TRANSPIRASI
Anggota Kelompok :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
A. Pengukuran Transpirasi
Transpirasi adalah proses yang disebabkan oleh evaporasi air dari daun
tumbuhan dan berhubungan dengan pengambilan air oleh akar dalam tanah.
Aliran disebabkan oleh berkurangnya tekanan hiddrostatif pada bagian atas
tumbuhan akibat difusi air ke atmosfir melalui stomata. Faktor lingkungan sangat
mempengaruhi kecepatan transpirasi cahaya. transpirasi sangat penting bagi
tumbuhan karena berperan dalam hal meningkatkan laju angkut air dan garam
mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari
tubuh, serta mengatur turgor optimum dalam sel.
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara
yang diganti dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal
klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan
kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas
biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat.
Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah
warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari
bagian daun yang ditutup kertas.
2. Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan
asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang
diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
4. Penimbangan langsung
Dua abad yang lalu, Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot
dan tanamannya yang ditutup rapat agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya
yang bertranspirasi kemudian, tanaman dalam pot itu ditimbang pada selang
waktu tertentu, dan arena jumlah air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman
( misalnya, yang diubah menjadi karbohidrat ) kurang dari 1 % dari jumlah air
yang di transpirasikan, maka sebenarnya semua perubahan bobot dapat dianggap
berasal dari transpirasi. Ini dinamakan metode lisimeter.
Dalam metode ini, transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di
atmosfer yang tertutup yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan
sebuah kuvet bening misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang
masuk dan keluar kuvet di ukur.
B. Anatomi Stomata
Stoma adalah lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ
tumbuhan yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel
penutup. Sel penutup dikelilingi oleh sel sel yang bentuknya sama atau berbeda
dengan sel sel epidermis lainnya dan disebut sebagai sel tetangga. Sel tetangga
adalah sel yang berperan penting dalam perubahan osmotik yang mengatur dalam
lebar celah dan gerakan sel penutup. Sel penutup pada stomata dapat terletak sama
tinggi dengan permukaan epidermis atau panerofor, atau stomata dapat lebih
rendah dari permukaan epidermis (kriptofor). Stomata dapat juga lebih tinggi dari
permukaan epidermis yang sering dikatakan sebagai sel penutup tipe
menonjol. Sel penutup biasanya berbentuk ginjal bila kita perhatikan dari atas,
akan tetapi pada suku rerumputan (Poaceae) sel menutup berbentuk berbeda
dengan dua sel tetangga diantara tiap sel penutup stomata. Pada tanaman, stomata
memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas dari dalam tanaman ke
lingkungannya.
Perigen, apabila sel tetangga tidak mempunyai asal yang sama dengan sel
penutup
Mesoperigen, yaitu apabila sel tetangga sedikitnya satu saja memiliki asal
yang sama dengan sel penutup.
2. Tipe anisositik/ Cruiferae, yaitu sel penutup dikelilingi oleh tiga buah sel
tetangga yang tidak berukuran sama. Tipe ini dapat anda temukan pada
stomata tumbuhan anggota keluarga Solanaceae dan Cruciferae.
4. Tipe Diasitik, yaitu tipe stomata yang dikelilingi oleh 2 sel tetangga. Dinding
bersama dari kedua sel tetangga tegak lurus terhadap sumbu panjang sel
penutup serta celah. Anda dapat menemukan stomata tipe ini pada tumbuhan
anggota keluarga Acanthaceae dan Caryophyllaceae.
C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Stomata
Lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap stomata seperti
membuka dan menutupnya stomata, diantaranya:
1. Cahaya
Kekurangan cahaya dapat menyebabkan kemampuan terbukanya celah
stomata berkurang pada kebanyakan tumbuhan. Hal ini tidak tergatung pada
tanggapan stomata terhadap kenaikan CO2 di ruang antar sel akibat penurunan
laju fotosinetesis.
2. Suhu
Stomata akan membuka lebih besar jika suhu lingkungan disekitarnya
meningkat.
3. Kelembapan
Pada beberapa jenis tumbuhan akan menunjukkan tanggapan stomata secara
langsung terhadap adanya kelembapan dilingkungan sekitar, sehingga kenaikan
kelembapan relatif menyebabkan stomata menutup.
4. Angin
Pada kebanyakan tanaman, kenaikkan dari kecepatan angin yang besar dapat
menyebabkan stomata menutup.
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam
sel penjaga. Proses masuknya air tersebut berasal dari tekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Tinggi rendahnya potensial air ini bergantung pada jumlah
bahan yang terlarut (solute) di dalam cairan sel. Semakin banyak jumlah bahan
yang terlarut maka potensial osmotik sel akan semakin rendah. Semakin rendah
potensial osmotik sel maka semakin rendah pula turgiditas sel. Jika sel bersifat
flacid (kendor), stomata akan menutup.
D. Mekanika Stomata
Oleh karena itu, pada siang hari stomata lebih banyak terbuka, sehingga
proses transpirasi sangat besar. Gerakan membuka dan menutupnya stomata ini
juga disebabkan oleh mengembang dan mengkerutnya sel pengawal (sel penutup).
Pada saat cahaya kuat, sel pengawal (penutup) menyerap air dari sel
tetangga, yang mengakibatkan sel pengawal mengembang dan tegang. Kondisi ini
mengakibatkan bagian dinding sel yang lentur tertarik di belakang ke arah sel
tetangga dan bagian dinding sel yang berbatasan dengan lubang stomata ikut
tertarik. Hal ini yang menjadikan stomata terbuka sehingga uap air dari dalam
rongga antarsel keluar. Faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya
stoma yaitu:
1) faktor internal antara lain cahaya matahari, konsentrasi CO2, dan asam absisat
(ABA)
2) faktor internal (jam biologis). Cahaya matahari merangsang sel penjaga
menyerap ion K+ dan air, sehingga stoma membuka pada pagi hari.
Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun juga menyebabkan stoma
membuka. Stomata akan menutup apabila terjadi cekaman air. Pada saat cekaman
air, zat pengatur tumbuh ABA diproduksi di dalam daun yang menyebabkan
membran menjadi bocor sehingga terjadi kehilangan ion K+ dari sel penjaga dan
menyebabkan sel penjaga mengkerut sehingga stomata menutup. Faktor internal
yaitu jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari sehingga stoma membuka,
sedangkanpada malam hari terjadi pembebasan ion yang menyebabkan stoma
menutup. Stomata pada sebagian besar tanaman umumnya membuka pada siang
hari dan menutup pada malam hari.
Pada beberapa tumbuhan misalnya kelompok tumbuhan CAM stoma
membuka pada malam hari sedangkan pada siang hari stoma menutup.
Menutupnya stoma pada siang hari Membran plasma Pompa proton merupakan
adaptasi untuk mengurangi proses penguapan tumbuhan yang hidup di daerah
kering. Pada malam hari CO2 masuk ke dalam tanaman dan disimpan dalam
bentuk senyawa C4. Selanjutnya senyawa C4 akan membebaskan CO2 pada siang
hari sehingga dapat digunakan untuk fotosintesis.
Adaptasi lainnya yang terdapat pada tumbuhan xerofit untuk mengurangi
proses transpirasi yaitu memiliki daun dengan stoma tersembunyi (masuk ke
bagian dalam) yang ditutupi oleh trikoma (rambut-rambut yang merupakan
penjuluran epidermis. Pada saat matahari terik, jumlah air yang hilang melalui
proses transpirasi lebih tinggi daripada jumlah air yang diserap oleh akar. Untuk
mengurangi laju transpirasi tersebut stoma akan menutup.
E. Peranan Transpirasi dan Pertukaran Energi
Jika suhu daun berubah, keadaan yang memang lazim terjadi, daun akan
menyimpan atau melepaskan panas (kalor). Jika sehelai daun tipis menyimpan
panas (kalor) dalam jumlah tertentu, suhunya akan naik dengan cepat; jumlah
panas (kalor) yang sama yang disimpan dalam kaktus hanya sedikit saja yang
menaikkan suhunya, namun kaktus tetap panas lebih lama. Untuk mudahnya,
hanya akan diambil contoh daun yang berada dalam kesetimbangan dengan
lingkungannya; artinya, pada suhu konstan. Sekitar 1 sampai 2% cahaya diubah
menjadi energi kimia melalui fotosintesis, dan jumlah yang kecil itu dapat
diabaikan. Energi yang dihasilkan dari respirasi dan proses metabolik lainnya juga
dapat diabaikan karena terlalu kecil. Pada keadaan tetap, ada tiga mekanisme
pertukaran energiyang mempengaruhi terjadinya suhu daun, yaitu radiasi,
konveksi, dan transpirasi.
A) RADIASI
Secara umum,radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut.
Istilah radiasi pada umumnya dipergunakan untuk segala jenis hal ikhwal
gelombang elektromagnetik. Tetapi dalam ilmu perpindahan panas kita hanya
perlu memperhatikan hal ikhwal yang diakibatkan oleh suhu dan yang dapat
mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau melalui ruang.
Energi yang berpindah dengan cara ini diistilahkan panas radiasi.
Daun menyerap radiasi tampak (cahaya) dan radiasi tak tampak (infra- merah)
dari lingkungan sekitar dan memancarkan energi infra- merah. Jika daun
menyerap energi radiasi lebih banyak daripada yang dipancarkannya, maka
kelebihannya harus dibuang dengan cara konveksi atau melalui transpirasi, atau
melalui kedua cara tersebut (bila tidak, suhu akan naik). Pada malam hari, daun
sering memancarkan energi lebih banyak daripada yang diserapnya. Apabila suhu
daun di bawah suhu udara, daun akan menyerap panas (kalor) dari udara dan
mungkin dari air embun atau titik es di permukaannya.
B) KONVEKSI
C) TRANSPIRASI