Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN

PRAKTIKUM III

ANGKUTAN AIR
(Pengaruh Lingkungan Terhadap Kecepatan Transpirasi Tanaman Pacar
Air (Impatiens balsamina))

Disusun Oleh :

Binti Neng Tutiul Qoni’ah

18030204009

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BIOLOGI
PENDIDIKAN BIOLOGI
2020
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh lingkungan (suhu, kelembapan, intensitas
cahaya) terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air (Impatiens
balsamina) dengan metode penimbangan?
B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan (suhu, kelembapan, intensitas
cahaya) terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air (Impatiens
balsamina) dengan metode penimbangan.
C. Hipotesis
H0 = Tidak ada pengaruh kondisi lingkungan(suhu, kelembapan, intensitas
cahaya) terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air (Impatiens
balsamina).
H1 = Ada pengaruh kondisi lingkungan (suhu, kelembapan, intensitas
cahaya) terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air (Impatiens
balsamina).
D. Kajian Pustaka
Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina) berasal dari India dan air
termasuk dalam family Balsaminaceae. Tanaman ini merupakan tanaman
berbatang basah dan tegak yang mempunyai tinggi 30-80 cm dan bercabang.
Daun tunggal, bertangkai pendek. Helaian daun bentuk lanset memanjang,
ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, dan
warnanya hijau muda. Bunga keluar dari ketiak daun, warnanya bermacam-
macam, seperti merah, oranye ungu, dan putih. Bunganya ada yang tunggal
dan ada yang dobel. Buahnya buah kendaga, jika masak akan membuka
menjadi lima bagian yang terpirin. (Delimartha, 2003)
Proses transpirasi meliputi penguapan cairan (air) yang terkandung pada
jaringan tanaman dan pemindahan uap ke atmosfir. Tanaman umumnya
kehilangan air melalui stomata. Stomata merupakan saluran terbuka pada
permukaan daun tanaman melalui proses penguapan dan perubahan wujud
menjadi gas. Air bersama beberapa nutrisi lain diserap oleh akar dan
ditransportasikan ke seluruh tanaman. Proses penguapan terjadi dalam daun,
yang disebut ruang intercellular, dan pertukaran uap ke atmosfir dikontrol
oleh celah stomata (stomatal aperture). Hampir semua air yang diserap oleh
akar keluar melalui proses transpirasi dan hanya sebagian kecil saja yang
digunakan oleh tanaman (Lakitan, 2008).
Sel-sel tanaman yang menguapkan airnya ke rongga antarsel akan
mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan
ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya
akan menerima dari batang dan batang meneriman akar dan seterusnya;
membentuk aliran transpirasi. Apabila stomata membuka, uap air dari rongga
antar sel akan keluar ke atmosfir. Transpirasi ditentukan oleh seberapa besar
celah antara dua sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang
menyebabkan membuka menutupnya stomata juga menentukan besarnya
transpirasi. Adapun faktor lingkungan yang mempengaruhi proses ini
diantaranya, intensitas cahaya, suhu, kelembaban, angin, keadaan air tanah,
serta karakteristik tanaman sperti luas total daun tanaman. Semakin besar luas
daun maka semakin cepat proses transpirasinya. (Rahayu, 2018).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kecepatan transpirasi antara lain
sebagai berikut (Dwijoseputro, 1986)
a. Kelembaban
Gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan kecepatan bersih
dari air yang hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan
meningkatnya kelembababan udara. Apabila stomata dalam keadaan terbuka
maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya
perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga antarsel dengan tekanan
uap air di atmosfer, Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan
difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar, begitu pula
sebaliknya. Pada kelembaban uadara relatif 50% perbedaan tekanan uap air di
daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70%
(Jayamiharja, 1977).
b. Suhu
Kenaikan suhu dari 180-200 F cenderung meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali lipat. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama denga
suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 –
200F lebih tinggi daripada suhu udara. Suhu berpengaruh terhadap membuka
menutupnya stomata. Pada banyak tanaman, stomata tidak membuka jika
suhu sekitar 00C.
c. Cahaya
Cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi melalui dua cara, yaitu: 1)
sehelai daun yang terkena sinar matahari langsung akan mengabsorbsi energi
radiasi, dan 2) cahaya yang tidak berbentuk cahaya langsung dapat pula
mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap membuka-
menutupnya stomata, dengan mekanisme tertentu.
d. Angin
Angin cenderung untuk meningkatkan kecepatan transpirasi, baik di dalam
naungan atau di dalam cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di
bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun akan
menurunkan kecepatan transpirasi.
e. Kandungan air tanah
Jika kandungan air tanah menurun akibat penyerapan oleh akar, gerakan
air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat. Hal ini cenderung
untuk meningkatkan defisit air pada daun sehingga menurukan kecepatan
transpirasi lebih lanjut.
Adapun beberapa teori terkait proses membuka dan menutupnya stomata
juga sangat diperhatikan dalam menentukan besarnya transpirasi suatu
tanaman, teori-teori tersebut diantaranya :
1. Teori Fotosintesis
Saat terkena cahaya, sel penjaga yang berklorofil lebih akan mengalami
fotosintesis. Akibatnya gula akan larut dalam sel penjaga, sehingga potensial
air sel penjaga turun dan air dari sel tetangga akan berdifusi ke dalam sel
penjaga, terjadilah turgor di sel penjaga dan stomata akan membuka
(Soerdikoesoemo, 1995).
2. Teori Pengangkutan Ion
Pada siang hari atau saat tersedia cahaya di lingkungan, terjadi
fotosintesis di sel penjaga sehingga terbentuk zat antara fotosintesis yaitu
asam malat, kemudian dipecah menjadi H+ dan ion malat, H+ keluar dari sel
penjaga, kedudukannya digantikan K+.

