Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

TRANSPIRASI

Disusun oleh:
Nama: Friska Aprilliana
NIM: 19032068
Dosen Pembimbing:
Dr. Linda Advinda, M.Kes

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PRAKTIKUM III
TRANSPIRASI

A. Tujuan
Mengamati proses transpirasi pada tumbuhan (daun) dan mengetahui faktor-faktor
yang mempengraruhinya.
B. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin/29 Maret 2021
Pukul : 8:50- 10:30 WIB
Tempat : Kediaman pribadi, Jl. Banyu Lincir Desa Air Batu, Kecamatan
Tabir Ilir, Merangin, Jambi
C. Dasar Teori
Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk
respons fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan
mengalami kekurangin air, daun-daun akan menutup stomata, yang menutup lubang kecil
dipermukaan daun tersebut. Rrespons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat
air dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan
(Campbell N. A., 2000: 292).
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993). Air diserap dari akar rerambut
tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan
khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang
berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui
transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan
terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan penanaman secara besar – besaran
mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi
tumbuh – tumbuhan (Devlin, 1983). Suhu secara tidak langsung berpengaruh terhadap
terjadinya evaporasi pada permukaan tanah dan tranpirasi pada permukaan daun suatu
tumbuhan ataupun tanaman. Transpirasi pada permukaan daun tumbuhan dapat terjadi
jika tekanan uap air dalam sel daun lebih tinggi dibandingkan tekanan uap air yang ada di
udara (Susanto, 2006: 43).
Kecepatan transpirasi yang terjadi antar tumbuhan dapat berbeda-beda tergantung
jenis tumbuhan tersebut. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk
mengukur besarnya transpirasi, salah satunya adalah dengan menggunakan metode
penimbangan. Sehelai daun segar ataupun seluruh bagian tumbuhan beserta potnya
ditimbang. Dalam jangk waktu yang telah ditentukan, tumbuhan tersebut ditimbang lagi.
Selisih berat yang didapatkan dari kedua penimbangan merupakan angka penunjuk
besarnya laju transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang
hilang, yaitu uap air yang terlepas ditangkap dengan dengan zat higroskopik yang telah
diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan petunjuk untuk mengetahui besarnya
transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993: 72).
Untuk mengukur laju transpirasi yang terjadi pada daun secara tidak langsung
dapat diukur kecepatan absorpsinya menggunakan metode fotometri yaitu menggunakan
fotometer. Selain metode fotometri, ada banyak metode lain yang dapat digunakan
diantaranya yaitu metode gravimetri (penimbangan) atau metode lysimeter (metoda pot);
metode kertas kobalt (kertas Cobalt Chloride); dan metoda semi kuantitatif (Ashari, 1995:
41).
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar.
Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury & Ross,1995). Sedangkan faktor
luar antara lain: (Loveless, 1991)
1. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam
rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara
2. Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan
secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
3. Cahaya
Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan
yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap
bukatutupnya stomata.
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan
kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air.
Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun
akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di
akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan
dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi
penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah
menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam
akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan
menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Gunting

2. Bahan
a) Dendrobium anosmum
b) Aglaonema Sp.
c) Plastik/kantung plastik
d) Tali raffia

E. Cara Kerja
1. Memasukkan beberapa helai daun yang ada di dalam pot yang pertama ke dalam
kantong plastik, kemudian mengikatnya dengan tali rafia.
2. Mengulangi langkah 1 pada pot yang ke dua.
3. Setelah 2 jam, mengamati air yang ada dalam kantong plastik.
4. Mengamati apakah air yang dihasilkan dari kedua kantong sama banyaknya.

F. Hasil Pengamatan
Dendrobium anosmum Aglaonema Sp.
Gambar

Keterangan Lebih banyak Lebih sedikit


G. Pembahasan
Seperti halnya manusia, tumbuhan juga memiliki zat sisa metabolisme, yaitu air.
Air berlebih yang merupakan sisa proses fotosintesisi dikeluarkan melalui proses
transpirasi. Proses transpirasi inilah yang akan menjadi topik praktikum kami kali ini.
Pengamatan dilakukan secara sederhana. Dua tanaman berbeda spesies dipilih
kemudian daunnya ditutup dengan kantung plastik. Agar air hasil transpirasi ditampung
sepenuhnya dalam kantung plastik, ujung kantung plastik diikat dengan erat dengan tali
raffia. Tumbuhan dibiarkan selama dua jam sebelum diamati perbedaan volume air yang
terkumpul. Tumbuhan yang saya pilih untuk dijadikan objek adalah Dendrobium
anosmum dan Aglaonema Sp. Yang kebetulan tersedia di rumah saya.
Setelah melakukan serangkaian cara kerja tersebut, didapatkanlah hasil
pengamatan. Dikarenakan kekurangan peralatan praktikum, yaitu gelas ukur, untuk
mengukur dengan pasti volume air yang terkumpul, maka kesimpulan diambil
berdasarkan pengamatan visual langsung terhadap objek. Oleh karena itu, tidak ada data
kuantitatif yang dapat dikumpulkan. Kesimpulan yang didapatkan hanya sebatas mana
yang lebih banyak dan lebih sedikit berdasarkan tampilan. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa air hasil transpirasi dari Dendrobium anosmum lebih banyak
daripada Aglaonema Sp.. Padahal daun Dendrobium anosmum yang saya tutupi dengan
plastik hanya berjumlah satu ditambah satu daun yang belum mekar sempurna. Di lain
sisi, daun Aglaonema Sp. yang saya tutupi plastik berjumlah lima daun.
Akibat perbedaan volume ini, saya telusuri apa yang spesifikasi Dendrobium
anosmum yang menyebabkan laju transpirasinya lebih cepat dari Aglaonema Sp. Saya
dapatkan bahwa ukuran daun Dendrobium anosmum ternyata lebih kecil dan lebih tebal
dari pada daun Aglaonema Sp. Lebar daun yang lebih besar akan berdampak pada bidang
transpirasi yang lebih besar pula. Selain itu juga memungkinkan jumlah stomata yang
lebih banyak banyak sehingga transpirasi juga lebih cepat.
Setalah membuat hipotesis tersebut, ternyata berdasrkan teori, luas permukaan
daun dan tebal tipisnya daun memang berpengaruh terhadap cepat lambatnya laju
transpirasi. Berdasrkan teori, semakin luas permukaan daun maka semakin cepat pula laju
transpirasinya, dan berlaku sebaliknya. Luas permukaan daun Dendrobium anosmum
memang lebih besar sekitar 3 kali dari luas permukaan daun Aglaonema Sp. Daun yang
lebih tebal juga akan mengurangi kecepatan transpirasi. Hal ini disebabkan karena jumlah
difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien
konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah,
dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu,
transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis.
Faktor lain yang mempengaruhi mengapa transpirasi daun pada Dendrobium
anosmum lebih lambat daripada pada Aglaonema Sp. adalah karena Dendrobium
anosmum memiliki lapisan kutikula sedangkan Aglaonema Sp. tidak. Atau lapisan
kutikula Dendrobium anosmum lebih tebal. Lapisan kutikula ini akan menghalangi proses
transpirasi sehingga akan memperlambat laju transpirasi.
Adapun faktor dalam yang mempengaruhi transpirasi antara lain besar kecilnya
daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya
bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata.
H. Kesimpulan
1. Transpirasi adalah proses pengeluaran air sisa metabolisme—seperti transpirasi—
oleh tumbuhan.
2. Transpirasi pada Dendrobium anosmum memiliki laju lebih cepat daripada Anosmum
Sp. Dibuktikan dengan jumlah air yang lebih banyak terkumpul pada plastik dalam
kurn waktu yang sama.
3. Transpirasi dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam.
4. Faktor dalam diantaranya, besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata.
5. Faktor luar diantaranya, suhu, kelembaban, cahaya, angina, dan kandungan air tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta


Campbell, Neil A., and Reece, Jane B. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga
Devlin, R. M and K. H. Withan. 1983. Plant Phisiology. Boston:Williard grant press
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Loveless, P.R.1991. Principles of Biology Plants in Tropical Area. New York: Mac Millan
Publishing Inc
Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Susanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
LAMPIRAN

Tali fafia Plastik

Dendrobium anosmum Aglaonema Sp.

Gunting Proses menutup daun


Aglaonema Sp. Dengan plastik
Proses menutup daun Aglaonema Sp. Setalah ditutupi
Dendrobium anosmum dengan plastik dan ditali ujungnya
plastik dengan tali rafia.

Dendrobium anosmum setalah Perbandingan volume hasil


ditutupi plastik dan ditali transpirasi kedua objek
ujungnya dengan tali rafia. pengamatan.

Volume air hasil transpirasi Volume air hasil transpirasi


pada Dendrobium anosmum pada Aglaonema Sp. setelah 2
setelah 2 jam. jam.

Anda mungkin juga menyukai