Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“Pembuktian Daya Hisap Daun ”

Oleh :

Shinta Nur Aisyah

210210103064

6/C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
I. JUDUL
Pembuktian Daya Hisap Daun
II. TUJUAN

Untuk membuktikan bahwa air tanah naik ke daun disebabkan oleh daya
hisap daun dan faktor faktor yang mempengaruhinya.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Daun merupakan salah satu organ utama pada tumbuhan yang berperan
penting pada proses metabolisme tumbuhan. Biasanya daun berbentuk pipih,
lebar, berwarna hijau, dan memiliki bentuk yang beragam. Fungsi utama daun
yaitu menghasilkan makanan bagi tumbuhan melalui fotosintesis. Meskipun
fotosintesis biasanya hanya terjadi di permukaan atas daun, fotosintesis dapat
terjadi pada kedua sisi di beberapa tanaman. Selain berfungsi untuk fotosintesis,
daun juga berfungsi untuk transpirasi, gutasi, penyimpanan, dan pertahanan (
Salsabila,A.H et al. 2023 )
Daun memiliki banyak peran penting bagi tumbuhan, hal tersebut didukung
dengan bagian-bagian daun salah satunya stomata. Stomata merupakan pintu
pertukaran gas antara daun dan lingkungan sekitarnya. Keseimbangan penggunaan
air dan asimilasi karbon dalam daun pada dasarnya bergantung pada transportasi
air melalui tanaman dan koordinasi yang dihasilkan dengan sistem stomata.
Stomata membantu dalam proses transpirasi dan fotosintesis yang merupakan
proses paling penting untuk kelangsungan hidup tanaman. Proses ini dilakukan
melalui struktur dan prosedur yang terdefinisi dengan baik. Struktur stomata
terdiri dari sel epidermis berbentuk ginjal bersama dengan lubang di tengah yang
disebut pori. Stomata dibatasi oleh sepasang sel parenkim khusus yang merupakan
sel penjaga. (Riastuti dan Febrianti, 2021: 55).
Sel penutup atau sel penjaga pada sekitar stomata berfungsi untuk
mempertahankan air dan keseimbangan karbondioksida. Sel penjaga terletak di
epidermis daun dan pasangan sel penjaga mengelilingi dan membentuk pori-pori
stomata yang mengatur pertukaran gas antara atmosfer dan ruang internal daun.
Untuk membuka, sel-sel dipicu oleh salah satu dari banyak kemungkinan sinyal
lingkungan atau kimia, seperti sinar matahari yang kuat atau tingkat karbon
dioksida yang lebih tinggi dari rata-rata di dalam sel. Menanggapi sinyal ini, sel
penjaga mengambil gula, kalium, dan ion klorida (yaitu, zat terlarut) melalui
membran mereka. Peningkatan zat terlarut menginduksi masuknya air melintasi
membran sel penjaga. Saat volume sel penjaga meningkat, mereka "mengembang"
menjadi dua bentuk seperti kacang merah. Saat mereka berkembang, mereka
membuka stomata di tengah dua sel penjaga. Setelah sepenuhnya berkembang
kemudian stomata terbuka dan gas dapat bergerak antara sel dan lingkungan
eksternal. selain pertukaran gas, sel penjaga pada daun juga mengatur kehilangan
air tanaman melalui transpirasi ke atmosfer (Franzisky et al., 2020: 871)
Transpirasi merupakan hilangnya air pada tanaman dalam bentuk uap air
melalui stomata. Air dalam sel mesofil daun menguap ke udara melalui stomata di
bagian bawah daun dengan proses fotosintesis atau respirasi. Pembukaan atau
penutupan stomata yang dibatasi oleh sel penjaga didominasi oleh pengurangan
atau peningkatan air potensi sel penjaga yang diinduksi oleh peningkatan atau
penekanan fotosintesis atau respirasi. Oleh karena itu, transpirasi tumbuhan
dikendalikan oleh aktivitas fotosintesis atau respirasi, dapat secara signifikan
dipengaruhi oleh penyerapan cahaya dan daun suhu (Zhuang et al., 2018: 1).
Transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dalam maupun
faktor luar. Faktor dalam yaitu stomata dan daun. Stomata, waktu bukaan stomata,
jumlah stomata pada daun, bentuk stomata, dan kerapatan stomata, stomata sangat
berpengaruh terhadap laju transpirasi karena sebagian besar air diuapkan melalui
stomata dan 80% air ditransparasikan melewati stomata sehingga stomata sangat
mempengaruhi laju transpirasi pada tanaman. Daun, warna daun karena
menentukan kandungan klorofil yang ada di dalamnya, ukuran daun, ketebalan
daun, ada tidaknya bulu pada permudaan daun, dan keberadaan lapisan lilin. Daun
yang berukuran besar pastinya memiliki luas permukaan yang besar sehingga
memiliki stomata yang banyak sehingga meningkatkan laju transpirasi (Costa dan
Daningsih, 2022: 46). Faktor luar antara lain sinar matahari, temperatur,
kelembapan udara, angin, kandungan air tanah, tekanan atmosfer, gradien
potensial air antara tanah, zat-zat racun di lingkungannya, dan konsentrasi
karbondioksida (Wahyuni dan Afidah, 2022): 892. Temperatur, dengan
meningkatnya suhu di atmosfer, laju transpirasi juga meningkat. Hal ini terjadi
karena penguapan terjadi dengan cepat di udara yang lebih hangat tetapi juga
karena udara hangat mampu menahan lebih banyak uap air daripada udara dingin.
Sinar matahari, secara tidak langsung, meningkatnya intensitas cahaya
meningkatkan suhu sel daun yang akan meningkatkan perubahan air menjadi uap.
Pengaruh langsung cahaya adalah pada pembukaan dan penutupan stomata. Sinar
matahari adalah stimulus utama yang menyebabkan stomata terbuka. Kandungan
air tanah sangat mempengaruhi laju transpirasi, jika air tersedia sedikit,
kecenderungan yang dihasilkan untuk dehidrasi daun menyebabkan penutupan
stomata dan akibatnya transpirasi turun (Silaen, 2021: 16).
Transpirasi dan daya hisap daun memiliki hubungan linier. Hal ini
menandakan, semakin tinggi transpirasi pada daun maka semakin tinggi daya
hisap daun. Daya hisap daun merupakan kemampuan daun untuk menarik air
tanah menuju ke daun (Hayat et al., 2019: 102). Air bergerak di jaringan akar
termasuk pergerakan horizontal, bagian yang dilalui air yaitu bulu-bulu akar,
korteks, endodermis, perisikel, dan akhirnya ke xilem. Saat air bergerak menuju
daun maka air bergerak secara vertikal. Air mampu naik ke daun tumbuhan yang
sangat tinggi, hal ini menimbulkan beberapa hipotesis yaitu air didorong dari
bawah menuju ke atas, air ditarik dari bawah menuju ke atas, dan air didorong
sekaligus ditarik. Air bergerak ke daun dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Daya hisap dipengaruhi oleh terang teduhnya cahaya, banyak sedikitnya
daun, kelembapan udara, dan cukupnya air tanah. Terang teduhnya cahaya, cahaya
matahari dapat meningkatkan proses fotosintesis sehingga menghasilkan substrat.
Substrat dapat meningkatkan respirasi sehingga aktivitas daya hisap daun
meningkat, cahaya matahari memberikan efek berupa panas, panas yang
dihasilkan dari cahaya matahari tersebut meningkatkan proses respirasi.
Kelembapan udara, semakin lembap udara yang ada di sekitar tanaman maka suhu
akan semakin dingin yang mengakibatkan daya hisap daun rendah. Banyak
sedikitnya daun, banyaknya daun mengakibatkan laju penguapan atau transpirasi
pada daun semakin tinggi karena jumlah stomata yang semakin banyak. Cukupnya
air tanah, ketersediaan air di dalam tanah menjadi salah satu faktor penting bagi
daya hisap daun, apabila tidak tersedia air maka laju transpirasi terhambat dan
daya hisap daun juga terhambat (Koryati et al., 2021: 109)
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a. Photometer
b. Beaker glass
c. Stopwatch
d. Cutter
e. Baskom
f. Pipa kapiler
g. Corong air
h. Hygrometer
4.1.2 Bahan
a. Tumbuhan pacar air beserta daunnya
b. Air
c. Palstisin
d. Vaselin
4.2 Langkah Kerja
4.2.1 Permeabiitas Membran

