perendaman yang paling
efektif dalam pematahan dormansi terhadap perkecambahan biji Asam (Tamarindus indica L) yaitu pada
perlakuan perendaman 10 menit (P2). Begitupun dengan lama perendaman asam sulfat pekat terhadap
pertumbuhan bibit asam, perlakuan perendaman yang paling efektif yaitu pada perlakuan perendaman 10
menit (P2).

Kata Kunci: H2SO4, Dormansi, Tamarindus indica

PENDAHULUAN
Tanaman asam merupakan sebuah kultivar tanpamenyebabkan penurunan viabilitas
daerah tropis dan termasuktanaman berbuah (Mudiana, 2007). Umumnya biji ortodok
polong. Nama ilmiah asam adalah Tamarindus mengalamimasa dormansi, yaitu masa dimana
indica L. dantermasuk ke dalam suku Fabaceae biji tidak dapat berkecambah dengan segera
(Leguminosae) (Susanti, 2009:2). meskipunberada pada lingkungan yang sesuai
Penggunaantanaman sebagai obat telah lama bagi perkecambahannya. Dorman pada biji
dikenal manusia. Penggunaan tersebut dimulai asammerupakan dormansi fisik. Kulit biji yang
dariinformasi turun temurun, kemudian khasiat impermeabel menjadikan biji sulituntuk
dikonfirmasi dengan hasil penelitianilmiah dimasuki oleh air saat proses imbibisi. Oleh
(Rahmadiah, 2009:39). karena itu, benih asammembutuhkan suatu
Ranjan (2009:42) menyatakan bahwa perlakuan pendahuluan untuk mematahkan
tanaman asam (Tamarindus indicaL.) dormansinya.
merupakan salah satu tanaman obat yang telah Ada beberapa teknik untuk mematahkan
teruji secara klinis dapatmenyembuhkan atau dormansi yaitu dengan skarifikasi
mencegah berbagai macam penyakit. Bagian secaramekanis, fisik maupun kimia.Salah satu
tanaman asam yang sering digunakan sebagai cara efektif pematahan dormansi adalah
obat tradisional, selain buahnya adalah daunnya. denganmenggunakan larutan kimia. Tujuan
Biji asam termasuk biji ortodok, sehingga utama yang diharapkan adalah memudahkan
dapat disimpan dalam jangkayang cukup lama. prosesimbibisi, dengan menjadikan kulit biji
Biji ortodok dapat dikeringkan sampai kadar air menjadi permeabel sehingga mudah dimasuki
rendah 5-10 %dan dapat disimpan pada suhu oleh airsaat proses imbibisi. Berbagai larutan
serta kelembaban penyimpanan yang rendah yang biasa dipakai untuk pemecahan dormansi
62 | Jurnal Silva Samalas

diantaranya adalah larutan KNO3, H2SO4, HCl, timur.Biji yang diunduh, dikeringkan, anginkan
dan larutan lainnya (Sutopo, 2002). selama 3 hari. Setiap satuan percobaan berisi 20
Oleh karena itu Mengetahui Pengaruh biji, dengan demikian diperlukan sebanyak 240
Lama Perendaman H 2SO4Terhadap Pematahan biji untuk 12 satuan percobaan.
Dormansi Biji Asam (Tamarindus indica L.).
Mengetahui Pengaruh Lama d. Perlakuan Perendaman
PerendamanTerhadap Pertumbuhan BibitAsam Biji Asam yang sudah dipersiapkan
(Tamarindus indica L.). dimasukkan dalambecker glass kemudian di
tuang larutan H2SO4 yang sudah dipersiapkan ke
dalambecker glasstersebut, jumlah wadah becker
METODOLOGI PENELITIAN glass yang berisi larutan disesuaikan dengan
jumlah perlakuan perendaman yamg akan
a. Rancangan Penenelitian dicoba, yaitu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.
Percobaan ini dirancang dengan Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Perlakuan yang diberikan adalah lama e. Penaburan Benih
perendaman dengan menggunakan asam sulfat Biji Asam yamg telah diberi perlakuan
sebagai berikut: perendaman kemudian ditanam ke dalam
P1 = Biji direndam dengan larutan H2SO4 polibag yang telah dipersiapkan. Penyiraman
selama5 menit dilakukan2 hari sekali dengan menggunakan
P2 = Biji direndam dengan larutan H2SO4 hand sprayer. Intensitas penyiraman dilakukan
selama 10 menit sampai media berada dalam kondisi jenuh. Saat
P3 = Biji direndam dengan larutan H2SO4 penyiraman harus diupayakan agar tidak terjadi
selama15 menit genangan air pada media semai, hal ini untuk
P4 = Kontrol direndam akuades mencegah agar benih tidak rusak.

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, f. Perhitungan parameter


dengan demikian total terdapat 12 unit Parameter Pengamatan, Parameter yang diamati
percobaan. dalam penelitian ini adalah
1) Lama Berkecambah
Parameter lama berkecambah dihitung
P1 P4 P4 P2 mulai biji ditabur sampai kecambah mulai
muncul dan dinyatakan dalam satuan hari
P3 P1 P2 P3 2) Potensi Kecambah Maksimum
Parameter ini dihitung dengan rumus :

P2 P3 P4 P1
Gambar 1 Layout Percobaan Menggunakan PKM 
 benih berkecamba h x100%
Rancangan Acak Lengkap (RAL)  benih ditabur
3) Daya Kecambah (DK)
b. Persiapan Tempat Penanaman Biji Parameter ini dihitung dengan rumus
Penanaman biji dilakukan pada polibag
berukuran 10×15 setiap 20 polibag mewakili DK 
 Kecambah normal x100%
satu unit percobaan. Media semai yang  benih ditabur
digunakan adalah topsoil, pasir, kompos, dan 4) Tinggi Batang
sekam padi dengan perbandingan 1:1:1:1. Pasir Parameter tinggi batang di hitung ketika biji
yang digunakan sebagai media terlebih dahulu sudah berumur 45 hari
diayak kemudian disterilkan dengan cara 5) Diameter Batang
dijemur dibawah terik matahari.Masing-masing Parameter diameter batang di hitung ketika
polibagdiisi dengan 400 gram media semai biji sudah berumur 45 hari
6) Jumlah Daun
c. Persiapan Benih Asam Parameter jumlah daun di hitung ketika biji
Biji asam diperoleh daritegakan yang sudah berumur 45 hari
berada di Dusun Pandan Dure, Desa Suangi, 7) Panjang Akar
Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok

Volume 1, No. 1, Juni 2018


ISSN. 2621-6779 Jurnal Silva Samalas| 63

Parameter panjang akar di hitung ketika biji Untuk mengetahui apakah pengaruh lama
sudah berumur 45 hari perendaman H2SO4bersifat nyata atau tidak
terhadap viabilitas benih, dilakukan uji lanjutan
g. Pengamatan Parameter dengan uji Beda Nyata Terkecil. Analisis data
1) Lama Berkecambah dengan memggunakan uji anova dan di analisis
Pengamatan lama berkecambah dilakukan dengan menggunakan program Co-Stat For
setelah benih ditabur. Pengamatan dilakukan Windows.
setiap hari, yaitu pagi dan sore sampai terdapat
biji yang berkecambah.
2) Potensi Kecambah Maksimum (PKM) HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan setelah tidak lagi
terdapat benih yang berkecambah, yaitu saat a. Kecepatan Berkecambah Biji
berumur 45 hari sejak benih mulai berkecambah Kecepatan berkecambah biji merupakan
(Rewana, 2004). Pengamatan dilakukan dengan waktu yang diperlukan biji itu ditaburkan
menghitung semua benih yang berkecambah. sampai biji berkecambah. Kecepatan
3) Daya Berkecambah (DK) berkecambah tiap jenis biji berbeda-beda
Pengamatan dilakukan pada saat yang tergantung kondisi fisiologi biji itu sendiri,
bersamaan dengan pengamatan potensi faktor genetik dan kondisi lingkungan, faktor
kecambah maksimum, tetapi hanya kecambah yang biasanya mempengaruhi adalah ketebalan
normal saja yang dihitung, sedangkan kecambah kulit yang merupakan faktor penting bagi proses
tidak normal tidak dihitung. perkecambahan. Perlakuan awal yang diberikan
4) Tinggi Batang pada biji sebelum dikecambahkan merupakan
Pengamatan dilakukan pada saat akhir upaya untuk mematahkan faktor perintang
pengamatan, yaitu saat berumur 45 hari sejak sehingga biji dapat lebih berkecambah
benih mulai berkecambah. Pengamatan dibandingkan kondisi perkecambahan alami.
dilakukan dengan mengukurtinggi batang semua Dalam penelitian ini upaya mempercepat
benih yang tumbuh. perkecambahan biji Asam dilakukan dengan
5) Diameter Batang merendam biji tersebut dalam larutan Asam
Pengamatan dilakukan pada saat akhir Sulfat (H2SO4) pekat. Kecepatan berkecambah
pengamatan, yaitu saat berumur 45 hari sejak biji Asam menurut perlakuan yang diberikan dan
benih mulai berkecambah. Pengamatan dapat disajikan dalam tabel1.
dilakukan dengan mengukurdiameter semua
benih yang tumbuh Tabel 1. Hubungan Lama Perendaman Terhadap
6) Jumlah Daun Lama Perkecambahan
Pengamatan dilakukan pada saat akhir Lama
Waktu untuk berkecambah
pengamatan, yaitu saat berumur 45 hari sejak perendaman
(hari)
benih mulai berkecambah. Pengamatan (Menit)
dilakukan dengan menghitung semua benih yang 1 5 10
tumbuh 2 10 6
7) Panjang Akar 3 15 5
Pengamatan dilakukan pada saat akhir
pengamatan, yaitu saat berumur 45 hari sejak Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
benih mulai berkecambah. Pengamatan waktu berkecambah paling cepat yaitu pada
dilakukan dengan menghitung semua benih yang perlakuan perendaaman 15 menit (P3). Pada
tumbuh perlakuan perendaman 15 menit (P3)
membutuhkan waktu lima hari untuk mulai
h. Analisis Data berkecambah di susul dengan perlakuan
Data yang diperoleh kemudian diolah perendaman 10 menit (P2) yang membutuhkan
dengan mengggunakan analisis ragam RAL waktu enam hari untuk mulai berkecambah, dan
(Rancangan Acak Lengkap). Apabila F hitung > perlakuan perendaman 5 menit (P1)
dari F table, maka perlakuan perendaman membutuhkan waktu sepuluh hari untuk mulai
memberikan pengaruh nyata terhadap viabilitas berkecambah. Jadi dapat disimpulkan bahwa
benih pada taraf 5%. semakin lama waktu perendamanmaka waktu
perkecambahan semakin cepat.
64 | Jurnal Silva Samalas

