Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PERCOBAAN VI
DORMANSI

OLEH

NAMA : VERANDA SUSANTI

NIM : F1D1 15 086

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMBIMBIMG : WA ODE NUR AZMI T.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah benih biasanya dipakai bila bahan dasar ini berukuran jauh lebih

kecil daripada ukuran hasil akhimya (dewasa). Dalam budidaya tanaman, benih

dapat berupa biji maupun tumbuhan kecil hasil perkecambahan, pendederan,

atau perbanyakan aseksual dan disebutjuga bahan tanam. Benih atau bahan

tanam yang bukan berupa biji dapat disebut sebagai bibit.

Dormansi adalah suatu keadaan biji tidur atau tidak dapat berkecambah

dikarenakan banyak faktor antara lain keadaan fisik biji, lingkungan biji dan

faktor fisiologis biji itu sendiri. Dormansi benih dapat disebabkan oleh kulit

benih yang keras dan keadaan fisiologis embrio. Dormansi ditunjukan dengan

adanya perubahan terhadap morfologi oran tanaman yang salah satunya

disebabkan oleh struktur yang menyelimuti embrio yang disebut kulit benih

(termasuk struktur yang mengelilingi benih seperti glumme, lemma, palea,

perikarp dan testa). Dormansi dikendalikan oleh suatu keseimbangan antara

hormon perangsang pertumbuhan dan hormon penginduksi dormansi yang ada

didalam organ yang sama.

Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenamya hidup tetapi

tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum

dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi

pada benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai

beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukannya praktikum dormansi


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mematahkan

dormansi pada biji karena kulit biji yang keras dengan perlakukan fisik dan

kimia?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui cara mematahkan

dormansi pada biji karena kulit biji yang keras dengan perlakukan fisik dan

kimia.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah dapat mengetahui

cara mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang keras dengan

perlakukan fisik dan kimia.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Dormansi

Dormansi merupakan masa istirahat biji sehingga perkecambahan tidak

dapat terjadi yang disebabkan adanya pengaruh dari dalam dan luar biji.

Dormansi benih mengakibatkan benih menjadi sulit berkecambah, hal ini

disebabkan oleh sifat atau tekstur kulit biji yang keras. Terdapat dua tipe

dormansi yaitu dormansi fisik dan dormansi fisiologis. Dormansi fisik

menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan, seperti kulit biji

yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang masuknya air dan gas untuk

beberapa jenis tanaman. Dormansi fisiologis disebabkan oleh beberapa

mekanisme, seperti pengatur tumbuh, baik penghambat atau perangsang

tumbuh (Mulyana dkk., 2012).

Pertumbuhan bagian tanaman dibatasi oleh periode dimana hanya sekali

ada sedikit pertumbuhan atau tidak adanya pertumbuhan sama sekali yang

biasanya disebut dormansi. Terdapat tiga macam dormansi yang dibedakan

berdasarkan asal penghambatnya yaitu pertama kondisi lingkungan yang

berubah, seperti suhu ekstrem (dormansi akibat lingkungan). Kedua dominasi

apikal dan hambatan korelatif serta yang ketiga yaitu kondisi yang ada pada

waktu yang lebih awal akan menyebabkan perubahan pada jaringan yang

akhirnya menghambat pertumbuhan. Contoh dormansi ketiga yaitu dormansi

tunas di musim dingin akibat kondisi pertumbuhan pada saat musim panas

sebelumnya yang biasa disebut rest (Yuliarti, 2010).


Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa perkecambahan terjadi

pada waktu dan tempat yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan biji. Biji

yang sangat kecil memerlukan cahaya untuk perkecambahan dan akan

mengakhiri dormansinya hanya jika ditanam cukup dangkal sehingga kecambah

benih bisa muncul menembus permukaan tanah. Beberapa biji memiliki kulit

pembungkus yang harus dilemahkan dengan senyawa-senyawa kimia ketika

biji-biji tersebut melewati pencernaan hewan dan akibatnya cenderung akan

terbawa hingga jarak yang cukup jauh sebelum berkecambah. Lama waktu

dimana biji dorman masih hidup dan mampu berkecambah bervariasi dari

beberapa hari hingga beberap decade atau bahkan lama lagi, bergantung pada

spesies dan kondisi lingkungan (Campbell dkk., 2003).

Keadaan dormansi pada benih dianggap tidak menguntungkan, oleh

karena itu diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipecahkan atau sekurang-

kurangnya lama dormansi dapat dipersingkat. Dormansi dapat diatasi dengan

penggunaan zat kimia dalam perangsangan perkecambahan benih, dengan

bahan kimia misalnya KNO3 sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta

untuk mempercepat penerimaan benih akan O2. Mengatasi dormansi digunakan

juga sitokinin serta 2,4-D dan giberelin (GA) dapat digunakan untuk

memulihkan kembali vigor benih yang telah menurun, HCl untuk mengurangi

senyawa kalsium oksalat pada biji (Manurung dkk., 2013).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Oktober 2017 pukul

11.00-13.30 WITA, bertempat di Laboratorium Unit Botani, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yag digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan


No. Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Biji kecipir (Psophocarpus - Sebagai objek pengamatan
tetragonolobus)
2. Biji asam (Tamarindus indica) - Sebagai objek pengamatan
3. Biji melinjo (Gnetum gnemon) - Sebagai objek pengamatan
4. Larutan H2SO4 atau HCl pekat - Sebagai bahan untuk merendam biji
5. Air - Sebagai pencuci biji yang telah
direndam H2SO4 atau HCl pekat

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaan


No. Alat Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Alat tulis - Untuk menulis hasil pengamatan
2. Kamera - Untuk mendokumentasikan
3. Petridish - Untuk wadah menyimpan sampel
4. Alat gosok - Untuk menghilangkan kulit biji yang tidak ada
lembaganya
5. Handskun - Untuk melindungi tangan dari larutan
6. Masker - Untuk melindungi alat pernafasan
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mengambil masing-masing biji yang disediakan sebanyak 50 biji dan dibagi

dalam lima kelompok.

2. Kelompok I menghilangkan kulit bijinya pada bagian yang tidak ada

lembaganya dengan alat penggosok yang tersedia, kemudian

dikecambahkan dengan air dalam petridish.

3. Kelompok II merendam dalam H2SO4 atau HCl pekat selama 5 menit,

kemudian segera dicuci dengan air dan dikecambahkan dengan air dalam

petridish.

4. Kelompok III merendam dalam H2SO4 atau HCl pekat selama 10 menit,

kemudian segera dicuci dengan air dan dikecambahkan.

5. Kelompok IV merendam dalam H2SO4 atau HCl pekat selama 15 menit,

kemudian segera dicuci dan dikecambahkan seperti langkah 3 dan 4.

6. Kelompok V langsung dikecambahkan dengan air

7. Air untuk perkecambahan diganti setiap hari dan diamati kapan biji mulai

berkecambah dan banyaknya pada tiap kelompok. Percobaan diakhiri

setelah 2 minggu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan


Gambar
No Perlakuan
Sebelum Sesudah
1 2 3 4
1 Diosok
menggunakan
amplas

2 Direndam
dengan H2SO4
selama 10 menit

3 Direndam
dengan H2SO4
selama 15 menit
B. Pembahasan

Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji yang

dapat berlangsung dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan)

tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada

benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari

embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Dormansi bukan berarti

benih tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali, dimana hanya terjadi masa

istirahat dari pada benih itu sendiri. Peristiwa dormansi ini dapat dipatahkan

dengan berbagai cara, seperti cara mekanis atau kimiawi. Dormansi dengan cara

mekanis menggunakan sumber daya alat atau bahan mekanis yang ada seperti

amplas, jarum, pisau dan sebagainya. Dormansi dengan cara kimiawi dengan

menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan HNO3 pekat.

Cara-cara tersebut dilakukan agar terdapat celah agar air dan gas udara untuk

perkecambahan dapat masuk ke dalam benih.

Pengamatan pada praktikum dormansi dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui cara mematahkan dormansi dengan perlakukan fisik dan kimia.

Praktikum ini dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu menghilangkan kulit biji

dengan cara menggosok, merendam biji dalam larutan H2SO4 selama 10 menit

dan merendam biji dalam larutan H2SO4 selama 15 menit, dimana perlakuan ini

didiamkan selama 1 minggu. Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini

dilakukan secara fisik dan kimia. Perlakuan secara fisik yaitu dengan

menghilangkan kulit biji dengan menggunakan amplas dan meletakkannya di

dalam cawan petri dengan kapas basah yaitu adanya terjadi perkecambahan
pada biji yang karena biji telah masuknya air dan gas pada biji yang sebelumnya

tertutupi oleh biji yang keras yang disebabkan oleh dormansi.

Perlakuan secara kimia yaitu dengan merendam biji dalam larutan

H2SO4 selama 10 menit dan merendam biji dalam larutan H2SO4 selama 15

menit, kemudian meletakkannya di dalam cawan petri dengan kapas basah.

Perlakuan pada perendaman biji dalam larutan H2SO4 bertujuan agar kulit biji

yang keras dapat terkelupas, dimana asam sulfat pekat dapat menyebabkan

proses korosis pada biji. Hal ini dapat terjadi karena asam sulfat pekat dapat

melunakkan dan memecahkan kulit biji, dengan demikian proses imbibisi air ke

dalam biji akan terjadi secara maksimal. Perlakuan perendaman biji dalam

larutan H2SO4 selama 10 menit dan perlakuan merendam biji dalam larutan

H2SO4 selama 15 menit yaitu tidak adanya terjadi perkecambahan pada biji, hal

ini disebabkan karena perendaman dilakukan tidak maksimal.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh

kesimpulan adalah cara mematahkan dormansi dengan perlakukan fisik dan

kimia, dimana perlakuan secara fisik yaitu menghilangkan kulit biji dengan

cara menggosok dan perlakuan secara kimia yaitu merendam biji dalam larutan

H2SO4.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk praktikan sebaiknya semua praktikan dalam satu kelompok dapat

lebih aktif dalam proses praktikum berlangsung.

2. Untuk asisten sebaiknya memberitahukan kepada praktikannya dalam

pembuatan tinjauan pustaka apa-apa saja yang akan dicari literaturnya agar

tidak menyita waktu ketika setelah konsultasi untuk mencari literature baru.

3. Untuk laboratorium lebih ditingkatkan lagi kebersihannya.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N., Reece, J.B. dan Mitchel, L.G., 2003, Biologi, Erlangga, Jakarta.

Mulyana, D., Asmarahman, C. dan Fahmi, I., 2012, Petunjuk Praktis Penbibitan
Jabon dan Sengon, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Yuliarti, N., 2010, Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga, ANDI,
Yogyakarta.

Manurung, D., Putri, L.A.P. dan Bangun, M.K., 2013, Pengaruh Perlakuan
Pematahan Dormansi Terhadap Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata
Merr.), Jurnal Online Agroeteknologi, 1(3), 770.

Anda mungkin juga menyukai