Anda di halaman 1dari 19

ACARA I

PENGAMATAN EVAPORASI DAN TRANSPIRASI TANAMAN AIR ECENG


GONDOK (Eichhornia crassipes)

Oleh :
Wanodya Kharisma Paramita
NIM. L1B015058

LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut (Islami dan Utomo 1995 dalam, Dian Hudayana, 2007), budidaya tanaman di
lapangan akan kehilangan air dari permukaan tanah yang disebut evaporasi disamping
melalui proses transpirasi. Dalam banyak kasus biasanya evaporasi diartikan sebagai
kehilangan air dalam bentuk uap dari permukaan air. Tetapi dalam hubungannya
dengan kegiatan pertanian yang dimaksud dengan evaporasi adalah kehilangan air
dari permukaan tanah.
Gerbano (2005) dalam (Rita D Ratnani,2011 ) menyebutkan Eceng Gondok termasuk
famili Potederiaceae. Tanaman ini hidup di daerah tropis maupun subtropis. Eceng Gondok
digolongkan sebagain gulma perairan yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan dan berkembang biak secara cepat. Eceng Gondok mampu menghisap air dan
menguapkannya ke udara melalui proses evaporasi

1.2. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakanya praktikum acara pengamatan evaporasi dan transpirasi
tanaman air eceng gondok (eichhornia crassipes) adalah :
1. Mengetahui proses terjadinya evaporasi dan transpirasi.
2. Mengetahui besarnya evaporasi dan transpirasi harian tanaman Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
2.1.1. Klasifikasi

Gambar 1. Eichhornia crassipes

Klasifikasi dari tumbuhan air Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) menurut (Kartez, 1996

dalam Raharjo, T., 1998) :

Kingdom : Plantae
Division : Embryophytasi phonogama
Class : Monocotyledoneae
Order : Ferinosae
Family : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
Spesies : Eichornia Crassipes

2.1.2. Morfologi
Eceng gondok mempunyai daun yang berbentuk bulat telur, dengan ujung daun tumpul

dan hampir bulat. Tulang daun membengkok dengan ukuran 7-25 cm dan di permukaan

sebelah atas daun banyak dijumpai stomata. Eceng gondok mempunyai akar serabut. Akar

eceng gondok dapat mengumpulkan lumpur. Lumpur akan melekat diantara bulu-bulu akar.
Dibelakang tudung akar (kaliptra) akan terbentuk sel-sel baru untuk jaringan akar baru

(meristem). Bunga eceng gondok berwarna ungu muda (lila) (Rita D Ratnani, 2011).

2.2. Evaporasi dan Transpirasi


2.2.1. Definisi Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan air, tanah dan bentuk permukaan
bukan vegetasi lainnya oleh proses fisik. Evaporasi dari permukaan air sebagai proses
penguapan, sungai dan badan air lainnya. Evaporasi merupakan peristiwa perubahan air
menjadi uap air yang bergerak dari permukaan tanah ke udara. Namun evaporasi juga dapat
disebut penguapan yang berarti proses perubahan molekul dalam keadaan cair (contohnya
air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari
kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyap nyacairan secara berangsur-
angsur ketika terpapar pada gas dengan volumen signifikan. Dua unsur utama
berlangsungnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air
(Sosrodarsono, 1987). Suatu daerah dengan evaporative demand yang tinggi yang tidak
diimbangi dengan curah hujan yang mencukupi dan merata akan sangat terganggu kondisi
keseimbangan neraca airnya, dan akan menimbulkan masalah, terutama aktivitas yang
membutuhkan air, antara lain kegiatan pertanian melalui neraca bahang, evapotranspirasi
mempengaruhi iklim (Usman, 2004).
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman
yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel.
Sebanyak 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata dan memiliki
perananterbesar dalam transpirasi. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tanaman tersebut
sangat kecil dibandingkan yang hilang melalui stomata (Lakitan, 1993).
2.2.2. Mekanisme Evaporasi dan Transpirasi
Unsur utama untuk berlangsungnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan
ketersediaan air. Radiasi matahari merupakan sebagian radiasi gelombang pendek yang akan
diubah menjadi energi panas dalam tumbuhan, air, dan tanah. Energi panas tersebut akan
menghangatkan udara di sekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikel-partikel
berbagai material di udara tanpa mengubah bentuk partikel tersebut dianamakan panas-tampak.
Sebagian dari energi matahari akan diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan
menyebabkan perputaran udara dan uap air diatas permukaan tanah. Keadaan ini akan
menyebabkan udara di atas permukaan tanah jenuh, dan mempertahankan tekanan uap air yang
tinggi pada perukaan bidang evaporasi (Asdak, 2007).
Mekanisme terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa lebar celah di antara dua sel
penutup stoma, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi membuka-menutupnya stomata akan
menentukan banyaknya transpirasi. Keluarnya uap air dari celah stoma merupakan proses difusi
gas, karena tekanan uap di sebelah dalam celah lebih tinggi daripada tekanan uap di udara luar
daun. Karena tekanan uap di ruang udara di dalam celah daun selalu berkurang oleh terjadinya
difusi gas keluar, maka terjadinya penguapan air di dinding sel parenkim mesofil daun yang
berbatasan dengan ruang udara. Selanjutnya proses ini akan menarik air dari sel sebelah dalam
dan seterusnya. Energi adalah hal yang paling penting dalam penguapan. Kerja sistem
evaporator, banyak ditentukan oleh energi yang diperlukan untuk mencapai tingkat tertentu.
Penguapan melibatkan penerapan panas untuk menguapkan air pada titik didih tertentu. Ada
beberapa tumbuhan yang tidak melakukan transpirasi, tetapi transpirasi memberikan keuntungan
yang baik untuk tumbuhan. Menurut Adwinta (2012), keuntungan tersebut adalah pengangkutan
air ke daun dan difusi air antar sel, penyerapan dan pengangkutan air juga hara, pengangkutan
asimilat, membuang kelebihan air, pengaturan bukaan stomata, dan mempertahankan suhu daun.
(Sarma dan Barma, 2010).
2.2.3. Faktor Evaporasi dan Transpirasi
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evapotranspirasi. Menurut Gardner et al.
(1991), yakni Radiasi matahari. Radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan
untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.
Temperatur, Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air,
yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar. Kelembaban relatif, Makin besar kandungan
air di udara berarti atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembaban relatif. Angin,
Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin)
menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan tepat di
luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat.
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi praktikum
3.1.1. Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum Evapotranspirasi

No Nama alat Ukuran/ jumlah Merek Fungsi


1. Penggaris 30 cm / 5 buah Mengukur pengurangan air

2 Ember 20 L / 5 buah Tempat air dan tumbuhan


3 Timbangan digital 1 buah Menimbang masa tanaman

3.1.2. Bahan
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum Evapotranspirasi
No Nama bahan Ukuran/ jumlah Merek Fungsi
1. Eceng gondok Biomassa

2. Media pertumbuhan eceng


Air 25 L
gondok

3.2. Metode Praktikum


Air disiapkan dalam lima ember plastik, kemudian air dalam ember di ukur volumenya
atau ketinggian air sebelum perlakuan. Satu ember sampel diisi tanaman Eichornia crassipes
dengan biomassa 100%. Selanjutnya keempat ember lainnya diisi dengan biomassa 75%, 50%,
25% tanaman eceng gondok dan ember tidak diisi tanaman alias tutupan 0%. Biomasa dengan
penutupan 0% dijadikan sebagai kontrol. Kemudian kelima ember sampel diletakkan di bawah
terik sinar matahari langsung, setelah itu kelima ember sampel setiap hari selama 2 minggu
diamati pengurangan volume air atau ketinggian air yang terjadi. Laju pengurangan voluume air
dihitung dengan rumus :
ln ln
X= x 100%

Keterangan:
X : Laju pengurangan air perhari

Awal : Volume air awal pengamatan

Akhir : Volume air akhir pengamatan

t : Jumlah waktu perlakuan

3.3. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum evapotranspirasi dilaksanakan selama dua minggu (15 29 April 2017) di

Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman.

3.4. Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis deskriptif komparatif menggunakan diagram batang untuk
membandingkan pengurangan volume air pada tiap perlakuan dengan menggunakan tanaman
Eceng Gondok (Eicchornia crassipes).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 3. Hasil pengamatan evaporasi dan transpirasi tumbuhan air Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes).

Pengamatan Hari Ke-/ Tutupan Biomassa


Pukul 0% 25% 50% 75% 100%
1 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
17:30 0 cm 0.1 cm 0.2 cm 0.1 cm 0.4 cm
2 05:30 0 cm 0 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm
17:30 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.2 cm 0.1 cm
3 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
17:30 0 cm 0.1 cm 0.1 cm 0 cm 0.1 cm
4 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0.1 cm 0 cm
17:30 0 cm 0.1 cm 0 cm 0 cm 0.1 cm
5 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
17:30 0.1 cm 0 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm
6 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
17:30 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0.1 cm
7 05:30 0 cm 0.1 cm 0 cm 0.1 cm 0 cm
17:30 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm
8 05:30 0 cm 0 cm 0.1 cm 0 cm 0 cm
17:30 0.1 cm 0.1 cm 0 cm 0 cm 0.2 cm
9 05:30 0.1 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
17:30 0.1 cm 0 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm
10 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
17:30 0 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm
11 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
17:30 0 cm 0 cm 0 cm 0.1 cm 0.1 cm
12 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0.1 cm 0.1 cm
17:30 0 cm 0 cm 0.1 cm 0.1 cm 0 cm
13 05:30 0 cm 0 cm 0 cm 0.1 cm 0 cm
17:30 0 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.2 cm
14 05:30 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm
17:30 0 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm 0.1 cm

Tabel 4. Persentase evaporasi dan transpirasi perminggu


Minggu Ke- Tutupan Biomassa Penyusutan (cm)
1 0% 0.3
25% 0.6
50% 0.7
75% 0.8
100% 1.1
2 0% 0.4
25% 0.5
50% 0.6
75% 0.9
100% 1

4.2. Pembahasan

Praktikum evaporasi dan transpirasi dilakukan selama 14 hari pengamatan pada pagi hari
pukul 05.30 WIB dan sore hari pukul 17.30 WIB. Pengamatan evaporasi dan transpirasi
dilakukan dengan cara pengamatan tanaman eceng gondok yang ditempatkan pada ember yang
berukuran 30 liter. Ember yang digunakan untuk pengamatan evaporasi dan transpirasi
berjumlah lima buah dengan volume (25 liter) yang sama dan pengamatan tersebut dibedakan
dengan biomassa/penutupan 100%, 75%, 50%, 25% dan 0%.

0.45
0.40
0.40

0.35

0.30
0%
0.25
0.20 0.20 0.2 0.2 25%
0.20
50%
0.15 75%
0.10 0.10
0.100.10
0.10 0.100.10
0.10
0.10 0.100.10
0.10
0.10 0.1
0.1
0.1 0.1
0.1
0.1 0.1
0.1 0.1
0.1 0.1
0.1 0.1
0.1
0.1
0.10 100%

0.05
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 00 0 0
0.00
Gambar 3. Laju Evaporasi Harian

Berdasarkan grafik laju pengurangan air perhari pada 100% yaitu antara 0 0,4 cm ,
75% yaitu 0 0,2 cm, 50% yaitu 0 0,2 cm , 25% yaitu 0 0,1 cm dan 0% yaitu 0 0,1 cm.
Dapat disimpulkan dari perhitungan di atas bahwa ember 100% memiliki tingkat proses
evaporasi dan transpirasi tinggi. Sedangkan ember 0% memiliki tingkat proses evaporasi dan
transpirasi rendah. Hal ini dikarenakan biomassa tumbuhan didalam ember yang berbeda beda.
Pada biomassa 100% terjadi evapotranspirasi rendah karena tutupan pada ember rapat sedangkan
pada biomassa 0% terjadi evapotranspirasi yang tinggi karena tidak ada tutupan pada permukaan
air di ember. Karena kebutuhan air tanaman atau evapotranspirasi tidak hanya dipengaruhi oleh
fase pertumbuhan tanaman tapi juga sangat dipengaruhi oleh besarnya evaporasi. Semakin besar
evaporasi yang terjadi maka evapotranspirasi juga semakin besar (Yanti, 2012).
1

0.9 0.86 0.86

0.8
0.71
0.7

0.6 0.57 0.57 0.57


0.5
0.5 Minggu Ke-1
0.43
Minggu Ke-2
0.4
0.29
0.3

0.2 0.14
0.1

0
0% 25% 50% 75% 100%

Gambar 4. Laju Evaporasi Mingguan


Pada Grafik diatas bahwa laju evaporasi terbesar terjadi pada minggu kedua. Di minggu
kedua, biomassa dengan tutupan 50% tidak sebesar minggu pertama. Selisih evapotranspirasi
tertinggi terjadi pada tutupan 75%. Berdasarkan dua grafik diatas, proses evapotranspirasi pada
pemberian persentase tanaman 0% paling tinggi. Hal tersebut karena luas permukaan yang lebih
luas diabndingkan dengan ember lain yang diisi tanaman Eceng gondok (Eichornia crassipes)
Hubungan antara luas permukaan dengan kecepatan evaporasi, yaitu semakin luas
permukaan suatu bahan maka akan semakin besar kecepatan evaporasinya sehingga pengurangan
kadar air yang terjadi juga semakin besar. Karena dengan luas permukaan yang besar, proses
konveksi atau proses pemanasan terhadap bahan akan dengan cepat menyebar sehingga panas
yang bersentuhan dengan bahan semakin semakin cepat terjadi. Faktor mendasar dalam
mengontrol terjadinya kondisi kekeringan, tetapi nilai evapotranspirasi merupakan variabel yang
signifikan (Mujtahiddin, 2014). Berdasarkan data yang didapat juga dapat, penurunan volume air
terbanyak terjadi pada waktu perpindahan dari pagi hari ke sore hari. Sedangkan dari sore ke
pagi kembali, penurunan volume air tidaklah drastis. Hal ini disebabkan oleh posisi sinar
matahari yang tepat diatas tanaman sehingga tanaman mendapatkan radiasi sinar matahari yang
tinggi dan meningkatkan suhu, sehingga mempercepat proses evaporasi dan transpirasi.
Luas tutupan permukaan dan jumlah air yang tersedia pada permukaan penguapan, juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi evaporasi. Hubungan antara luas permukaan
dengan kecepatan evaporasi, yaitu semakin luas permukaan suatu bahan maka akan semakin
besar kecepatan evaporasinya sehingga pengurangan kadar air yang terjadi juga semakin besar.
Karena dengan luas permukaan yang besar, proses konveksi atau proses pemanasan terhadap
bahan akan dengan cepat menyebar sehingga panas yang bersentuhan dengan bahan semakin
semakin cepat terjadi.

Menurut Loveless (1991), laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2,
cahaya, suhu, aliran udara dan tersediannya air tanah. Sedangkan menurut Linsley (1982), faktor
yang memperngaruhi evaporasi antara alin adalah suhu udara, kapasitas kadar air dalam udara,
sifat alamiah bidang permukaan penguapan dan kelembapan udara. Evaporasi berbanding lurus
dengan beda potensial air antara tanah dengan akar. Semakin rendah potensial air tanah maka
semakin rendah beda potensial air antara tanah dan akar. Semakin rendah beda potensial air
maka semakin rendah gerakan air dari tanah ke akar, sehingga evaporasi rendah (Eko, 2012).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan, dan pembahasan evaporasi dan transpirasi pada
tanaman eceng gondok dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses terjadinya evaporasi dan transpirasi yaitu pada saat suhu berada di bawah titik
didihnya, zat cair akan berubah menjadi uap, hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor
seperti temperatur, kelembapan udara dan tekanan udara. Sedangkan transpirasi terjadi pada
saat dimana tumbuhan kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui
stomata, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang diantara adalah sinar matahari, jumlah
dan ukuran stomata, dan kelembapan udara.
2. Hasil evapotranspirasi yang dilakukan selama 14 hari mendapatkan laju pengurangan air pada
biomassa 0% sebesar 0,57%, biomassa 25% sebesar 1%, biomassa 50% sebesar 1%, biomassa
75% sebesar 1,28% dan biomassa 100% sebesar 1,72%.
5.2. Saran
Diharapkan dalam pelaksanaan praktikum berikutnya alat-alat dan bahan dapat lebih
dipersiapkan sehingga praktikum dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Dian, Hudayana. 2007. Evapotransiprasi dan Pertumbuhan Anakan Acacia Crassicarpa A. Cunn
Ex. Benth, Paraserianthes Falcataria (L) Nielsen, Swietenia Macrophylla King dan Shorea
Selanica BL, Pada Berbagai Kdara tanah. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata. IPB
Gardner P, et al. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gerbano, A & A. Siregar. 2005. Kerajinan Eceng Gondok. Yogyakarta: Kanisius.
Islami, T. Dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press,
Malang.Kissel, D. E., D. H. Sender, dan R. Ellis, Jr. 1997. Interaksi Pupuk Tanaman pada
Tanah-tanah Alkalin. Dalam Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Edisi ke-3 Gajah Mada
University Press, Yogjakarta.
Lakitan, B., 1993, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.
63-71.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Manik, Tumiar Katarina., R. Bustomi Rosadi., Agus Karyanto., 2015. Evaluasi Metode Penman-
Monteith dalam Menduga Laju Evapotranspirasi Standar (ETO) di Dataran Rendah
Propinsi Lampung, Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian UNILA. 26(2). 121-128.
Mujtahiddin, M. I. 2014. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Kabupaten Indramayu. Jurnal
meteorologi dan geofisika. 15(2). 99-107

Rita, D. Ratnani. 2011. Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) untuk Menurunkan
Kandungan COD. Jurnal Momentum. 7(1) : 41-47.
Sosrodarsono dan Takeda. 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. PT Pradnya Paramitha. Jakarta.
Usman. 2004. Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotraspirasi Potensial
Terhadap Perubahan Iklim. Jurnal Natur Indonesia. Vol.6(2): 91-98.
Yanti D. Dan Setiawan D. 2012. Analisa Nilai Manfaat Irigasi Pompa Dangkal Ditinjaudari
Keberlanjutan Sumber Daya Air Untuk Pertanian. Jurnal Teknologi Pertanian ANDALAS.
16(1):1410 - 1920
LAMPIRAN

Hasil Pengamatan Evaporasi dan Transpirasi Tumbuhan Air Eceng Gondok (Eichornia crassipes)
Tabel 1.Evapotranspirasi Tumbuhan Air Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Penyusutan Evaporasi dan Transpirasi Perminggu


Rumus Penyusutan :KetinggianAwal KetinggianAkhir
Minggu Ke- Tutupan Biomassa Penyusutan
1 0% 0.3
25% 0.6
50% 0.7
75% 0.8
100% 1.1
2 0% 0.4
25% 0.5
50% 0.6
75% 0.9
100% 1

GrafikHarian
0.45
0.40
0.40

0.35

0.30
0%
0.25
0.20 0.20 0.2 0.2 25%
0.20
50%
0.15 75%
0.10 0.10
0.100.10
0.10 0.100.10
0.10
0.10 0.100.10
0.10
0.10 0.1
0.1
0.1 0.1
0.1
0.1 0.1
0.1 0.1
0.1 0.1
0.1 0.1
0.1
0.1
0.10 100%

0.05
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 00 0 0
0.00

Perhitungan:

HARI KE-1
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir =16. 5 cm-16. 5 cm=0.00cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir =16. 8 cm-16. 7 cm=0.10cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir =18. 1 cm-17. 9 cm=0.20cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir =18.4 cm-18. 3 cm=0.10cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir =18. 6 cm-18. 2 cm=0.40cm
HARI KE-2
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 5 cm-16. 4 cm=0.10cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 7 cm-16. 6 cm=0.10cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 8 cm-17. 7 cm=0.10cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 18. 2 cm-18. 0 cm=0.20cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 18. 1 cm-18. 0 cm=0.10cm
HARI KE-3
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 4 cm-16. 4 cm=0.00cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 6 cm-16. 5 cm=0.10cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 7 cm-17. 6 cm=0.10cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 18. 0 cm-18. 0 cm=0.00cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 18. 0 cm-17. 9 cm=0.10cm
HARI KE-4
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 4 cm-16. 4 cm=0.00cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 5 cm-16. 4 cm=0.10cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 6 cm-17.6 cm=0.00cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 9 cm-17. 9 cm=0.00cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 9 cm-17. 8 cm=0.10cm
HARI KE-5
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 4 cm-16. 3 cm=0.10cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 4 cm-16. 4 cm=0.00cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 6 cm-17. 5 cm=0.10cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 9 cm-17. 8 cm=0.10cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 8 cm-17. 7 cm=0.10cm
HARI KE-6
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 3 cm-16. 3 cm=0.00cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 4 cm-16. 4 cm=0.00cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 5 cm-17. 5 cm=0.00cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 8 cm-17. 8 cm=0.00cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 7 cm-17. 6 cm=0.10cm
HARI KE-7
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 3 cm-16. 2 cm=0.10cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 3 cm-16. 2 cm=0.10cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 5 cm-17. 4 cm=0.10cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 7 cm-17. 6 cm=0.10cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 6 cm-17. 5 cm=0.10cm

HARI KE-8
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 2 cm-16. 1 cm=0.1cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 2 cm-16.1 cm=0.1cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 3 cm-17. 3 cm=0cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 6 cm-17. 6 cm=0cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 5 cm-17. 3 cm =0.2cm
HARI KE-9
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 0 cm-15. 9 cm=0.1cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 1 cm-16. 1 cm=0cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 3 cm-17. 2 cm=0.1cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 6 cm-17. 5 cm=0.1cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 3 cm-17. 2 cm=0.1cm
HARI KE-10
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 15. 9 cm-15. 9 cm=0cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 1 cm-16. 0 cm=0.1cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 2 cm-17. 1 cm=0.1cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 5 cm-17. 4 cm=0.1cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 2 cm-17. 1 cm=0.1cm
HARI KE-11
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 15. 9 cm-15. 9 cm=0cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 0 cm-16. 0 cm=0cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 1cm-17. 1 cm=0cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 4 cm-17. 3 cm=0.1cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 1 cm-17. 0 cm=0.1cm
HARI KE-12
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 15. 9 cm-15. 9 cm=0cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 0 cm-16. 0 cm=0cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 1cm-17. 0 cm=0.1cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 2 cm-17. 1 cm=0.1cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 9 cm-16. 9 cm =0cm
HARI KE-13
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 15. 9 cm-15. 9 cm=0cm
X25% =Ketinggian Awal - KetiggianAkhir = 16. 0 cm-15. 9 cm=0.1cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 0 cm-16. 9 cm=0.1cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 17. 0 cm-16. 9 cm=0.1cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 9 cm-16. 7 cm=0.2cm
HARI KE-14
X0% = Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 15. 8 cm-15. 8 cm=0cm
X25% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 15. 8 cm-15. 7 cm=0.1cm
X50% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 8 cm-16. 7 cm=0.1cm
X75% =Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 8 cm-16. 7 cm=0.1cm
X100%= Ketinggian Awal Ketiggian Akhir = 16. 6 cm-16. 5 cm=0.1cm
GrafikMingguan

0.9 0.86 0.86

0.8
0.71
0.7

0.6 0.57 0.57 0.57

0.5 Minggu Ke-1


0.43 0.43 0.43
Minggu Ke-2
0.4

0.3

0.2 0.14
0.1

0
0% 25% 50% 75% 100%

Perhitungan:
Ln awal Ln akhir
X0% = 100%
t
Minggu KE-1
Ln awal Ln akhir ln16.5cm ln16.2cm 2.8 2.79
X0% = 100% = 100% = 100% = 0,14 %
t 7 7
Ln awal Ln akhir ln16.8cm ln16.2cm 2.82 2.79
X25% = 100% = 100% = 100% = 0,43 %
t 7 7
Ln awal Ln akhir ln18.1cm ln17.4cm 2.9 2.86
X50% = 100% = 100% = 100% = 0,57 %
t 7 7
Ln awal Ln akhir ln18.4cm ln17.6cm 2.91 2.87
X75% = 100% = 100% = 100% = 0,57 %
t 7 7
Ln awal Ln akhir ln18.6cm ln17.5cm 2.92 2.86
X100% = 100% = 100% = 100% = 0,86 %
t 7 7
Minggu KE-2
Ln awal Ln akhir ln16.2cm ln15.8cm 2.79 2.76
X0% = 100% = 100% = 100% = 0,43 %
t 7 7
Ln awal Ln akhir ln16.2cm ln15.7cm 2.79 2.75
X25% = 100% = 100% = 100% = 0,57 %
t 7 7
Ln awal Ln akhir ln17.3cm ln16.7cm 2.85 2.82
X50% = 100% = 100% = 100% = 0,43 %
t 7 7
Ln awal Ln akhir ln17.6cm ln16.7cm 2.87 2.82
X75% = 100% = 100% = 100% = 0,71 %
t 7 7
Ln awal Ln akhir ln17.5cm ln16.5cm 2.86 2.8
X100% = 100% = 100% = 100% = 0,86 %
t 7 7

Anda mungkin juga menyukai