Anda di halaman 1dari 7

DINAMIKA RADIASI SURYA TERHADAP METABOLISME

TANAMAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.)

MAKALAH TUGAS III


Klimatologi Dasar (AGT 231)

Oleh :
Nurvi Selvi Arviani
A.2010976
AGT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2021
I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan serta produktivitas suatu tanaman tentunya dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Cahaya matahari menjadi salah satu faktor yang memengaruhi
produktivitas tanaman karena cahaya matahari memiliki peran penting bagi
fotosintesis tumbuhan yang tentunya memiliki perbedaan intensitas cahaya.
Fotosistesis sendiri merupakan reaksi penting yang terjadi pada tumbuhan yang
memiliki fungsi untuk mengkorversi cahaya matahari menjadi energi kimia yang
nantinya disimpan dalam senyawa organik (Campbell & Reece, 2008). Taiz dan
Zeiger (2010), menjelaskan bahwa cahaya matahari merupakan energi utama dari
proses fotosintesis dan biasanya energi ini diserap oleh daun sebanyak 1-5% dan
sisanya akan dikeluarkan melalui transpirasi dan dipantulkan. Perubahan energi kimia
ini dilakukan oleh pigmen fotosistesis yang terdapat pada mebran interna atau
tilakoid. Pigmen utama dalam fotosintesis adalah klorofil dan karotenoid. Karotenoid
ini menunjukkan absorpsi yang kuat untuk panjang gelombang biru dan ungu,
memamtulkan dan mentrasnsmisi panjang gelombang hijau, kuning, lembayung, dan
merah (Sasmitamihardja dan Siregar, 1996).
Struktur anatomi serta morfologi pada daun menjadi salah satu mekanisme
adaptasi tumbuhan terhadap intensitas cahaya yang berbeda-beda (Ferry et al., 2009).
Menurut Taiz dan Zeiger (2010), adaptasi ini dilakukan agar tanaman mampu
melakukan penyerapan cahaya yang optimal dan juga mampu melakukan fotosistesis
secara efisien. Percobaan Diana et al., (2020) pada tanaman Ceratophyllum demersum
intensitas cahaya yang sedang, peningkatan laju fotosintesis menurun, berbanding
terbalik dengan intensitas cahaya yang tinggi, laju fotosintesis menjadi konstan.
Kunyit merupakan salah satu bahan rempah yang banyak digunakan sebagai
rempah-rempah, obat tradisional dan berbagai produk herbal. Intensistas cahaya yang
penuh dan sedang dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman kunyit. (Ratri, 2015).
B. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya
terhadap metabolisme tanaman kunyit
C. Manfaat
Memberikan informasi mengenai pengaruh intensitas cahaya bagi metabolisme
tanaman kunyit.
II. PEMBAHASAN
Menurut Kusnawidjaja (1983) dan Tang (1997), kebutuhan intensitas cahaya
setiap tanaman tentunya berbeda-beda. Pancaran yang dihasilkan oleh cahaya ini
memiliki pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya terutama pada suhu dan
kelembaban dan sirkulasi udara. Pengaruh ini memberikan efek terhadap metabolisme
tanaman yang melibatkan enzim yang mana akan bekerja dengan efektif apabila
intensitas cahaya yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
Dalam jurnal Penelitian Fisika dan Terapannya, dijelaskan bahwa kunyit dapat
tumbuh dengan baik di bawah naungan dengan intensitas cahaya berkisar 70% dengan
naungan sebesar 30%. Hal ini terjadi karena kunyit memiliki oksigen singlet sehingga
kunyit memiliki senyawa bioaktif yang mudah sekali di oksidasi. Kunyit merupakan
salah satu golongan tanaman C3, dimana ia akan menurunkan laju fotosistesis ketika
mendapat penyinaran secara penuh (Purnomo, 2018).
Shafiq et al., (2021), menyebutkan bahwa jika karbon dialokasikan untuk
pemanjangan batang dan tangkai daun maka diameter daun akan menurun. Tanaman
naungan akan menghasilkan batang yang lemah dan kekuatan batang akan tergantung
pada isi dari batang tersebut. Intensitas cahaya yang rendah ini memiliki fungsi untuk
membatasi biosintesis ligni yang akan mengurangi aktivitas enzim. Intensitas cahaya
yang rendah juga berpengaruh pada ketebalan mekanisme lapisan jaringan dan sel
selubung bundel pembuluh darah untuk ketahanan rebah tanaman secara anatomis.
Percobaan yang dilakukan Ratri et al., (2015), menunjukkan adanya perbedaan
tinggi tanaman kunyit akibat perbedaan perlakuan naungan. Pada naungan 50% tinggi
tanaman mencapai 128,25 cm dan berbeda agak jauh pada perlakuan tanpa naungan
25% dan 75%. Anakan terbanyak dihasilkan pada naungan 25% dan berbeda dengan
anakan dengan tanpa naungan 50% dan 75%. Hal ini terjadi karena pada naungan
25% intensitas cahayanya lebih besar sehingga optimum untuk pertumbuhan anakan
kunyit. Intensitas cahaya 25% yang tidak terlalu tinggi ini menyebabkan laju
transpirasi rendah sehingga air yang berada di sekitar tanaman dapat digunakan untuk
fotosistesis. Kunyit merupakan salah satu golongan tanaman C3, dimana ia akan
menurunkan laju fotosistesis ketika mendapat penyinaran secara penuh (Purnomo,
2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Ferry et al., (2010), menunjukkan bahwa pada
intensitas cahaya sebesar 70% pada temulawak lebih banyak menghasilkan anakan
dibandingkan dengan intensitas cahaya 100%, 85%, dan 55%. Pada naungan 25%
menghasilkan jumlah daun terbanyak yaitu sebanyak 19,60 helai yang tentunya lagi-
lagi berbeda dengan perlakukan dengan naungan 50% dan 75% akan tetapi tidak
berbeda nyata dengan tanpa naungan. Menurut Yuliyantika dan Sudarti (2021), ketika
kebutuhan cahaya tanaman kunyit tidak terpenuhi, maka tanaman tersebut akan
kesulitan untuk bertambah tinggi (kerdil) dan daunnya menguning.
Pada naungan 25% akar terpanjang diperoleh yaitu 54,35 cm dan tidak
berbeda nyata dengan tanpa naungan dan 50%. Hal ini terjadi karena semakin rendah
naungan maka semakin tinggi pula intensitas cahaya yang didapat oleh tanaman
kunyit sehingga evaporasi pada tanah juga semakin besar dan membuat akar
memanjang untuk mencari air ke lapisan tanah yang lebih dalam (Ratri et al., 2015).
Disamping penelitian mengenai paparan intensitas cahaya matahari dan
naungan, adapula penelitian yang dilakukan dengan iradiasi sinar gamma guna
mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kunyit. Dari hasil penelitian
Anshori et al., (2014), menunjukkan bahwa induksi mutase fisik melalui iradiasi sinar
gamma menyebabkan perlambatan pertumbuhan kunyit hingga 14 minggu setelah
iradiasi. Keragaman tertinggi dari pertumbuhan jumlah daun ini terjadi pada perlakua
iradiasi sinar gamma 50 Gy. Perlakuan iradiasi sinar gamma ini juga memengaruhi
perubahan karakter morfologi tanaman kunyit seperti perubahan bentuk pangkal
batang semu salah satu anakan, perubahan warna sebagian permukaan daun, dan
bentuk daun.
III. SIMPULAN

Melalui pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa berbedaaan


intensitas cahaya dan naungan pada tanaman kunyit memengaruhi pertumbuhan kunyit baik
pada jumlah anakan, jumlah, warna dan lebar daun, maupun panjang akar. Selain pengaruh
dari intensitas cahaya matahari, ada juga iradiasi sinar lain sebagai bukti nyata bahwa
perlakuan sinar yang berbeda-beda akan memberikan pengaruh bagi pertumbuhan dan
morfologi tanaman kunyit.
DAFTAR PUSTAKA

Lupitasari, D. Melina, M. Kusumaningtyas, A. 2020. Pengaruh Cahaya dan Suhu


Berdasarkan Karakter Fotosistesis Ceratophyllum demersum as a Phytoremediation
Agent. Jurnal Kartika Kimia. 3 (1) : 33-38.

Lincoln T dan Eduardo Z. 2010. Plant Physiology 5th edition: Physiological and Ecological
Considerations, Chapter 9. Sianuer Associates Inc, Publisher Sunderland,
Massachusetts, USA

Sasmitamihardja, D dan A.H. Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan


Akademik Dirjen Dikti. Depdikbud. Bandung. 253-281.

Sukarjo, I. 2004. Toleranii Beberapa Jenis Curcuma spp. Terhadap Intensitas Naungan.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 6 (2) : 2004

Kusnawidaja, K. 1983. Biokimia Alumni, Bandung

Sasmitamihardja, D. and A.H. Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan


Akademik Dirjen Dikti. Depdikbud. Bandung. pp 253-281.

Yuliyantika dan Sudarti. 2021. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kunyit. Jurnal Penelitian dan terapannya (Jupiter). 2 (2) : 52-57.

Ratri, S. Pujiasmanti, B. Yunus, A. 2015. Efek Naungan dan Cekaman Air Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kunyit di Kismantoro Wonogiri. Journal of Sustainable
Agriculture. 30 (1) :1-6.

Anshori, R. Aisyah, I. Darusman, K. 2014. Induksi Mutasi Fisik dengan Iradiasi Sinar
Gamma pada Kunyit (Curcuma domestica Val.). Jurnal Hort. Indonesia. 5 (3) : 84-94.

Tando, E. Review : Pemanfaatan Teknologi Greenhouse dan Hidroponik Sebagai Solusi


Menghdapi Perubahan Iklim Dalam Budiddaya Tanaman Hortikultura. 2019. Buana
Sains. 19 (1) : 91-102.

Purnomo, D. Budiastuti, M. Sakya, A.Cholid, M. 2018. The potential of turmeric (Curcuma


xanthorrhiza) in agroforestry system based on silk tree (Albizia chinensis). In IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science. 142 (1) :12-34.
Shafiq, I. Hussain, S. Raza, M. Iqbal, N. Asghar, M. Ali, R.Feng, Y. A. 2021. Crop
photosynthetic response to light quality and light intensity. Journal of Integrative
Agriculture. 20(1), 4-23.

Ferry Y, Bambang E, Randriani E. 2009. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Umur Panen
Terhadap Pertumbuhan, Produksi, Dan Kualitas Hasil Temulawak Diantara Tanaman
Kelapa. Buletin Littro. 20 (2): 131- 140.

Yustiningsih, M. 2019. Intensitas Cahaya dan Efesiensi Fotosistesis Pada Tanaman Naungan
dan Tanaman Terpapar Cahaya Langsung. BIO-EDU : Jurnal Pendidika Biologi. 4 (2) :
44-49.

Campbell, N. J.B. Reece & L.G. Mitchell. 2006. Biology. Concepts & Connections. 5th Ed.
Addison Wesley Longman Inc. pp 118.

Anda mungkin juga menyukai