Ikatan K+ dengan ion malat membentuk kalium malat, kalium malat


masuk ke vakuola sel penjaga dan menurunkan potensial airnya. Terjadi
endoosmosis ke dalam sel penjaga, potensial air sel penjaga naik, turgor,
dinding sel dari sel penjaga tertakan ke arah luar, stomata membuka. Stomata
akan menutup saat ion K+ keluar dari sel bersama air menuju sel tetangga
(Jarvis,1986).
3. Teori Asam Basa
Menurut teori klasik Sayre, saat terjadi fotosintes pada sel penjaga H+
akan berkurang karena reduksi sehingga pH menjadi basa. Dalam kondisi ini
enzim fosforilase akan mengubah amilum menjadi glukosa-1-P. Potensial air
sel penjaga menurun. Air masuk dari sel tetangga ke sel penjaga, turgor sel
penjaga, stomata membuka. Sebaliknya saat tidak terjadi fotosintesis pada
malam hari, suasana sel penjaga menjadi asam akibat adanya CO2 yang
bereaksi dengan air menghasilkan asam karbonat. Glukosa akan diubah
menjadi amilum. Potensial air sel penjaga naik, air keluar meuju sel tetangga.
Stomata mennutup (Kimball,1983).

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : Intensitas cahaya, suhu, kelembaban.
2. Variabel Kontrol : Tanaman pacar air (Impatiens balsamina), volume
air dan jeda waktu penimbangan.
3. Variabel Respon : Berat 1 set erlenmeyer berisi tanaman pacar air
(Impatiens balsamina), Luas daun dan kecepatan
transpirasi.
F. Definisi Operasional Variabel
Variabel manipulasi dalam praktikum ini yaitu kondisi lingkungan yang
meliputi intensitas cahaya, suhu dan kelembaban. Kondisi lingkungan dibuat
berbeda untuk membandingkan dan mengetahui pengaruhnya terhadap
variabel respon yang akan diamati.
Variabel kontrol dalam praktikum ini yaitu tanaman pacar air (Impatiens
balsamina), volume air dan jeda waktu penimbangan. Variabel ini harus ada
untuk mengatur perbandingan yang diamati sehingga diperoleh hasil yang
valid. Pengambilan tanaman pacar air( Impatiens balsamina) sebagai sampel
utama dalam praktikum ini harus sama dalam segi ukuran panjang tanaman
(20 cm), jumlah daun, dan kondisi tanaman yang diambil, serta volume air
dan jeda waktu penimbangan juga tetap diperhatikan agar tetap terkontrol
sehingga diharapkan menghasilkan data yang valid.
Variabel respon dalam praktikum ini yaitu luas daun, berat 1 set
erlenmeyer yang berisi tanaman pacar air dan kecepatan transpirasi tanaman
pacar air (Impatiens balsamina). Ketiganya hal tersebut muncul sebagai
respon atau akibat dari adanya pemberian variabel manipulasi berupa
pengaruh lingkungan yang meliputi intensitas cahaya, suhu dan kelembaban.

G. Alat dan Bahan


Alat :
 Erlenmeyer 250 ml 2 buah
 Gabus untuk menyumbat erlenmeyer 2 buah
 Timbangan 1 buah
 Termometer 1 buah
 Higrometer 1 buah
 Lux meter 1 buah
 Set bohlam lampu 100 watt 1 buah
 Pisau 1 buah
 Penggaris 1 buah
Bahan :
 Air 300 ml
 Vaselin Secukupnya
 Kertas grafik/milimeter 3 lembar
 Dua pucuk tanaman pacar air (20 cm) 2 tanaman dalam pot

H. Rancangan Percobaan
Tahap Persiapan

- Menyiapkan alat
dan bahan yang
digunakan untuk
praktikum sesuai
jumlahnya.

Tahap Percobaan

- Potong miring pangkal


pucuk batang tanaman pacar
air didalam air

- Dimasukkan melalui lubang pada sumbat


sampai bagian bawah terendam
- Buang bunga, kuncup, daun yang rusak,
olesi luka dengan vaselin
- Olesi celah yang ada dengann vaselin
- 2 erlenmeyer + 150 mL air
ditimbang secara bergantian
dan dicatat beratnya.

- Erlenmeyer diletakkan didalam ruangan.


- Erlenmeyer diletakkan dijarak 20 cm dari
lampu pijar 100 watt.

- Ukur kondisi lingkungan.


- Menimbang masing-masing
perlengkapan set erlenmeyer setiap 30
menit.
- Ulangi sebanyak 3 kali.
- Mengambil dan mengukur luas daun
dengan menggambarnya pada kertas
milimeter.

I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Menyediakan 2 buah Erlenmeyer dan mengisinya dengan air volume 150
ml.
3. Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air (Impatiens
balsamina) dalam air, dan segera memasukkan potongan tanaman tersebut
pada tabung erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian
bawahnya terendam air. Membuang bunga, kuncup, daun yang rusak dan
olesi luka dengan vaselin. Demikian pula mengolesi celah-celah yang ada
dengan vaselin.
4. Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air
yang ada didalamnya dan mencatat beratnya.
5. Meletakkan erlenmeyer 1 didalam ruangan tertutup (gelap) dan erlenmeyer
2 pada tempat terang dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt.
Mengukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu,
intensitas cahaya dan kelembaban.
6. Menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya setiap 30 menit dan
mencatat beratnya.
7. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada tanaman
tersebut, kemudian mengukur luas total daun tersebut dengan kertas
milimeter/grafik, caranya sebagai berikut:
- Membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik.
- Menghitung luas daun dengan ketentuan: Apabila kurang dari ½ kotak
dianggap nol, dan bila lebih dari ½ dianggap satu.

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Kondisi lingkungan tempat uji
Kondisi Lingkungan Gelap Terang
Suhu (˚C) 29 37
Kelembapan (%) 89 75
Intensitas Cahaya (cd) 0 1740
Tabel 2. Perubahan berat tanaman pacar air (Impatiens balsamina)
30’ Pertama 30’ Kedua 30’ Ketiga Rata-
Berat Rata
Perbedaan
Awal W1 Selisih W2 Selisih W3 Selisih Selisih
Lingkungan
(g) (g) 1 (g) (g) 2 (g) (g) 3 (g) Berat
(g)
Erlenmeyer A
260,5 260,3 0,2 260,2 0,2 260,1 0,1 0,13
(Gelap)
Erlenmeyer B
253,5 253,2 0,3 252,7 0,5 252,6 0,1 0,3
(Terang)

Tabel. 3 Perhitungan luas daun tanaman pacar air (Impatiens balsamina)


Luas Daun (cm2) Rata-
Rata
Perbedaan
Luas
Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daun
(cm2)
Erlenmeyer A
21 14 20 28 23 20 21 18 14 15 19,4
(Gelap)
Erlenmeyer B
21 19 19 19 21 19 19 16 12 20 18,5
(Terang)
Rumus :
Kecepatan Transpirasi = Rata-rata selisih berat (g) : Waktu inkubasi (30
menit) : Luas daun (cm2)
Kecepatan Transpirasi = 0,3 : 30 : 18,5
(Terang) g
= 0,0005 menit/cm2

Kecepatan Transpirasi = 0,13 : 30 : 19,4


(Gelap) g
= 0,0002 menit /cm2

Grafik 1. Kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air (Impatiens


balsamina)
0.0006

0.0005

0.0004

0.0003
Kecepatan Transpirasi

0.0002

0.0001

0
Gelap Terang

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan tabel 1 menunjukkan perbedaan variabel manipulasi
lingkungan yang meliputi suhu, kelembapan dan intensitas cahaya. Pada
tempat gelap diberi perlakuan suhu sebesar 29 ˚C, kelembapan sebesar 89%
dan intensitas cahaya sebesar 0 cd. Sedangkan pada tempat terang diberi
perlakuan suhu sebesar 37˚C, kelembapan sebesar 75% dan intensitas cahaya
sebesar 1740 cd. Sehingga diperoleh data seperti tabel 2 yang menunjukkan
pengaruh lingkungan memberikan dampak pada berat tanaman erlenmeyer A
(gelap) dan erlenmeyer B (terang). Pada erlenmeyer A (gelap) yang memiliki
berat awal 260,5 gr setelah 30 menit pertama menjadi 260,3 gr 30 menit
selanjutnya menjadi 260,2 gr dan 30 menit ketiga beratnya menjadi 260,1 gr.
Sehingga diperoleh rata-rata selisih berat erlenmeyer A (gelap) adalah 0,13
gr. Sedangkan pada erlenmeyer B (terang) yang memiliki berat awal 253,5 gr
setelah 30 menit pertama menjadi 253,2 gr 30 menit selanjutnya menjadi
252,7 gr dan 30 menit ketiga beratnya menjadi 252,6 gr. Sehingga diperoleh
rata-rata selisih berat erlenmeyer B (terang) adalah 0,3 gr.
Berdasarkan tabel menunjukkan perhitungan luas daun tanaman pacar
air (Impatiens balsamina) pada erlenmeyer A (gelap) dan erlenmeyer B
(terang). Tanaman pacar air (Impatiens balsamina) pada erlenmeyer A
(gelap) yang memiliki jumlah daun sebanyak 10 helai memiliki luas daun 21
cm2, 14 cm2, 20 cm2, 28 cm2, 23 cm2, 20 cm2, 21 cm2, 18 cm2, 14 cm2, dan 15
cm2. Sehingga diperoleh rata-rata luas daun tanaman pacar air (Impatiens
balsamina) pada erlenmeyer A (gelap) sebesar 19,4. Sedangkan tanaman
pacar air (Impatiens balsamina) pada erlenmeyer B (terang) yang memiliki
jumlah daun sebanyak 10 helai memiliki luas daun 21 cm2, 19 cm2, 19 cm2,
19 cm2, 21 cm2, 19 cm2, 19 cm2, 16 cm2, 12 cm2, dan 20 cm2. Sehingga
diperoleh rata-rata luas daun tanaman pacar air (Impatiens balsamina) pada
erlenmeyer B (terang) sebesar 18,5 cm2.
Dari data hasil percobaan diperoleh grafik kecepatan transpirasi pada
tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang menunjukkan adanya
pengaruh perbedaan lingkungan. Pada erlenmeyer A (gelap) memiliki
g
kecepatan transpirasi sebesar 0,0002 /cm2 . Sedangkan pada erlenmeyer
menit
g
B (terang) memiliki kecepatan transpirasi sebesar 0,0005 menit/cm2 .

L. Hasil Analisis Data

Berdasarkan dari analisis terhadap tabel dan grafik pengamatan, terjadi


penurunan berat tanaman pacar air (Impatiens balsamina) pada erlenmeyer A
(gelap) yang diletakkan pada intensitas cahaya 0 cd rata-rata sebesar 0,13 g
dan pada tanaman pacar air (Impatiens balsamina) di erlenmeyer B (terang)
yang diletakkan pada intensitas cahaya 1740 cd rata-rata sebesar 0,30 g.
Perubahan berat ini mengindikasikan bahwa pada kedua tanaman pacar air
(Impatiens balsamina) terjadi transpirasi atau hilangnya air dalam bentuk uap
air dari jaringan tumbuhan karena proses fisiologis tumbuhan seperti proses
transpirasi. Perubahan berat ini dapat diasumsikan akibat adanya transpirasi
karena hanya kurang dari 1% persen air diperlukan tanaman untuk proses
pertumbuhan (Salisbury dan Ross, 1985).
Selain perubahan berat tanaman, terdapat pula perbedaan luas daun
tanaman pacar air (Impatiens balsamina) pada erlenmeyer A (gelap) dan
erlenmeyer B (terang). Pada erlenmeyer A (gelap) memiliki luas daun sebesar
19,4 cm2 sedangkan pada erlenmeyer B (terang) memiliki luas daun sebesar
18,5 cm2. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman pacar air (Impatiens
balsamina) pada erlenmeyer B (terang) mengalami penguapan yang lebih
cepat dibanding pada erlenmeyer A (gelap).
Laju transpirasi pada intensitas cahaya terang 1740 cd, yakni sebesar
g
0,0005 /cm2 , lebih cepat daripada transpirasi pada intensitas cahaya 0 cd
menit
g
yang hanya sebesar 0,0002 /cm2 . Hal ini membuktikan bahwa intensitas
menit

cahaya berpengaruh terhadap kecepatan transpirasi. Semakin tinggi intensitas


cahaya, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Semakin rendah intensitas
cahaya, semakin rendah kecepatan transpirasi.
Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi karena mekanisme
membuka menutupnya stomata, yaitu pori pada daun yang menjadi tempat
keluarnya air sebagai uap air pada proses transpirasi, juga dipengaruhi oleh
adanya cahaya. Sebagian besar stomata tumbuhan membuka pada siang hari
dan menutup pada malam hari (kecuali pada tanaman sukulen dan kaktus).
Berdasarkan teori fotosintesis, sel penutup pada stomata memiliki kloroplas
yang mengandung klorofil. Adanya klorofil dan cahaya mengindikasikan
bahwa pada sel penutup berlangsung fotosintesis yang menghasilkan glukosa.
Glukosa terdapat dalam bentuk larut dalam cairan sel penutup. Berdasarkan
konsep difusi dan osmosis, apabila pada suatu sel terdapat banyak zat terlarut
(dalam kasus ini, yaitu glukosa), maka potensial air maupun potensial osmosis
menurun. Timbul tekanan turgor pada sel penutup akibat adanya zat terlarut,
sel-sel penutup membesar, sehingga membukalah stomata dan terjadilah
proses transpirasi. (Jarvis,1986).
Pada teori fotosintesis, apabila tanaman pacar air ditempatkan pada
intensitas cahaya tinggi, celah stomata akan membuka lebar, sehingga proses
transpirasi berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, saat intensitas cahaya rendah,
celah stomata akan mengecil atau menutup sama sekali, sehingga kecepatan
transpirasi rendah, bahkan tidak berlangsung. Pengukuran kondisi lingkungan
yang dilakukan pada kedua tempat perlakuan erlenmeyer pun mendukung
induksi di atas. Pada intensitas cahaya terang sebesar 1740 cd yang kecepatan
transpirasinya lebih tinggi, suhu berkisar 37C dan kelembaban sebesar 75%.
Di lain sisi, pada intensitas cahaya gelap sebesar 0 cd yang kecepatan
transpirasinya rendah, suhu hanya berkisar 29C dengan kelembaban sebesar
89%. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suhu dan
kelembaban lingkungan juga berpengaruh pada kecepatan transpirasi.
Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi.
Semakin rendah kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan
transpirasi. Gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan kecepatan
bersih dari air yang hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan
meningkatnya kelembababan udara, begitu pula sebaliknya. (Jarvis,1986).
Vaseline dalam percobaan ini berfungsi sebagai lapisan yang dapat
memperlambat proses transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan
maka uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan literature Salisbury dan
Ross (1992) yang menyatakan bahwa adanya lapisan lilin akan memperlambat
laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit
berdifusi keluar.
M. Kesimpulan
- Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh lingkungan yang meliputi suhu, kelembapan, dan
intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air
(Impatiens balsamina).
- Semakin tinggi suhu dan intensitas cahaya yang diberikan maka semakin
cepat laju transpirasi begitu pula dengan kelembapannya. Semakin
rendah tingkat kelembapan maka laju transpirasi berjalan semakin cepat.
- Nilai laju transpirasi transpirasi tanaman pacar air (Impatiens balsamina)
g
pada tempat gelap sebesar 0,0002 /cm2 , sedangkan pada tempat
menit
g
terang sebesar 0,0005 menit/cm2 .

N. Daftar Pustaka
Delimartha, Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Edisi 3.
Salatiga : Trubus Agriwidya.
Dwijoseputro. 1986. Biologi.Jakarta : Erlangga
Jarvis, P.G & Mcnaughton, K.G (1986). Stomatal Control of Transpiration :
Scaling Up from leaf to region. Academic Press, Inc : London
Jayamiharja, Joni B. Ahmad. 1977. Diktat Fisiologi Tumbuhan Jilid I.
Kimball, John W. 1983. Biologi Edisi 5. Bogor : Airlangga.
Lakitan, B., 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja
Grafindo
Purwokerto: Unsoed University Press
Rahayu, Yuni Sri. 2020. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Jurusan Biologi FMIPA UNESA
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth
Publishing co, California.
LAMPIRAN

Erlenmeyer yang telah diberi variabel Berat awal erlenmeyer B (terang)


kontrol yang sama.

Berat awal erlenmeyer A (gelap)

Perlakuan erlenmeyer B (terang)

Berat erlenmeyer A (gelap) setelah


30 menit

Perlakuan erlenmeyer A (gelap)


Berat erlenmeyer B (terang) setelah Berat erlenmeyer A (gelap) setelah
30 menit 60 menit

Berat erlenmeyer B (terang) setelah Berat erlenmeyer A (gelap) setelah


90 menit
60 menit

Berat erlenmeyer B (terang) setelah


90 menit

Anda mungkin juga menyukai