Menyetujui
Instruktur
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tumbuhan dalam prose petumbuhannya akan menyerap air dan unsur hara. Air
diperlukan dalam jumlah besar karena air merupakan bagian terbesar dalam tubuh
tumbuhan yang sedang aktif melakukan metabolime. Air digunakan untuk alat
transport dalam pemindahan unsur hara dan juga digunakan untuk mendinginkan
permukaan daun pada suhu yang relative panas dengan cara difusi dari rongga
antar sel parenkim bunga karang ke atmosfer mealui stomata yang disebut dengan
transpirasi. Transpirasi terkait dengan pembukaan stoma, letak stoma, ukuran
stoma dan kerapatan stoma per satuan luas daun
b. Tujuan
Mengetahui pengaruh intensitas cahaya matahari dan jumlah (luas) daun terhadap
kecepatan transpirasi
2) Prosedur Kerja
1. Pengukuran Laju Transpirasi dengan Potometer sederhana
- Menyiapkan erlenmeyer kosong dan penyumbat
- Erlenmeyer diisi air dengan volume 250 ml (volume tertentu sampai
akar bias terendam)
- Permukaan air botol ditandai dengan spidol
- Siapkan tanaman air atau tanaman yang tahan air (tanaman sirih
gading)
- Ujung ranting dimasukkan dalam erenmeyer yang diberi penyumbat
tissue (pastikan pangkal ranting tercelup
a. Tanaman sirih gading yang diletakkan ditempat yang teduh volume awal air
250 ml
b. Tanaman sirih gading yang diletakkan ditempat yang terik terkena cahaya
pagi volume awal air 250 ml
Tabel I.1.2. Laju transpirasi (ml/mnt/cm2) ranting 2 dan 4 daun pada kondisi teduh dan terik
Waktu Ranting 4 daun Ranting 2 daun
5 mnt ke (daun banyak) (daun sedikit)
Terik Teduh Terik Teduh
Rerata Transpirasi Rerata Transpirasi Rerata Transpirasi Rerata Transpirasi
Luas (ml/mnt) Luas (ml/mnt) Luas (ml/mnt) Luas (ml/mnt)
(cm2) (cm2) (cm2) (cm2)
I 57,75 0,92 58,05 0,02 53,3 0,15 48,9 0,05
II 57,75 0,91 58,05 0,03 53,3 0,1 48,9 0,12
III 57,75 0,90 58,05 0,45 53,3 0,1 48,9 0,11
Rata-rata 55,75 0,91 58,05 0,17 53,3 0,12 48,9 0,09
Transpirasi 0,016 0,003 0,002 0,002
(ml/mnt/
cm2)
Waktu 3 hari Terik (Ranting daun 7) Teduh (Ranting daun 5)
Rerata Luas Transpirasi Rerata Luas Transpirasi
Rata-rata 3,4 cm2 22 ml 2,9 cm2 19 ml
Transpirasi 6,47 6,55
(ml/mnt/cm2)
Tabel I.2.2 Sebaran stomata pada permukaan atas dan permukaan bawah
daun pada tanaman darat dan tanaman air
Sebaran Stomata
n Sri rejeki Melati air
Permukaan atas Permukaan bawah Permukaan atas Permukaan bawah
1.
2.
3.
4.
Sebaran Stomata
Ulangan Sri rejeki Melati air
(n) Permukaan Permukaan Permukaan atas Permukaan
atas bawah bawah
1. 6 26 40 54
2. 3 19 41 43
3. 4 43 43 48
4. 4 48 50 33
Rata-rata 4,25 34 43,5 44,5
SEBARAN STOMATA
60
50
40
30
20
10
0
1. 2. 3. 4. Rata-rata
50
40
30
20
10
1. 2. 3. 4. Rata-rata
0
Sri rejeki Permukaan atas Sri rejeki Permukaan bawah
Melati air Permukaan atasMelati air Permukaan bawah
Berdasarkan pengamatan tabel dan data di atas transpirasi lebih cepat terjadi pada daun
Melati Air permukaan bawah hal ini dikarenakan jumlah stomata yang lebih banyak
sehingga laju transpirasinya cepat.
Jumlah sebaran stomata yang paling banyak adalah Daun Melati Air permukaan bawah.
Sebenarnya kalo dilihat langsung, Daun Melati Air permukaan bawah dan permukaan
atas selisihnya tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan daun Sri Rejeki. Fakta yang
terjadi jika julah stomata semakin banyak, semakin pcepat pula laju transpirasinya.
Sebaran stomata daun pada Melati air dan Sri Rejeki tidak dapat menggambarkan pola
adaptasi morfologis tumbuhan yang bermigrasi dari habitat air menuju kehidupan darat
V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Intensitas cahaya matahari dan jumlah (luas) daun berpengaruh terhadap kecepatan
transpirasi
2. Semakin banyakn terkena cahaya matahari dan semakin luas serta banyak jumlah
daunnya maka kecepatan transpirasi semakin cepat.
Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed
Wadsworth Publishing Company
Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited
KEGIATAN PRAKTIKUM II
FOTOSINTESIS
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki beberapa ciri diantaranya adalah tumbuh dan berkembang.
Untuk melalui proses ini makanan merupakan salah satu penunjang utama agar proses tumbuh
dan berkembang makhluk hidup dapat terlaksana dengan baik. Bagi
tumbuhan fotosintesis merupakan cara untuk memasak makanan mereka. Selain memerlukan
makanan makhluk hidup juga mengeluarkan zat sisa, proses ini disebut dengan metabolism.
Proses metabolisme terbagi menjadi anabolisme dan katabolisme. Proses anabolisme
yang merupakan proses asimilasi karbon (CO2) menjadi senyawa organik dengan sumber
energi dari cahaya matahari. Tumbuhan tingkat tinggi tergolong pada organisme autotrof,
yakni makhluk hidup yang dapat mensintesis senyawa organik yang dibutuhkan.
b. Tujuan
1. Mengetahui bagian daun dari daun Miana yang aktif berfotosintesis
2. Mengetahui apakah cahaya matahari mutlak dibutuhkan untuk fotosintesis
(a) (b)
Daun (a) kacang tanah (Arachis hypogaea) atau (b) kleresede (Gliricidea sepium) ditutup sebagia
` Cermatilah prosedur dasar uji sach seperti disajikan pada gambar berikut.
Pertanyaan :
Di bagian manakah pada daun Miana dan Iler di bawah
Daun dipindah ke cawan lalu ditetesi lugol/iodium. Amati reaksi warna yang terjadi
PEMBANDING : REAKSI WARNA AMILUM TERHADAP UJI LUGOL/BETADINE
Kertas saring dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diberi larutan iodin. Amati reaksi warnanya (?)
Masukkan kertas saring dalam larutan pemutih 10% (pemutih : air = 1 : 10) hingga klorofilny
Pada pada daun Miana dan Iler fotosintesis berlangsung pada daun yang berwarna hijau,
sedangkan yang berwarna selain hijau seperti kuning dan merah kandungan klorofil sedikit dan tidak
terdapat kandungan amilum.
Gejala dari hasil uji lugol terhadap daun yang diuji yaitu perbedaan warna antara permukaan
daun yang ditutup aluminium foil dengan permukaan daun yang tidak ditutup alumunium foil.
Setelah ditetesi larutan iodium, pada bagian permukaan daun yang terbuka tampak berubah menjadi
biru kehitaman. Ini menandakan pada bagian tersebut terdapat amilum yang merupakan hasil
fotosintesis. Sedangkan bagian permukaan yang tertutup tampak berwarna pucat. Ini menandakan
pada bagian tersebut tidak terdapat amilum karena tidak berlangsung fotosintesis
Mekanisme transpor amilum dari daun ke bagian organ yang lain yaitu glukosa sebagai hasil
utama fotosintesis segera ditranslokasikan ke bagian tubuh tumbuhan yang lain atau ditranslokasikan
ke dalam jaringan penimbun dan diubah menjadi amilum. Bila laju fotosintesis tinggi, sebagian dari
karbohidrat yang terbentuk dalam fotosintesis ini diendapkan dalam kloroplas sebagai amilum.
Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal
ini disebabkan kloropil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena
klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986). Lampu listrik bisa
menggantikan sinar matahari untuk proses fotosintesis karena yang terpenting ada cahaya. Akan tetapi
cahaya lampu yang digunakan tergantung dari panjang pendeknya gelombang yg dipancarkan dan
intensitas sinarnya ke tumbuhan tersebut. Contohnya ada lampu khusus juga yang dipakai pada di
tehnik kultur jaringan dan aquascape.
V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Bagian daun dari daun Miana yang aktif berfotosintesisyaitu yang berwarna hijau
2. Cahaya matahari mutlak dibutuhkan untuk fotosintesis
Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth
Publishing Company
Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited.
KEGIATAN PRAKTIKUM III
AKTIVITAS ENZIM
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tingkat aktivitas metabolisme suatu jaringan merupakan cerminan dari tingkat aktivitas
enzimatis yang terjadi. Tingkat aktivitas ini dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktorfaktor internal seperti umur jaringan, kondisi dan jenis jaringan atau
organnya turut menentukan. Demikian pula aktivitas enzimatis merupakan fungsi dari
(dipengaruhi oleh) berbagai faktor eksternal. Variasi kondisi internal menentukan tingkat
aktivitas jaringan. Jenis organ/jaringan, periode pertumbuhan atau tingkat perkembangan
(umur) buah, daun, biji, dan umbi (tingkat umur) atau lama simpan biji, ada tidaknya infeksi
parasit dan kondisi fisiologis tanaman berefek langsung pada aktivitas enzim-enzim,
termasuk di antaranya katalase. Katalase merupakan enzim yang
terkait dengan detoksifikasi hidrogen peroksida (H 2O2) dalam sel yang
selalu dihasilkan di dalam mikrobodi. Daya katalitik enzim katalase dapat diukur dengan
melihat produksi O2 (volume gelembung) dengan cara mengkontakkan langsung irisan
jaringan atau supernatan dari ekstrak suatu organ/jaringan berisi katalase dengan substrat
H2O2.
b. Tujuan
1. Mendeteksi tingkat aktivitas katalase pada beberapa tingkat umur buah
2. Mengetahui efek suhu terhadap aktivitas enzim amilase
Hidrolisis Pati dapat dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam pencernaan enzim
amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase terdapat pada tepung dan biji yang
berkecambah (Gahman 1992, Suami dkk 2001). Kacang hijau dalam bentuk kecambah
mengandung enzim Alfa amilase (Winarno 1983 dalam Suami dkk 2001). Enzim Alfa
amilase banyak terdapat pada kecambah kacang kacangan bahan berupa biji yang dibentuk
pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberelik adalah suatu
senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena
bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut (suami dkk 2007)
Aktivitas Amilase
- Tabung reaksi - Air tajin
- Gelas beker - Larutan iodin
- Pipet tetes
- Cawan porselen
- Valet
- Corong
- Kapas/ kertas saring
- Kertas label
- Air liur
2) Prosedur Kerja
- Aktivitas enzim katalase
Buah belimbing dan jeruk kingkit ditumbuk dengan alu dan mortar (diekstraksi)
Hasil tumbukan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
- Aktivitas Amilase
Siapkan larutan amilase dari hasil Siapkan larutan tajin 5 % dalam tabung reaksi yang diren
kumuran dengan air hangat yang diberi sedikitgelas
garambeker yang berisi air dingin
Kondisi dingin
Dari hasil pengamatan di atas jumlah gelembung dapat dijadikan indikator untuk mengukur
aktivitas enzim katalase karena Menurut Volk dan Wheeler (1988) gelembung udara atau buih
terbentuk sebagai akibat dari pemecahan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen
oleh enzim katalase. Gas gelembung itu berupa oksigen (O2).
Dari pengamatan terjadi perbedaan jumlah gelembung antara buah yang mentah, mengkal dan
matang karena dikandungan buah yang mentah kadar oksigennya sedikit, buah yang mengkal kadar
oksigennya sedang dan buah yang matang kadar oksigennya banyak. Semakin buah itu matang
semakin banyak pula kadar oksigen yang ada.
Pada ketiga jenis buah terdeteksi ada aktifitas katalase karena adanya gelembung udara yang
menunjukkan adanya aktivitas enzim katalase dimana hidrogen peroksida diurai menjadi air dan
oksigen. Senyawa hidrogen peroksida ini merupakan salah satu produk uraian dari setiap sel yang
menggunakan oksigen sebagai sumber energi dalam proses metabolisme.
Pada bagian protoplasma sel Glioksisom katalase diproduksi dimana peran/fungsinya yaitu
menghasilkan enzim katalase dan oksidase yang terdapat pada sel tumbuhan serta untuk mengoksidasi
asam lemak menjadi gula yang berguna untuk pertumbuhan tanaman.
Pada hasil pengamatan di atas, reaksi perubahan warna dapat dijadikan indikator untuk
mengetahui cepat atau lambatnya aktivitas enzim amilase dengan terjadinya perubahan suhu dan
waktu. Waktu reaksi perubahan warna antar kelompok perlakuan yaitu semakin lama waktunya
maka aktivitas enzim semakin menurun. Semakin tinggi suhunya semakin cepat aktivitas enzim
amilasenya. Perbedaan suhu (hangat dan dingin) mempengaruhi rentang waktu reaksi perubahan
warna karena kenaikan suhu akan menyebabkan penambahan energi kinetik substrat dan enzim
serta meningkatnya jumlah tabrakan antarmolekul akibat agitasi yang lebih besar. Suhu yang
tinggi juga berpengaruh terhadap enzim itu sendiri karena struktur molekul enzim sangat
kompleks dengan sejumlah besar ikatan hidrogen yang lemah. Pada temperatur yang tinggi ikatan
hidrogen akan terputus sehingga struktur enzim berubah. Enzim mengalami denaturasi dan tidak
berfungsi. Kerusakan enzim mulai terjadi pada suhu 45oC dan temperatur dibawahnya dapat
merusak enzim bila diberikan dalam jangka waktu yang panjang. (Sumber: Modul BIOL4314)
Mekanisme perombakan amilum pada jaringan cadangan makanan (endosperm) dari biji yang
sedang aktif berkecambah pada gambar diatas yaitu Air masuk mengaktifkan giberelin
memicu produksi amilase amilase memecah pati menjadi gula gula sebagai bahan
pertumbuhan embrio (sumber: https://www.edubio.info/2018/07/proses-perkecambahan-dan-
tipe.html)
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Mendeteksi tingkat aktivitas katalase pada beberapa tingkat umur buah yaitu semakin matang
buahnya semakin tinggi aktivitas enzim katalase
2. Efek suhu terhadap aktivitas enzim amilase yaitu kenaikan suhu dalam batas tertentu dapat
mempercepat reaksi enzimatis dan suhu yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap struktur
enzim itu sendiri
V. DAFTAR PUSTAKA
Dwiati, Murni. 2010. Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Edisi 2. Tangerang Selatan : Universitas
Terbuka.
Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman.
Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth Publishing
Company
Sastamihardja, D. dan A.H. Siregar. (1990). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Fakultas
MIPA, ITB.
Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England: McGraw Hill
Publishing Company Limited
KEGIATAN PRAKTIKUM IV
Tropisme pada Tumbuhan
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Secara garis besar ada dua macam tropisme, yaitu fototropisme dan geotropisme.
Fototropisme merupakan adaptasi tumbuhan untuk mengarahkan tajuknya ke arah sinar
matahari. Gejala tropisme dapat diamati pada batang dan daun tumbuhan yang tumbuh menuju
ke arah sinar matahari. Geotropisme merupakan gerak pertumbuhan ke arah tarikan gravitasi
bumi. Akar pada umumnya menunjukkan geotropisme positif.
b. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah arah tumbuh tanaman dipengaruhi oleh sumber cahaya
2. Mengetahui arah tumbuh akar tanaman terhadap pusat gravitasi bumi
2) Prosedur Kerja
Tertutup
Terbuka
Terbuka Tertutup
Tabel data hasil pengamatannya :
Tabel 1. Pertumbuhan kecambah kacang hijau pada kardus terbuka dan kardus tertutup
dengan lubang sumber cahaya
Terbuka Tertutup
No Panjang/Tinggi Sudut Jumlah Panjang/Tinggi Sudut Jumlah
Batang pembengkokan Daun Tanaman pembengkokan Daun
1 20 168 2 21,5 42 2
2 18 170 2 27 37 2
3 16,5 177 2 10 45 2
4 21,5 164 2 22 40 2
5 22,5 154 2 28 31 2
Rata-
19,7 166,6 2 21,7 39 2
rata
Tabel 2. Warna daun, sifat batang dan arah tumbuh batang tanaman kacang hijau
terhadap sumber cahaya
Dari data pengamatan percobaan di atas, respon arah tumbuh batang tanaman
pada tanaman yang ditempat kardus tertutup bengkok menuju arah kotak yang
dilubangi (menuju sumber cahaya) sedangkan untuk tanaman yang ditempat kardus
terbuka tumbuh ke atas menuju sumber cahaya dan tidak terpengaruh adanya lubang
sehingga tanaman tetap tumbuh ke atas menuju ke arah yang banyak cahaya.
Berhubung tempat yang yang digunakan praktikum terbuka tetapi agak teduh jadi
tanaman agak bengkok. Batang tanaman yang terbuka lebih kokoh sedangkan yang
ditempat terbuka batang tanaman kurang kokoh, agaklemas, pucat dan rapuh.
Hubungan arah batang dengan keberadaan sumber cahaya sangatlah erat
hubungannya, karena tanaman akan selalu menuju ke sumber cahaya untuk
pertumbuhannya. Mekanisme fisiologi sehingga respon tumbuh batang ke sumber
cahaya yaitu tanpa adanya cahaya akan terjadi etiolasi yaitu pertumbuhan cepat yang
tidak normal. Cahaya matahari tidak dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, namun
membantu tanaman tumbuh dengan sehat dan normal.
Daun yang tumbuh di tempat yang terbuka warnanya hijau segar dan tebal,
sedangkan pada tempat yang tertutupdaun berwarna kuning dan tipis.
Hormon auksin berperan mengatur respon arah tumbuh batang terhadap
keberadaan sumber cahaya, mekanismenya apabila diarahkan sinar matahari maka akan
terjadi pengangkutan auksin dari sisiyang tersinari ke sisi yang terlindung (Sumber:
BIOL4449)
Mekanisme arah tumbuh ujung akar terjadi di awali inisiasi geotropisme diterima
oleh sel kolumela yang terletak di tudung akar. Di bagian dasar sel kolumela terdapat
amiloplas dan nukleus yang sensitif terhadapadanya rangsangan gravitasi, sehingga sel
mengalami elongasi asimetrik. Tekanan yang terjadi pada retikulum endoplasmik akan
mengakibatkan lepasnya Ca pada bagian bawah sel kolumela. Hal ini akan mengaktifkan
dinding sel untuk memompa Ca pada satu sisi. Pergerakan Ca ke sisi bawah tudung akar
dan pacuan auksin akan menghasilkan perbedaan gradien yang asimetris.
V. KESIMPULAN
Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth
Publishing Company
Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited.
KEGIATAN PRAKTIKUM V
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertambahan volume yang tidak dapat
kembali (irreversible). Proses pertumbuhan sebagain besar berlangsung selama fase
pembesaran sel dan sebagaian kecil terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan
sel.
Secara umum daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah merisistem
apikal tunas/batang dan akar. Pada beberapa jenis tumbuhan, khususnya rerumputan
dan monokotil lainnya, daerah pertumbuhannya terletak di bagian atas setiap buku.
Pertumbuhan juga dapat terjadi pada bagian-bagian lainnya. Contohnya: sel
mengalami pembesaran sampai dengan batas tertentu di dalam daun. Pada dikotil
pertumbuhan terjadi ke arah literal akibat membesarnya sel-sel pada sisi jaringan
kambium.
b. Tujuan
Pada akar selain terdapat jaringan meristem yang menjadi titik tumbuh akar
(RAM = Root Apical Meristem), juga ditemukan daerah tumbuh yang berada pada
beberapa milimeter dibelakang RAM. Pertumbuhan pada titik tumbuh (apical
meristem) terjadi karena proses mitosis, sedangkan pertumbuhan pada daerah
tumbuh di belakang apical meristem terjadi karena proses cell enlargement & cell
elongation.
Secara keseluruhan, daerah tumbuh pada akar dibedakan menjadi empat
bagian yaitu tudung akar (root cap), daerah meristematik (RAM), daerah
pemanjangan (elongation region), dan daerah pendewasaan (differenciation region).
Tudung akar berfungsi melindungi daerah meristem saat akar tumbuh menembus ke
dalam tanah, daerah meristematik merupakan daerah yang terdapat jaringan
meristem apikal yang
merupakan pusat pembelahan untuk menghasilkan meristem primer, sehingga daerah
ini ditandai dengan sel-selnya yang sangat aktif melakukan pembelahan sel. Daerah
pemanjangan terletak lebih jauh dari meristem ujung aka,r namun sel-selnya masih
aktif membelah. Daerah pemanjangan ini menekan ujung akar agar akar dapat
memanjang dan menembus tanah. Daerah pendewasaan merupakan daerah tumbuh
yang berada di belakang dari merisem pucuk akar. Proses diferensiasi & spesialisasi
sel-sel hasil pembelahan sel meristem apikal yang berada dibelakang daerah
pemanjangan & perbesaran.
Kapas ditaruh dalam cawan disiapkan Kapas dibasahi dengan air sampi sedikit terendam dan jaga
sebagai media tumbuh kecambah
Akar yang sudah ditandai diletakkan di atas kapas basah dalam cawan petri. Letakkan pettri di tempat gelap
1 2 3 4 5 rata-rata
Pembahasan
Berdasarkan percobaan dan pengamatan diatas pada segmen akar daerah pemanjangan
mengalami pertambahan panjang paling besar. Sel-sel ini mengalami elongasi dan ukurannya
bertambah. Dibagian ini sel-sel mengalami elongasi dengan ditandai oleh vakuola selnya yang
banyak mengandung air.
Pada bagian daerah diferensiasi yang terletak di belakang daerah pemanjangan dimana
sel-sel yang telah tumbuh mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Sebagian sel
mengalami diferensiasi menjadi epidermis, korteks, xilem, dan floem. Sebagian lagi
membentuk parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Sel-sel pada zone diferensiasi akar dan
batang mengalami diferensiasi,masing-masing menjadi penyusun akar dan batang.
Pertumbuhan akar dan batang disebabkan oleh adanya kombinasi antara bermabahnya
jumlah sel yang terjadi dalam meristemapikal akar dan batang serta bertambahnya ukuran
masing-masing sel yang terjadi di daerah elongasi. (Sumber: Modul BIOL4314)
V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa bagian daerah pemanjangan pada
akar yang merupakan daerah tumbuh.
Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth
Publishing Company
Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited
KEGIATAN PRAKTIKUM VI
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan
2) Prosedur Kerja
1. Buat larutan herbisida Pikloram (bisa diganti herbisida lain) dengan
variasi konsentrasi : 0 ml/L (kontrol), 1 ml/L, 2 ml/L, dan 3 ml/L.
2. Siapkan 12 gelas akua untuk keempat perlakuan, masing-masing dengan 3 ulangan.
3. Letakkan kapas ke dalam masing-masing gelas akua.
4. Masukkan sebanyak 5 kecambah awal kacang hijau hasil pragerminasi ke dalam
masing-masing gelas akua.
5. Tuangkan larutan Pikloram konsentrasi 0 ml/L (kontrol), 1 ml/L, 2 ml/L, dan 3
ml/L ke dalam gelas akua dengan ketentuan masing-masing perlakuan terdiri
atas 3 ulangan (3 gelas akua)
Skema Kerja
Biji kacang hijau diseleksi, dipilih yang Biji yang bagus diletakkan dalam cawan petri
bagus dan homogin (bernas, warna kulit
dan ukuran seragam, tenggelam di air)
Tabel Pengamatan
Dosis Tinggi Tanaman Kacang Hijau (cm)
Herbisida Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0 ml 0 0 0
1 ml 2,0 2,1 1.9
2 ml 2,2 2,4 2
3 ml 2,2 2,4 2
Pembahasan
V. KESIMPULAN
Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth
Publishing Company
Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited