Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama Mahasiswa : ANA LISTIANI


NIM 041188429
Program Studi : BIOLOGI
UPBJJ-UT : SEMARANG
Masa Registrasi : 2022.1
Kode/Nama MK Praktikum : BIOL4449 / PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
Nama Instruktur : Dr. Drs. Suyitno Aloysius M.S

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Kode/Nama MK Praktikum : BIOL4448 / PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


Nama Mahasiswa : ANA LISTIANI
NIM 041188429
UPBJJ-UT : SEMARANG
Program Studi : BIOLOGI

Laporan praktikum ini telah diperiksa dan disetujui pada


Yogyakarta, April 2022

Menyetujui
Instruktur

Dr. Drs. Suyitno Aloysius M.S.


NIP. 196201031986011001
KEGIATAN PRAKTIKUM I
Transpirasi pada tumbuhan

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tumbuhan dalam prose petumbuhannya akan menyerap air dan unsur hara. Air
diperlukan dalam jumlah besar karena air merupakan bagian terbesar dalam tubuh
tumbuhan yang sedang aktif melakukan metabolime. Air digunakan untuk alat
transport dalam pemindahan unsur hara dan juga digunakan untuk mendinginkan
permukaan daun pada suhu yang relative panas dengan cara difusi dari rongga
antar sel parenkim bunga karang ke atmosfer mealui stomata yang disebut dengan
transpirasi. Transpirasi terkait dengan pembukaan stoma, letak stoma, ukuran
stoma dan kerapatan stoma per satuan luas daun
b. Tujuan

Mengetahui pengaruh intensitas cahaya matahari dan jumlah (luas) daun terhadap
kecepatan transpirasi

II. TINJAUAN PUSTAKA


Transpirasi adalah proses hilangnya uap air dari permukaan tubuh tumbuhan
akibat adanya penguapan (evaporasi). Transpirasi dari permukaan tubuh akibat
adanya penguapan (evaporasi). Tranpirasi dari permukaan daun terutama berlangsung
mel;alui stomata. Peristiwa ini dikenal sebqagai transpirasi stomatal. Selain itu,
sebagain kecil uap air dapat hilang melalui kutikula (tranpirasi lentikuler). Berbeda
dengan evaporasi, uap air pada transpirasi tidak meninggalkan permukaan bebas,
tetapi harus melewati epidermis atau stomata. Transpirasi ditentukan oleh factor yang
mempengaruhi pembukaan stomata. Sebagai contoh, kenaikan temperature daun dapat
memacu evaporasi, tetapi dapat pula menyebabkan menutupnya stoma sehingga
transpirasi menjadi berkurang.
Transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat menyebabkan terbentuknya
daya isap daun, membantu penyerapan air dan hara oleh akar, serta mempertahankan
suhu permukaan daun. Akan tetapi, transpirasi dapat juga membahayakan kehidupan
tumbuhan. Hal ini terjadi apabila uap air yang ditrasnpirasi melampaui jumlah air
yang diserap oleh akar. Akibatnya, tumbuhan akan kekurangan air. Kekurangan air
yang berlebihan dan mengakibatkan kelayuan yang berakhir dengan kematian
III. ALAT DAN BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

1) Alat dan Bahan Potometer Sederhana


- Botol selai
- Tisue
- Erlenmeyer
- Pisau/gunting
- Spidol
- Tanaman sirih gading

2) Prosedur Kerja
1. Pengukuran Laju Transpirasi dengan Potometer sederhana
- Menyiapkan erlenmeyer kosong dan penyumbat
- Erlenmeyer diisi air dengan volume 250 ml (volume tertentu sampai
akar bias terendam)
- Permukaan air botol ditandai dengan spidol
- Siapkan tanaman air atau tanaman yang tahan air (tanaman sirih
gading)
- Ujung ranting dimasukkan dalam erenmeyer yang diberi penyumbat
tissue (pastikan pangkal ranting tercelup

Tanaman sirih gading sebelum dilakukan praktikum

a. Tanaman sirih gading yang diletakkan ditempat yang teduh volume awal air
250 ml
b. Tanaman sirih gading yang diletakkan ditempat yang terik terkena cahaya
pagi volume awal air 250 ml

2. Pengukuran kecepatan transpirasi dengan metode kertas cobalt chloride


- Kertas cobalt chloride mula-mula berwarna merah muda
- Kertas cobalt chloride dikeringkan di dekat api bunsen hingga kertas
berubah warna menjadi biru
- Kertas cobalt dipasang di bagian permukaan atas dan atau bawah daun
dengan dijepit menggunakan klip kertas
- Hitung lama waktu untuk perubahan kertas cobalt dari biru menjadi
kemerahan menggunakan timer HP

3. Pembuatan cetakan stomata


- Teteskan sedikit lem alteco pada permukaan plastik mika
- Tempelkan plastik pada permukaan daun (atas/bawah) dan tekan dengan
ujung ibu dan telunjuk jari. Diamkan ± 5 menit agar lem mengering
- Cetakan yang sudah kering dilepaskan dan diamati di bawah mikroskop

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel I.1.2. Laju transpirasi (ml/mnt/cm2) ranting 2 dan 4 daun pada kondisi teduh dan terik
Waktu Ranting 4 daun Ranting 2 daun
5 mnt ke (daun banyak) (daun sedikit)
Terik Teduh Terik Teduh
Rerata Transpirasi Rerata Transpirasi Rerata Transpirasi Rerata Transpirasi
Luas (ml/mnt) Luas (ml/mnt) Luas (ml/mnt) Luas (ml/mnt)
(cm2) (cm2) (cm2) (cm2)
I 57,75 0,92 58,05 0,02 53,3 0,15 48,9 0,05
II 57,75 0,91 58,05 0,03 53,3 0,1 48,9 0,12
III 57,75 0,90 58,05 0,45 53,3 0,1 48,9 0,11
Rata-rata 55,75 0,91 58,05 0,17 53,3 0,12 48,9 0,09
Transpirasi 0,016 0,003 0,002 0,002
(ml/mnt/
cm2)
Waktu 3 hari Terik (Ranting daun 7) Teduh (Ranting daun 5)
Rerata Luas Transpirasi Rerata Luas Transpirasi
Rata-rata 3,4 cm2 22 ml 2,9 cm2 19 ml
Transpirasi 6,47 6,55
(ml/mnt/cm2)

Berdasarkan data pengamatan, terdapat perbedaan laju transpirasi menurut


jumlah daun dan tingkat intensitas cahaya. Semakin lebar daun di tempat yang
terik
/terkena cahaya matahari maka proses transpirasi semakin cepat dikarenakan
factor lingkungan berupa kelembaban udara dan temperatur dimana kelembabapan
udara rendah maka potensial air antara rongga substomater dan udara sekitar
menjadi besar, yang akibatnya akan terjadi penguapan dengan cepat dan difusi air
ke udara berlangsung semakin cepat. Sedangkan kenaikan temperature akan
mempercepat transpirasi karena evaporasi dari permukaan mesofil meningkat. Di
tempat yang teduh semakin lebar daunnya semakin lambat proses transpirasinya
dikarenakan factor dalam seperti potensial osmosis daun dimana sel daun
mempunyai potensial osmosis yang tinggi sehingga air tidak mudah menguap
(Modul BIOL4449)
Di tempat yang teduh jumlah daun yang banyak dan lebar memiliki daya
transpirasi lambat dibanding dengan jumlah daun yang sedikit dan tidak lebar. Hal
ini dikarenakan sel daun mempunyai potenisal osmosis yang tinggi sehingga air
tidak mudah menguap (Modul BIOL4449)

Tabel I.2.1. Kecepatan transpirasi pada permukaan atas dan permukaan


bawah daun pada tanaman darat dan tanaman air
Lama waktu dibutuhkan untuk perubahan warna kertas kobalt
Ulangan Sri rejeki Melati air
(n) Permukaan atas Permukaan Permukaan atas Permukaan
bawah bawah
1. 2 menit 48 detik 2 menit 37 detik 3 menit 15 detik 1 menit 52 detik
2. 2 menit 58 detik 2 menit 23 detik 3 menit 13 detik 2 menit 02 detik
3. 3 menit 27 detik 2 menit 01 detik 3 menit 06 detik 2 menit 34 detik
4. 3 menit 18 detik 2 menit 07 detik 2 menit 44 detik 2 menit 16 detik
5. 2 menit 51 detik 2 menit 20 detik 2 menit 50 detik 2 menit 12 detik
Rata-rata 3 menit 44 detik 2 menit 18 detik 3 menit 2 detik 2 menit 11 detik
SD 0.289 0.235 0.234 0.264
*SD = Standar deviasi

Tabel I.2.2 Sebaran stomata pada permukaan atas dan permukaan bawah
daun pada tanaman darat dan tanaman air
Sebaran Stomata
n Sri rejeki Melati air
Permukaan atas Permukaan bawah Permukaan atas Permukaan bawah
1.
2.

3.

4.

Sebaran Stomata
Ulangan Sri rejeki Melati air
(n) Permukaan Permukaan Permukaan atas Permukaan
atas bawah bawah
1. 6 26 40 54
2. 3 19 41 43
3. 4 43 43 48
4. 4 48 50 33
Rata-rata 4,25 34 43,5 44,5

SEBARAN STOMATA
60
50
40
30
20
10
0

1. 2. 3. 4. Rata-rata

Sri rejeki Permukaan atas Sri rejeki Permukaan bawah


Melati air Permukaan atasMelati air Permukaan bawah
SEBARAN STOMATA
60

50

40

30

20

10
1. 2. 3. 4. Rata-rata
0
Sri rejeki Permukaan atas Sri rejeki Permukaan bawah
Melati air Permukaan atasMelati air Permukaan bawah

Berdasarkan pengamatan tabel dan data di atas transpirasi lebih cepat terjadi pada daun
Melati Air permukaan bawah hal ini dikarenakan jumlah stomata yang lebih banyak
sehingga laju transpirasinya cepat.

Jumlah sebaran stomata yang paling banyak adalah Daun Melati Air permukaan bawah.
Sebenarnya kalo dilihat langsung, Daun Melati Air permukaan bawah dan permukaan
atas selisihnya tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan daun Sri Rejeki. Fakta yang
terjadi jika julah stomata semakin banyak, semakin pcepat pula laju transpirasinya.

Sebaran stomata daun pada Melati air dan Sri Rejeki tidak dapat menggambarkan pola
adaptasi morfologis tumbuhan yang bermigrasi dari habitat air menuju kehidupan darat

V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Intensitas cahaya matahari dan jumlah (luas) daun berpengaruh terhadap kecepatan
transpirasi
2. Semakin banyakn terkena cahaya matahari dan semakin luas serta banyak jumlah
daunnya maka kecepatan transpirasi semakin cepat.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Dwiati, Murni. 2010. Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Edisi 2. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed
Wadsworth Publishing Company

Sastamihardja, D. dan A.H. Siregar. (1990). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan.


Bandung: Fakultas MIPA, ITB.

Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited
KEGIATAN PRAKTIKUM II
FOTOSINTESIS

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki beberapa ciri diantaranya adalah tumbuh dan berkembang.
Untuk melalui proses ini makanan merupakan salah satu penunjang utama agar proses tumbuh
dan berkembang makhluk hidup dapat terlaksana dengan baik. Bagi
tumbuhan fotosintesis merupakan cara untuk memasak makanan mereka. Selain memerlukan
makanan makhluk hidup juga mengeluarkan zat sisa, proses ini disebut dengan metabolism.
Proses metabolisme terbagi menjadi anabolisme dan katabolisme. Proses anabolisme
yang merupakan proses asimilasi karbon (CO2) menjadi senyawa organik dengan sumber
energi dari cahaya matahari. Tumbuhan tingkat tinggi tergolong pada organisme autotrof,
yakni makhluk hidup yang dapat mensintesis senyawa organik yang dibutuhkan.
b. Tujuan
1. Mengetahui bagian daun dari daun Miana yang aktif berfotosintesis
2. Mengetahui apakah cahaya matahari mutlak dibutuhkan untuk fotosintesis

II. TINJAUAN PUSTAKA


Fotosintesis merupakan aktivitas fisiologis yang khusus dilakukan oleh organisme fotosintetik,
terutama kelompok tumbuhan. Fotosintesis merupakan suatu proses penyusunan zat karbohidrat
dengan cahaya sebagai energinya. Zat organik yang disusun dalam fotosintesis ini adalah
karbohidrat (Cn(H2O)n) yang berasal dari molekul CO2 dan H2O. Glukosa sebagai hasil utama
fotosintesis segera ditranslokasikan ke bagian tubuh tumbuhan yang lain atau ditranslokasikan ke
dalam jaringan penimbun dan diubah menjadi amilum. Bila laju fotosintesis tinggi, sebagian dari
karbohidrat yang terbentuk dalam fotosintesis ini disimpan dalam kloroplas sebagai amilum.
Percobaan Sachs menunjukkan bahwa jaringanyang berfotosintesis menghasilkan timbunan
amilum pada sel-sel mesofil daun. Keberadaa amilum dideteksi menggunakan uji Iodin (lugol).
Amilum akan memberikan reaksiwarna violet atau bitu terhadap larutan lugol. Untuk
membuktikan apakah cahaya mutlak dibutuhkan untuk fotosintesis, hal ini dapat dilakukan dengan
menutup sebagian daun kemudian diuji dibagian daun manakah amilum dibentuk, apakah pada
bagian daun yang tertutup atau bagian yang tetap terbuka yang terkena sinar matahari
III. ALAT DAN BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

1) Alat dan Bahan


Objek : 1) Daun Miana /daun Iler
2) Daun Kleresede/Kacang tanah yang ditutup sebagian
Alat & Bahan Uji Sach
• Iodin (betadine/obat merah)
• Alkohol 96 %
• Air tajin
• Cawan petri (piring putih kecil)
• Alumenium foil/kertas grenjeng
• Panci penangas air/water bath
• Kompor/Pemanas
• Pipet tetes
• Becker gelas/botol jam
• Pinset/Penjapit
Panci kecil dengan air panasg

Alat & Bahan UJI Sach modifikasi:


 Bahan pemutih
 Mortar/alu
 Kertas saring (kertas tisu makan)
 Iodine/lugol/betadine
 Telenan kayu
 Pinset/penjapit
 Botol jam/panci tembaga
 Pemanas & penangas air
2) Prosedur Kerja

Prosedur Kerja Uji Sach


1. Menyiapkan objek daun yang ditutup seebagian dengan alumenium foil/ kertas grenjeng

(a) (b)
Daun (a) kacang tanah (Arachis hypogaea) atau (b) kleresede (Gliricidea sepium) ditutup sebagia
` Cermatilah prosedur dasar uji sach seperti disajikan pada gambar berikut.

2. Lakukan percobaan uji Sach dengan langkah-langkah seperti berikut.

Daun yg ditutup sebagian dan telah terkena cahaya matahari lk


2jamdipetikdandibuka Penutup dibuka lalu secepatnya
dimasukkan ke air panas (untuk mematikan jaringan/

Erlenmeyer lalu dipanaskan dalam


Daun klorofil
waterbath (penangas air) untuk mempercepat larutnya dipindahkan ke erlenmeyer berisi alkohol 96 %

Pertanyaan :
Di bagian manakah pada daun Miana dan Iler di bawah

Daun dipindah ke cawan lalu ditetesi lugol/iodium. Amati reaksi warna yang terjadi
PEMBANDING : REAKSI WARNA AMILUM TERHADAP UJI LUGOL/BETADINE

Teteskan 3-5 tetes 5% larutan amilum (air tajin) pada 4 cekungan

Berikan 1 tetes lugol pada 2 cekungan pertama,


Berikan
amati
1 tetes
reksiBetadine
warna yang
padaditunjukkan
2 cekungan berikutnya, lalu

Uji Sach 2 dengan modifikasi (Uji Sach dengan pemutih)


Langkah Uji Amilum hasil fotosintesis dengan metode sederhana berikut.

Bagian tengah daun dari

tanaman/pohon ditutup Daun diambil dari


menggunakan alumunium foil ± tanaman/pohonnya dan alumunium
1 hari foil pada daun dibuka

Kertas saring yang berisi daun dilipat


Daun diletakkan di atas kertas saring
Kertas saring dibuka dan diambil daunnya
Daun dimemarkan dengan pastle
atau benda tumpul lain.

Kertas saring dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diberi larutan iodin. Amati reaksi warnanya (?)

Masukkan kertas saring dalam larutan pemutih 10% (pemutih : air = 1 : 10) hingga klorofilny

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN\


Data Hasil Percobaan
Foto hasil uji lugol Deskripsi hasil
a. Daun Kleresede bagian yang ditutup
berwarna terang dan bagian yang terbuka
(a) berwarna gelap
b. Daun Kacang bagian yang ditutup
(b) berwarna terang yang terbuka berwarna
gelap

Uji sach terhadap (a) daun kleresede & (b)


daun kacang tanah
c. Daun iler yang awalnya berwarna hijau
warnanya coklat gelap sedangkan bagian
yang berwarna selain hijau berwarna
terang

Uji Sach terhadap potongan daun (c) Iler


Tabel : Hasil uji lugol terhadap amilum daun

No Hasil uji lugol Keterangan

Gejala pada bagian daun Gejala pada bagian daun


yang ditutup
yang tidak ditutup

1 Bagian daun yang


Daun berwarna pucat Daun berwarna biru kehitaman tertutup tidak mengalami
fotosintesis sehingga
tidak menghasilkan
amilum
2 Bagian daun yang
Sedikit/tidak mengandung Mengandung amilum terbuka mengalami
amilum fotosintesis sehingga
dihasilkan amilum

Pada pada daun Miana dan Iler fotosintesis berlangsung pada daun yang berwarna hijau,
sedangkan yang berwarna selain hijau seperti kuning dan merah kandungan klorofil sedikit dan tidak
terdapat kandungan amilum.
Gejala dari hasil uji lugol terhadap daun yang diuji yaitu perbedaan warna antara permukaan
daun yang ditutup aluminium foil dengan permukaan daun yang tidak ditutup alumunium foil.
Setelah ditetesi larutan iodium, pada bagian permukaan daun yang terbuka tampak berubah menjadi
biru kehitaman. Ini menandakan pada bagian tersebut terdapat amilum yang merupakan hasil
fotosintesis. Sedangkan bagian permukaan yang tertutup tampak berwarna pucat. Ini menandakan
pada bagian tersebut tidak terdapat amilum karena tidak berlangsung fotosintesis

Mekanisme transpor amilum dari daun ke bagian organ yang lain yaitu glukosa sebagai hasil
utama fotosintesis segera ditranslokasikan ke bagian tubuh tumbuhan yang lain atau ditranslokasikan
ke dalam jaringan penimbun dan diubah menjadi amilum. Bila laju fotosintesis tinggi, sebagian dari
karbohidrat yang terbentuk dalam fotosintesis ini diendapkan dalam kloroplas sebagai amilum.

Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal
ini disebabkan kloropil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena
klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986). Lampu listrik bisa
menggantikan sinar matahari untuk proses fotosintesis karena yang terpenting ada cahaya. Akan tetapi
cahaya lampu yang digunakan tergantung dari panjang pendeknya gelombang yg dipancarkan dan
intensitas sinarnya ke tumbuhan tersebut. Contohnya ada lampu khusus juga yang dipakai pada di
tehnik kultur jaringan dan aquascape.
V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Bagian daun dari daun Miana yang aktif berfotosintesisyaitu yang berwarna hijau
2. Cahaya matahari mutlak dibutuhkan untuk fotosintesis

VI. DAFTAR PUSTAKA

Dwiati, Murni. 2010. Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Edisi 2. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth
Publishing Company

Sastamihardja, D. dan A.H. Siregar. (1990). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung:


Fakultas MIPA, ITB.

Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited.
KEGIATAN PRAKTIKUM III
AKTIVITAS ENZIM

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tingkat aktivitas metabolisme suatu jaringan merupakan cerminan dari tingkat aktivitas
enzimatis yang terjadi. Tingkat aktivitas ini dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktorfaktor internal seperti umur jaringan, kondisi dan jenis jaringan atau
organnya turut menentukan. Demikian pula aktivitas enzimatis merupakan fungsi dari
(dipengaruhi oleh) berbagai faktor eksternal. Variasi kondisi internal menentukan tingkat
aktivitas jaringan. Jenis organ/jaringan, periode pertumbuhan atau tingkat perkembangan
(umur) buah, daun, biji, dan umbi (tingkat umur) atau lama simpan biji, ada tidaknya infeksi
parasit dan kondisi fisiologis tanaman berefek langsung pada aktivitas enzim-enzim,
termasuk di antaranya katalase. Katalase merupakan enzim yang
terkait dengan detoksifikasi hidrogen peroksida (H 2O2) dalam sel yang
selalu dihasilkan di dalam mikrobodi. Daya katalitik enzim katalase dapat diukur dengan
melihat produksi O2 (volume gelembung) dengan cara mengkontakkan langsung irisan
jaringan atau supernatan dari ekstrak suatu organ/jaringan berisi katalase dengan substrat
H2O2.

b. Tujuan
1. Mendeteksi tingkat aktivitas katalase pada beberapa tingkat umur buah
2. Mengetahui efek suhu terhadap aktivitas enzim amilase

II. TINJAUAN PUSTAKA


Enzim tersusun dari dua bagian yaitu apoenzim dan koenzim. Apoenzim selalu terdiri
atas protein tetapi koenzim dapat tersusun dari bahan bukan protein. Senyawa bukan
protein ini lazim dikenal sebagai gugus prostetik. Oleh karena itu secara keseluruhan
enzim merupakan protein maka enzim sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti
temperatur dan pH. Enzim memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Dwiati,2010)
a. Enzim aktif dalam jumlah sedikit. Dalam suatu reaksi enzim diperlukan dalam jumlah
yang sangat sedikit untuk mengubah sejumlah besar substrat menjadi produk.
b. Enzim tidak terpengaruh oleh reaksi yang dikatalisis nya. Oleh karena itu enzim adalah
protein maka aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu. Dalam keadaan
tertentu enzim dapat terpengaruh oleh hasil reaksi atau produk.
c. Walaupun enzim mempercepat penyelesaian suatu reaksi enzim tidak mempengaruhi
keseimbangan reaksi tersebut, tanpa enzim reaksi dapat berjalan ke arah sebaliknya.
d. Katalisis enzim bersifat spesifik. Suatu enzim menunjukkan kekhasan reaksi yang
dikatalisisnya.
e. Beberapa macam enzim dapat bekerja terhadap suatu substrat tertentu dan
menghasilkan produk yang sama. Kelompok enzim semacam ini disebut sebagai
isoenzim atau isozim.

Hidrolisis Pati dapat dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam pencernaan enzim
amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase terdapat pada tepung dan biji yang
berkecambah (Gahman 1992, Suami dkk 2001). Kacang hijau dalam bentuk kecambah
mengandung enzim Alfa amilase (Winarno 1983 dalam Suami dkk 2001). Enzim Alfa
amilase banyak terdapat pada kecambah kacang kacangan bahan berupa biji yang dibentuk
pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberelik adalah suatu
senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena
bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut (suami dkk 2007)

III. ALAT DAN BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

1) Alat dan Bahan


Aktivitas enzim katalase
- Rak tabung reaksi - Kertas label
- Tabung reaksi - H2O2 (Hidrogen peroksida)
- Alu dan mortar - Belimbing
- Pinset - Jeruk Kingkit

Aktivitas Amilase
- Tabung reaksi - Air tajin
- Gelas beker - Larutan iodin
- Pipet tetes
- Cawan porselen
- Valet
- Corong
- Kapas/ kertas saring
- Kertas label
- Air liur
2) Prosedur Kerja
- Aktivitas enzim katalase

Buah belimbing dan jeruk kingkit ditumbuk dengan alu dan mortar (diekstraksi)
Hasil tumbukan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi

Amati terbentuknya gelembung pada


buah mentah (1), mengkal (2), dan
H2O2 (Hidrogen peroksida)
matang (3)
dituangkankedalammasing- masing tabung reaksi

- Aktivitas Amilase

Siapkan larutan amilase dari hasil Siapkan larutan tajin 5 % dalam tabung reaksi yang diren
kumuran dengan air hangat yang diberi sedikitgelas
garambeker yang berisi air dingin

Tuangkan 1-2 tetes larutan tajin murni (kontrol)Siapkan larutan


dan larutan tajin tajin 5 % ditetesi
yang sudah dalam air liur ke dalam luban
tabung reaksi yang direndam dalam gelas beker yang beris
Faktor/ Sebagian hasil reaksi warna larutan 5% amilum/air tajin terhadap
Variabel seri uji iodine tiap menit setelah diberi saliva

Kondisi dingin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan banyaknya gelembung pada beberapa tingkat umur buah
Tabel 1. Tingkat aktivitas katalase pada beberapa tingkat umur buah

Jenis buah Tingkat umur


buah
Mentah Mengkal Matang
Jeruk Kingkit + ++ ++++
Belimbing + ++ ++++
Mangga + ++ +++
Keterangan: - = tidak ada
+ = sedikit
++ = cukup banyak
+++ = sangat banyak

Dari hasil pengamatan di atas jumlah gelembung dapat dijadikan indikator untuk mengukur
aktivitas enzim katalase karena Menurut Volk dan Wheeler (1988) gelembung udara atau buih
terbentuk sebagai akibat dari pemecahan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen
oleh enzim katalase. Gas gelembung itu berupa oksigen (O2).
Dari pengamatan terjadi perbedaan jumlah gelembung antara buah yang mentah, mengkal dan
matang karena dikandungan buah yang mentah kadar oksigennya sedikit, buah yang mengkal kadar
oksigennya sedang dan buah yang matang kadar oksigennya banyak. Semakin buah itu matang
semakin banyak pula kadar oksigen yang ada.
Pada ketiga jenis buah terdeteksi ada aktifitas katalase karena adanya gelembung udara yang
menunjukkan adanya aktivitas enzim katalase dimana hidrogen peroksida diurai menjadi air dan
oksigen. Senyawa hidrogen peroksida ini merupakan salah satu produk uraian dari setiap sel yang
menggunakan oksigen sebagai sumber energi dalam proses metabolisme.
Pada bagian protoplasma sel Glioksisom katalase diproduksi dimana peran/fungsinya yaitu
menghasilkan enzim katalase dan oksidase yang terdapat pada sel tumbuhan serta untuk mengoksidasi
asam lemak menjadi gula yang berguna untuk pertumbuhan tanaman.

Tabel 2. Hasil pengamatan efek suhu terhadap aktivitas enzim amilase

Perubahan Amilum saja Amilase + amilum Amilase + amilum


warna menit ke - (Kontrol) dingin hangat
1,0 Biru Biru Biru
2,0 Biru Biru Biru
4,0 Biru Biru Biru
7,0 Biru Biru Biru
10,0 Biru Biru Biru
14,0 Biru Biru Biru
18,0 Biru Biru Biru
20,0 Biru Biru Biru
22,0 Biru Biru Ungu kecoklatan
24,0 Biru Biru Ungu kecoklatan
25,0 Biru Biru Ungu coklat gelap
26,0 Biru Biru Ungu coklat gelap
28,0 Biru Biru Coklat pekat/gelap
29,0 Biru Biru Coklat pekat/pekat
31,0 Biru Biru Coklat agak pekat
32,0 Biru Biru Coklat agak pekat
35,0 Biru Biru Coklat agak terang
38,0 Biru Ungu kecoklatan Coklat agak terang
40,0 Biru Ungu kecoklatan Coklat terang

Pada hasil pengamatan di atas, reaksi perubahan warna dapat dijadikan indikator untuk
mengetahui cepat atau lambatnya aktivitas enzim amilase dengan terjadinya perubahan suhu dan
waktu. Waktu reaksi perubahan warna antar kelompok perlakuan yaitu semakin lama waktunya
maka aktivitas enzim semakin menurun. Semakin tinggi suhunya semakin cepat aktivitas enzim
amilasenya. Perbedaan suhu (hangat dan dingin) mempengaruhi rentang waktu reaksi perubahan
warna karena kenaikan suhu akan menyebabkan penambahan energi kinetik substrat dan enzim
serta meningkatnya jumlah tabrakan antarmolekul akibat agitasi yang lebih besar. Suhu yang
tinggi juga berpengaruh terhadap enzim itu sendiri karena struktur molekul enzim sangat
kompleks dengan sejumlah besar ikatan hidrogen yang lemah. Pada temperatur yang tinggi ikatan
hidrogen akan terputus sehingga struktur enzim berubah. Enzim mengalami denaturasi dan tidak
berfungsi. Kerusakan enzim mulai terjadi pada suhu 45oC dan temperatur dibawahnya dapat
merusak enzim bila diberikan dalam jangka waktu yang panjang. (Sumber: Modul BIOL4314)

Mekanisme perombakan amilum pada jaringan cadangan makanan (endosperm) dari biji yang
sedang aktif berkecambah pada gambar diatas yaitu Air masuk  mengaktifkan giberelin
memicu produksi amilase  amilase memecah pati menjadi gula  gula sebagai bahan
pertumbuhan embrio (sumber: https://www.edubio.info/2018/07/proses-perkecambahan-dan-
tipe.html)

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Mendeteksi tingkat aktivitas katalase pada beberapa tingkat umur buah yaitu semakin matang
buahnya semakin tinggi aktivitas enzim katalase
2. Efek suhu terhadap aktivitas enzim amilase yaitu kenaikan suhu dalam batas tertentu dapat
mempercepat reaksi enzimatis dan suhu yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap struktur
enzim itu sendiri

V. DAFTAR PUSTAKA

Dwiati, Murni. 2010. Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Edisi 2. Tangerang Selatan : Universitas
Terbuka.

Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman.
Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth Publishing
Company

Sastamihardja, D. dan A.H. Siregar. (1990). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Fakultas
MIPA, ITB.

Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England: McGraw Hill
Publishing Company Limited
KEGIATAN PRAKTIKUM IV
Tropisme pada Tumbuhan

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Secara garis besar ada dua macam tropisme, yaitu fototropisme dan geotropisme.
Fototropisme merupakan adaptasi tumbuhan untuk mengarahkan tajuknya ke arah sinar
matahari. Gejala tropisme dapat diamati pada batang dan daun tumbuhan yang tumbuh menuju
ke arah sinar matahari. Geotropisme merupakan gerak pertumbuhan ke arah tarikan gravitasi
bumi. Akar pada umumnya menunjukkan geotropisme positif.
b. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah arah tumbuh tanaman dipengaruhi oleh sumber cahaya
2. Mengetahui arah tumbuh akar tanaman terhadap pusat gravitasi bumi

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tanaman merespon terhadap berbagai rangsangan eksternal yang diterimanya, seperti rangsang
cahaya, gravitasi, keberadaan air atau sumber kelembaban, sumber hara, serta signal dari faktor-
faktor penting lain yang dibutuhkan atau mempengaruhi kelangsungan hidup tumbuhan. Salah satu
bentuk respon adalah dalam bentuk perilaku gerak menanggapi sumber rangsang. Perilaku gerak
tanaman dapat dalam bentuk respon gerak sebagian organ tanaman (ujung batang, ujung akar,
helaian daun, sulur, tangkai bunga, kulit biji), maupun gerak seluruh bagian tubuh ‘individu’
seperti yang ditunjukkan pada gerak gamet jantan (pollen) menuju gamet betina, dan gerak aktif
pindah tempat dari dari fitoplakton. Perilaku gerak dapat bersifat ritmik periodik (fotoperiodik atau
biological clock) maupun respon insidental.
Perilaku gerak bagian organ tubuh tumbuhan dapat berupa gerak yang dipengaruhi oleh
sumber/arah rangsang (gerak tropik/tropisme), gerak yang tidak dipengaruhi arah/sumber rangsang
(gerak Nasti). Gerak tropik dapat merespon terhadap (rangsang cahaya (fototropik), rangsang
gravitasi (geotropik), rangsang sumber hara/ion-ion (kemotropik), dan rangsang sumber
air/kelembaban (hidrotropik). Gerak nasti antara lain dapat berupa gerak mengatupnya daun karena
sentuhan (thigmonasti), dan gerak tidur daun di malam hari (Niktinasti). Gerak keseluruhan tubuh
tumbuhan seperti gerak gamet jantan atau fitoplakton dikenal dengan gerak taksis (fototaksis,
kemotaksis, hidrotaksis).
Untuk mendukung produktifitas tanaman, tanaman membutuhkan energi foton, pasokan air dan
hara mineral serta CO2 yang cukup untuk memacu fotosintesis. Tanaman melakukan adaptasi
stuktural antara lain dengan mengatur mozaik daun tajuk atau lamina-lamina daun mengarah ke
cahaya matahari. Arah tumbuh helaian daun pada cabang tegak (ortotrop) akan berbeda dengan
cabang batang yang mendatar (plagiotrop).
Untuk mengoptimalkan perolehan pasokan air dan ion-ion, tanaman juga mengatur tumbuh
akar menuju ke dalam tanah (geotropisme), menuju ke sumber air dan hara (hidrotropisme dan
khemotropisme), serta memacu pertumbuhan percabangan akar-akar tersier pada ruang-ruang
tanah yang kaya akan humus/hara. Bagaimana respon arah tumbuh ujung akar terhadap rangsang
gravitasi, bagaimana respon arah tumbuh batang dan bagaimana mozaik daun pada cabang
orthotrop dan plagiotrop menjadi permasalahan yang cukup menarik untuk diamati/diteliti melalui
percobaan maupun oservasi ke lapangan.

III. ALAT DAN BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

1) Alat dan Bahan (Arah tumbuh batang tanaman):


- Kardus - Kecambah awal kacang hijau hasil
- Botol akua pragerminasi
- Gunting - Media tanam (tanah)
- Spidol
Alat & Bahan (Arah tumbuh akar tanaman):
- Statip - Karet gelang
- Baskom - Penyemprot
- Nampan plastik - Kertas tisu
- Papan kayu - Kecambah kacang hijau

2) Prosedur Kerja

Arah tumbuh batang tanaman:

a. Siapkan media tanam: gelas akua b. Tanam kecambah awal kacang


diisi dengan tanah dan bagian hijau hasil pragerminasi pada tanah
dasar gelas dilubangi (1 gelas berisi 5) dan dibasahi air
secukupnya
c. Botol akua yang berisi tanah
dimasukkan ke dalam kardus yang
sudah dilubangi setinggi botol akua

e. Amati tinggi tanaman, jumlah dan warna


daun serta arah tumbuh batang setelah 8
hari.
f. Siapkan tabel pengamatan untuk
memasukkan datanya.
g. Buatlah grafik pertumbuhan kecambah
pada kardus terbuka dan kardus tertutup
d. Dibuat 2 macam perlakuan: kardus
dengan lubang sumber cahaya.
terbuka dan kardus tertutup, namun
h. Deskripsikan gejala warna daun, sifat
diberi lubang 4x4 cm di salah satu
batang dan arah tumbuh batang
sisinya. Lubang kardus diletakkan
ke ar ah sumber cahaya matahari.

Arah tumbuh akar tanaman

a. Buat tumpukan beberapa lapis kertas


saring/kain kasa sesuai ukuran papan
kaca atau kayu yang digunakan.
b. Lipatan kertas/kain kasa ditempelkan
pada papan kaca/kayu lalu diikat
dengan karet gelang

d. Tempatkan rangkaian ke nampan


plastik berisi air dan beri statip
penyangga. Pastikan lipatan kain kasa
selalu basah agar kecambah tetap segar.
Biarkan 2-3 hari, lalu amati arah

c. Tempatkan kecambah kacang hijau


tumbuh akarnya

dengan dijepitkan pada karet gelang.


Atur penempatan kecambah dalam 3
posisi: (1) akar ke bawah (normal), (2)
akar ke atas, dan (b) akar mendatar (ke
arah samping)
e. Lakukan percobaan respons arah tumbuh akar kecambah berdasarkan variasi posisi
penempatan awal

f. Siapkan tabel sesuai kebutuhan tabulasi data hasil pengamatan, dengan


memperhitungkan :
1) Variabel posisi peletakan akar kecambah (ke atas, mendatar, ke bawah), dan
2) Jumlah ulangan kecambah yang diamati untuk tiap variabelnya,
g. Sifat data pengamatan seperti (a) data kuantitatif hasil pengukuran sudut
pembelokan dan atau pertambahan panjang akar, atau (b) data kualitatif berupa data
deskriptif karakter kecambah hasil percobaan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Hasil Percobaan

Arah tumbuh batang tanaman:


Foto tanaman setelah 8 Minggu

Tertutup
Terbuka
Terbuka Tertutup
Tabel data hasil pengamatannya :
Tabel 1. Pertumbuhan kecambah kacang hijau pada kardus terbuka dan kardus tertutup
dengan lubang sumber cahaya
Terbuka Tertutup
No Panjang/Tinggi Sudut Jumlah Panjang/Tinggi Sudut Jumlah
Batang pembengkokan Daun Tanaman pembengkokan Daun
1 20 168 2 21,5 42 2
2 18 170 2 27 37 2
3 16,5 177 2 10 45 2
4 21,5 164 2 22 40 2
5 22,5 154 2 28 31 2
Rata-
19,7 166,6 2 21,7 39 2
rata

Tabel 2. Warna daun, sifat batang dan arah tumbuh batang tanaman kacang hijau
terhadap sumber cahaya

Uraian Terbuka Tertutup

Warna Daun Hijau segar, tebal Kekuningan, tipis

Sifat Batang Kokoh Kurang kokoh,agak lemes, pucat, rapuh

Arah Batang agak lurus menuju cahaya Bengkok menuju cahaya

Dari data pengamatan percobaan di atas, respon arah tumbuh batang tanaman
pada tanaman yang ditempat kardus tertutup bengkok menuju arah kotak yang
dilubangi (menuju sumber cahaya) sedangkan untuk tanaman yang ditempat kardus
terbuka tumbuh ke atas menuju sumber cahaya dan tidak terpengaruh adanya lubang
sehingga tanaman tetap tumbuh ke atas menuju ke arah yang banyak cahaya.
Berhubung tempat yang yang digunakan praktikum terbuka tetapi agak teduh jadi
tanaman agak bengkok. Batang tanaman yang terbuka lebih kokoh sedangkan yang
ditempat terbuka batang tanaman kurang kokoh, agaklemas, pucat dan rapuh.
Hubungan arah batang dengan keberadaan sumber cahaya sangatlah erat
hubungannya, karena tanaman akan selalu menuju ke sumber cahaya untuk
pertumbuhannya. Mekanisme fisiologi sehingga respon tumbuh batang ke sumber
cahaya yaitu tanpa adanya cahaya akan terjadi etiolasi yaitu pertumbuhan cepat yang
tidak normal. Cahaya matahari tidak dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, namun
membantu tanaman tumbuh dengan sehat dan normal.
Daun yang tumbuh di tempat yang terbuka warnanya hijau segar dan tebal,
sedangkan pada tempat yang tertutupdaun berwarna kuning dan tipis.
Hormon auksin berperan mengatur respon arah tumbuh batang terhadap
keberadaan sumber cahaya, mekanismenya apabila diarahkan sinar matahari maka akan
terjadi pengangkutan auksin dari sisiyang tersinari ke sisi yang terlindung (Sumber:
BIOL4449)

Arah tumbuh akar tanaman

Tabel data hasil pengamatannya :

Posisi di bawah Posisi Samping Posisi di Atas


No Panjang Sudut Panjang Sudut Panjang Sudut
Akar bengkok Akar bengkok Akar bengkok
1 0,8 45 1,1 90 1,8 145
2 1,6 88 0,8 165 1 180
3 1 85 3,1 135 0,7 180
4 3,4 90 1,2 37 1,1 180
5 1,1 90 1,7 51 3,5 205
rata-
1,58 79,6 1,58 95,6 1,62 178
rata

Berdasarkan pengamatan percobaan di atas menunjukkan konsentrasi auksin di


bagian atas dan bawah akan berbeda. Kandungan auksin menjadi tinggi pada sisi bawah
akar dan koleoptil. Tingginya auksin pada sisi bawah akar akan menstimulasi
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sisi atas akar. Sudut
bengkok akar
kecambah yang mendekati lurus yaitu pada posisi atas, sedangkan yang paling bengkok
pada posisi bawah. Semua modus arah akar baik pada posisi bawah, atas dan samping,
semuanya mengarah ke bawah ke arah tarikan gravitasi bumi. Hal ini terjadi dikarenakan
pada umumnya akar menunjukkan geotropisme positif.

Mekanisme arah tumbuh ujung akar terjadi di awali inisiasi geotropisme diterima
oleh sel kolumela yang terletak di tudung akar. Di bagian dasar sel kolumela terdapat
amiloplas dan nukleus yang sensitif terhadapadanya rangsangan gravitasi, sehingga sel
mengalami elongasi asimetrik. Tekanan yang terjadi pada retikulum endoplasmik akan
mengakibatkan lepasnya Ca pada bagian bawah sel kolumela. Hal ini akan mengaktifkan
dinding sel untuk memompa Ca pada satu sisi. Pergerakan Ca ke sisi bawah tudung akar
dan pacuan auksin akan menghasilkan perbedaan gradien yang asimetris.

Karakter morfologis pertumbuhan akar mengarah ke bawah ke arah gravitasi


bumi. Arah tumbuh akar merupakan bagian dari fenomena geotropisme.
(Sumber:MODUL BIOL4449)

V. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa


1. Arah tumbuh tanaman dipengaruhi oleh sumber cahaya
2. Arah tumbuh akar tanaman bergerak ke arah pusat gravitasi bumi

VI. DAFTAR PUSTAKA

Dwiati, Murni. 2010. Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Edisi 2. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth
Publishing Company

Sastamihardja, D. dan A.H. Siregar. (1990). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung:


Fakultas MIPA, ITB.

Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited.
KEGIATAN PRAKTIKUM V

DAERAH TUMBUH PADA AKAR

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertambahan volume yang tidak dapat
kembali (irreversible). Proses pertumbuhan sebagain besar berlangsung selama fase
pembesaran sel dan sebagaian kecil terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan
sel.
Secara umum daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah merisistem
apikal tunas/batang dan akar. Pada beberapa jenis tumbuhan, khususnya rerumputan
dan monokotil lainnya, daerah pertumbuhannya terletak di bagian atas setiap buku.
Pertumbuhan juga dapat terjadi pada bagian-bagian lainnya. Contohnya: sel
mengalami pembesaran sampai dengan batas tertentu di dalam daun. Pada dikotil
pertumbuhan terjadi ke arah literal akibat membesarnya sel-sel pada sisi jaringan
kambium.

Tidak seluruh bagian tubuh tumbuhan mampu mengadakan pertumbuhan.


Pertumbuhan hanya berlangsung pada jaringan meristem. Organ terbentuk sebagai
hasil pertumbuhan meristem. Semakin jauh dari pusat pembelahan maka sel-sel
cenderung mengadakan pembentangan dan emngalami pendewasaan

b. Tujuan

Mengetahui di bagian mana pada akar yang merupakan daerah tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada akar selain terdapat jaringan meristem yang menjadi titik tumbuh akar
(RAM = Root Apical Meristem), juga ditemukan daerah tumbuh yang berada pada
beberapa milimeter dibelakang RAM. Pertumbuhan pada titik tumbuh (apical
meristem) terjadi karena proses mitosis, sedangkan pertumbuhan pada daerah
tumbuh di belakang apical meristem terjadi karena proses cell enlargement & cell
elongation.
Secara keseluruhan, daerah tumbuh pada akar dibedakan menjadi empat
bagian yaitu tudung akar (root cap), daerah meristematik (RAM), daerah
pemanjangan (elongation region), dan daerah pendewasaan (differenciation region).
Tudung akar berfungsi melindungi daerah meristem saat akar tumbuh menembus ke
dalam tanah, daerah meristematik merupakan daerah yang terdapat jaringan
meristem apikal yang
merupakan pusat pembelahan untuk menghasilkan meristem primer, sehingga daerah
ini ditandai dengan sel-selnya yang sangat aktif melakukan pembelahan sel. Daerah
pemanjangan terletak lebih jauh dari meristem ujung aka,r namun sel-selnya masih
aktif membelah. Daerah pemanjangan ini menekan ujung akar agar akar dapat
memanjang dan menembus tanah. Daerah pendewasaan merupakan daerah tumbuh
yang berada di belakang dari merisem pucuk akar. Proses diferensiasi & spesialisasi
sel-sel hasil pembelahan sel meristem apikal yang berada dibelakang daerah
pemanjangan & perbesaran.

III. ALAT DAN BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

1) Alat dan Bahan


- awan petri
- Penggaris
- Tinta cina
- Tusuk gigi
- Kapas
- Kecambah kacang hijau
- Air
2) Prosedur Kerja

Kapas ditaruh dalam cawan disiapkan Kapas dibasahi dengan air sampi sedikit terendam dan jaga
sebagai media tumbuh kecambah

Akar yang sudah ditandai diletakkan di atas kapas basah dalam cawan petri. Letakkan pettri di tempat gelap

Menggunakan ujung tusuk gigi, tandai dengan tinta cina be


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan

Tabel data hasil pengamatannya.


Panjang Akar
No
Hari-1 Hari-2 Hari-3
1 0,2 0,4 0,8
2 0,8 1,1 1,6
3 0,4 0,7 1
4 2 3 3,4
5 0,5 0,7 1,1
rata-rata 0,78 1,18 1,58

Pertambahan Panjang Akar


4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

1 2 3 4 5 rata-rata

Panjang Akar Hari-1 Panjang Akar Hari-2 Panjang Akar Hari-3

Pembahasan
Berdasarkan percobaan dan pengamatan diatas pada segmen akar daerah pemanjangan
mengalami pertambahan panjang paling besar. Sel-sel ini mengalami elongasi dan ukurannya
bertambah. Dibagian ini sel-sel mengalami elongasi dengan ditandai oleh vakuola selnya yang
banyak mengandung air.

Pada bagian daerah diferensiasi yang terletak di belakang daerah pemanjangan dimana
sel-sel yang telah tumbuh mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Sebagian sel
mengalami diferensiasi menjadi epidermis, korteks, xilem, dan floem. Sebagian lagi
membentuk parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Sel-sel pada zone diferensiasi akar dan
batang mengalami diferensiasi,masing-masing menjadi penyusun akar dan batang.
Pertumbuhan akar dan batang disebabkan oleh adanya kombinasi antara bermabahnya
jumlah sel yang terjadi dalam meristemapikal akar dan batang serta bertambahnya ukuran
masing-masing sel yang terjadi di daerah elongasi. (Sumber: Modul BIOL4314)

V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa bagian daerah pemanjangan pada
akar yang merupakan daerah tumbuh.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Dwiati, Murni. 2010. Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Edisi 2. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth
Publishing Company

Sastamihardja, D. dan A.H. Siregar. (1990). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung:


Fakultas MIPA, ITB.

Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited
KEGIATAN PRAKTIKUM VI

EFEK HERBISIDA (HERBISIDA HORMON)

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Zat pengatur tumbuh auksin akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan


perkembangan tumbuhan. Aplikasinya auksin dapat digunakan sebagai herbisida
yang dapat mengandalikan gulma daun lebar pada tanaman jagung.Penggunaan
auksin dalam konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu sistem kerja hormon,
menyebabkan pertumbuhan abnormal sehingga gulma mati.

b. Tujuan

Mengetahui pengaruh konsentrasi herbisida terhadap pertumbuhan kecambah


biji kacang hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA

Herbisida dapat mempengaruhi satu atau lebih aktifitas fisiologis seperti


pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis,
respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat
diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Herbisida
bersifat racun terutama bagi gulma, namun juga dapat berdampak negatif (meracuni)
bagi tanaman pokok. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan
mematikan seluruh jenis tumbuhan. Namun pada dosis rendah, herbisida justru dapat
memacu pertumbuhan tanaman (efek hormesis).
Herbisida dapat bersifat selektif maupun nonselektif. Sebagian merupakan
herbisida kontak dan sebagian yang lain merupakan herbisida sistemik. Herbisida
kontak hanya akan meracuni/membunuh bagian tanaman yang dikenai. Bahan aktif
herbisida sistemik dapat terserap melalui daun maupun akar, dan akan mengalami
translokasi ke bagian lain tanaman.
Herbisida hormon (organik) mulai diproduksi dengan senyawa aktif
dinitrophenol terutama 2,4-D (asam 2,4-diklorofenoksiasetat), suatu senyawa yang
mirip dengan hormon tumbuhan, yang merupakan herbisida sistemik yang sangat
selektif ketika digunakan dalam jumlah yang sangat kecil. 2,4-D digunakan untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar. Asam fenoksi dan turunannya juga berhasil
dimanfaatkan sebagai herbisida selektif dan bersifat sistemik. Herbisida organik
lain yang pernah
dikembangkan antar lain adalah turunan fenol, triazine dan sulfonilurea dan glifosat
Herbisida merupakan bahan aktif sintetik yang oleh karena penggunaan yang
ekstensif, residunya akan terakumulasi di lingkungan dan terserap oleh tanaman.
Untuk melihat efek herbisida perlu dilakukan pengujian (bioassay). Salah satu metode
uji dapat dilakukan dengan uji perkecambahan (bioassay of germination) atau uji
pertumbuhan vegetatif pada periode awal pertumbuhannya (fase semai/seedling).
Tingkat sensitivitas organisme (termasuk tumbuhan) bervariasi. Sebagian tumbuhan
bersifat sensitif (terpengaruh berat), sebagian bersifat moderat (terpengaruh sedang)
atau sebagian yang lain bersifat toleran (resisten/tidak terpengaruh). Karena tingkat
sensitivitasnya berbeda maka pengujian akan efektif jika menggunakan tumbuhan uji,
yaitu tumbuhan yang sensitif terhadap herbisida. Pada bioassay perkecambahan,
parameter penting yang perlu diukur adalah daya berkecambah biji (%), pertumbuhan
radikula (akar embrional), hipokotil, epikotil, dan pertumbuhan kecambahnya.

III. ALAT DAN BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

1) Alat dan Bahan


- Hormon Pikloram
- Cawan petri
- Botol akua gelas
- Botol kecil
- Kapas
- Kertas saring (dapat diganti tisu makan)
- Air
- Biji kacang hijau

2) Prosedur Kerja
1. Buat larutan herbisida Pikloram (bisa diganti herbisida lain) dengan
variasi konsentrasi : 0 ml/L (kontrol), 1 ml/L, 2 ml/L, dan 3 ml/L.
2. Siapkan 12 gelas akua untuk keempat perlakuan, masing-masing dengan 3 ulangan.
3. Letakkan kapas ke dalam masing-masing gelas akua.
4. Masukkan sebanyak 5 kecambah awal kacang hijau hasil pragerminasi ke dalam
masing-masing gelas akua.
5. Tuangkan larutan Pikloram konsentrasi 0 ml/L (kontrol), 1 ml/L, 2 ml/L, dan 3
ml/L ke dalam gelas akua dengan ketentuan masing-masing perlakuan terdiri
atas 3 ulangan (3 gelas akua)
Skema Kerja

Biji kacang hijau diseleksi, dipilih yang Biji yang bagus diletakkan dalam cawan petri
bagus dan homogin (bernas, warna kulit
dan ukuran seragam, tenggelam di air)

Larutan herbisida Pikloram dalam variasi


konsentrasi (0 ml/L, 1 ml/L, 2 ml/L, dan 3
ml/L) disiapkan. Masing-masing
perlakuan dengan tiga ulangan. Biji dikecambahkan pada nampan
plastik kecil yang diberi alas beberapa
lapis kertas saring/ tisu

Kapas diletakkan pada dasar akua gelas


Larutan Pikloram dituangkan ke dalam masing-masing akua

Kecambah kacang hijau hasil pragerminasi diletakkan didasar botol akua


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Tabel Pengamatan
Dosis Tinggi Tanaman Kacang Hijau (cm)
Herbisida Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0 ml 0 0 0
1 ml 2,0 2,1 1.9
2 ml 2,2 2,4 2
3 ml 2,2 2,4 2

Pembahasan

Konsentrasi herbisida hormon yang digunakan berpengaruh terhadap


pertumbuhan kacang hijau. Jika herbisida yang ditambahkan dalam dosis rendah akan
menjadi zat perangsang tumbuh tanaman akan tetapi jika dalam konsentrasi tinggi
akan menghambat pertumbuhan kacang hijaunya. Semakin tinggi hormon herbisida
yang diberikan semakin lambat pertumbuhan kacang hijaunya dikarenakan
penggunan herbisida dalam konsentrasi tinggi dapat menganggu sistem kerja hormon
menyebabkan pertumbuhan abnormal dan mati serta pada dosis tinggi bersifat
fitotoksik. (Sumber: Modul BIOL4314)

V. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsentrasi


herbisida terhadap pertumbuhan kecambah biji kacang hijau, semakin tinggi dosis
yang diberikan pertumbuhan kecambah biji kacang hijau semakin lambat bisa mati

VI. DAFTAR PUSTAKA

Dwiati, Murni. 2010. Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Edisi 2. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Isbandi, D., Wardoyo dan Soeharto. (1990). Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Surakarta: UNS.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. (1985). Plant Physiology. California: 3thed Wadsworth
Publishing Company

Sastamihardja, D. dan A.H. Siregar. (1990). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan.


Bandung: Fakultas MIPA, ITB.

Wilkins, M.B. (1969). Physiologi of Plant Growth and Development. 1th ed. England:
McGraw Hill Publishing Company Limited

Anda mungkin juga menyukai