Disusun Oleh:
Nurvi Selvi Arviani (A.2010976)
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
2022
I PENDAHULUAN
Laju transpirasi merupakan banyaknya air yang menguap per satuan luas
dikalikan dengan jumlah luas permukaan bagian yang bertraspirasi dalam satuan
watu tertentu. Laju transpirasi tergantung dari faktor dalam atau faktor tanaman
seperti struktur daun yang menyangkut lebar daun, adanya kutikula dan letak serta
jumlah stomata. Selain faktor dalam juga tergantung faktor luar atau faktor
lingkungan seperti permukaan daun per waktu. Satuan yang paling banyak
digunakan yaitu g mjam atau g m cm2 detl Metode yang paling umum digunakan
untuk mengukur transpirasi adalah metode grafimetrik. Metode ini disebut juga
sebagai metode pot atau linsimeter yang mempunyai teknik pelaksanaan sederhana
dan dapat digunakan bagi penelitian atau alat demonstrasi/alat peraga. Metode lain
dengan menggunakan porometer diffusi, kobalt klorida, potometer, dan penganalisa
infra merah/IRGA. Metode pengukuran laju ranspirasi yang digunakan pada
praktikum ini adalah medote kobalt klorida.
1.2 Tujuan
Tanaman mangga merupakan buah yang berasalh dari India yang kemudian
menyebar ke Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini memiliki daun
tunggal tanpa anak penumpu dengan panjang tiap daunnya sekitar 9-40 cm dan
lebar 2-12,5 cm. Daun mangga muncul pada ranting-ranting dengan lebat dan
berwarna kuning kemerahan pada awalnya lalu lama kelamaan berubah menjadi
warna kuning tua atau hijau tua. Pangkal daun tanaman ini berbentuk lancip tetapi
tepi daunnya bergelombang disertai dengan ujung daun yang juga lancip (Mitra
Agro Sejati 2017).
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2022 pada pukul 13.00 WIB
bertempat di Laboratorium Universitas Djuanda Bogor
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. 3 jenis tanaman
2. Kertas kobalt khlorida
3. Plastik mika
1. Penjepit kertas
2. Pinset
3. Stopwatch
3600 ∙ 𝑋
𝐺=
𝑇
Keterangan:
G =Transpirasi (kehilangan uap air) dinyatakan dalam g dm2 jam (g/dm /jam),
untuk permukaan daun sebelah atas dan bawah
T= Waktu (s) yang diperlukan untuk mengubah warna kertas kobalt khlorida dari
biru menjadi merah jambu
1. Ambil daun tanaman yang akan digunakan, lalu tempelkan pada selembar
kertas yang telah diketahui bobot dan luasnya
2. Gambar daun pada selembar kertas tersebut, kemudian gunting
3. Hitung luas daun tanaman menggunakan rumus :
4. Ambil lembaran daun yang telah diketahui luasnya, kemudian timbang dan
gantung di bawah cahaya matahari dengan interval waktu 60 menit dan
lakukan penimbangan bobot daun selama 15 menit sekali
5. itung kecepatan respirasi menggunakan rumus:
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖 = ∶ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑢𝑛
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Kecepatan Transpirasi
Waktu (T) = 60 menit = 3.600 detik
• Daun 1 (Pepaya)
L = 6,6 x o,8 cm = 5,28 cm → 0,528 dm
G =
• Daun 2 (Mangga)
L = 7 x o,8 cm = 5,6 cm → 0,56 dm
G =
• Daun 3 (Kopi)
L = 6,6 x o,8 cm = 5,28 cm → 0,528 dm
3600
G = 3600 × 0,528 = 0,528
Uji laju transpirasi juga menggunakan metode kertas kobalts yang dilipat pada
kedua sisi daun dengan waktu 60 menit dimana perubahan warna kerta kobalt
serentak terjadi pada sisi atas daun.
4.2 Pembahasan
Kecepatan transpirasi suatu tanaman tentunya berbeda-beda sesuai dengan
morfologinya. Disamping morfologi, ada beberapa faktor yang
memengaruhi transpirasi tumbuhan menurut Silaen (2021), yaitu :
1. Faktor dalam
• Stomata
Jumlah per satuan luas, letak atau lokasi stomata, waktu bukaan
stomata, banyak sedikitnya stomata dan bentuk stomata
• Daun
Warna daun, posisi menghadap matahari, besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, berlapiskan lilin dan banyak sedikitnya bulu di
permukaan daun.
2. Faktor luar
• Sinar matahari
Stomata secara alami akan terbuka ketika terkena sinar matahari dan
sebaliknya. Semakin tinggi intensitas cahaya maka transpirasi akan
semakin tinggi.
• Temperatur, temperature yang naik akan menambah tekanan uap di
dalam daun dan menambah tekanan uap di luar daun. Tidak
terbatasnya udara yang berada di luar daun membuat tekanan uap
tidak akan setinggi tekanan yang terkurung di dalam daun dan
mengakibatkan uap air akan lebih mudah berdifusi dari dalam daun
ke udara bebas. Semakin tinggi temperatur maka kecepatan
transpirasi akan semakin tinggi.
• Kelembaban udara, udara yang basah dapat menghambat transpirasi
begitu pula sebaliknya
• Angin
Angin cenderung meningkatkan laju transpirasi tanaman baik di
dalam naungan ataupun tidak. Dalam udara yang bergerak, besarnya
lubang stomata memiliki pengaruh yang besar terhadap transpirasi
dibandingkan dalam udara tenang. Akan tetapi efek angin secara
keseluruhan selalu meningkatkan transpirasi.
Berdasarkan hasi tabel 1, transpirasi pada daun papaya terbilang lebih lambat
dibandingkan dengan daun manga dan daun kopi dengan waktu yang sama. Hal ini
terjadi karena luas permukaan papaya lebih kecil dibandingkan dengan luas
permukaan daun manga dan kopi sehingga laju transpirasi daun pepaya terbilang
rendah atau lambat.
Dalam penelitian Da Costa dan Daningsih (2022), ketebalan daun dengan laju
transpirasi memiliki kolerasi yang bernilai negatif sehingga menunjukkan bahwa
hubungan antara ketebalan daun dan laju transpirasi berbanding terbalik dimana
semakin tebal daun maka laju transpirasi semakin kecil. Daun pepaya memiliki
tingkat ketebalan yang rendah atau tipis dibandingkan dengan daun mangga dan
daun kopi sehingga laju transpirasi daun pepaya lebih besar jika ditinjau dari segi
ketebalan daun.
Disamping dengan luas permukaan dan ketebalan duan, temperatur juga ikut
serta sebagai pengaruh nyata laju transpirasi, dalam waktu 60 menit laju transpirasi
daun pepaya, mangga dan kopi dinilai kurang cepat dilihat dari pengurangan bobot
yang tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan saat pengambilan data suhu udara
dalam lab menurun akibat cuaca hujan. Suhu udara yang dingin menurunkan
kelembaban ruangan sehingga stomata pada daun menjadi semakin rapat. Semakin
tidak rapatnya stomata pada daun maka mampu mengurangi hilangnya air dari
tumbuhan. Tingginya kelembaban dapat membuat laju transpirasi semakin lambat
(Hamzah 2010).
Lubang-lubang stomata yang terlalu berdekatan akan menghambat
penguapan lubang yang ada di dekatnya. Bentuk stomata oval lebih memudahkan
tanaman untuk mengeluarkan air daripada yang berbentuk bundar (Izza dan Laily
2015).
Hamza, F. 2010. Studi Morfologi dan Anatomi Daun Edelweis Jawa (Anaphalis
javanica) pada Zona Ketinggian yang Berbeda di taman Nasional Bromo
Tengger Semeru Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Biologi Universitas islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan: PT. Agro Medua Pustaka.