Proses perkecambahan biji merupakan ini adalah merubah posisi ion Ca2+ dari
suatu rangkaian kompleks dari perubahan- substansi pektin, dikarenakan H2SO4
perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. melepaskan hidrogen pada mikrofibril selulosa.
Menurut Sutopo (2012) perkecambahan benih Pengikatan komponen matrik yang lain melalui
terbagi dalam lima tahap, diantaranya yaitu: ikatan hidrogen. Salah satu komponen matrik
Tahap pertama suatu perkecambahan benih yaitu siloglukan yang terikat dengan serat
dimulai dengan proses penyerapan air oleh biji, mikrofibril selulosa dengan membentuk ikatan
melunaknya kulit biji dan hidrasi dari hidrogen, ikatan hidrogen ini mudah lepas
protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan dengan adanya H2SO4 sehingga terjadi
kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta perubahan komponen dinding sel melonggar,
naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga tekanan turgor menjadi berkurang dan kulit biji
merupakan tahap dimana terjadi penguraian menjadi lunak menurut Wareing dan Phillips
bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan (Suyatmi, 2008).
protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasi ke titik-titik tumbuh. Tahap b. Potensi Kecambah Maksimum
keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang Potensi kecambah menggambarkan
telah diuraikan tadi di daerah meristematik kemampuan suatu biji untuk berkecambah, tanpa
untuk menghasilkan energi bagi kegiatan memperhatikan apakah kecambah yang
pembentukan komponen dan pertumbuhan sel- dihasilkan tumbuh normal atau tidak.
sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari Kemampuan berkecambah suatu jenis
kecambah melalui proses pembelahan, dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya
pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik kemasakan biji, ukuran biji, dormansi biji,
tumbuh. adanya zat penghambat pada benih serta faktor
Kulit biji yang keras merupakan lingkungan dimana biji tersebut
mekanisme. dormansi utama pada biji legum, berkecambah.Suatu biji dikatakan memiliki
kedap air pada biji legum merupakan akibat dari potensi kecambah maksimal yang baik apabila
dua faktor: (1) kulit biji yang memiliki lapisan biji-biji tersebut dapat berkecambah.
skleroid sel-sel malpighi yang padat dan kompak Dalam penelitian ini upaya peningkatan
dengan sudut tegak lurus terhadap permukaan potensi kecambah maksimum (PKM) dilakukan
kulit biji (testa) ditambah dengan fenolik, atau dengan merendam biji Asam dalam Asam Sulfat
senyawa penolak air lain yang umum terdapat (H2SO4). Hasil pengamatan potensi kecambah
pada biji legum; (2) tertutupnya lubang alami maksimum disajikan pada gambar 2.Dimana
dalam kulit biji, termasuk mikropil, ari-ari biji, potensi kecambah maksimum yang paling baik
dan pleurogram (suatu cekungan di bawah yaitu pada perlakuan perendaman 5 menit.
mikropil dan ari-ari biji), Olvera dkk (Gardner
2008), menyimpulkan bahwa faktor utama yang
bertanggung jawab atas kerasnya biji pada
Leucaena (Legum) adalah tertutupnya
pleurogram.
Menurut Schmidt (2000), larutan asam
sulfat pekat (H2SO4) menyebabkan kerusakan
pada kulit biji dan dapat diterapkan baik pada
jenis tanaman legum dan non legum. Lamanya
perlakuan asam sulfat harus memperhatikan dua
hal yaitu kulit biji atau pericarp dapat diretakkan
untuk memungkinkan imbibisi dan larutan asam Gambar 2.Hubungan Lama Perendaman
tidak mengenai bagian embrio. Terhadap Potensi Kecambah Maksimum
Proses pelunakan kulit biji terjadi melalui
mekanisme sebagai berikut: dinding sel tersusun Potensi kecambah maksimum yang paling
atas mikrofibril selulosa yang terikat pada baik yaitu pada perlakuan perendaman 5 menit
matrik nonselulosik polisakarida. Mikrofibril (P1) dan di susul dengan perlakuan perendaman
selulosa terdiri dari protein, pektin dan 10 menit (P2) dan yang terakhir perlakuan
polisakarida. Pektin dapat berubah menjadi Ca perendaman 15 menit (P3). Dengan demikian
pekat melalui reaksi esterifikasi dengan dapat dikatakan bahwa semakin lama
menambahkan Ca2+. Peran H2SO4 dalam hal

Volume 1, No. 1, Juni 2018


ISSN. 2621-6779 Jurnal Silva Samalas| 65

perendaman maka potensi kecambah maksimum di susul dengan perlakuan perendaman 10 menit
semakin rendah.Suseno (1974) persentase (P2), dan terakhir pada perlakuan perendaman
perkecambahan yang tinggi karena terjadi 15 menit (P3). Pada penelitian ini perendaman
metabolisme sel-sel embrio setelah menyerap yang paling baik apabila biji di rendam tidak
air, yang di dalamnya berlangsung reaksi terlalu lama. Dengan demikian dapat dikatakan
perombakan yang biasa disebut katabolisme dan bahwa semakin lama perendaman maka daya
sintesa komponen-komponen sel untuk kecambah semakin rendah. Namun bukan berarti
pertumbuhan atau yang dikenal dengan untuk mematahakan dormansi tidak harus
anabolisme. direndam terlalu cepat juga, karena pada
Proses metabolisme ini berlangsung terus dasarnya biji asam merupakan biji yang
dan merupakan pendukung dari pertumbuhan mempunyai kulit biji yang keras dan tebal.
kecambah hingga tanaman dewasa. Kulit benih yang tebal dan keras pada
Perkecambahan biji adalah suatu proses yang umumnya menghambat perkecambahan
berkaitan dengan sel hidup yang membutuhkan walaupun disemaikan pada kondisi
energi. Selain air dan oksigen, faktor luar yang perkecambahan yang optimum. Benih yang
mempengaruhi perkecambahan adalah suhu, demikian digolongkan sebagai benih yang
cahaya, dan medium. Hubungan antara pengaruh memiliki sifat dorman. Dormansi bisa
cahaya dan perkecambahan biji dikontrol oleh disebabkan karena sifat fisik kulit benih,
suatu pigmen yang dikenal sebagai phytochrome keadaan fisiologis dari embrio, atau interaksi
yang tersusun dari chromophere dan protein dari keduanya (Sadjad 1980).
(Sutopo, 2012). Penyebab dormansi yang sangat meluas
adalah karena pada beberapa jenis tanaman
c. Daya Kecambah benih memiliki organ tambahan berupa struktur
Daya kecambah merupakan banyaknya penutup benih yang keras. Kulit demikian ini
kecambah yang tumbuh normal dari sejumlah ditemui pada banyak jenis dari beberapa famili.
biji yang ditanam. Disamping faktor genetik dan Kulit benih yang kerasini biasanya
kematangan biji, daya kecambah sangat menyebabkan dormansi melalui satu dari
dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan dimana tigacara, adalah kulit yang keras mungkin
biji tersebut ditabur (Kamil, 1982). menyebabkan impermeabel terhadap air, gas
Pemberian perlakuan perendaman lebih atau mungkin secara mekanik menekan
dalam larutan Asam Sulfat (H2SO4) dalam perkembangan embrio. Impermeabilitas air dan
penelitian ini dimaksud untuk meningkatkan gas karena struktur kulit yang keras banyak
daya kecambah biji Asam., bahwa daya terjadipada jenis-jenis dari keluarga
kecambah yang paling baik yaitu pada perlakuan Leguminosae dan Caesalpineaceae. Secara
perendaman 5 menit (P1). Hasil pengamatan fisiologis, Schopmeyer (1974) menerangkan
daya kecambah dapar dilihat pada gambar 3. bahwa benih untuk bisa berubah menjadi
kecambah harus melewati 3 tahap yang saling
tumpang tindih yaitu: (i) absorpsi air terutama
melalui imbibisi, proses ini menyebabkan
membengkaknya benih, dan juga menyebabkan
pecah atau merekahnya kulit benih, (ii)
bersamaan dengan itu terjadi aktivitas enzimatik,
peningkatan kecepatan respirasi (yang
membutuhkan oksigen) dan assimilasi yang
ditandai dengan penggunaan cadangan makanan,
dan translokasi ke area pertumbuhan, dan (iii)
pembesaran dan pembelahan sel yang
memunculkan akar dan plumula. Yang
Gambar 3. Hubungan Lama Perendaman kemudian menjadi masalah adalah kadang pada
Terhadap Daya Kecambah kondisi yang sebenarnya merupakan kondisi
yang baik bagi perkecambahan seperti cukup air,
Berdasarkan analisis secara deskriptif dapat suhu sesuai, dan komposisi atmosfer normal,
dilihat bahwa perlakuan perendaman 5 menit pada benih-benih tertentu proses
(P1) merupakan perlakuan perendaman yang mperkecambahannya tetap tidak terjadi. Benih
paling baik terhadap daya kecambah, kemudian
66 | Jurnal Silva Samalas

ini sebenarnya viabel karena dapat berkecambah e. Diameter Batang


jika telah melalui berbagai macam perlakuan Berdasarkan ANOVA menunjukkan tidak
khusus. Benih demikian inilah yang dikatakan terdapat perbedaan nyata di antara tiga
benih dorman, atau benih yang berada dalam perlakuan perendaman pada taraf 5%. Begitu
tahap dormansi. pula dengan uji Beda Nyata Terkecil tidak ada
perbedaan nyata.(tabel ANOVA dan BNT
d. Tinggi Batang terlampir).
Berdasarkan ANOVA menunjukkan Pengaruh lama perendaman terhadap
terdapat perberbedaan nyata antara perlakuan diameter batang juga dapat dianalisis secara
perndaman pada taraf 5%. Selanjutnya deskriptif dengan membuat grafik. Berdasarkan
berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil diperoleh gambar5 terlihat bahwa diameter batang paling
hasil bahwa perlakuan perendaman 10 menit baik adalah pada perendaman 15 menit.
(P2) merupakan perlakuan yang memberikan
tinggi batang terbaik dan berbeda nyata dengan
perlakukan perendaman lainnya (tabel ANOVA
dan BNT terlampir).
Pengaruh lama perendaman terhadap tinggi
batang juga dapat dianalisis secara deskriptif
dengan membuat grafik. Berdasarkan gambar
4terlihat bahwa tinggi tanaman paling besar
adalah pada perendaman 10 menit (P2)

Gambar 5. Hubungan Lama Perendaman


Terhadap Diameter Batang

Dari hasil ANOVA menunjukkan tidak


terdapat perbedaan nyata di antara tiga
perlakuan perendaman pada taraf 5%. Begitu
pula dengan uji Beda Nyata Terkecil tidak ada
perbedaan nyata. Artinya pada perlakuan
Gambar 4. Hubungan Lama Perendaman perendaman 5 menit (P1), perlakuan
Terhadap Tinggi Batang perendaman 10 menit (P2), dan perlakuan
perendaman 15 menit (P3)tidak mempunyai
Dari hasil ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata. Namun jika di analisis
perberbedaan nyata antara perlakuan perndaman secara deskriptif bahwa diameter paling rendah
pada taraf 5%. Selanjutnya berdasarkan uji Beda yaitu pada perlakuan perendaman 5 menit (P1),
Nyata Terkecil diperoleh hasil bahwa perlakuan kemudian di susul oleh perlakuan perendaman10
perendaman 10 menit (P2) merupakan perlakuan menit (P2) dan terakhir perlakuan perendaman
yang memberikan tinggi batang terbaik dan 15 menit (P3), yang merupakan perlakuan
berbeda nyata dengan perlakukan perendaman perendaman yang paling baik pada perameter
lainnya. Pada perendaman 15 menit (P3) diameter batang.
memperlihatkan tinggi batang kedua setelah Peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman
perlakuan perendaman 10 menit (P2) dan pada yang baik tidak selalu diikuti oleh peningkatan
perendaman 5 menit (P1) memperlihatkan tinngi pertumbuhan pada diameter batang tanaman,
batang paling rendah. diduga karena adanya dorongan karakter
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada fisiologis tanaman hutan yang cenderung
penelitian ini perlakuan perendaman 10 menit melakukan partumbuhan primer (tinggi) pada
(P2) pada parameter tinggi batang merupakan awal pertumbuhannya. Respon tanaman
perlakuan perendaman yang paling baik. kehutanan pada tanaman gaharu dengan
Menurut Hess Dieter dalam susanto (1991). pemberian dosis 15 sampai dosis 30
Pertumbuhan tinggi tanaman di tentukan oleh inokulan/tanaman memberikan berpengaruh
perkembangan dan pertumbuhan sel. Makin tidak berbeda nyata terhadap pertambahan
cepat sel membelah memanjang (membesar) diameter tanaman gaharu. Pertumbuhan
semakin cepat tanaman meninggi. diameter tanaman berhubungan erat dengan laju

Volume 1, No. 1, Juni 2018


ISSN. 2621-6779 Jurnal Silva Samalas| 67

fotosintesis yang akan sebanding dengan jumlah perendaman 15 menit (P3) tidak mempunyai
intensitas cahaya matahari yang diterima dan perbedaan yang nyata. Namun jika di analisis
respirasi (Simorangkir, 2000). Hal ini secara deskriptif bahwa jumlah daun paling
disebabkan karena pada penelitian ini rendah yaitu pada perlakuan perendaman 5
pengamatannya dilakukan di rumah kaca. menit (P1), kemudian di susul oleh perlakuan
Terhambatnya petumbuhan diameter perendaman 10 menit (P2) dan terakhir
tanaman terjadi karena fotosintesisnya serta perlakuan perendaman 15 menit (P3), yang
cahaya matahari yang kurang merangsang merupakan perlakuan perendaman yang paling
aktivitas hormon dalam proses pembentukan sel baik pada perameter jumlah daun.
meristem ke arah diameter batang, terutama
pada intensitas cahaya yang rendah (Daniel etal., g. Panjang Akar
1997). Berdasarkan ANOVA menunjukkan
Faktor abiotik yang mempengaruhiyaitu terdapat perberbedaan nyata antara perlakuan
faktor lingkungan tanah yang meliputi perndaman pada taraf 5%. Selanjutnya
konsentrasi hara, pH tanah, kadar air dalam berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil diperoleh
tanah dan suhu (Subiksa, 2002). Unsur hara hasil bahwa perlakuan perendaman 15 menit
yang cukuptersedia saat pertumbuhan tanaman (P3) merupakan perlakuan yang memberikan
mengakibatkan proses fotosintesis berjalan aktif tinggi batang terbaik dan berbeda nyata dengan
sehingga proses pemanjangan sel, pembelahan perlakukan perendaman lainnya (tabel ANOVA
dan diferensiasi sel akan lebih baik dan akan dan BNT terlampir).
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan Pengaruh lama perendaman terhadap tinggi
tanaman (Sarief, 1986). batang juga dapat dianalisis secara deskriptif
dengan membuat grafik. Berdasarkan gambar7
f. Jumlah Daun terlihat bahwa panjang akar paling baik adalah
Berdasarkan ANOVA menunjukkan tidak pada perendaman 15 menit (P3).
terdapat perbedaan nyata di antara tiga
perlakuan perendaman pada taraf 5%. Begitu
pula dengan uji Beda Nyata Terkecil tidak ada
perbedaan nyata.

Gambar 7. Hubungan Lama Perendaman


Terhadap Panjang Akar

Dari hasil ANOVA menunjukkan terdapat


perberbedaan nyata antara perlakuan perndaman
pada taraf 5%. Selanjutnya berdasarkan uji Beda
Gambar 6. Hubungan Lama Perendaman Nyata Terkecil diperoleh hasil bahwa perlakuan
Terhadap Jumlah Daun
perendaman 15 menit (P3) merupakan perlakuan
yang memberikan panjang akar terbaik dan
Pengaruh lama perendaman terhadap berbeda nyata dengan perlakukan perendaman
jumlah daun juga dapat dianalisis secara
lainnya. Pada perendaman 10 menit (P10)
deskriptif dengan membuat grafik. Berdasarkan memperlihatkan panjang akar yang baik juga
gambar6 terlihat bahwa jumlah daun paling namun di bawah perlakuan perendaman 10
banyak adalah pada perendaman 15 menit (P3) menit (P2), dan pada perendaman 5 menit (5)
Dari hasil ANOVA menunjukkan tidak memperlihatkan panjang akar paling rendah.Jadi
terdapat perbedaan nyata di antara tiga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
perlakuan perendaman pada taraf 5%. Begitu perlakuan perendaman 15 menit (P3) pada
pula dengan uji Beda Nyata Terkecil tidak ada parameter panjang akar merupakan perlakuan
perbedaan nyata. Berarti pada perlakuan perendaman yang paling baik dan perlakuan
perendaman 5 menit (P1), perlakuan perendaman 5 menit (P1) merupakan perlakuan
perendaman 10 menit (P2), dan perlakuan
perendaman yang paling rendah.
68 | Jurnal Silva Samalas

KESIMPULAN Universitas Nusa Tenggara Barat. Mataram.


Halaman 6-15
Semakin lama perendaman kecepatan Mugnisjah, Wahyu Qamara. 1994. Panduan
perkecambah semakin tinggi, namun sebaliknya Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan
potensi kecambah dan daya kecambah justru Teknologi Benih. Edisi 1 Cetakan 1 Jakarta
semakin rendah. Oleh karena itu lama IX, 264 Hal.
perendaman yang efektif adalah yang tidak Nugroho, T. A. Dan Salamh Z. 2015.Pengaruh
terlalu lama dan tidak terlalu singkat yaitu 10 Lama Perendaman dan Konsentrasi Asam
menit. Sementara itu, Semakin lama Sulfat (H2SO4) terhadap Perkecambahan
perendaman pertumbuhan semakin bagus pada Biji Sengon Laut (Paraserianthes
parameter tinggi batang, diameter batang, falcataria). Program Studi Pendidikan
jumlah daun, dan panjang akar. Namun Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan.
perendaman yang paling efektif yaitu pada JUPEMASI-PBIO Vol. 2 No. 1 Tahun
perendaman 10 menit 2015 ISSN: 2407-1269 | Halaman 230-236
Rahmadiah, H.E dan Mun’im A. 2009.
DAFTAR PUSTAKA Karakterisasi Ekstrak Etanolik Daun
AsamJawa (Tamarindus indica L). Majalah
Abuzied et el. 2014. The Antimicrobial Effect Of Ilmu Kefarmasian. ISSN 1693-9883.Vol. 4
Aqueous Extract Of Tamarind (Tamarindus (1). Depok: Universitas Indonesia.
indica) Leaves. Journal Of Biomedical And Ranjan, D., D. Swarup, R.C. Patra, and V.
Pharmaceutical Researceh.Vol 3 (6) : 141- Chandra. 2009. Tamarindus indica L.
146. AndMoringa Oleifera M. Extract
Afifah, E. 2003. Tanaman obat untuk mengatasi Administration Ameliorates Fluoride
hepatitis. Agromedia pustaka. Jakarta. Toxicity InRabbits. USA: Indian Journal of
Anonim, 1981. Manual Sertifikasi Mutu Benih. Experimental Biology.
Departemen Kehutanan RI, Jakarta Rawana, 2004. Silvikultur Tanaman Gaharu.
Anonim. 2016. Tamarindus indica.. Pusat Penelitian Agroekologi. LPPM.
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/Sing INSTIPER.as
leRpt?search_topic=TSN&search_value=2 Rukmana dan Rahmat. 2001. Asam. Yogyakarta:
6980#null_ Diakses 17 Februari 2017. Penerbit Kanisius.
Artanti D. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Buah Sadjad S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu
Pare(Momordica charantia)Terhadap Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia.
Kadar Trigliserida Serum Tikus Wistar PPPK dan IPB. Bogor.
Jantan Yang Diberi DietTinggi Lemak. Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis.
Dipenegoro. Terjemahan Direktorat Jendral
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih, Penerbit Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Angkasa, Bandung. Jakarta : Departemen Kehutanan
Kurniah, N. I. 2016. Pengaruh Campuran Schopmeyer CS. 1974. Seeds of woody plants in
Ekstrak daun Asam (Tamarindus indica L.) the United States. U.S.Dep. Agr. Handbk.,
dan Daun Mimba (Azadiractha indica A.) Washington DC.
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Situmorang. E.M. dkk. 2015. Respon
Staphylococcus aureus Sebagai Buku Perkecambahan Benih Asam Jawa
Ilmiah Popular. Skripsi Program (Tamarindus indica) Terhadap Berbagai
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Konsentrasi Larutan Kalium Nitrat
Mipa dan Ilmu Pendidikan Universitas (KNO3). Jurnal Sylva Lestari Vol 3. No 1.
Jember. (1-8).
Kuswanto,hendarto. 1996. Dasar-Dasar Sundari. D. Dan Winarno, M. W. 2010. Efek
Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. Laksatif Jus Daun Asam Jawa (Tamarindus
Edisi 1, Cetakan 1.Yogyakarta: Andi indica Linn). Pada Tikus Putih Yang
Offset. Halaman 27-31 Diindikasi Dengan Gambir. Jurnal Media
Mahnip. 2007. Pengaruh Naungan Terhadap Litbang Kesehatan. Vol. 20 (3): 100-103.
Perkecambahan Benih Sengon (Albizia Susanti, Al. 2009. Inhibisi Ekstrak Air dan
falcataria). Skripsi. Program Studi Etanol Daun Asam Jawa dan
Budidaya Hutan Fakultas Ilmu Kehutanan RimpangKunci Pipet Terhadap Lipase

Volume 1, No. 1, Juni 2018


ISSN. 2621-6779 Jurnal Silva Samalas| 69

Pankreas Secara In Vitro. Skripsi. Bogor: and Chemical Observation. Jurnal


Institut Pertanian Bogor. Sangkareang Mataram, 3 (3), 19 – 24.
Susanto, A. 2007. Pengaruh Lama Perendaman Winarto, W. P. 2003. Memanfaatkan Bumbu
Dengan Biofer CR Terhadap Dapur Untuk Mengobati Aneka Penyakit.
Perkecambahan Benih Ketimunan. Skripsi. Depok: Agro Media Pustaka.
Jurusan Budidaya Hutan Fakultas Ilmu Wiyandani, A. M. 2016.pengaruh Ekstrak Daun
Kehutanan Universitas Nusa Tenggara Asam Jawa (Tamarindus indica
Barat. Mataram. L.)terhadap Kadar Gula Darah Mencit
Susanto, S.S. 1991. Pengaruh Frekuensi (Mus musculus L.)Jantan Diabetes Mellitus
Pemberian Pupuk NPK (30-135-50) Dan PemanfaatannyaSebagai Buku Ilmiah
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasiltomat Populer. Program Studi Pendidikan Biologi
Kultivar Intan (Lycorpercium Esculentum Jurusan Pendidikan Mipa Fakultas
Cv. Intan). Skripsi Fakultas Pertanian Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Universitas Bandung Raya. Bandung. Jember
Suseno, Hari. 1974. Fisiologi dan Biokimia Yuniati, N. Dan Djaman D. F. 2015. Teknik
Kemunduran Benih. Kursus Singkat pematahan dormansi untuk mempercepat
Pengujian Benih. Bogor : IPB perkecambahan benih kourbaril
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Buku. Raja (Hymenaea courbaril). Jurnal PROS SEM
Grafindo Persada. Jakarta. 237 p. NAS MASY BIODIV INDON Volume 1,
Sutopo, L. 2012. Teknologi Benih. Jakarta: Raja Nomor 6, September 2015 Halaman: 1433-
Grafindo Persada. 1437.
Suyatmi, dkk. Pengaruh Lama Perendaman
dan Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4)
terhadap Perkecambahan Benih Jati
(Tectona grandis Linn.f). Jurnal Pengaruh
Lama Perendaman dan Konsentrasi.
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti. 2008.
Pengaruh Lama Perendaman dan
Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4) terhadap
Perkecambahan Benih Jati (Tectona
grandis Linn.f). Jurnal Departemen
Kehutanan no: 28-36. Semarang :
Universitas Diponegoro
Thomas, A. N. S. 1989. Tanaman Obat
Tradisional. Yogyakarta: Kanisius.
Wangiyana, I G. A. S., 2015. Pemanfaatan
Medium Alternatif untuk Pertumbuhan
Isolat Fusarium Sp. Penginduksi
Pembentukan Gaharu pada Gyrinops
versteegii (Gilg) Domke. Jurnal
Sangkareang Mataram. 1 (3), 41 – 46.
Wangiyana, I G. A. S., 2016. Phylotenetic
Analysis of Aquilaria and Gyrinops
Member Based on trnL-trnF Gene. Jurnal
Sangkareang Mataram. 2 (4), 41 – 46.
Wangiyana, I G. A. S., 2017. Molecular
Phylogenetic Analyze of Fusarium from
Agarwood and Others Fusarium with
Different Type of Nutrition based on Gen
ITS 1. Jurnal Sangkareang Mataram. 2 (1),
1 – 5.
Wangiyana, I G. A. S., 2017. Interaction of
Fusarium Sp. with Gyrinops versteegii
Seedling by Morphological, Anatomical,

Anda mungkin juga menyukai