Mengisi unit photometer melalui pipa berbentuk Y pada


bagian yang berukuran besar hingga seluruh pipa penuh
dengan air, disumbat dengan plastisin sampai rapat,
membiarkan ujung yang berplastisin ini tetap terbuka,
menutup ujung pipa kapiler dengan jari tangan

Menyiapkan ranting tumbuhan dengan ukuran yang sesuai


dengan lubang pipa Y, dipotong di dalam air untuk
mencegah ruang udara pada pembuluh xilem, dimasukkan
ke dalam pipa Y sampai pangkal terendam dalam air.

Mencegah terjadinya kebocoran atau penguapan air selain


melalui tumbuhan percobaan dengan mengolesi ujung
selang pipa Y dengan vaselin dan plastisin.

Meletakkan satu unit percobaan di tempat teduh (daun 0,2,


4, dan 6) dan satu unit lagi (daun 0 dan 6) di tempat terang

Mengamati berapa jumlah air yang dihisap oleh 0,2,4,dan 6


daun dengan melihat gerakan air dalam pipa kapiler setiap
5, 10, 15, dan 20 menit.
V. HASIL PENGAMATAN
Tempat Tempat Tempat Tempat
Waktu Teduh Teduh Terik Terik
pengamatan Daun Daun Daun Daun Daun Daun Daun Daun
0 2 4 6 0 2 4 6
5 Menit 0,9 0,1 0,1 0,2 0 0 0 0
10 Menit 0,3 0,2 0,1 0,4 0,1 0,3 0,2 0
15 Menit 0,3 0,3 0,1 0,5 0 0,6 0,2 1
20 Menit 0,1 0,5 0,2 0,7 0,1 0,8 0,2 0,5

VI. PEMBAHASAN
Judul dan Tujuan Praktikum
Pembuktian daya hisap daun. Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan
bahwa air tanah naik ke daun disebabkan oleh daya hisap daun dan faktor – faktor
lain yang mempengaruhinya.
Daya Hisap Daun
Daya hisap daun merupakan proses yang terjadi karena transpirasi atau
penguapan oleh stomata daun sehingga menyebabkan air dari dalam tanah naik ke
atas menuju daun. Terdapat beberapa teori mengenai kenaikan air tanah menuju
daun antara lain teori vital, tekanan akar, hukum kapilaritas, dan gaya kohesi.
Teori vital, pergerakan air tanah dari akar menuju daun dibantu oleh sel-sel hidup
yaitu sel parenkim kayu dan sel jaringan empulur di sekitar xilem, xilem adalah
berkas pengangkut yang terdiri dari trakea dan trakeid yang merupakan sel mati
dan parenkim yang merupakan sel hidup dan mampu mengadakan metabolisme.
Tekanan akar, adanya tekanan dari akar mengakibatkan air bergerak dari tanah
kemudian masuk ke akar dan diteruskan ke daun. Hukum kapilaritas, pembuluh
xilem dapat dikatakan sebagai pembuluh kapiler sehingga air naik di dalamnya
sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding xilem dengan molekul air.
Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair melalui
perantara, seperti pipa kapiler. Gaya kohesi, pergantian molekul air oleh molekul
air lain yang ada di bawahnya diakibatkan molekul air meloncat keluar karena
transpirasi. Hal ini terjadi karena molekul air letaknya berderet-deret dari akar
hingga daun.
Alat dan Bahan yang digunakan
Alat yang digunakan antara lain photometer, beaker glass, stopwatch, cutter,
baskom, pipa kapiler, dan corong air. Photometer berfungsi sebagai alat untuk
mengukur berbagai parameter. Beaker glass berguna untuk menampung air.
Stopwatch berfungsi untuk mencatat atau mengatur waktu saat pengamatan
pergerakan air di pipa kapiler. Cutter berguna untuk memotong batang pacar air di
dalam baskom berisi air. Baskom sebagai wadah air untuk pemotongan batang air.
Bahan yang digunakan antara lain tumbuhan pacar air beserta daunnya sebagai
objek yang akan diamati daya hisap daunnya melalui pergerakan pipa kapiler. Air
sebagai indikator kemampuan daya hisap daun pacar air. Plastisin berfungsi untuk
menutupi kebocoran pada pipa kapiler. Vaselin berguna untuk menyumbat bagian
pipa yang mengalami kebocoran. Hygrometer berfungsi sebagai alat untuk
mengukur kelembapan udara dan suhu.
Data Hasil Praktikum
Percobaan mengenai pembuktian daya hisap daun menggunakan tanaman
pacar air beserta daunnya. Sebelum perlakuan, batang tanaman pacar air dipotong
dan di sesuaikan dengan besar batang dengan besar lubang pipa kapiler.
Kemudian setelah di potong asisten membagi beberapa kelompok jumlah daun
diantaranya jumlah daun 0 ( tanpa daun) , 2 daun , 4 daun, dan 6 daun dengan
estimasi pengamatan beruntun selama 5,20,15, dan 20 menit. Kemudian asisten
juga membagi setiap masing masing tim berada di lingkungan terang 4 kelompok
dan tempat teduh 4 kelompok. Hasil kelompok tempat teduh dengan kelembapan
49% , suhu 29ᵒC dengan jumlah 0 ,2,4,6 daun hanya sedikit terjadi pergerakan air
dalam pipa . Hasil tersebut terjadi karena tidak ada cahaya matahari, suhu ruangan
yang rendah, dan kelembapan udara yang tinggi sehingga laju transpirasi rendah
yang mengakibatkan rendahnya bahkan tidak ada daya hisap daun. Hal ini sesuai
dengan literatur yang ada. Menurut Sialen (2021), sinar matahari mengakibatkan
terbukanya stomata sehingga tidak adanya cahaya matahari maka stomata daun
pacar air akan menutup dan laju transpirasi rendah sehingga daya hisap daun
kecil. Suhu ruangan yang rendah, semakin tinggi temperatur maka kecepatan
transpirasi semakin tinggi, kenaikan temperatur maka akan menambah tekanan
uap di dalam daun dan menambah tekanan uap di luar daun. Udara di luar daun
tidak terbatas maka tekanan uap luar tidak lebih besar daripada di dalam daun
sehingga uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun menuju udara bebas.
Kelembapan udara yang tinggi, semakin tinggi kelembapan udara maka laju
transpirasi semakin rendah sehingga daya hisap daun semakin kecil.
Kemudian untuk data tempat terang dengan jumlah 0,2,4,6 daun
keterangan kelembapan 3% dan suhu 50ᵒC. Pada percobaan daun berjumlah 0
selama menit ke-5 hingga menit k-20 hanya menghasilkan sedikit pergerakan air
di pipa kapiler, peristiwa ini menunjukkan adanya tidak ada daya hisap daun dari
tanaman pacar air karena tidak ada organ utama tumbuhan untuk melakukan
transpirasi yaitu daun. Sedangkan percobaan dengan daun berjumlah 2
menghasilkan pergerakan air di pipa kapiler yang lebih signifikan antara menit 10
– 20 sebesar 0,3ml - 0,8 ml dibandingkan dengan percobaan dengan jumlah daun
4 hanya menunjukkan angka yang konstan pada menit ke 10 hingga 20 yaitu
sebesar 0,2 ml air terhisap. Hal ini selaras dengan pernyataan faktor kegagalan
bahwa terjadi kebocoran pipa yang menyebabkan data yang dihasilkan menjadi
kurang akurat kebenarannya. Sehingga pembanding antara daun jumlan 2 dan 4
tidak bisa dilakukan. Akan tetapi pada daun berjumlah 6 terjadi pergerakan air
yang cukup signifikan pada menit 20 sebesar 1 ml air. Dari sinilah kami dapat
menganalisis data bahwa pergerakan air pada pipa kapiler semakin besar seiring
dengan bertambahnya intensitas cahaya matahari dan suhu yang semakin panas.
Meningkatnya pergerakan air pada pipa kapiler menandakan bahwa terangnya
cahaya, suhu yang tinggi, dan kelembapan udara yang rendah mempengaruhi daya
hisap daun. Hal ini sesuai dengan literatur. Menurut Sugiarto et al., (2020),
besarnya intensitas cahaya yang besar menyebabkan laju transpirasi tanaman lebih
besar daripada laju transpirasi tanaman pada intensitas cahaya yang rendah juga
kelembaban udara dapat mempengaruhi lebar porus stomata tanama

Faktor faktor yang Mempengaruhi Daya Hisap Daun


Daya hisap daun dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain terang teduhnya
cahaya, banyaknya daun, ukuran/luas daun, jumlah stomata, tebal/tipisnya daun,
tersedianya air, dan kelembapan udara serta tekanan akar, kapilaritas, kohesi, dan
jumlah bulu akar (trikoma). Pertama, terang teduhnya cahaya, semakin tinggi
intensitas cahaya yang diterima daun maka transpirasinya juga tinggi sehingga
pergerakan air dari akar ke daun semakin cepat. Hal ini terjadi karena semakin
panas maka semakin banyak stomata yang terbuka. Kedua, banyaknya daun,
semakin banyak daun maka semakin tinggi intensitas transpirasi tumbuhan
sehingga laju kecepatan air tanah ke daun semakin tinggi. Hal ini berkaitan
dengan luas permukaan daun yakni semakin banyak daun maka jumlah stomata
juga semakin banyak sehingga laju transpirasi tinggi dan daya hisap daun semakin
cepat. Ketiga, tersedianya air, apabila tidak tersedia air di dalam atau terjadi
defisit air maka akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan fotosintesis serta
gangguan rangkaian fisiologis seperti transpirasi. Jika kekurangan air maka
tumbuhan akan layu karena penurunan tekanan turgor pada selnya. Tumbuhan
menanggapi kekurangan air dengan memperlambat laju penguapan (transpirasi)
sehingga daya hisap daun akan menurun. Keempat, kelembapan udara, apabila
kelembapan udara rendah akan mengakibatkan laju transpirasi yang tinggi. Hal ini
terjadi karena air di dalam pembuluh xilem tidak dalam keadaan yang menerima
tekanan tetapi sebaliknya mengalami penarikan sehingga air bergerak ke atas
karena proses penguapan sehingga mengakibatkan adanya daya hisap daun.
Kelima, Tekanan akar, air diserap melalui akar, akar memiliki rambut akar yang
berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan air. Penyerapan air oleh rambut
akar berlangsung secara osmosis yaitu perpindahan zat dari larutan kurang pekat
ke larutan yang pekat melalui membran semipermeabel. Air terlarut di dalam
tanah masuk ke dalam sel rambut secara osmosis kemudian rambut akar menyerap
air, maka cairan pada sel rambut akar menjadi kurang pekat jika dibandingkan
dengan cairan pada sel korteks. Hal ini membuat air dari sel rambut akar dapat
mengalir ke dalam sel pada korteks secara osmosis. Air kemudian mengalir ke
endodermis secara osmosis hingga mencapai xilem. Proses pengangkutan air dari
akar menuju xilem disebut pengangkutan ekstravasikuler. Proses penyerapan air
menyebabkan akar menekankan air hingga air masuk ke dalam pembuluh xilem.
Keenam, kapilaritas, pembuluh xilem dapat dikatakan sebagai pembuluh kapiler
sehingga air dapat naik menuju daun karena adanya gaya tolak menolak antara
dinding xilem dengan molekul air. Ketujuh, gaya kohesi, gaya tarik menarik
antara molekul yang sejenis. Molekul air terletak berderet-deret dari bawah hingga
atas sehingga saat transpirasi berlangsung dan molekul air keluar dari daun maka
molekul air yang di bawahnya akan naik dan mengisi tempat kosong tersebut.
Kedelapan, jumlah bulu akar (trikoma), trikoma pada akar berfungsi untuk
mengurangi penguapan sehingga semakin banyak jumlah bulu akar maka akan
semakin sedikit air yang diserap oleh akar maka daya hisap daun semakin keci
Mekanisme Transport Air
Transportasi air dibagi menjadi dua yaitu transport ekstravaskuler dan
intravaskuler. Transport ekstravaskuler adalah pengangkutan yang dilakukan di
luar berkas pembuluh, air bergerak secara bebas di antara ruang antar sel,
pengangkutan air dan mineral dari dalam di luar berkas pembuluh dilakukan
melalui dua mekanisme yaitu apoplas dan simplas. Transport intravaskuler
merupakan pengangkutan yang dilakukan di dalam berkas pembuluh, setelah
melewati sel-sel akar, air dan mineral yang terlarut akan masuk ke pembuluh kayu
atau xilem dan bergerak secara vertikal dari akar menuju batang hingga ke daun.
Proses pengangkutan air di dalam tanaman berawal dari penyerapan air tanah
melalui rambut akar. Setelah air diserap oleh rambut akar, ia bergerak melalui
jaringan tanah melalui salah satu dari tiga rute yang mungkin sebelum memasuki
xilem tanaman yaitu simplas, apoplas, dan transmembran. Jalur simplas, air
berpindah dari sitoplasma satu sel ke sel berikutnya melalui plasmodesmata yang
secara fisik bergabung dengan sel tumbuhan yang berbeda, hingga akhirnya
mencapai xilem. Jalur apoplast, air berjalan melalui dinding sel berpori yang
mengelilingi sel tumbuhan. Jalur transmembran, air bergerak melalui saluran air
yang ada di membran plasma sel tumbuhan, dari satu sel ke sel berikutnya, hingga
akhirnya mencapai xilem. Air yang masuk ke dalam sel melalui membran plasma
telah disaring tetapi air yang bergerak melalui apoplas tidak melalui penyaringan
hingga sampai endodermis terdapat pita kaspari yang memaksa air untuk melewati
membran plasma sehingga air akan tersaring.
Setelah pergerakan air tanah di akar, selanjutnya pergerakan air ke atas
tanaman yang melawan gravitasi. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan
pergerakan air naik ke atas yaitu tekanan akar, teori vital, hukum kapilaritas, dan
gaya kohesi. Tekanan akar, air bergerak ke dalam akar dari tanah melalui osmosis
yang akan memompa air menuju daun. Teori vital, perjalanan air di dorong oleh
sel-sel hidup yaitu sel parenkim kayu dan sel jaringan empulur di sekitar xilem.
Hukum kapilaritas, kapilaritas adalah kecenderungan cairan untuk bergerak
melawan gravitasi ketika terkurung dalam kapiler. Pada pergerakan air di dalam
tumbuhan diakibatkan oleh gaya adhesi yaitu gaya tolak menolak antara air
dengan dinding xilem sehingga air dapat bergerak ke atas menuju daun. Gaya
kohesi, gaya ini merupakan gaya tarik menarik antara molekul air sehingga air
yang keluar meloncat pada daun karena transpirasi maka molekul air yang ada di
bawahnya akan mengisi posisi kosong, hal ini akan terus terjadi hingga air yang
ada di luar akar akan masuk ke dalam akar. Kohesi-adhesi pada dasarnya
menggabungkan proses kapiler dengan transpirasi atau penguapan air dari stomata
tumbuhan. Pada akhirnya transpirasi merupakan pendorong utama pergerakan air
di xilem. Transpirasi (penguapan) terjadi karena stomata terbuka untuk
memungkinkan pertukaran gas untuk fotosintesis. Saat transpirasi terjadi,
menciptakan ketegangan yaitu menarik air di xilem tanaman, menarik air ke atas
saat mengisap sedotan. Kohesi (air menempel satu sama lain) menyebabkan lebih
banyak molekul air mengisi celah di xilem karena air paling atas ditarik menuju
stomata.
Faktor Kegagalan yang Terjadi
Pada saat praktikum berlangsung terdapat beberapa kegagalan diantara
kelompok praktikan, diantaranya ialah kebocoran pipa kapiler yang terhubung
sehingga mempercepat pengukuran, kemudian terdapat kesalahan mekanisme
dimana seharusnya tumbuhan harus ditempatkan pada lubang pipa yang kecil
sehingga pengukuran akan terlihat dan dimulai dari lubang yang besar. Kemudian
tidak menggunakan air pewarna sebagai penanda apakah air benar benar terserap
atau terbuang karena kebocoran pipa. Diantara kedua permasalahan tersebut
terjadi kebingungan antara apakah daun ini benar menyerap air atau air menetes
keluar pipa kapiler sulit dibedakan karena air yang diangkut tidak berwarna dan
volume kebocoran sulit diukur Sehingga dari kesalahan tersebut data yang
diberikan merupakan hasil pengamatan sebenarnya.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan

Daya hisap daun terbukti menyebabkan air tanah naik ke daun. Hal ini
berkaitan dengan transpirasi yang terjadi pada daun tumbuhan, tumbuhan
mengalami transpirasi atau penguapan sehingga molekul air yang ada di daun
akan keluar dan molekul air yang di bawahnya mengisi kekosongan tempat
molekul air sebelumnya, hal ini terus terjadi hingga air di luar akar masuk ke
dalam akar. Proses ini terlihat pada percobaan di tempat terang, air mengalir ke
tumbuhan pacar air yang membuktikan daya hisap daun mengakibatkan air
bergerak ke atas menuju daun. Daya hisap daun dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain terang teduhnya cahaya, banyaknya daun, kelembapan udara, dan
tersedianya air tanah

7.2 Saran
7.2.1 Saran untuk Asisten
Pada praktikum kali ini, sebaiknya asisten lebih paham dan
mengerti bagaimana alat digunakan dengan benar sehingga
kesalahan itu jika bisa diminimalisir. Lalu untuk perlakuan
percobaan saya survai dikelas lain menggunakan bahan pewarna
sebagai uji daya hisap air ke daun , namun pada kelas kami tidak
menggunakan sehingga teori yang dibuktikan kurang berkesan.
Dikarenakan saaat diberikan pewarna airnya maka akan terlihat dan
membuktikan bahwa daya hisap daun pada airpewarna akan
menyebar ke seluruh permukaan daun.
7.2.2 Saran untuk Praktikum
Pada praktikum kali ini, sebaiknya lebih hati hati lagi terhadap
perintah asisten, sebaiknya harus dianalisis lagi dengan
pemahaman teori lebih dalam. Supaya praktikum percobaan itu
sesuai dengan prosedur yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, L. 2018. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Sleman: CV Budi Utama.
Costa, Y. O. D. dan E. Daningsih. 2022. Ketebalan Daun dan Laju Transpirasi pada Tanaman
Hias Dikotil. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 27 (1): 40 – 47.
Franzisky, B. L., C. M. Geilfus, M. L. R. Perez, I. Fehrle, A. Erban, J. Kopka, dan C. Zorb.
2020. Acclimatisation Of Guard Cell Metabolism To Long-Term Salinity. Plant, Cell
& Environment Journal. 44 (3):870 – 884.
Koryati, T., D. W. Purba, D. W. Surjaningsih, J. Herawati, D. Sagala, S. R. Purba, M.
Kairani, K. Amartani, E. Sutrisno, N. H. Panggabean, I. Erdiandini, dan R. F. Aldya.
2021. Fisiologi Tumbuhan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Riastuti, R. D. dan Y. Febrianti. 2021. Morfologi Tumbuhan Berbasis Lingkungan. Malang:
Ahlimedia Book.
Salsabila,A.H.,Ardelya,D.P.,Br.M.B.,Azzahra,S.S.2023. Studi Literatur: Berbagai Daun
Tumbuhan Indonesia Sebagai Antidiabetes. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Gizi
(JIG).1(3): 122-134.
Silaen, S. 2021. Pengaruh Transpirasi Tumbuhan dan Komponen Didalamnya.
Agroprimatech. 5 (1): 14 – 20.
SUgiarto, A., H. Marisa, dan Sarno. 2020. Pemodelan Pengaruh Peningkatan Suhu Udara
Terhadap Laju Transpirasi Bibit Lansium Domesticum Corr Menggunakan Metode
Potometer Yang Dimodifikasi. SRIBIOS: Sriwijaya Bioscienta. 1 (1): 31 – 34.
Wahyuni, S. dan M. Afidah. 2022. The Estimation of Ketapang (Terminalia catappa Linn.)
Tree’s Transpiration. Jurnal Biologi Tropis. 22 (3): 889 – 894.
Zhuang, S., L. Zhou, W. Xu, N. Xu, X. Hu, X. Li, G. Lv, Q. Zheng, S. Zhhu, Z. Wang, dan J.
Zhu. 2018. Tuning Transpiration by Interfacial Solar Absorber-Leaf Engineering.
Advanced Science. 5 (2): 1 – 7.
LAMPIRAN
LEMBAR ACC
LAMPIRAN PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai