Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

TRANSPIRASI TANAMAN Coleus sp.

Dosen Pengampu: Ir. Yenisbar, M.Si.


Drs. Ikhsan Matondang, M.Si.

Ditulis oleh:

Stefan Martinus 183112620150085

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
I. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengukur jumlah kehilangan uap air jenis tanaman yang
sama dengan diletakkan pada tempat teduh dan tempat panas.

II. Teori
Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang
menjadi uap air ke atmosfir (Desborought, 1997 dalam Priyono dan Laksmana, 2016). Proses
transpirasi dimulai dari absorbsi air tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport
melalui batang menuju daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke atmosfir. Laju
transpirasi dipengaruhi oleh faktor karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola
budidaya tanaman (Priyono dan Laksmana, 2016). Salah satu faktor yang mempengaruhi
transpirasi tanaman adalah suhu. Transpirasi dari permukaan daun terutama berlangsung
melalui stomata. Peristiwa ini lazim dikenal sebagai transpirasi stomatal. Selain itu, sebagian
kecil uap air dapat juga hilang melalui kutikula (transpirasi lentikuler). Berbeda dengan
evaporasi, uap air pada transpirasi tidak meninggalkan permukaan bebas, tetapi harus melewati
epidermis atau stomata. Transpirasi ditentukan oleh faktor yang memengaruhi pembukaan
stomata. Sebagai contoh, kenaikan temperatur daun dapat memacu evaporasi, tetapi dapat pula
menyebabkan menutupnya stoma sehingga transpirasi menjadi berkurang (Dwiati, TT).
Transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat menyebabkan terbentuknya daya
isap daun, membantu penyerapan air dan hara oleh akar, serta mempertahankan suhu
permukaan daun. Akan tetapi, transpirasi dapat juga membahayakan kehidupan tumbuhan. Hal
ini terjadi apabila uap air yang ditranspirasi melampaui jumlah air yang diserap oleh akar.
Akibatnya, tumbuhan akan kekurangan air. Kekurangan air yang berlebihan dapat
mengakibatkan kelayuan yang berakhir dengan kematian.
Transpirasi pada tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya stomata,
bentuk dan lokasi stomata. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses transpirasi antara lain
sinar Matahari, suhu, kelembapan udara, angin, keadaan air dalam tanah. Sinar matahari
menyebabkan membukanya stomata, kenaikan suhu menambah tekanan uap di dalam daun.
Menurut Abercrombie et al. (1993), laju transpirasi dipengaruhi oleh kadar CO2,
cahaya, suhu, aliran udara, kelembapan dan ketersediaan air tanah. Sebagian besar faktor ini
mempengaruhi perilaku stomata yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan
tekanan turgor sel penjaga yang mempunyai korelasi dengan kadar ion kalium (K+) di
dalamnya. Selama stomata terbuka air akan hilang ke atmosfer. Transpirasi yang berlebihan
akan sangat merugikan dan dapat mengakibatkan tumbuhan menjadi layu dan bahkan mati.
Menurut Loveless (1987), transpirasi melibatkan difusi uap air dan ruang-ruang antar
sel ke udara melalui stomata, maka laju transpirasi akan bergantung pada tahanan jalur yang
dilalui terhadap molekul-molekul uap air yang berdifusi dan perbedaan konsentrasi antara uap
air di dalam dan di luar daun, yaitu ketajaman gradasi difusi. Distribusi stomata juga
berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu
sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat
penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu
akan menghambat penguapan lubang dekatnya (Hariyanti, 2010).
Transpirasi yang besar akan memaksa tumbuhan untuk melakukan penyerapan dalam
jumlah yang besar pula. Menurut Dwiati (TT), faktor-faktor yang memengaruhi kecepatan
transpirasi adalah berikut ini:
A. Faktor dalam
a. Jumlah stomata tiap satuan luas daun
Jumlah stomata bergantung kepada jenis tumbuhan dan faktor lingkungan pada saat
daun itu berkembang.
b. Struktur anatomi daun
Alat tambahan yang berupa trikoma dapat mencegah penguapan. Selain itu,
penguapan dapat dikurangi dengan terbentuknya lapisan kutikula pada permukaan daun yang
cukup tebal serta letak stomata yang tersembunyi.
c. Potensial osmosis daun
Sel daun mempunyai potensial osmosis yang tinggi sehingga air tidak mudah
menguap.
B. Faktor luar atau lingkungan
a. Kelembaban udara
Apabila kelembaban udara rendah maka selisih potensial air antara rongga
substomater dan udara sekitar menjadi besar. Akibatnya, akan terjadi penguapan dengan cepat
dan difusi uap air ke udara berlangsung makin cepat.
b. Suhu
Kenaikan suhu akan mempercepat transpirasi karena evaporasi dari permukaan
mesofil meningkat. Peningkatan transpirasi dari dampak peningkatan suhu, hal ini dikarenakan
peningkatan suhu membantu dalam mempercepat penguapan air yang terjadi. Peningakatan
suhu udara pada lingkungan menyebabkan menurunnya nilai kelembaban udara pada
lingkungan. Perbedaan kelembaban udara di dalam dan di luar tanaman tentunya sangat
mempengaruhi kecepatan transpirasi yang terjadi (Sugiarto, 2018).
c. Angin
Angin dapat memindahkan uap air dari permukaan daun sehingga kelembaban
menurun.
d. Ketersediaan air
Apabila jumlah air yang terdapat di lingkungan terbatas maka transpirasi akan
berkurang.

III. Alat dan Bahan


A. Alat
a. Termometer
b. Neraca duduk
B. Bahan
a. Tanaman Coleus sp. Dalam pot

IV. Cara Kerja


a. Disiapkan tanaman Coleus sp. yang ditanam dalam pot sebanyak 2 buah.
b. Masing-masing tanaman ditimbang dan dicatat berat awal tanaman.
c. Kedua pot ditutupi dengan plastik bagian tanah yang terbuka langsung dengan udara.
d. Pot yang pertama dibedakan dan diletakkan dalam ruangan teduh kemudian dicatat
suhu pada ruangan tersebut dengan menggunakan termometer.
e. Pot yang kedua diletakkan di luar ruangan dan dicatat suhu sekitar pot tanaman.
f. Kedua pot didiamkan dengan perlakuannya selama dua jam.
g. Setelah dua jam didiamkan, pot kemudian ditimbang dengan neraca duduk dan dicatat
berat akhir tanaman.
h. Ditentukan jumlah uap air yang dikeluarkan kedua tanaman tersebut.

V. Hasil dan Pembahasan


Pada percobaan ini ingin dilakukan pengukuran kadar air yang hilang pada tanaman
Coleus sp. dengan perlakuan suhu yang berbeda. Pengukuran kehilangan air melalui peristiwa
transpirasi ini dilakukan dengan metode Lisimeter atau metode Gravimetri. Metode ini
dilakukan penimbangan langsung pada tanaman yang akan diukur besarnya kehilangan air.
Tanaman yang berada di dalam pot tanahnya ditutup rapat agar air tidak hilang kecuali dari
tajuknya yang bertranspirasi (Sugiarto, 2018). Tanaman dalam pot itu ditimbang dalam selang
waktu tertentu, pada percobaan ini waktu yang diperlukan adalah dua jam. Tanah ditutup
dengan plastik untuk mencegah terjadinya evaporasi air yang berada dalam tanah. Jika
evaporasi terjadi di tanah maka berat akhir yang didapat bukan lah berat sesungguhnya karena
berat akhir yang diperoleh adalah berat air yang mengalami transpirasi pada tanaman dan berat
air yang menguap karena evaporasi. Sehingga data yang dihasilkan tidak akurat, oleh
karenanya tanah ditutup rapat dengan menggunakan plastik.
Tanaman Coleus sp. diletakkan pada dua tempat yang berbeda yaitu padatempat yang
terbuka dan tempat yang teduh. Pada tempat yang terbuka tanaman akan memiliki intensitas
cahaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang berada pada tempat teduh.
Tingginya intensitas cahaya pada tempat tersebut akan membuat suhu lingkungan lebih panas,
sedangkan intensitas cahaya yang rendah akan membuat suhu lingkungan lebih rendah. Nilai
intensitas cahaya yang besar menyebabkan laju transpirasi tanaman lebih besar daripada laju
transpirasi tanaman pada intensitas cahaya yang rendah. Pada pot yang kedua diharapkan
mengalami laju transpirasi yang lebih besar dibandingkan dengan pot yang pertama. Hal ini
dikarenakan pot kedua memiliki intensitas cahaya yang lebih tinggi dan membuat proses
fotosintesis berjalan lebih maksimal, proses fotosintesis ini membuat stomata terbuka dan
membuat transpirasi terjadi (transpirasi stomatal). Selain pada stomata transpirasi juga bisa
terjadi pada lentisel batang Coleus sp. Namun besarnya transpirasi lentisel hanya menguapkan
air sebesar 0,1 persen dari total tanspirasi yang terjadi, sehingga nilai penguapan lentisel lebih
kecil dari stomata dan tidak berpengaruh berarti.
Pada percobaan ini ditujukan untuk melihat pengaruh faktor eksternal yaitu suhu
terhadap kadar air yang hilang. Oleh karenanya digunakan tanaman dari jenis yang sama, untuk
menghilangkan kemungkinan yang terjadi jika stomata pada tanaman yang berbeda memiliki
jumlah yang berbeda, kerapatan antar satu dengan yang lain, distribusinya, potensial osmosis
daun, struktur anatomi daun, dan faktor internal lain yang berkaitan dengan transpirasi.
Berdasarkan perlakuan yang dilakukan diperoleh kadar air pada kedua pot dengan nilai
menggunakan rumus:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% Air yang hilang = 100% - ( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100)

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh % air yang hilang pada kedua pot pada
(Tabel 1).
Tabel 1. Hasil % air yang hilang pada kedua pot dengan tempat yang berbeda
Pot Pertama Pot Kedua
o o
Suhu ( C) Berat awal Berat akhir % Air yang Suhu ( C) Berat awal Berat akhir % Air yang
(g) (g) hilang (g) (g) hilang

32oC 800 790 1,25 34oC 900 850 5,55

Berdasarkan (Tabel 1) dapat dilihat bahwa kadar air yang hilang paling banyak terjadi
pada pot kedua yang memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan pot pertama. Hal
ini terjadi karena kenaikan suhu akan mempercepat transpirasi karena evaporasi dari
permukaan mesofil meningkat. Peningkatan transpirasi dari dampak peningkatan suhu, hal ini
dikarenakan peningkatan suhu membantu dalam mempercepat penguapan air yang terjadi.
Peningakatan suhu udara pada lingkungan menyebabkan menurunnya nilai kelembaban udara
pada lingkungan. Perbedaan kelembaban udara di dalam dan di luar tanaman tentunya sangat
mempengaruhi kecepatan transpirasi yang terjadi.
VI. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa suhu mempengaruhi hilangnya air pada
tanaman Coleus sp. hal ini terlihat pada suhu 34oC tanaman mengalami kehilangan air
sebanyak 5,55% dan pada suhu 32oC tanaman mengalami kehilangan air sebanyak 1,25%.
DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie M, Hickman M, Johnson ML, Thain M. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Edisi ke
8. Diterjemahkan oleh: Sutarmi, T. S dan Nawangsari, S. Jakarta: Erlangga. 676.
Dwiati M. TT. Transpirasi pada tumbuhan. http://repository.ut.ac.id/4513/1/BIOL4449-
M1.pdf. Diakses pada 15 Oktober 2020.
Haryanti S. 2010. Jumlah dan distribusi stomata pada daun beberapa spesies tanaman dikotil
dan monokotil. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol 18 (2): 21-28.
Loveless, A.R. 1987. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1.
Diterjemahkan oleh: Kartawinata, K., Sarkat, D., dan Usep, S. Jakarta: Gramedia. 379.
Priyono S, Laksmana MTS. 2016. Studi laju transpirasi Peltophorum dassyrachis dan
Gliricidia sepium pada sistem budidaya tanaman pagar serta pengaruhnya terhadap
konduktivitas hidrolik tidak jenuh. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari Vol 7 (1):
15-24.
Setiawan E. 2015. Perkembangan Tanaman. Madura: Universitas Trunojoyo Madura Press.
Sugiarto A. 2018. Pengaruh peningkatan suhu udara terhadap laju transpirasi bibit Lansium
domesticum corr. Skripsi. Universitas Sriwijaya.
LAMPIRAN

Lampiran Gambar 1. Kedua tanaman setelah didiamkan selam dua jam

Lampiran Gambar 2. Berat awal pot pertama


Lampiran Gambar 3. Berat awal pot kedua

Lampiran gambar 4. Pot kedua yang diletakkan di luar ruangan


Lampiran Gambar 5. Pot pertama yang diletakkan di ruang teduh

Lampiran Gambar 6. Berat akhir pot kedua


Lampiran Gambar 7. Berat akhir pot pertama

Anda mungkin juga menyukai