Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRATIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

“JARINGAN PENGANGKUT AIR”

DISUSUN OLEH:
NAMA : Diki Hendra

NIM : D1A022042

KELAS :B

DOSEN PENGAMPU:
Prof.Dr.Ir. Mapegau, M.S.
Ir. Neliyati, M.Si.

ASISTEN DOSEN:
Amelya Yunianti Silalahi
Hotman Renaldo
Annisa Isni Khoiriah

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVESITAS JAMBI

2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan sebagai organisme autotrof, memiliki kebutuhan yang vital akan
air untuk menjalankan berbagai fungsi fisiologisnya. Air menjadi unsur yang tak
tergantikan dalam proses fotosintesis, transportasi nutrisi, dan regulasi suhu.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuhan telah mengembangkan sistem
jaringan pengangkut air yang kompleks dan sangat efisien.
jaringan pengangkut air pada tumbuhan terdiri dari xilem dan floem. Xilem
bertanggung jawab atas pengangkutan air dan mineral dari akar ke seluruh bagian
tumbuhan, sementara floem memindahkan hasil fotosintesis dan zat-zat organik
dari daun ke bagian-bagian lain dari tumbuhan. Kedua jaringan ini saling
melengkapi dalam menjaga keseimbangan hidrasi dan metabolisme tumbuhan.
Pada awalnya diperkirakan air naik ke bagian atas tanaman karena adanya
tekanan dari akar. Hal ini didasarkan atas fakta bahwa jika batang tanaman
dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa mak air
di dalam selang akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tekanan akar adalah relatif rendah dan tidak terjadi pada
semua spesies tanaman dan juga hanya terjadi padakondisi lingkungan yang
menghambat laju transpirasi.
Transport air dari akar kebanyakan mengikuti lintasan apoplastik yakni
menembus epidermis dan korteks hingga mencapai endodermis dimana terdapat
pita caspari yang akan menghalangi pengangkutan air lebih lanjut. Sementara
pengangkutan fotosintat oleh floem kebanyakan mengikuti jalur simplas, yakni
transport dimulai dari dalam sel parenkim antara sel parenkim, dari parenkim ke
floem dan pengangkutan lebih lanjut oleh floem ke seluruh bagian sel yang
membutuhkan atau fotosintat dari floem tersebut akan disimpan dalam bentuk
amilum.

1
Proses transpor air pada tumbuhan dipengaruhi beberapa faktor yaitu
tekanan akar, kapilaritas pembuluh xilem, dan laju transpirasi. Transport air pada
tumbuhan sangat penting yaitu untuk memenuhi kebutuhan air tumbuhan untuk
metabolis medan mengganti air yang hilang akibat transpirasi. Karena pentingnya
transpor air pada tumbuhan, maka dilakukan percobaan ini, yaitu percobaan untuk
mengetahui proses transport air pada xylem tumbuhan. Tumbuhan yang digunakan
pada percbaan ini yaitu Allamanda cathartica.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui jaringan pengangkut air pada tumbuhan tingkat tinggi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air dalam pembuluh xylem tumbuhan yang sedang bertranspirasi berada
dalamkeadaan tekanan hidrostatik negatif tegangan. Tegangan tersebut yang
dialami olehseluruh kolam air yang terdapat dalam pembuluh xylem, yang juga
disebabkan oleh laju absorbsi air. Air yang mengisi tracheid mati dan pembuluh
xylem merupakan kolam airyang kontinu dan bergerak bebas sepanjang tubuh
tumbuhan atau secara harfiah ditarikke atas secara utuh (Lakitan, 2004).
Air dapat diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur
harayang terlarut didalamnya, kemudian diangkut kebagian atas tanaman,
terutama daun,melului pembuluh xylem. Pembuluh xylem pada akar, batang dan
daun merupakansuatu system yang kontinu, berhubungan satu sama lain ( Lakitan,
2004).
Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan
bahan penyusun utama dari protoplasma sel. Di samping itu, air adalah komponen
utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini ke
bagian-bagiantanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman.
Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan
berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari
air yang diserap akan menguapmelalui stomata atau melalui transpirasi
(Dwidjoseputro,1984).
Allamanda berasal dari Brazil dan secara luas didetribusikan di wilayah
tropis.Allamanda merupakan tanaman yang merambat dengan lapisan yang tebal,
daunnyamembentuk lingkaran besar, bunga berbentuk terompet dengan warna
kuning terang.Kulit biji yang berduri mengikuti bunga dengan benih bersayap
yang terbang ketikakulit kering dan terbuka. Allamanda adalah tanaman tahunan
pada iklim tropis dandapat diperlakukan sebagai tanaman semusim ( Salisbury,
1995 )

3
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Maret 2024 pada pukul
13.30 –Selesai di laboratorium Ekofisiologi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Jambi.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu adalah cabang tanaman
Allamanda catartica, vaselin, dan gabus penutup botol . Dan, adapun alat yang
digunakan adalah pisau potong, botol plastik, gelas ukur, dan spidol permanen.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah :
a. Isi botol dengan air 3\4 dari volumenya.
b. Pilih ujung tanaman yang sama; panjangnya, diameternya, jumlah ruas, jumlah
daun dan umurnya.
c. Kupas kulit dan kambiumnya kira-kira 3 cm dari pangkal
d. Siapkan gabus penutup botol dan dilobangi di tengahnya untuk memasukkan
tanaman dan perkirakan pangkal tanaman tersbut masuk ke dalam botol kira-kira
1 cm dari dasar botol.
e. Setelah tanaman dimasukkan ke lubang gabus, bagian xilem ditutup dengan
vaselin (dan floem dibiarkan terbuka) dan segera dimasukkan ke dalam botol yang
telah diisi dengan air.
f. Olesi dengan vaselin gabus penotop botol hingga tidak terjadi kebocoran
(penguapan air melalui celah botol).
g. Seperti perlakuan (e), tetapi yang ditutup floemya (sedangkan xilem dibiarkan
terbuka).
h. Tandai tinggi permukaan air pada botol dengan spidol. Bila airnya berkurang,
tambahkan air dengan menggunakan gelas ukur sampai ketinggian semula.
Catatlah jumlah air yang ditambahakan, selain itu juga perhatikan keadaan
morfologi tanaman pada setiap pengamatan (misalnya, terbentuk akar, layu dll).

4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Waktu Air yang
Jumlah daun
pengamatan ditambahkan
Perlakuan
Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Daun Hari ke Hari ke
3 6 3 6 awal 3 6
Xilem 10.45 09.00 12ml 10 ml 12 12 12
ditutup
Floem 10.45 09.00 9ml 4 ml 10 10 8
ditutup

4.2. Pembahasan
Hasil percobaan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pengaruh
penutupan xilem dan floem terhadap transportasi air pada tanaman Allamanda
cathartica.
Pada perlakuan xilem ditutup:
 Pada hari ke-3, terjadi penambahan air sebanyak 12 ml, namun pada hari
ke-6, penambahan air menurun menjadi 10 ml. Ini menunjukkan adanya
penurunan laju transportasi air pada tanaman setelah xilem ditutup.
 Jumlah daun tetap konstan, yaitu 12 daun pada awal percobaan, hari ke-3,
dan hari ke-6. Hal ini menunjukkan bahwa penutupan xilem tidak
berpengaruh pada pertumbuhan daun.
Pada perlakuan floem ditutup:
 Terjadi penambahan air yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
xilem ditutup. Pada hari ke-3, penambahan air hanya 9 ml, dan pada hari
ke-6, penambahan air semakin berkurang menjadi 4 ml. Hal ini
menunjukkan bahwa penutupan floem menghambat transportasi air secara
signifikan.
 Jumlah daun menunjukkan penurunan dari 10 daun pada awal percobaan
menjadi 10 daun pada hari ke-3, dan 8 daun pada hari ke-6. Hal ini

5
menunjukkan adanya dampak negatif penutupan floem terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup daun.

6
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penutupan xilem pada tanaman Allamanda cathartica mengakibatkan
penurunan laju transportasi air dari akar ke bagian atas tanaman. Hal ini
terlihat dari jumlah air yang ditambahkan ke dalam botol yang menurun
dari hari ke-3 ke hari ke-6 setelah perlakuan.
2. Meskipun xilem ditutup, jumlah daun pada tanaman tetap konstan,
menunjukkan bahwa penutupan xilem tidak berpengaruh pada
pertumbuhan daun.
3. Sebaliknya, penutupan floem pada tanaman Allamanda cathartica
menghasilkan penurunan yang lebih signifikan dalam laju transportasi air.
Hal ini terlihat dari penambahan air yang sangat rendah pada hari ke-6
setelah perlakuan floem ditutup.
4. Penutupan floem juga mengakibatkan penurunan jumlah daun pada
tanaman, menunjukkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup daun.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum ini ada beberapa saran untuk praktikum adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan lebih lanjut terhadap efek penutupan xilem dan
floem pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara
keseluruhan, bukan hanya pada transportasi air.
2. Mengkaji lebih dalam mekanisme dan regulasi transportasi air melalui
xilem dan floem pada berbagai jenis tanaman.
3. Melakukan percobaan dengan variasi perlakuan dan pengamatan yang
lebih detail untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang peran dan fungsi xilem dan floem dalam sistem transportasi
tumbuhan.

7
DAFTAR PUSTAKA
Salisburry, F.B dan C. W. Ross. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Penerbit ITB.Bandung

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross, 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid III, ITB,
Bandung.

Lakiatan, B. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Sriwijaya.


Palembang.

Lakitan, Benjamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo


Persada: Jakarta.

Dwijoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta

Sutarmi Tjitrosmo, Siti. 1984. Botani Umum II. Angkasa. Bandung.

Prawiranta, W et al. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani


Fakultas Pertanian IPB. Bogor

8
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai