Anda di halaman 1dari 16

Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016

EFEKTIFITAS METODE PENGERINGAN PADA PEMBUATAN SIMPLISIA


AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Radix)

Cica Riyani
Staf Pengajar Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Politeknik Muara Teweh
e-mail :cicariyani@yahoo.com

ABSTRAK

Pasak bumi(Eurycoma longifoliaJack) merupakan salah satu jenis tanaman obat.


Bagian tanaman ini yang dimanfaatkan adalah akarnya. Akar pasak bumi dapat dibuat
menjadi sediaan herbal berupa simplisia. Dalam membuat simplisia akar pasak bumi
diperlukan proses pengeringan yang sangat berpengaruh terhadap simplisia tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pengeringan dengan
metode pengeringan panas buatan (oven) dan panas matahari. Selain itu juga untuk
mengetahui pengeruh pengeringan dengan panas matahari pada simplisia komersial
produksi Sari akar Muara Teweh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode percobaan (eksperimen) dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Terdapat 4 (empat) perlakukan : Pengeringan oven pada suhu 40 oC, 50oC, 60oC dan
panas matahari (M). Hasil penelitian menunjukan metode pengeringan tidak
berpengaruh pada kadar abu total simplisia namun berpengaruh nyata pada susut bobot,
kadar air dan warna simplisia. Warna simplisia pada perlakuan panas buatan lebih cerah
dari pada panas dengan matahari. Susut bobot simplisia lebih tinggi pada perlakuan
pengeringan panas buatan (T6 42,7) dan terendah pada panas matahari (M 35,1 %).
Kadar air dari perlakuan pengeringan panas buatan termasuk kedalam persyaratan
simplisia (≤ 10%) yaitu T40 7,34%, T50 6% dan T60 6,34%. Sedangkan perlakuan
dengan panas matahari (M) 14%. Kadar abu pada masing-masing perlakuan berturut-
turut T40 2%, T50 1,6 %, T60 1,8 % dan M 1,6%. Semua perlakuan termasuk dalam
persyaratan MMI untuk kadar abu simplisia akar pasak bumi (≤ 3%). Untuk penelitian
pada simplisia komersial produksi Sari Akar Muara Teweh, kadar ai 11 % dan kadar
abu 1,6%.

Kata Kunci : Pasak bumi, Simplisia, Pengeringan

PENDAHULUAN bahanalami (back to nature) untuk


pengobatan.
Tanaman obat adalah tanaman Tanaman obat yang berkembang
yang mempunyai khasiat dan dapat di Indonesia sangat melimpah tetapi
digunakan sebagai obat. Penggunaan pemanfaatannya masih terbatas
tanaman obat merupakan alternatif dikonsumsi secara segar, sehingga
pengobatan secara alami. Cara ini dibutuhkan teknologi pengolahan untuk
diketahui aman dan tidak berbahaya dapat memaksimalkan pemanfaatannya.
karena menggunakan bahan alami. Pemanfaatan yang maksimal dari
Pemanfaatan tanaman obat terus berbagai tanaman obat ini masih dirasa
berkembang seiring dengan pemahaman kurang beredar di masyarakat.
masyarakat untuk menggunakan Teknologi pengolahan dan penanganan
untuk berbagai macam obat dengan

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 20
Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016

pemanfaatan tanaman obat merupakan aktif,


peningkatan nilai tambah dari tanaman memudahkandalamhalpengelolaanprose
yang dimaksud (Rudi, 2001). sselanjutnya(ringkas,mudahdisimpan,ta
Salah satu tanaman obat potensial han lama). Menurut herawati dkk
yang terdapat di Kalimantan Tengah (2012), bahwa simplisia yang baik
khusunya di Kabupaten Barito Utara memiliki kadar air ≤ 10% begitu pula
adalah tanaman pasak bumi (Eurycoma menurut BPOM (2014) untuk obat
longifolia Jack). Tanaman ini yang herbal rajangan yang diseduh dengan air
dimanfaatkan adalah bagian akarnya. panas sebelum digunakan kadar airnya
Tanaman ini mempunyai komponen adalah ≤ 10%. Untuk memperoleh kadar
kimia :Fenol, tanin, polisakarida, air yang memenuhi standar maka perlu
glokoprotein, dan mukopolisakarida. dilakukan penelitian metode
Dengan kandungan tersebut, akar pasak pengeringan yang tepat untuk
bumi dapat berkhasiat untuk afrodisiak, menghasilkan simplisia.
demam, tonikum, anti piretik, disentri, Tujuan dari penelitian ini adalah
sakit kepala, sakit perut. untuk mengetahui efektifitas metode
Pengolahan akar pasak bumi pengeringan dengan perlakuan
untuk dimanfaatkan sebagai tanaman pengeringan panas buatan dengan
obat dapat dilakukan dengan cara yang menggunakan oven dan pengeringan
sederhana. Bentuk sediaan yang dapat dengan panas matahari. Selain itu
diolah adalah simplisianya. Menurut penelitian ini juga menguji simplisia
Azizah (2008), komersial produksi Sari Akar Muara
simplisiaialahbahanalamiyangdigunaka Teweh. Diharapkan dengan adanya
nuntukobatdanbelum penelitian ini dapat menentukan metode
mengalamiperubahanprosesapapun,dan yang tepat dalam menghasilkan
kecualidinyatakanlainumumnya simplisia akar pasak bumi.
berupabahanyangtelahdikeringkan.
Tahapan dalam pengolahan simplisia METODE PENELITIAN
meliputi pengumpulan bahan baku,
sortasi basah, pencucuian, pengubahan Bahan yang digunakan akar pasak
bentuk, pengeringan, sortasi kering dan bumi berasal dari Muara Teweh, air,
pengemasan. Dan simplisia yang dan siplisia akar pasak bumi produksi
dihasilkan harus diuji mutunya dan Sari Akar Muara Teweh. Peralatan yang
disesuaikan dengan persyaratan digunakan adalah muffle furnace, oven,
tanaman obat berdasarkan Meteria cawan porselin, timbangan digital,
Medika Indonesia (MMI). nampan, pisau, pengukur dan desikator.
Dalam membuat simplisia akar
pasak bumi (Eurycoma longifolia Rancangan Percobaan
Radix) memerlukan proses pengeringan Menggunakan rancangan acak
yang tepat sehingga memenuhi standar lengkap (RAL). Terdapat 4 (empat)
persyaratan untuk simplisia. perlakukan dan masing-masing
Tujuanutamaprosespengeringansimplisi perlakuan diulang sebanyak 3 kali
aialah: sehingga terdapat 12 satuan percobaan.
menurunkankadarairsehinggabahanterse Adapun perlakuan dalam
buttidakmudahditumbuhikapangdanbakt penelitian ini adalah :
eri, T40 = Panas buatan suhu 40oC
menghilangkanaktivitasenzimyangbisa T50 = Panas buatan suhu 50oC
menguraikanlebihlanjutkandunganzat T60 = Panas buatan suhu 60oC

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 21
Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016

M = Panas matahari Kadar abu total


Prosedur Kerja Sebanyak 2 gram simplisia ditimbang
Tahapan pembuatan simplisia seksama, dimasukkan ke dalam krus
Akar pasak bumi yang diperoleh dari porselen yang telah dipijarkan dan
tanaman koleksi Muara Teweh ditara, kemudian dipijarkan perlahan-
dibersihkan sampai tidak terdapat lahan menggunakan muffle furnace
kotoran yang menempel, selanjutnya hingga arang habis, didinginkan dan
dikering anginkan dan dilakukan ditimbang. Kadar abu total dihitung
pengecilan ukuran dengan memotong terhadap berat ekstrak, dan dinyatakan
akar dengan ukuran tebal 2 mm. dalam % b/b.
Potongan akar tersebut di timbang
sebanyak 20 gram untuk masing-masing
perlakuan. Untuk panas buatan
menggunakan oven waktu pengeringan
selama 8 jam sedangkan untuk panas Data hasil pengujian selanjutnya
matahari selama 3 hari selama 7 jam. dianalisa dengan analisa ragam (anova).

