Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM

BIOLOGI

LAPORAN RESMI
TRANSPIRASI

STEFANUS ROSANO DARMAWAN


20033010048

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula,
dan lentisel.
Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang
menjadi uap air ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh akar
tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan
(transpired) sebagai uap air ke atmosfir.
Transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam maupun faktor
dari luar. Oleh karena itu, kami melakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan
Untuk mempelajari pengaruh keadaan lingkungan terhadap transpirasi dari
tumbuhan.

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh keadaan lingkungan terhadap transpirasi
dari tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula,
dan lentisel. Sekitar 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata,
paling besar peranannya dalam transpirasi. Sebagian besar air yang diserap tanaman
ditranspirasikan (Indradewa, 2011).
Menurut Rindam dkk. (2010), transpirasi merupakan proses fisiologis tanaman
untuk menyeimbangkan suhu tanaman. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses
kehilangan air secara sengaja oleh tanaman yang dilakukan pada organ daun. Proses
transpirasi dimulai dari penyerapan air tanah oleh akar tanaman yang kemudian
dialirkan melalui batang menuju daun dan ditranspirasikan sebagai uap air ke atmosfer
(Prijono dan Laksmana, 2016).
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Potensi kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut
sangat kecil dibandingkan dengan jumlah air yang hilang melalui stomata. Oleh sebab
itu, dalam perhitungan besarya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya
difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Lakitan, 2010).
Menurut Binsasi, dkk. (2016), daun memegang kendali dan peran penting atas
berlangsungnya proses transpirasi pada tumbuhan. Besar kecilnya laju transpirasi
secara tidak langsung ditentukan oleh energi panas matahari melalui mekanisme
membuka dan menutupnya pori-pori pada daun tersebut.
Jika sebagian besar stomata tetap terbuka, transpirasi paling banyak terjadi pada
hari yang cerah, hangat, kering, dan berangin karena faktor-faktor lingkungan ini
meningkatkan evaporasi. Jika transpirasi tidak dapat menarik cukup air ke daun, tunas
menjadi agak layu saat sel-sel kehilangan turgor. Walaupun tumbuhan merespons
tekanan kekeringan ringan semacam itu dengan penutupan stomata secara cepat,
sejumlah kehilangan air evaporatif tetap terjadi melalui kutikula (Campbell, dkk., 2010).
Menurut Benyamin (2012), laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air
tanah dan alju absorbsi air di akar. Siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat
dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun
sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika
kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan
defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.
Transpirasi akan meningkat seiring dengan peningkatan defisit tekanan uap dari
udara kering. Kondukstansi stomata yang rendah merupakan indikator tipe tanaman
toleran kekeringan. Tingginya resistensi mengindikasikan penurunan kehilangan air,
yang penting untuk menjaga status air resistensi transpirasi membantu potensial air
tanaman yang berperan dalam menjaga turgiditas. Kemampuan daun menahan air
yang ditunjukkan oleh laju kehilangan air daun rate leaf water loss (RWL) dapat
digunakan sebagai indikator yang sederhana tapi handal untuk toleransi kekeringan
(Adisyahputra, 2011).
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura (2012), tanaman dapat menyerap polutan. Bagian tanaman yang berfungsi
sebagai penyerap polutan terutama adalah bagian tajuk tanaman, terutama daunnya.
Proses pengurangan polutan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu diserap (absorp)
atau dijerap (adsorp). Diserap artinya masuk ke struktur daun melalui stomata,
sedangkan dijerap artinya hanya menempel di permukaan daun dan memungkinkan
terlepas dan menjadi polutan.
Daun merupakan organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya berbentuk
pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya fotosintesis.
Berkaitan dengan itu, daun memiliki struktur mulut daun yang berguna untuk
pertukaran gas O2, CO2, dan uap air dari daun ke alam sekitar dan sebaliknya
(Sumardi, 2010).
Menurut Hariyanti (2010), distribusi stomata sangat berhubungan dengan
kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain
dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat
penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang
yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya.
Transpirasi yang terjadi dapat membantu penyerapan mineral dari tanah dan
pengangkutannya dalam tumbuhan. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi
terjadinya transpirasi, namun transpirasi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal (Feryanto, 2011).
Menurut Setiawan (2015), proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal antara lain adalah ukuran daun,
tebal tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya
bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan lokasi stomata,
termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-
faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin
kandungan air tanah, gradient potensial air tanah, atmosfer, serta adanya zat-zat toksik
di lingkungannya.
Distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi
pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas
tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu
terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat
penguapan lubang dekatnya (Papuangan, 2014).
Menurut Feryanto (2011), transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan
dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur
suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses transpirasi, baik internal dari
tanaman maupun eksternal dari lingkungan. Faktor internal proses transpirasi terdiri
dari sifat morfologi dan anatomi tanaman, sedangkan faktoreksternal yang
mempengaruhi proses transpirasi terdiri dari suhu ruangan, kelembaban udara,
sirkulasi udara, dan tekanan atmosfer. Kelembaban udara yang tinggi menyebabkan
transpirasi yang terjadi rendah (Tauryska, 2014).
Menurut Putra, dkk (2013), semakin tinggi suhu udara dan semakin besar
perbedaan suhu maka laju transpirasi akan meningkat.
Kondisi sinar matahari yang terik dapat menyebabkan stomata pada daun akan
membuka sehingga terjadi proses transpirasi, sebaliknya pada kondisi cuaca mendung
stomata akan cenderung menutup sehingga tidak terjadi transpirasi atau laju
transpirasi sangat rendah (Fatonah dkk. , 2013).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat : 1. 4 buah gelas ukur 10 ml.
2. Gunting.

Bahan : 1. Air.
2. Minyak kelapa.
3. Daun rambusa.
4. Daun asem.
5. Daun kuncup merah.

3.2 Cara Kerja


Memotong batang atau ranting tumbuhan di bawah permukaan air.

Menggunakan tiga macam tumbuhan untuk dimasukkan ke dalam tiga gelas ukur 10
ml.

Membiarkan satu gelas ukur 10 ml tanpa tumbuhan, hanya berisi air (sebagai control).

Setelah itu, menyusun pada rak tabung reaksi 4 gelas ukur tersebut.

Membuat tinggi permukaan air pada keempat gelas ukur tersebut sama.

Menetesi dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup agar tidak
menguap.

Meletakkan seperangkat gelas ukur ini di luar ruangan.

Mencatat air yang hilang setiap 10 menit selama 1 jam dengan menambah sejumlah
air hingga mencapai tinggi permukaan air semula.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Tabel Hasil Pengamatan Berdasarkan Air Yang Hilang


Luas
Air Yang Hilang (ml)
PermukaanDaun
No Bahan
0 10 20 30 40 50 60
Cm cm2
menit menit menit menit menit menit menit
Air +
minyak
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kelapa
(kontrol)
Air+
minyak
2 kelapa + 0 0 0 0,1 0,2 0,2 0,2 11,733 0,117
daun
rambusa
Air+
minyak
3 kelapa + 0 0 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 6,433 0,064
daun
asem
Air+
minyak
kelapa +
4 0 0 0 0 0,1 0,2 0,2 28,333 0,283
daun
kuncup
merah

B. Tabel Hasil Pengamatan Air Yang Hilang Berdasarkan Luas Permukaan Daun
Air Yang Hilang (ml/cm2)
10
No Bahan 0 20 30 40 50 60
meni
menit menit menit menit menit menit
t
Air + minyak
1 0 0 0 0 0 0 0
kelapa (kontrol)
Air+ minyak
2 kelapa + daun 0 0 0 0,854 1,709 1,709 1,709
rambusa
Air+ minyak
3 kelapa + daun 0 0 1,562 3,125 3,125 4,687 4,687
asem
Air+ minyak
4 kelapa + daun 0 0 0 0 0,353 0,706 0,706
kuncup merah
C. Gambar Hasil Pengamatan

D. Gambar Luas Permukaan Daun


E. Grafik Volume Air Yang Hilang
BAB V
PEMBAHASAN

Transpirasi adalah proses menurunnya atau menghilangnya volume air dari daun,
sebagaimana ditulis oleh Indradewa (2011) bahwa transpirasi adalah proses hilangnya
air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan
tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Sekitar 80% air yang
ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam
transpirasi. Sebagian besar air yang diserap tanaman ditranspirasikan.

(Gambar luas permukaan daun)


Berdasarkan gambar di atas, dapat diamati bahwa daun asem memiliki luas
permukaan daun yang terkecil. Berdasarkan tabel hasil pengamatan berdasarkan air
yang hilang, daun asem mengalami kehilangan air tertinggi daripada daun rambusa
dan daun kuncup merah. Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa semakin kecil luas
permukaan daun maka semakin besar jumlah volume air yang hilang seperti yang
dikatakan oleh Setiawan (2015), bahwa proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal antara lain adalah
ukuran daun, tebal tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun,
banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan
lokasi stomata, termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju
metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu,
kelembaban udara, angin kandungan air tanah, gradient potensial air tanah, atmosfer,
serta adanya zat-zat toksik di lingkungannya.
Semakin kecil luas permukaan daun, maka stomata semakin banyak. Jika stomata
semakin banyak, maka proses transpirasi akan semakin cepat. Seperti yang dikatakan
oleh Hariyanti (2010), bahwa distribusi stomata sangat berhubungan dengan
kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain
dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat
penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang
yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya.
Dapat diamati pada tabel hasil pengamatan bahwa air dengan minyak kelapa yang
berperan sebagai kontrol, tidak mengalami penurunan volume air. Hal ini dapat
diasumsikan jika daun berperan penting pada proses transpirasi atau proses
penguapan air, sebagaimana yang dikatakan oleh Binsasi, dkk. (2016), bahwa daun
memegang kendali dan peran penting atas berlangsungnya proses transpirasi pada
tumbuhan. Besar kecilnya laju transpirasi secara tidak langsung ditentukan oleh energi
panas matahari melalui mekanisme membuka dan menutupnya pori-pori pada daun
tersebut. Juga yang dikatakan oleh Sumardi (2010) bahwa daun merupakan organ
pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau,
dan merupakan tempat utama terjadinya fotosintesis. Berkaitan dengan itu, daun
memiliki struktur mulut daun yang berguna untuk pertukaran gas O2, CO2, dan uap air
dari daun ke alam sekitar dan sebaliknya.
Transpirasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Seperti yang dikatakan oleh Tauryska (2014) bahwa terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi proses transpirasi, baik internal dari tanaman maupun
eksternal dari lingkungan. Faktor internal proses transpirasi terdiri dari sifat morfologi
dan anatomi tanaman, sedangkan faktoreksternal yang mempengaruhi proses
transpirasi terdiri dari suhu ruangan, kelembaban udara, sirkulasi udara, dan tekanan
atmosfer. Kelembaban udara yang tinggi menyebabkan transpirasi yang terjadi rendah.
Sifat morfologi dan anatomi tanaman yang dimaksud mencakup ukuran dan luas
permukaan daun.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Darimana air menguap?

 Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air ditranspirasikan berjalan
melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju
transpirasi.

2. Bandingkan hasil percobaan dengan kontrol.

 Air + minyak kelapa (kontrol) tidak mengalami penurunan atau kehilangan volume air
dibandingkan dengan percobaan menggunakan daun rambusa, daun asem, dan daun
kuncup merah yang mengalami penurunan atau kehilangan volume air.

3. Berapa banyak air yang diuapkan setiap cm2 daun per satuan waktu? Caranya dengan
menggambarkan daun diatas kertas grafik.
A. Air yang hilang pada daun rambusa
0,1 ml
1. 0,1 ml = 0,854 ml/cm2
0,117 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml 0,117 cm2
= 1,709 ml/cm2

B. Air yang hilang pada daun asem


0,1 ml
1. 0,1 ml = 1,562 ml/cm2
0,064 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml 0,064 cm2
= 3,125 ml/cm2
0,3 ml
3. 0,2 ml 0,064 cm2
= 4,687 ml/cm2

C. Air yang hilang pada daun kuncup merah


0,1 ml
1. 0,1 ml 0,283 cm2
= 0,353 ml/cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml 0,283 cm2
= 0,706 ml/cm2

4. Apakah banyaknya air yang diuapkan setiap cm2 daun per satuan waktu sama untuk
semua macam tumbuhan? Kalau tidak sama apa sebabnya?

 Tidak sama. Karena banyaknya air yang diuapkan setiap cm2 daun per satuan waktu
dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga hasilnya pun berbeda.

5. Buatlah grafik. Tempatkanlah waktu pada sumbu x dan banyaknya air yang menguap
pada sumbu y untuk ketiga tumbuhan tadi.
6. Faktor apa yang mempengaruhi laju transpirasi?

 INTERNAL
 Banyak daun dan luas permukaan daun
Transpirasi terjadi di daun, semakin banyak dan luas permukaan daun, maka laju
semakin cepat.
 Banyak stomata di daun
Transpirasi di daun tepatnya terjadi di stomata. Semakin banyak stomata, maka laju
semakin cepat.
 Kutikula
Kutikula adalah lapisan lilin di daun. Semakin tebal kutikula, semakin lambat laju
transpirasi, karena lapisan lilin menghambat keluarnya air.

EKSTERNAL
 Suhu
Semakin tinggi suhu, semakin mudah air menguap, semakin cepat laju transpirasi.
 Cahaya matahari
Stomata membuka lebar saat mendapat cahaya, sehingga semakin cepat laju
transpirasi.
 Angin
Air yang menguap dapat disapu cepat oleh angin sehingga memungkinkan terjadinya
transpirasi selanjutnya, laju transpirasi pun semakin cepat.
 Kelembaban
Semakin lembab akan semakin berkurang laju transpirasi daun.
BAB VI
KESIMPULAN

Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang
menjadi uap air ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh akar
tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan
(transpired) sebagai uap air ke atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor
karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya tanaman Cepat
lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud
air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu
menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor-faktor tersebut meliputi suhu, cahaya,
kelembaban udara, dan angina. Di samping itu luas permukaan jaringan epidermis
atau luka tempat proses transpirasi berlangsung juga ikut berperan (Sulistyowati, 2010).
Laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi tanaman.
Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap vegetasi
mempunyai struktur akar dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur tajuk, fisiologi
tanaman, indeks luas daun dan conductance stomata berpengaruh terhadap
transpirasi. Volume air tanah yang mampu diserap oleh tanaman sangat bergantung
pada pola perakaran, semakin tinggi penetrasi akar pada tanah maka akansemakin
banyak air yang mampu diserap oleh tanaman sehingga volume air yang mengalami
transpirasi juga semakin tinggi. Perbedaan struktur kanopi dapat dilihat dari perbedaan
struktur batang serta daun yaitu luas daun tanaman, dimana semakin tinggi indeks luas
daun tanaman maka semakin tinggi laju transpirasi tanaman (Sugeng, 2016).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi
bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar
matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari
karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan
membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman
juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar
keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Haryanti, 2010).
Transpirasi melalui kutikula, stomata dan melalui lentisel. Sebenarnya seluruh
bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya yang kita bicarakan
hanyalah transpirasi lewat daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh
tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya
permukaan daun dan juga karena daun-daun itu lebih kena udara dari pada bagian-
bagian lain dari suatu tanaman (Izza, 2015).
Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar.
Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata dan faktor luar antara lain, kelembaban,
bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga
antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara. Suhu, Kenaikan suhu
dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali.
Cahaya, cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya
akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan
yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-
tutupnya stomata. Angin, angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Kandungan air tanah, laju transpirasi dapat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar (Binsani, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Prijono, S. dan Satya, T. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan
Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap
Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. Vol 7. No.1 : 15-24. Diakses tanggal 9 Oktober
2020.

Papuangan, N. dkk. 2014.JUMLAH DAN DISTRIBUSI STOMATA PADA TANAMAN


PENGHIJAUAN DI KOTA TERNATE. Vol 3. No. 1 : 287-292. Diakses tanggal 10
Oktober 2020.

Direktorat Jenderal Hortikultura Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.


2012. Tanaman Hias Potensial Penyerap Polutan. Diakses tanggal 10 Oktober 2020..

Haryanti, S. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi . Vol. XVIII, No. 2.
Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Sumardi, I. dkk. 2010. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta Penebar


Swadaya. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Adisyahputra. 2011. Pewarisan sifat densitas stomata dan laju kehilangan air
daun (rate leaf water loss RWL) pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal
Natur Indonesia, Vol 4. No.1 : 73-89. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Benyamin, 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada:


Jakarta. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Setiawan, dkk. 2015. Hubungan kemampuan transpirasi dengan dimensi tumbuh bibit
tanaman Acacia decurrens terkolonisasi Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita.
Jurnal Silvikultur Tropika, 6(2): 107-113. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Indradewa. 2011. Fisiologi Tumbuhan. UI-Press: Jakarta. Diakses tanggal 10 Oktober


2020.
Feryanto, I. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Fatonah, dkk. 2013. Penentuan waktu pembukaan stomata pada gulmaMelastoma


malabathricum L.di perkebunan gambir kampar, Riau. Jurnal Biospesies. 6 (2) : 15-22.
Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Putra, dkk. 2013. Respon morfologi benih karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) tanpa
cangkang terhadap pemberian peg 6000 dalam penyimpanan pada dua masa
pengeringan. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2 (1) : 145 – 152. Diakses tanggal 10
Oktober 2020.

Rindam, dkk. 2010. Proses sejatpeluhan tumbuhan terpilih sebagai kaedah


mendapatkan dan menangani masalah sumber air. Malaysian Journal of Society and
Space. Vol 6. No.2 : 10 -19. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Tauryska, E. 2014. Pengaruh pemberian pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat
kelinci terhadap pertumbuhan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sebagai
sumber belajarbiologi SMA kelas XII. Jurnal PenelitianMahasiswa Pendidikan Biologi. 1
(1) : 87 – 92. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Lakitan, B. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers, Jakarta. Diakses


tanggal 10 Oktorber 2020.

Binsasi, dkk. 2016. Evaporasi dan Transprasi Tiga Spesies Dominan dalam Konservasi
Air di Daerah Tangkapan Air (DTA) Mata Air Geger Kabupaten Bantul Yogyakarta. Bio
– Edu : Jurnal Pendidikan Biologi. Vol.1 No.3 : 32-34. Diakses tanggal 10 Oktober
2020.

Campbell, dkk. 2010. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta. Diakses tanggal 10 Oktober
2020.

Sulistyowati, Uut. 2010. Biologi. Pt. Temprina Media Grafika: Nganjuk. Diakses tanggal
11 Oktober 2020.
Sugeng P.M Dan Teguh S.L. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum Dassyrachis
Dan Gliricidia Sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya
Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-Pal. 7 (1). Diakses tanggal 11 Oktober
2020.

Haryanti, S. 2010. Jumlah Dan Distribusi Stomata Pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil Dan Monokotil. Jurnal Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 1 (8). Diakses
tanggal 11 Oktober 2020.

Izza F. 2015. Karakteristik Stomata Tempuyung (Sonchus Arvensis L.) Dan


Hubungannya Dengan Transpirasi Tanaman Di Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana
Malik Ibrahim Malang. Jurnal Uns. 1 (1). Diakses tanggal 11 Oktober 2020.
APPENDIX

Volume air yang hilang (ml)


Rumus = = ……. ml/cm2
Luas permukaan daun (cm2 )

A. Air yang hilang pada pada daun rambusa


0,1 ml
3. 0,1 ml 0,117 cm2 = 0,854 ml/cm2
0,2 ml
4. 0,2 ml 0,117 cm2
= 1,709 ml/cm2

B. Air yang hilang pada daun asem


0,1 ml
4. 0,1 ml 0,064 cm2
= 1,562 ml/cm2
0,2 ml
5. 0,2 ml 0,064 cm2
= 3,125 ml/cm2
0,3 ml
6. 0,2 ml 0,064 cm2
= 4,687 ml/cm2

C. Air yang hilang pada daun kuncup merah


0,1 ml
3. 0,1 ml 0,283 cm2
= 0,353 ml/cm2
0,2 ml
4. 0,2 ml = 0,706 ml/cm2
0,283 cm2

Anda mungkin juga menyukai