Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Fisiologi Tanaman


Acara Transpirasi

Nama
No. Mahasiswa
Gol / Kel
Tgl Praktikum
Assisten

: Annisa Sintadevi
: 20140210110
: II A / 2
: 15 Maret 2014
: Annisa Adelia, S.P.

Prodi Agroteknogi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

A. Landasan Teori
Transirasi dapat diartikan sebagai proses hilangnya air dalam bentuk uap dar
jaringan umbhan melalui stomata. Kehilangan air dari jaringan tanaman lain dapat
terjadi tetapi porsi kehilangan airnya sangat kecil dibandingkan dengan hilang
melalui stomata. Jumlah air yang hilang melalui transpirasi pada tanaman setara
dengan total 450 mm curah hujan atau untuk menghasilkan 1 kg berat kering
tanaman dibutuhkan 225 kg air yang hilang melalui transpirasi. Ada 2 alasan
mengapa banyak air yang hilang ke atmosfer, yaitu:
1. Bahan yang terkandung sebagian besar adalah senyawa kerangka karbon.
2. Menerima radiasi matahari. Jika energi serapane energi matahari tidak
didimbangi dengan usaha untuk membebaskan energi tersebut maka suhu
tumbuhan akan meningkat. Untuk menguapkan 1 g air dibutuhkan energi lebih
dari 580 kalori.
Laju transpirasi ditentukan oleh 2 hal yaitu :
1. Perbedaan kerapatan uap air antara rongga substomata dengan udara bebas
diekitar tumbuhan.
2. Daya hantar stomata.
Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi.
Daya hantar stomata berbanding terbalik dengan resistensi stomata. Kerapatan
uap air di udara tergantung pada kelembaban nisbi dan suhu udara tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi :
1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme buka-tutup stomata.
2. kelembaban udara sekitan tanaman
3. Suhu udara

4. Suhu daun tanaman


5. Angin
Keuntungan transpirasi :
1. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem
2. Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
3. Sebagai salah satu cara untuk mejaga stabilitas suhu daun.
Sel tumbuhan dapat berfungsi optimal pada tingkat turgiditas tertentu. Pada siang
hari, radiasi sinar matahari akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi tidak
berlangsung suhu akan didinginkan melalui proses fisika yaitu secara konduksi.
B. Tujuan
Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi.
C. Alat dan Bahan
1. Pipet
2. Statif, kelm
3. Selang
4. Lightmeter
5. Gunting tanaman
6. Vaselin
7. Termometer
8. Batang tanaman berkayu (Jambu)

D. Langkah Kerja
1. Memotong batang tanaman jambu, memasukkan dalam ember plastik yang
berisi air.
2. Menyambung ujung pipet dengan selang, isi dengan air.
3. Memotong pangkal batang tanaman di dalam air, memasukkan ke ujung pipa
yang sebelah lain.
4. Mengangkat rangkaian dan memasang pada statif.
5. Menempatkan di luar ruangan yng terkena cahaya matahari langsung.
6. Mengamati setiap 20 menit sebanyak 2 kali pengurangan volume air pada pipet.
Mengamati suhu, kelembaban dan intensitas cahaya di tempat terbuka tersebut.
7. Memindahkan rangkaian tersebut ke tempat teduh dan melakukan pengamatan
yang sama.
8. Menghitung luas permukaan daun dengan jalan membuat pol pada kertas
kemudian menggunting dan menimbang bertanya.
9. Disamping itu membuat pola pada kertas sejenis dengan ukuran 10 x 10 cm,
menggunting dan menimbang beratnya.
Luas daun = Berat pola daun pada kertas

x 100 cm2

Berat kertas 10 x 10 cm2


10. Menghitung dan membandingkan kecepatan transpirasi pada keadaan lingkunga
yang berbeda dengan satuan ml/ cm2/menit.
E. Hasil dan Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan rata-rata laju transpirasi di tempat teduh dan
tempat terang.
1. Rata-rata laju transpirasi tempat teduh
Rata-rata volume pengurangan air =

0,1

Luas daun

1572,34

20 menit

20 menit

= 0,0012
2. Rata-rata laju transpirasi tempat terang
Rata-rata volume pengurangan air =

0,2

Luas daun

1572,34

20 menit

20 menit
= 0,0025

Menurut hasil percobaan rata-rata laju reaksi di tempat terang lebih cepat
dibanding rata-rata laju transpirasi di tempat teduh. Hal ini dapat disebabkan Laju
transpirasi ditentukan oleh 2 hal yaitu perbedaan kerapatan uap air antara rongga
substomata dengan udara bebas disekitar tumbuhan dan daya hantar stomata.
Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi dan di
tempat terang cahaya matahari membantu dalam membukanya stomata. Daya
hantar stomata berbanding terbalik dengan resisten stomata. Sedangkan kerapatan
uap air di dalam rongga substomatal sepenuhnya tergantung pada suhu daun.
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekana turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel
penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lain akan selalu dari sel yang
mempunyai potensial air lebih tinggi ke sel dengan potensial air lebih rendah.
Tinggi rendahnya potensial air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut
di dalam cairan tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensial
osmotik sel akan semakni rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel
tersebut tetap, maka keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu
agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel
tersebut harus ditingkatkan. Cahaya diketahui berperan merangang masuknaya
bahan ke sel penjaga dan jika tumbuhan tersebut kemudian ditempatkan di tempat
yang gelap maka bahan akan kembali keluar dari sel penjaga.
F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan
1. Rata-rata laju reaksi di tempat terang lebih cepat dibanding rata-rata laju
transpirasi di tempat teduh.

2. Faktor dalam (frekuensi stomata) dan faktor luar yang paling mempengaruhi
yaitu sinar matahari, karena stomata akan cepat membuka jika cukup cahaya.
Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi.

Daftar Pustaka
Lakitan, Benyamin. 2013. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers.
Jakarta. 206 hlm.

Assisten

Annisa Adelia, S.P.

Yogyakarta, 15 Maret 2015


Praktikan,

Annisa Sintadevi

Anda mungkin juga menyukai