Pengujian Simplisia HASIL DAN PEMBAHASAN


Susut bobot
Akar pasak bumi ditimbang sebanyak Pasak Bumi
20 gram, kemudian dikeringkan pada Tanaman herbal yang diolah
masing-masing perlakuan. Hasil menjadi simplisia pada penelitian ini
pengeringan kemudian ditimbang adalah pasak bumi. Pasak bumi ini
kembali dan diperoleh susut bobot diperoleh dari tanaman koleksi yang
simplisia dikelola oleh masyarakat di Muara
Warna simplisia Teweh. Pasak bumi yang diolah
Simplisia hasil perlakuan dari panas disajikan pada Gambar 1.
buatan dan panas matahari
dibandingkan tingkat kecerahan
warnanya.
Kadar air
1 gram simplisia ditimbang seksama
dan dimasukkan ke dalam krus porselen
yang sebelumnya telah dipanaskan pada
suhu 105oC selama 30 menit dan telah Gambar 1. Akar pasak bumi
ditara. Simplisia diratakan dalam krus
porselen dengan menggoyangkan krus Pengolahan simplisia diawali dari
hingga merata. Masukkan ke dalam pengumpulan bahan baku yang
oven, panaskan pada temperatur 105oC selanjutnya diolah melalui tahapan
selama 3 jam, setelah waktu pencucian, pengubahan bentuk dan
pengeringan selesai masukan cawan pengeringan. Untuk proses pencucian
dlam desikator dan kemudian dilakukan sampai akar bersih dan tidak
ditimbang. terdapat kotoran yang melekat pada
akar. Tahap selanjutnya adalah
pengubahan bentuk. Pengubahan bentuk
akan berpengaruh terhadap proses
pengeringan. Menurut Azizah (2008),
bahwa Pada dasarnya tujuan

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 22
Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016

pengubahan bentuk simplisia adalah Susut Bobot Simplisia


untuk memperluas permukaan bahan Dari hasil penelitian, diperoleh
baku. Semakin luas permukaan maka data susut bobot simplisia (gambar 5).
proses pengeringan baku akan semakin Data menunjukan bahwa metode
cepat. Untuk akar pengubahan bentuk pengeringan berpengaruh nyata
dengan pemotongan. Pada penelitian terhadap susut bobot simplisia. Nilai
ini, akar pasak bumi dipotong dengan susut bobot tertinggi pada perlakuan
ukuran ketebalan 2-3 mm seperti pada T60 (42,7%) dan terendah pada
Gambar 2. perlakuan panas matahari (M) (35,1%).
Hal tersebut memberikan gambaran
bahwa semakin tinggi suhu pengeringan
maka akan semakin banyak air yang
menguap dan semakin besar kehilangan
bobot, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Winangsih (2013), bahwa
suhu pengeringan yang digunakan
mempengaruhi lama pengeringan,
semakin tinggi suhu pengeringan
Gambar 3. Ukuran simplisa akar pasak semakin cepat proses transpirasi di
bumi dalamnya .

Warna Simplisia
Warna simplisia terlihat berbeda
antara perlakuan pengeringan panas
buatan (oven) dan panas matahari.
Perbedaan warna terlihat dari tingkat
kecerahan simplisia. Warna pada
perlakuan panas buatan lebih cerah
dibandingkan dengan panas matahari
(Gambar 4). Dari perbedaan warna
dapat diketahui bahwa pengeringan
dengan panas matahari memerikan efek
gelap jika dibandingkan dengan panas
buatan. Hal tersebut disebabkan Gambar 5. Grafik susut bobot simplisia
terdapatnya sinar UV pada panas
matahari membuat warna simplisia Kadar Air
menjadi lebih gelap. Proses pengeringan yang
dilakukan pada pembuatan simplisia
bertujuan untuk mengurangi kadar air
dari bahan simplisia. Kadar air dapat
mempengaruhi kualitas simplisia seperti
mudah terkontaminasi mikroba dan
fisik simplisia menjadi rusak. Menurut
Ma’mun dkk (2006) bahwa kandungan
Gambar 4. Warna simplisia berdasar- air yang tinggi dalam suatu bahan dapat
kan metode pengeringan mendorong terjadinya reaksi enzimatik
yang mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan kimia. Perubahan

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 23
Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016

komposisi kimia terutama pada produksi bahwa metode pengeringan


senyawa-senyawa berkasiat dapat yang digunakan adalah dengan panas
menurunkan mutu simplisia yang matahari yang dijemur sekitar 1 minggu
dihasilkan. Disamping itu kandungan dan menyesuaikan dengan kondisi suhu
air yang tinggi merupakan media bagi disetiap harinya. Untuk bahan yang
tumbuhnya mikroorganisme atau jamur diuji pada penelitian ini adalah simplisia
yang dapat mencemari bahan. dengan umur simpan sekitar 30hari
Berdasarkan hasil penelitian setelah pengeringan. Tampilan dari
menunjukan bahwa perlakuan simplisia disajikan pada Gambar 7.
pengeringan berpengaruh nyata
terhadap kadar air masing-masing
simplisia. Kadar Air tertinggi pada
perlakuan panas matahari (M) dan
terendah pada perlakuan T60 (Gambar
6). Adanya perbedaan nilai dari masing-
masing perlakuan dapat disebabkan
karena panas matahari tidak konstan
dan panas buatan stabil dan merata.
Dalam membuat simplisia, kadar air
yang ditetapkan untuk menjaga mutu Gambar 7. Simplisia akar pasak bumi
simplisia adalah ≤ 10 % . Menurut produksi Sari akar muara
Katno (2008) bahwa persyaratan kadar teweh
air untuk mencegah terjadinya reaksi
enzimatis dan pertumbuhan jamur dan Kadar Abu Total
bakteri , terutama untuk simplisia nabati Penetapan kadar abu total
adalah kurang dari 10 %. Dari hal merupakan persyaratan yang harus
tersebut dapat diketahui bahwa dilakukan dalam membuat simplisia.
perlakuan denan panas buatan Penetapan kadar abu akan memberikan
menghasilkan nilai kadar air yang informasi kepada konsumen apakah
sesuai dengan persyaratan simplisia. simplisia ini layak atau untuk
dikonsumsi. Menurut Feri (2006) bahwa
kadar abu menggambarkan jumlah
kandungan logam dalam tanaman. Jika
simplisia yang dihasilkan kadar abunya
di atas ketentuan maka simplisia
dikategorikan tidak aman (tercemar).
Hal tersebut telah disampaikan oleh
Ma’mun dkk (2006) bahwa kadar abu
menjadi indikator terhadap cemaran
bahan anorganik.
Berdasarkan hasil penelitian,
bahwa perlakuan tidak berpengaruh
Gambar 6. Kadar air simplisia nyata terhadap kadar abu. Perlakuan
pengeringan dan panas buatan dan
Sedangkan untuk kadar air panas matahari menunjukan kadar abu
simplisia komersial produksi sari akar berkisar antara 1,6 % - 2 % (Gambar 8)
Muara Teweh adalah 11 %. dan penelitian terhadap simplisia
Berdasarkan informasi dari pihak komersial produksi Sari Akar Muara

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 24
Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016

Teweh, diketahui kadar abu 1,6%. 1,6 %, T60 1,8 % dan M 1,6%. Semua
Menurut standar mutu Materia Medika perlakuan termasuk dalam persyaratan
Indonesia (MMI) bahwa kadar abu MMI untuk kadar abu simplisia akar
untuk simplisia akar pasak bumi adalah pasak bumi (≤ 3%). Untuk penelitian
3%. Hasil yang diperoleh dari semua pada simplisia komersial produksi Sari
perlakuan menunjukkan bahwa cemaran Akar Muara Teweh, kadar ai 11 % dan
bahan anorganik yang ada relatif kecil, kadar abu 1,6%.
ini menunjukkan bahwa proses
pengeringan yang dilakukan sudah DAFTAR PUSTAKA
cukup baik.
Azizah, N. 2008. Produksi Tanaman
Obat dan Aromatik. Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya
Malang.
BPOM. 2014. Persyaratan Mutu Obat
Tradisional.Badan Pengawas
Obat Dan Makanan. Republik
Indonesia. Jakarta.
Feri M. 2006. Pengaruh Cara
Pengeringan Terhadap Mutu
Simplisia Sambiloto. Bul. Littro.
17 (1) : 1 – 5.
Gambar 8. Kadar abu simplisia Herawati, D., L. Nuraida, dan Sumarto.
2012. Cara Produksi Simplisia
KESIMPULAN Yang Baik. Seafast Center.
Institut Pertanian Bogor.
Metodepengeringan memiliki Katno. 2008. Pengelolaan Pascapanen
pengaruh terhadap pembuatan simplisia Tanaman Obat. Balai Besar
akar pasak bumi.Perlakuan pengeringan Penelitian dan Pengembangan
dengan menggunakan panas buatan dan tanaman obat dan obat tradisional.
panas matahari berpengaruh nyata pada Depkes.
warna, susut bobot dan kadar Ma’mun, S., dkk. 2006. Teknik
airsimplisia. Warna simplisia pada Pembuatan Simplisia Dan Ekstrak
perlakuan panas buatan lebih cerah dari Purwoceng. Penelitian Tanaman
pada panas dengan matahari. Susut Obat dan Aromatik .Hal : 1-11.
bobot simplisia lebih tinggi pada Rudi, T. 2001. Teknologi Pascapanen
perlakuan pengeringan panas buatan Tanaman Obat. Balai Besar
(T6 42,7) dan terendah pada panas Penelitian dan Pengembangan
matahari (M 35,1 %). Kadar air dari Pascapanen Pertanian.
perlakuan pengeringan panas buatan Winangsih, E. Prihastanti, dan S.
termasuk kedalam persyaratan simplisia Parman. 2013. Pengaruh Metode
(≤ 10%) yaitu T40 7,34%, T50 6% dan Pengeringan Terhadap Kualitas
T60 6,34%. Sedangkan perlakuan Simplisia Lempuyang Wangi
dengan panas matahari (M) 14%. Untuk (Zingiber aromaticum L.).
kadar abu total simplisia, nilainya tidak Buletin Anatomi dan Fisiologi21
dipengaruhi oleh metode pengeringan. (1) :19-25.
Kadar abu pada masing-masing
perlakuan berturut-turut T40 2%, T50

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 25
Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016

PolhaSains
Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 26
Nama : Yusril Izzamaulana
NIM : 199517
Kelas : 2B
Makul : Teori Farmakognosi

RINGKASAN JURNAL ILMIAH

Judul Jurnal Efektivitas Metode Pengeringan Pada Pembuatan Simplisia Akar


Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Radix)
Nama Jurnal Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur (Polhasains),, Hal.20-25
: Volume 04, Nomor 1, Edisi April 2016
Peneliti/Penulis Cica Riyani (Email : cicariyani@yahoo.com)
Keywords Pasak bumi, Simplisia, Pengeringan

Judul Jurnal Efektivitas Metode Pengeringan Pada Pembuatan Simplisia Akar


Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Radix)
Pendahuluan/ Penggunaan tanaman obat merupakan alternative pengobatan
Latar Belakang secara alami. Cara ini diketahui aman dan tidak berbahaya karena
menggunakan bahan alami. Pemanfaatan tanaman obat terus
berkembang seiring dengan pemahaman masyarakat untuk
menggunakan bahanalami (back to nature) untuk pengobatan.
Tanaman obat yang berkembang di Indonesia sangat melimpah tetapi
pemanfaatannya masih terbatas dikonsumsi secara segar, sehingga
dibutuhkan teknologi pengolahan untuk dapat memaksimalkan
pemanfaatannya. Salah satu tanaman obat potensial yang terdapat di
Kalimantan Tengah khusunya di Kabupaten Barito Utara adalah
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack). Tanaman ini yang
dimanfaatkan adalah bagian akarnya. Tanaman ini mempunyai
komponen kimia seperti fenol, tanin, polisakarida, glokoprotein, dan
mukopolisakarida. Dengan kandungan tersebut, akar pasak bumi dapat
berkhasiat untuk afrodisiak, demam, tonikum, anti piretik, disentri,
sakit kepala, sakit perut.
Pengolahan akar pasak bumi untuk dimanfaatkan sebagai
tanaman obat dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Bentuk
sediaan yang dapat diolah adalah simplisianya. Tahapan dalam
pengolahan simplisia meliputi pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucuian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering dan
pengemasan. Dalam membuat simplisia akar pasak bumi (Eurycoma
longifolia Radix) memerlukan proses pengeringan yang tepat sehingga
memenuhi standar persyaratan untuk simplisia. Tujuan utama proses
pengeringan simplisia ialah menurunkan kadar air sehingga bahan
tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri, menghilangkan
aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat
aktif, memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas,
mudah disimpan, tahan lama).
Menurut herawati dkk (2012), bahwa simplisia yang baik
memiliki kadar air ≤ 10% begitu pula menurut BPOM (2014) untuk
obat herbal rajangan yang diseduh dengan air panas sebelum
digunakan kadar airnya adalah ≤ 10%. Untuk memperoleh kadar air
yang memenuhi standar maka perlu dilakukan penelitian metode
pengeringan yang tepat untuk menghasilkan simplisia. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas metode pengeringan
dengan perlakuan pengeringan panas buatan dengan menggunakan
oven dan pengeringan dengan panas matahari.
Klasifikasi dan Klasifikasi Tanaman Pasak Bumi
Morfologi Tanaman Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Sapindales
Famili Simaroubaceae
Genus Eurycoma
Spesies Eurycoma longifolia Jack

Morfologi Tanaman Pasak Bumi


Morfologi Akar
Akar adalah bagian yang penting yang mempunyai tugas untuk
memperkuat berdirinya tumbuhan dan menyerap atau mengarbsorbsi
unsur hara dan mineral yang ada didalam tanah yang nantinya akan
berguna dalam pembuatan makanan di daun.
Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) yang berdiameter batang
berkisar antara 0,54 cm hingga 1,2 cm dan memiliki 57,5 cm hingga
140 cm memiliki sistem perakaran tunggang. Sistem akar tunggang
adalah sistem dengan akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok
yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Perakaran
cabutan alam dari semua lokasi menunjukkan bahwa panjang akar
pasak bumi tersebut hampir dua kali lipat dari panjang batangnya. Akar
pasak bumi juga tidak terdapat banir yang mengelilinginya. Melihat
percabangan dan bentuknya, akar pasak bumi berbentuk seperti
tombak yang pangkalnya besar meruncing ke ujung dengan
serabutserabut akar sebagai percabangan.
Morfologi Batang
Habitus pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) di Dusun Benuah
Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat yang ditemukan berupa
pancang dengan rata-rata diameter batang terukur sebesar 1,2 cm,
tinggi total tanaman pasak bumi 140 cm, dan tinggi bebas cabang
sebesar 113 cm. Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) adalah jenis
tumbuhan semak yang memiliki batang berkayu dengan batang yang
keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu. Bentuk batang
pasak bumi yang ditemukan bulat. Warna batang coklat keabu-abuan,
permukaan kulit batangnya licin, namun keras, dan rasanya pahit. Arah
tumbuh batangnya tegak lurus ke atas dengan pola percabangan
monopodial, dengan batang pokok selalu tampak jelas, dengan satu
batang utama tanpa ada percabangan lain. Tata letak daun pada batang
berupa tata letak daun yang berseling tersusun spiral, dengan daundaun
majemuk mengumpul di atas. Terdapat sisa-sisa tangkai daun pada
permukaan batang.
Morfologi Daun Majemuk
Daun majemuk adalah daun yang tangkainya bercabang-cabang,
dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnnya, sehingga
pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Suatu dau
majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tnggal, yang
torehnya sedemikian rupa sehingga bagian dun di antara torehtoreh itu
terpisah satu sama lainnyaa, dan masing-masing merupakan suatu
helaian kecil yang tersendiri (Tjiptrosoepomo, 1985).
Daun dari tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) adalah
daun majemuk menyirip ganjil. Daun majemuk yang diatas lebih padat
dari yang di batangnya. Panjang daun majemuk 49,6 cm. Panjang
rachis yang 35,6 cm, dan panjang ibu tangkai daun 16 cm. Jumlah anak
daun yang tercatat sebanyak 25 anak daun, dan panjang ruas antar daun
majemuk 1,54 cm. Data ini sesuai dengan Van Steenis (1972) yang
menyebutkan bahwa pasak bumi yang ditemukan bisa mempunyai
panjang hingga 1 m.
Morfologi Anak Daun
Anak daun adalah bagian-bagian helaian daun yang karena dalam
dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah. Anak daun pada suatu daun
mejemuk lazimnya mempunyai tangkai yang pendek saja atau hampir
duduk pada ibu tangkai. Terkadang anak daunnya mempunyai tangkai
yang cukup panjang dan jelas kelihatan (Tjitrosoepomo, 1985).
Duduk anak daun pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) yang
ditemukan mempunyai anak daun yang berhadapan (opposite) atau
sedikit miring (subopposite). Bangun daun dapat bulat telur atau lanset,
dengan bagian terlebar ada di tengah helaian daun. Ujung anak daun
runcing, namun biasa juga ditemukan ujung daun yang meruncing, dan
pangkal daunnya runcing dan asimetris. Pasak bumi yang ditemukan
memiliki ibu tulang daun yang terlihat secara jelas, dan tulangtulang
cabang lateralnya menyatu dengan tulang cabang lateral yang lain
membentuk vena marginal (marginal vein).
Tepi daun pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) adalah rata,
dengan daging daun seperti kertas yang tipis, tetapi cukup tegar,
dengan ciri khas adanya serat-serat pada daging daun seperti yang
dikemukakan oleh Van Balgoy (1997), bahwa Eurycoma termasuk di
antara tumbuhan yang mudah dikenali dengan melihat keberadaan
serat-serat pada daunnya apabila dikoyak. Permukaan daunnya licin
mengkilat, dan warna daun pada permukaan atas lebih hijau
dibandingkan dengan warna permukaan daun bagian bawahnya.
Deskripsi anak daun yang ditemukan sesuai dengan disebutkan
oleh Van Steenis (1972) bahwa pasak bumi memiliki daun berbentuk
lanset hingga bulat telur, jarang ditemukan dalam bentuk bulat telur
hingga memanjang (oblong). Anak daun pasak bumi tersusun
berkedudukan berhadapan atau sedikit miring, tulang daun lebih nyata
di permukaan atas.
Jarak antar anak daun pada pasak bumi 2,48 cm dengan bagian
terpendek 1,9 cm dan bagian terpanjang 7,3 cm. Van Steenis (1972)
juga menyebutkan bahwa data anak daun yang terukur panjangnya
berkisar antara 5hingga 20 cm dengan bagian terlebar berkisar antara
1,5 cm hingga 6 cm.
Morfologi Bunga
Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) adalah satu tumbuhan
yang tidak dapat ditentukan musim pembungaannya, sehingga bunga
pasak bumi sulit dijumpai tidak seperti jenis lain yang sudah pasti
musim pembungaannya. Reproduksi pasak bumi sangat sulit
dikarenakan letak benang sari dan kepala putiknya. Letak benang sari
yang lebih rendah daripada kepala putik menyebabkan proses
penyerbukan pada tipe ini sulit dilakukan, dan penyerbukan hanya
terjadi ketika ada vektor yang menggerakkan bunga sehingga putik dan
benang sari bertemu (Hadiah 2000). Selain itu benih pasak bumi
bersifat rekalsitran. Persentase perkecambahan pasak bumi yang
terjadi di habitat alamnya sangat rendah serta membutuhkan waktu
yang cukup lama; hal ini disebabkan karena adanya embrio yang belum
cukup masak pada saat pemancaran (Hussein et al. 2005).
Bunga pasak bumi bertipe tandan majemuk, keluar dari ketiak
daun. Tumbuhan pasak bumi bereproduksi dengan alat
perkembangbiakan generatif, yaitu dengan menggunakan bunga, buah,
dan biji. Bunga pasak bumi tumbuh di ketiak daun. Tumbuhan pasak
bumi adalah tumbuhan berbunga banyak atau biasa juga disebut
sebagai tumbuhan berbunga majemuk. Ibu tangkai bunga bercabang-
cabang dan cabang-cabangnya dapat bercabang lagi, sehingga bunga-
bunga tidak terdapat langsung pada ibu tangkainya. Ibu tangkai bunga
pasak bumi mengadakan percabangan secara monopodial, begitu juga
dengan cabang-cabangnya, sehingga bunga pasak bumi termasuk
bunga majemuk tak terbatas malai (panicula). Suatu malai dapat
disamakan dengan suatu tandan majemuk yang keseluruhan seringkali
memperlihatkan bentuk kerucut atau limas. Jumlah bunga yang ada
dalam satu tangkai ada 46 bunga tunggal, hanya 4 bunga sedang mekar
dan bunga yang lain sedang kuncup. Bunga tersebut berupa bunga
yang sedang mekar dan bunga yang sedang kuncup. Mahkota bunga
berwarna merah, sedangkan kelopak bunga berwarna kuning dengan
ukuran jauh lebih pendek daripada mahkota. Kelopak, mahkota,
tangkai, dan ibu tangkai bunga ditutupi rambut-rambut pendek
berwarna kuning kemerahan.
Kelopak bunga adalah daun hiasan bunga yang merupakan
lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, lebih kecil dari dan kasar
daripada hiasan bunga yang sebelah dalam. Kelopak bunga pasak bumi
terdapat 5-6 dalam satu bunga tunggal. Jumlah mahkota yang ditemui
ada 5 mahkota dalam satu bunga tunggal. Benang sari adalah alat
kelamin jantan bagi tumbuhan, dan jumlah benang sari dalam satu
bunga tunggal pasak bumi adalah 5 benang sari. Putik adalah bagian
bunga paling dalam, dan berfungsi sebagai alat kelamin betina pada
tumbuhan. Bunga pasak bumi yang diamati ini tidak memiliki putik,
sehingga termasuk bunga jantan. Putik biasanya tersusun atas daun
daun yang mengalami metamorfosis membentuk bakal buah di
pangkalnya (Tjitrosoepomo, 1985).
Van Steenis (1972) menyebutkan bahwa bunga pasak bumi, dapat
memiliki ciri-ciri biseksual, jantan ataupun betina. Pada bunga betina
biasanya selalu memiliki benang sari yang besar, namun mandul.
Bunga jantan selalu dengan putik yang mandul. Kelopak bunganya
kecil hanya 5-6 helai, Helaian kelopak berbentuk sepeti telur/bujur
telur atau berbentuk segitiga, ujung runcing atau tumpul. Mahkota
bunga pasak bumi terdiri dari 5-6 daun bunga. Terdapat 5-6 benang
sari, biasanya sangat kecil dengan ukuran panjang 1/5 mm. Tangkai
sari glabrous atau berambut jarang.
Morfologi Buah
Buah dari tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) yang
masak berwarna hijau gelap kemerahan, panjang 1-2 cm dan lebarnya
0,5-1 cm.
Morfologi Pasak Bumi dari Herbarium
Herbarium pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) di Dusun
Benuah Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat yang memiliki
diameter batang berkisar antara 0,54 cm hingga 1,2 cm dan memiliki
tinggi total yang berkisar antara 57,5 hingga 140 cm sesuai dengan
hasil identifikasi dari Herbarium Bogoriense LIPI Bogor deskripsi dari
Van Steenis tahun 1972.
Manfaat dan Bagian Tanaman ini yang dimanfaatkan adalah bagian akarnya. Tanaman
Tanaman yang ini mempunyai komponen kimia seperti fenol, tanin, polisakarida,
glokoprotein, dan mukopolisakarida. Dengan kandungan tersebut, akar
Digunakan (Sesuai pasak bumi dapat berkhasiat untuk afrodisiak, demam, tonikum, anti
jurnal di atas) piretik, disentri, sakit kepala, sakit perut.
Manfaat dan Bagian Menurut Heriyanto et al. (2006), keseluruhan bagian pasak bumi
Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat, antara lain obat demam,
Digunakan radang gusi, obat cacing, dan sebagai tonikum setelah melahirkan.
(Keseluruhan) Menurut Panjaitan et al. (2009) dan Siburian dan Marlinza (2009),
semua bagian tumbuhan pasak bumi dapat dijadikan untuk obat.
Akarnya biasa digunakan sebagai obat kuat, penurun panas,
antimalaria dan disentri.Kulit dan batangnya biasa pula digunakan
untuk mengobati demam, sariawan, sakit tulang, cacing perut, serta
sebagai tonik setelah melahirkan.Daun digunakan untuk mengobati
penyakit gatal, sedangkan buah dan bunganya bermanfaat dalam
mengobati sakit kepala, sakit perut dan nyeri tulang.Di samping itu,
masyarakat juga menggunakan akar, kulit akar atau batang pasak bumi
dalam mengobati diare, demam, pembengkakan kelenjar, dropsy,
pendarahan, batuk kronis, hipertensi, nyeri tulang, aprodisiaka, dan
sebagai tonik.Lina et al. (2009) melaporkan bahwa akar pasak bumi
dapat dijadikan sebagai sumber pestisida hayati. Setyowati (2010)
melaporkan bahwa akar pasak bumi dimanfaatkan sebagai obat
malaria oleh suku Dayak Tanjung di Kalimantan Timur.
Cara Pembuatan
Akar Pasak Bumi
Simplisia
- Dibersihkan akar pasak bumi yang diperoleh dari tanaman
koleksi Muara Taweh sampai tidak terdapat kotoran yang
menempel
- Dikering anginkan dan dilakukan pengecilan ukuran
dengan memotong akar dengan ukuran tebal 2 mm
- Ditimbang potongan akar tersebut sebanyak 20 g untuk
masing-masing perlakuan
- Dikeringkan selama 8 jam untuk pengeringan buatan
menggunakan oven, dan 3 hari selama 7 jam untuk
pengeringan alami menggunakan sinar matahari

Akar Pasak Bumi


Daftar Pustaka Riyani, Cica. 2016. Efektifitas Metode Pengeringan Pada Pembuatan
Simplisia Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Radix). Vol. 04
(1) : 20 – 25. Staf Pengajar Program Studi Teknologi Pengolahan
Hasil Perkebunan Politeknik Muara Taweh diakses pada tanggal
5 Desember 2020
Setyaningrum, Dina S.M., Kartikawati, dan Wahdina. 2017. Morfologi
Pasak Bumi (Eurycoma spp) Di Dusun Benuah Kabupaten
Kuburaya Kubu Raya Kalimantan Barat. Vol. 5(2) : 217 – 224.
Pontianak : Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura diakses
pada tanggal 5 Desember 2020
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta (ID) : Gadjah
Mada University Press diakses pada tanggal 5 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai