Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PENGENALAN TEKNIK ASEPTIK DAN MEDIA TUMBUH

Oleh :

Fransiska Natalia Purba


A3502211004

PROGRAM STUDI FITOPATOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
I. Prinsip Dasar
Teknik aseptik adalah teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi
selama membuat dan mensterilkan medium kultur. Sebelum mulai membiakan
mikroba, pertama-tama kita harus mempertimbangkan bagaimana cara
menghindari kontaminan. Setelah mendapatkan kultur media yang steril kita dapat
melakukan teknik traping dan batwing untuk membiakkan cendawan.
II. Tujuan dan Kegunaan
1. Mahasiswa memahami cara melakukan teknik aseptic dalam laboratorium
2. Mahasiswa memahami cara membuat PDA
3. Mahasiswa memahami cara melakukan trapping.
4. Mahasiswa memahami cara melakukan baiting pada timun dan labu siam.
III. Alat dan Bahan
3.1.Pembuatan PDA
1. Auger
2. Kentang
3. Air destilasi
4. Saringan
5. Pengukus
6. Botol kaca
7. Label
3.2.Baiting
1. Timun
2. Labu siam
3. Gelas plastic
4. Tanah
5. Air
6. Plastik bening

IV. Prosedur Kerja


4.1. Pembuatan PDA dan trapping cendawan udara
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Kupas kentang dan potong kecil-kecil
3. Kukus kentang selama 45 menit.
4. Saring air kukusan tersebut hingga diperoleh air rebusan kentang.
5. Rebus air rebusan tersebut dan campurkan dengan 2 bungkus auger
dan 2 sendok gula.
6. Rebus hingga mendidih.
7. Masukkan air tersebut kedalam botol bening dan bagi sama rata
kedalam 6 botol bening.
8. Sterilisasi menggunakan kukusan presto selama 2 jam selama 2 hari.
9. Beri perlakuan terhadap trapping tersebut dengan membuka 2 botol
dikamar mandi, 2 botol didapur dan 2 botol di teras selama 5 menit.
10. Amati tiap hari dan catat pertumbuhan cendawan.
4.2.Baiting cendawan dari tanah
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ambil tanah dari 3 lokasi berbeda dan masukkan ke dalam gelas
plastik.
3. Setiap lokasi diisi kedalam 2 gelas plastic.
4. Tanah dibasahi dengan air dingin yang matang hingga jenuh.
5. Masukkan potongan mentimun dan labu siam
6. Tutupi gelas tersebut dengan plastic bening.
7. Amati tiap hari dan catat pertumbuhan cendawan.

V. Hasil dan Pembahasan


5.1.Hasil
a. Trapping cendawan udara
No Minggu Pertumbuhan cendawan
1 Pertama Belum terdapat cendawan
2 Kedua Terdapat cendawan pada perlakuan di dapur

Hasil Trapping cendawan selama 2 minggu pengamatan


No Perlakuan Botol 1 Botol 2
1 Kamar mandi

2 Dapur
3 Teras

Hasil Trapping cendawan yang muncul didapur

Variabel Hasil
Warna Hijau gelap
Jumlah koloni 1 koloni
Pertumbuhan Aerial
Tekstur Halus
Eleveasi Datar
Tumbuh pada hari Ke 8
Warna dipinggir koloni Hijau muda

b. Baiting cendawan tanah


Hari Kondisi Cendawan
No Labu
Timun Timun Labu siam
siam
1 Pertama Pertama Belum tumbuh cendawan Belum tumbuh cendawan
2 Kedua Kedua Belum tumbuh cendawan Belum tumbuh cendawan
3 Ketiga Ketiga Belum tumbuh cendawan Mulai tumbuh cendawan
4 Keempat Keempat Mulai Tumbuh cendawan Tumbuh Cendawan
5 Kelima Kelima Tumbuh Cendawan Tumbuh Cendawan

Hasil Baiting cendawan selama 5 hari pengamatan


- Labu siam

- Mentimun

5.2.Pembahasan

Dalam bidang pembelajaran mikrobiologi, pembuatan media merupakan


bagian dari serangkaian analisis mikroba dalam laboratorium. Walaupun membuat
media tampak terlihat mudah, namun diperlukan kemampuan yang benar dan teliti,
sehingga mutu informasi dari analisis mikroba selanjutnya dapat diperoleh secara
valid. Sterilisasi adalah proses untuk membunuh semua mikroorganisme yang ada,
dan jika ditumbuhkan pada medium tidak ada mikroorganisme yang tumbuh dan
berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh mikroorganisme yang paling
tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Sterilisasi salah satu merupakan
contoh usaha yang di lakukan untuk membebaskan dari segala bentuk kehidupan
mikroorganisme. Proses sterilisasi di bagi menjadi tiga macam yaitu secara fisika,
kimia, dan mekanik. Sterilisasi menggunakan kimia biasanya menggunakan
disenfektan, gas, radiasi elektromagnetik. Sterilisasi dengan cara fisika memiliki
kemungkinan membunuh mikrooorganisme dengan lebih besar di banding dengan
cara kimiawi. Sedangkan steriliasai mekanis dapat di lakukan dengan penyaringan,
baik penyaringan osmosis maupun pasif. Metode steriliasai yang banyak di gunakan
adalah metode sterilisasi basah dan kering, karena lebih efektif untuk steriliasasi akhir
dan juga lebih efisien. Metode steriliasasi menggunakan panas basah maupun panas
kering, biasanya menggunakan pemanasan pada suhu yang cukup tinggi. Pemanasan
menggunakan suhu di atas 80oC dapat membantu menurunkan viskositas dari algenat
(Leo, 1990).
Media mikroorganisme pada dasarnya digunakan untuk menumbuhkan,
mengisolasi, menguji sifat-sifat fisiologi, hingga sebagai alat dalam menghitung
jumlah mikroorganisme (Lay, 1994). Media berisi campuran bahan nutrisi atau zat-
zat makanan yang dibutuhkan mikroorganisme, dimana komposisi sifat fisik dan
kimiawinya dapat terkontrol maupun tidak. Untuk menghasilkan media yang dapat
menjadi tempat mikroorganisme tumbuh dengan baik, maka media harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu:
1. Mengandung semua nutrisi yang mudah dicerna mikroorganisme
2. Mempunyai pH, tekanan osmose, dan tegangan permukaan yang sesuai.
3. Steril Media yang baik mampu menyuplai makanan yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme. Makanan yang dapat menstimulir pertumbuhan
mikroorganisme, maka harus mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan
mikroba.
Potato dextrose agar (PDA) adalah salah satu media yang baik digunakan
untuk membiakkan mikroorganisme. Media potato dextrose agar (PDA) berfungsi
sebagai media perkembangbiakan kapang dan khamir. Potato Dextrose Agar memiliki
komposisi yaitu 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir namun kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Karena kapang dan khamir lebih suku tumbuh di media yang kaya akan karbohidrat.
(Kawuri, dkk. 2007). Pada proses isolasi dan pemurnian cendawan media yang
digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA) sebagai makanan dan nutrisi untuk
pertumbuhan cendawan. Penanaman kultur dilakukan pada media agar PDA
dikarenakan dalam media agar tersebut terkandung nutrien-nutrien penting yang
dibutuhkan oleh cendawan untuk perumbuhannya. Di dalam PDA terdapat beberapa
komponen utama antara lain ekstrak kentang, dekstrosa, protein dan agar-agar. Dalam
pembuatan media PDA ditambahkan kloramfenikol yang berperan sebagai antibiotik
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan menghindari terjadinya kontaminasi
dengan mikroba disekitar.
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, baik didalam tanah, air, udara
maupun pada makhluk hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan
selaput lendir). Mikroba sangat beragam jumlahnya, yang umumnya berada dalam
suatu populasi campuran. Dalam keadaan sebenarnya (di alam bebas) tidak ada
bakteri yang hidup tersendiri terlepas dari spesies lainnya. Kerapkali bakteri patogen
terdapat bersama-sama bakteri yang tidak berbahaya sehingga beberapa teknik isolasi
dan pemurnian mikroba sangat diperlukan untuk memisahkan tiap jenis mikroba
tersebut sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut (Waluyo, 2010).
Padapraktikum dilakukan teknik trapping untuk memerangkap cendawan pada udara.
Maka dilakukan pengamatan selama 2 minggu dengan 3 perlakuan yaitu di dapur,
kamar mandi dan teras. Pada saat pengamatan di minggu pertama belum tumbuh
cendawan diduga karena penutup wadah yang digunakan berbahan karet sehingga
udara sulit untuk masuk. Pada saat wadah penutup diganti menggunakan tissue maka
mulai tumbuh cendwan pada perlakuan didapur. Di kamar mandi dan teras tidak
tumbuh cendawan yang tumbuh, akan tetapi yang tumbuh adalah bakteri diduga
karena kontaminasi bakteri lebih tinggi, karena pertumbuhan bakteri lebih cepat di
banding dengan pertumbuhan cendawan. Di dukung dengan pernyataan
(Dwidjoseputro,1989), Setiap mikroba memiliki karakteristik kondisi pertumbuhan
yang berbeda- beda. Pertumbuhan bakteri pada kondisi yang optimum lebih cepat jika
dibandingkan dengan jamur dan kapang. Hal ini disebabkan karena bakteri memiliki
struktur sel yang lebih sederhana, sehingga sebagian besar bakteri memiliki waktu
generasi hanya sekitar 20 menit jika dibandingkan dengan khamir dan cendawan yang
struktur selnya lebih rumit dan waktu generasinya yang cukup lama.
Metode Baiting atau umpan dilakukan dengan untuk memastikan jenis
cendawan yang menyerang hingga tahap spesies. Banyak bagian tanaman yang dapat
digunakan sebagai umpan cendawan. Beda jenis cendawan yang menyerang, maka
beda pula umpan yang digunakan. Metode umpan untuk spesies cendawan dilakukan
sebagai langkah awal untuk isolasi dan identifikasi patogen untuk penelitian
selanjutnya. Tanah merupakan habitat berbagai mikro organisme seperti dari
golongan cendawan, serangga, nematoda, bakteri, dan banyak mikro organisme lain.
Cendawan termasuk golongan yang cukup dominan di dalam tanah, baik perananya
sebagai patogen tanaman, dekomposer, bahkan sebagai agen pengendali hayati.
Cedawan di dalam tanah yang berperan sebagai agen pengendali hayati dapat diisolasi
agar diperoleh isolat murni. Cedawan agen hayati tular tanah dikelompokkan sebagai
cedawan patogen serangga (entomopatogen) dan antagonis.
Pada praktikum dilakukan pengamatan pada mentimun dan labu siam yang
dibaiting pada 3 jenis tanah berbeda yaitu tanah pertanaman karet (mineral),
pertanaman karet (mix pasir + mineral) dan tanah pertanaman eucalyptus. Maka
diperoleh bahwa miselia cendawan pada labu siam lebih cepat muncul dibandingkan
mentimun dan gejala yang di timbulkan oleh mentimun dan labu siam hampir sama
dengan gejala yang yang di timbulkan oleh cendawan Fusarium sp, dan Phytium sp.
VI. Kesimpulan
1. Teknik aseptik sangat dibutuhkan saat membuat media kultur dalam kegiatan
mikrobiologi.
2. Pengamatan dengan metode trapping cendawan udara dilakukan selama 2
minggu dan cendawan yang tumbuh dilokasi dapur.
3. Pengamatan dengan metode baiting cendawan pada tanah dilakukan selama 5
hari, pada hari ketiga mulai muncul cendawan pada labu siam dan hari
keempat diikuti oleh timun.
4. Gejala yang ditimbulkan oleh mentimun dan labu siam hampir sama dengan
gejala yang yang di timbulkan oleh cendawan Fusarium sp, dan Phytium sp.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fadiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta. Gramedia Utama.

Kawuri, R., Y. Ramona., I.B.G.Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi


Umum Untuk Program Studi Farmasi FMIPA UNUD.
LaboratoriumMikrobiologi Jurusan Biologi F MIPA Universitas Udayana.
Denpasar.

Leo, W.J., McLoughlin, A.J., and Malone,D.M.,1990,Effect of Sterilization


Treatments on Some Properties of Alginate Solutions and Gels, Biotechnol,
Prog., 6(1), 51-53

Tambingsila, M. 2016. “Identifikasi dan Uji Efektivitas Cendawan Rhizosfer


Tanaman Kakao Potensinya sebagai Antagonis Pengendali (Phytophthora
palmivora Bult.) Penyebab Busuk Buah Kakao”. Jurnal AgroPet, Volume 13,
Nomor 1, Juni 2016, ISSN: 1693- 9158.

Waluyo, L., 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi.UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai