Anda di halaman 1dari 14

A.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi
tanaman pacar air (Impatiens balsamina)?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar
air (Impatiens balsamina)?
3. Bagaimana pengaruh kelembaban terhadap kecepatan transpirasi tanaman
pacar air (Impatiens balsamina)?

B. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan
metode penimbangan.
2. Mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi
tanaman pacar air (Impatiens balsamina).
3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar
air (Impatiens balsamina).
4. Mengetahui pengaruh kelembaban terhadap kecepatan transpirasi tanaman
pacar air (Impatiens balsamina).

C. Hipotesis
H0 = Tidak ada pengaruh kondisi lingkungan terhadap kecepatan transpirasi
tanaman pacar air (Impatiens balsamina).
H1 = Ada pengaruh kondisi lingkungan terhadap kecepatan transpirasi
tanaman pacar air (Impatiens balsamina).

D. Kajian Pustaka
Proses transpirasi meliputi penguapan cairan (air) yang terkandung pada
jaringan tanaman dan pemindahan uap ke atmosfir. Tanaman umumnya
kehilangan air melalui stomata. Stomata merupakan saluran terbuka pada
permukaan daun tanaman melalui proses penguapan dan perubahan wujud
menjadi gas. Air bersama beberapa nutrisi lain diserap oleh akar dan
ditransportasikan ke seluruh tanaman. Proses penguapan terjadi dalam daun, yang
disebut ruang intercellular, dan pertukaran uap ke atmosfir dikontrol oleh celah
stomata (stomatal aperture). Hampir semua air yang diserap oleh akar keluar
melalui proses transpirasi dan hanya sebagian kecil saja yang digunakan oleh
tanaman (Lakitan, 2008).
Sel-sel tanaman yang menguapkan airnya ke rongga antarsel akan
mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini
akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya akan
menerima dari batang dan batang meneriman akar dan seterusnya; membentuk
aliran transpirasi. Apabila stomata membuka, uap air dari rongga antar sel akan
keluar ke atmosfir (Rahayu, 2019).
Ada dua faktor yang mempengaruhi transpirasi pada tumbuhan yaitu
faktor eksternal yang berupa lingkungan dan faktor internal yang berasal dari
tumbuhan itu sendiri. Faktor yang berasal dari tumbuhan seperti penutupan
stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun, dan pelipatan daun. Sedangkan
faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti intensitas cahaya, temperatur,
kelembaban, angin, dan keadaan air tanah (Dwidjoseputro, 1992).
1. Intensitas Cahaya
Tumbuhan lebih cepat bertranspirasi apabila terkena cahaya
dibandingkan dengan yang berada ditempat gelap. Hal ini karena cahaya
sangat mendorong atau merangsang tumbuhnya stomata dengan demikian
sangat meningkatkan pemindahan uap air dari ruang-ruang sel ke luar.
Cahaya juga meningkatkan transpirasi dengan menghangatkan daun.
2. Suhu
Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu yang tinggi. Hal ini
disebabkan air menguap lebih cepat pada suhu tinggi dan juga
meningkatkan kelembaban udara.
3. Kelembaban
Difusi air dari stomata pada daun yang berisikan uap ke luar agak
perlahan-lahan apabila udara disekitarnya lembab. Sedangkan apabila
udara disekitarnya kering maka proses difusi air akan berlangsung lebih
cepat.
4. Angin
Jika tidak ada angin, udara yang dekat dengan daun yang sedang
bertranspirasi makin lembab. Karena itu menurunkan laju transpirasi. Jika
ada hembusan angin lembut, udara lembab itu terbawa dan digantikan oleh
udara segar yang lebih kering.
5. Keadaan Air Tanah
Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika
kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh air segar dari tanah. Bila
penyerapan air oleh akar tidak dapat mengimbangi laju transpirasi, maka
terjadi kekurangan turgor, dan stomata pun menutup. Hal ini dengan
segera sangat mengurangi laju transpirasi.

Beberapa teori terkait proses membuka dan menutupnya stomata juga


sangat diperhatikan dalam menentukan besarnya transpirasi suatu tanaman.
Adapun teori-teori tersebut diantaranya :
1. Teori Fotosintesis
Saat terkena cahaya, sel penjaga yang berklorofil lebih akan mengalami
fotosintesis. Akibatnya gula akan larut dalam sel penjaga, sehingga potensial air
sel penjaga turun dan air dari sel tetangga akan berdifusi ke dalam sel penjaga,
terjadilah turgor di sel penjaga dan stomata akan membuka (Soerdikoesoemo,
1995).
2. Teori Pengangkutan Ion
Pada siang hari atau saat tersedia cahaya di lingkungan, terjadi fotosintesis
di sel penjaga sehingga terbentuk zat antara fotosintesis yaitu asam malat,
kemudian dipecah menjadi H+ dan ion malat, H+ keluar dari sel penjaga,
kedudukannya digantikan K+.

Gambar 1. Transpirasi melalui pengangkutan ion

Ikatan K+ dengan ion malat membentuk kalium malat, kalsium malat


masuk ke vakuola sel penjaga dan menurunkan potensial airnya. Terjadi
endoosmosis ke dalam sel penjaga, potensial air sel penjaga naik, turgor, dinding
sel dari sel penjaga tertekan ke arah luar, stomata membuka. Stomata akan
menutup saat ion K+ keluar dari sel bersama air menuju sel tetangga (Jarvis,1986).

3. Teori Asam Basa


Menurut teori klasik Sayre, saat terjadi fotosintes pada sel penjaga H+ akan
berkurang karena reduksi sehingga pH menjadi basa. Dalam kondisi ini enzim
fosforilase akan mengubah amilum menjadi glukosa-1-P. Potensial air sel penjaga
menurun. Air masuk dari sel tetangga ke sel penjaga, turgor sel penjaga, stomata
membuka. Sebaliknya saat tidak terjadi fotosintesis pada malam hari, suasana sel
penjaga menjadi asam akibat adanya CO2 yang bereaksi dengan air menghasilkan
asam karbonat. Glukosa akan diubah menjadi amilum. Potensial air sel penjaga
naik, air keluar meuju sel tetangga. Stomata mennutup (Kimball,1983).

Peran transpirasi pada tumbuhan sangat banyak namun yang terpenting


adalah untuk melepas energi yang diterima dari radiasi matahari. Energi matahari
yang digunakan untuk fotosintesis hanya 2% atau kurang, sehingga selebihnya
harus dilepaskan ke lingkungan, baik dengan pancaran, hantaran secara fisik dan
sebagian besar untuk menguapkan air (Santosa,1990). Ion K sangat berpengaruh
terhadap kemungkinan keluar masuknya bahan terlarut ke sel penutup, sehingga
terjadi perubahan permeabilitas pada membrannya (Haryati, 2009).

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : Intensitas cahaya, suhu, kelembaban.
2. Variabel Kontrol : Tanaman pacar air, volume air dan jeda waktu
Penimbangan.
3. Variabel Respon : Berat 1 set erlenmeyer berisi tanaman pacar air,
Luas daun dan kecepatan transpirasi.

F. Definisi Operasional Variabel


Variabel manipulasi dalam praktikum ini yaitu kondisi lingkungan yang
meliputi intensitas cahaya, suhu dan kelembaban. Kondisi lingkungan sengaja
dibuat berbeda supaya dapat dijadikan pembanding serta dapat diketahui
pengaruhnya terhadap variabel respon yang akan diamati. Hal ini karena laju
transprasi juga dipengaruhi oleh aspek lingkungan.
Variabel kontrol dalam praktikum ini yaitu tanaman pacar air (Impatiens
balsamina), volume air dan jeda waktu penimbangan. Variabel ini harus ada
karena sengaja dibuat dan diatur agar hasil yang diperoleh valid. Pengambilan
tanaman pacar air sebagai sampel utama dalam praktikum ini harus sama atau
hampir sama, baik dari segi panjang tanaman (20cm), jumlah daun dan ukuran
tanaman. Kondisi tanaman yang diambil juga harus sama karena jika berbeda
maka akan mempengaruhi hasil dan memberikan nilai laju transpirasi yang
berbeda. Disamping itu, volume air dan jeda waktu penimbangan juga tetap
diperhatikan agar tetap sama sehingga diharapkan tidak akan mengganggu hasil
uji.
Variabel respon dalam praktikum ini yaitu lebar daun, berat 1 set
erlenmeyer yang berisi tanaman pacar air dan kecepatan transpirasi tanaman pacar
air (Impatiens balsamina). Ketiganya masuk kedalam variabel respon karena
muncul sebagai bentuk respon atau akibat dari adanya pemberian variabel
manipulasi berupa pengaruh lingkungan yang meliputi intensitas cahaya, suhu dan
kelembaban.

G. Alat dan Bahan


 Alat:
1. Erlenmeyer 2 buah
2. Gabus untuk menyumbat 2 buah
lubang Erlenmeyer
3. Timbangan 1 buah
4. Termometer 1 buah
5. Higrometer 1 buah
6. Lux meter 1 buah
7. Bohlam Lampu 1 buah
8. Pisau Tajam 1 buah
9. Penggaris 1 buah
10. Kertas grafik/milimeter 3 lembar
 Bahan:
1. Air 300 ml
2. Vaselin Secukupnya
3. Tanaman Pacar air 20 cm 2 batang
dalam pot

H. Rancangan Percobaan

Tahap Persiapan

Menyiapkan alat-alat yang Menyiapkan bahan-bahan


digunakan praktikum yaitu yang digunakan praktikum
erlenmeyer, gabus yaitu 2 tanaman pacar air, air,
penyumbat, timbangan, vaselin, dan kertas
termometer, higrometer, grafik/milimeter.
bohlam lampu, lux meter,
pisau tajam, penggaris

Tahap Percobaan

Memotong miring pangkal pucuk


batang tanaman pacar air

Memasukan potongan tanaman pacar air kedalam


tabung erlenmeyer melalui lubang sumbat

Membuang bunga, kuncup dan


daun yang rusak

Mengolesi luka tanaman dan celah-


celah yang ada dengan vaselin

Menimbang erlenmeyer lengkap dengan


tanaman air yang ada didaamnya

Mencatat hasil timbangan 1 set erlenmeyer


Meletakkan erlenmeyer 1 kedalam ruangan dan
erlenmeyer 2 di tempat dengan jarak 20 cm dari
lampu pijar 100 watt

Mengukur kondisi lingkungan berupa suhu,


intensitas cahaya dan kelembaban dari kedua
tempat tesebut

Menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya


setiap 30 menit dan mencatat hasilnya

Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali

Mengambil daun-daun pada tanaman


setelah penimbangan terakhir

Mengukur luas total daun dengan ketas


milimeter/grafik

I. Langkah Kerja
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Sediakan 2 buah Erlenmeyer, isilah dengan air volume 150 ml.
3. Potong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalamair, dan
segera masukkan potongan tanaman tersebut pada tabung erlenmeyer
melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air.
Buanglah bunga, kuncup, daun yang rusak dan olesi luka dengan vaselin.
Demikian pula olesi celah-celah yang ada dengan vaselin (misalnya sekitar
sumbat penutup).
4. Timbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang
ada didalamnya dan catat.
5. Letakkan erlenmeyer 1 didalam ruangan dan erlenmeyer 2 pada tempat
dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Ukur kondisi lingkungan
kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya dan kelembaban.
6. Setiap 30 menit timbanglah erlenmeyer beserta perlengkapannya dan catat.
7. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, ambil daun-daun pada tanaman tersebut,
kemudian ukurlah luas total daun tersebut dengan kertas milimeter/grafik,
caranya sebagai berikut:
 Buat pola masing-masing daun pada kertas grafik.
 Hitung luas daun dengan ketentuan: Apabila kurang dari ½ kotak
dianggap nol, dan bila lebih dari ½ dianggap satu.

J. Rancangan Tabel Pengamatan

Tabel 1. Kondisi lingkungan tempat uji


Tempat
No. Kondisi Lingkungan
Gelap Terang
1. Suhu (˚C)
2. Kelembaban (%)
3. Intensitas Cahaya (cd/m2)

Tabel 2. Perubahan berat tanaman pacar air (Impatiens balsamina)


Kondisi Intensitas Berat Awal Berat Akhir
Selisih (gram)
Lingkungan cahaya (cd/m2) (gram) (gram)
1. 30’’ = 1. 30’’ =
Terang 2. 30’’ = 2. 30’’ =
3. 30’’ = 3. 30’’ =
Rata-rata selisih berat (gr)
Kecepatan Transpirasi
1. 30’’ = 1. 30’’ =
Gelap 2. 30’’ = 2. 30’’ =
3. 30’’ = 3. 30’’ =
Rata-rata selisih berat (gr)
Kecepatan Transpirasi

Tabel 3. Luas daun tanaman pacar air (Impatiens balsamina)


Luas Luas
Kondisi Kondisi
Daun Ke- Daun Daun Ke- Daun
Lingkungan Lingkungan
(cm2) (cm2)
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
Terang 5. Terang 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
Rata-rata Rata-rata

K. Rencana Analisis Data


-
L. Hasil Analisis Data

Tabel 4. Kondisi lingkungan tempat uji


Tempat
No. Kondisi Lingkungan
Gelap Terang
1. Suhu (˚C) 30 31
2. Kelembaban (%) 82 81
3. Intensitas Cahaya (cd/m2) 0 715

Tabel 5. Perubahan berat tanaman pacar air (Impatiens balsamina)


Kondisi Intensitas Berat Awal Berat Akhir Selisih
2
Lingkungan cahaya (cd/m ) (gram) (gram) (gram)*
1. 30’’ = 275,4 1. 30’’ = -1,1
Terang 715 276,5 2. 30’’ = 275,9 2. 30’’ = 0,5
3. 30’’ = 276 3. 30’’ = 0,1
Rata-rata selisih berat (gr) -0,5
Kecepatan Transpirasi -0,002
1. 30’’ = 242 1. 30’’ = 17,7
Gelap 0 224,5 2. 30’’ = 234,2 2. 30’’ = -7,8
3. 30’’ = 223 3. 30’’ = -11,2
Rata-rata selisih berat (gr) -1,3
Kecepatan Transpirasi -0,007
*Keterangan Selisih:
 Berat akhir pada 30 menit pertama – berat awal
 Berat akhir pada 30 menit kedua – berat akhir 30 menit pertama
 Berat akhir pada 30 menit ketiga – berat akhir 30 menit kedua
Tabel 6. Luas daun tanaman pacar air (Impatiens balsamina)
Luas Luas
Kondisi Kondisi
Daun Ke- Daun Daun Ke- Daun
Lingkungan Lingkungan
(cm2) (cm2)
1. 12 1. 11
2. 11 2. 9
3. 11 3. 10
4. 11 4. 7
5. 10 5. 6
Terang Gelap
6. 9 6. 4
7. 9 7. 5
8. 8 8. 5
9. 5 9. 2
10. 2 10. 1
2
Rata-rata 8,8 cm Rata-rata 6 cm2

Pengaruh kondisi lingkungan


terhadap kecepatan transpirasi
0
-0,001 Terang Gelap
Kecepatan Transpirasi

-0,002
-0,003
-0,004 Terang
-0,005 Gelap
-0,006
-0,007
-0,008
Kondisi Lingkungan

Diagram 1. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kecepatan Transpirasi


Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina).

 Analisis
Berdasarkan tabel 5 diatas, terjadi perubahan berat pada kedua erlenmeyer
berisi tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang diujikan. Perubahan yang
terjadi berupa penurunan dan kenaikan dari berat sebelumnya. Pada erlenmeyer
yang diletakkan pada kondisi terang, mengalami penurunan di 30 menit pertama
yaitu dari 276,5 gr menjadi 275,4 gr dan mengalami kenaikan di 30 menit kedua
menjadi 275,9 gr serta di 30 menit ketiga mengalami kenaikan lagi menjadi 276
gr. Sehingga rata-rata selisih berat yang terjadi pada tanaman pacar air ditempat
terang yaitu -0,5 gr. Sedangkan pada erlenmeyer yang berisi tanaman pacar air
diletakkan ditempat gelap, mengalami kenaikan di 30 menit pertama dari 224,3 gr
menjadi 242 gr kemudian mengalami penurunan menjadi 234,2 gr dan mengalami
penurunan lagi menjadi 223 gr. Sehingga rata-rata selisih berat yang terjadi pada
tanaman pacar air di tempat gelap yaitu -1,3 gr.
Berdasarkan tabel 6 di atas, menyajikan data luas daun tanaman pacar air
(Impatiens balsamina) setelah perlakauan. Jumlah daun yang digunakan dalam
praktikum ini sebanyak 10 daun. Pada perlakuan di tempat terang diperoleh luas
daun sebesar 12, 11, 11, 11, 10, 9, 9, 8, 5 dan 2 (cm2). Sehingga diperoleh rata-
rata luas daun sebesar 8,8 cm2. Sedangkan pada perlakuan di tempat gelap
diperoleh luas daun sebesar 11, 9, 10, 7, 6, 4, 5, 5, 2 dan 1 (cm 2). Sehingga
diperoleh rata-rata luas daun sebesar 6 cm2.

 Pembahasan
Tanaman yang dijadikan sampel percobaan yaitu tanaman pacar air
(Impatiens balsamina), karena tanaman ini memiliki struktur batang yang
cenderung lunak tidak berkayu serta memiliki daun yang lebar, sehingga proses
transpirasinya akan berlangsung cepat. Sedangkan daunnya yang lebar
memudahkan praktikan untuk mengukur luas daun setelah perlakuan. Luas daun
tanaman dihitung karena luas daun juga dapat mempengaruhi besarnya laju
transpirasi tanaman. Semakin besar luas daun suatu tanaman maka semakin cepat
pula laju transpirasinya begitupun sebaliknya.
Ketika praktikum dimulai, bagian-bagian selain daun seperti bunga,
kuncup, dan lainnya harus dihilangkan terlebih dahulu sampai hanya tersisa 10
daun yang akan dijadikan uji coba. Kemudian bekas luka pada tanaman diolesi
dengan vaseline. Hal ini bertujuan untuk menghambat terjadinya penguapan air
dari bekas luka karena bekas luka terlapisi oleh vaseline.
Pada praktikum kali ini, proses transpirasi diketahui dengan metode
penimbangan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses transpirasi
merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap air
melalui stomata, kutikula dan lentisel (Lakitan,2008).
Berdasarkan analisis data, faktor lingkungan seperti Intensitas cahaya,
suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi. Ketika suatu
tumbuhan diletakkan pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya yang
cukup, tumbuhan tersebut akan melakukan proses fotosintesis. Hasil dari
fotosintesis tumbuhan tersebut tertimbun pada sel penjaga stomata yang
menyebabkan adanya tekanan pada sel penjaga tersebut dan stoma terbuka, maka
terjadilah proses transpirasi. Dinding sel penjaga tidak sama tebal, sehingga
menyebabkan adanya lekukan yang dapat terbuka ketika ada tekanan dan molekul
yang masuk dari sel tetangga ke sel penjaga (Soerdikoesoemo, 1995). Sebaliknya,
ketika tanaman diletakkan pada kondisi lingkungan yang gelap, tanaman tersebut
tidak melakukan proses fotosintesis. Air yang tidak digunakan untuk fotosintesis
tertimbun dalam sel penjaga stoma, sehingga potensial air di sekitar sel penjaga
rendah maka terjadilah difusi air dari sel penjaga keluar dan stoma tertutup. Jika
demikian, stoma tidak terbuka secara sempurna proses transpirasi juga terhambat.
Tanaman yang diletakkan dalam kondisi gelap tetap melakukan transpirasi namun
tidak secara maksimal. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan nilai
kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air yang diletakkan pada kondisi
lingkungan terang dan kondisi lingkungan gelap.
Hasil praktikum menunjukkan, pada lingkungan terang kecepatan
transpirasi tanaman pacar air sebesar -0,002 g/menit/cm2. Sedangkan pada
lingkungan gelap kecepatan transpirasi tanaman pacar air adalah -0,007
g/menit/cm2. Pengaruh intensitas cahaya yang rendah pada lingkungan gelap
menyebabkan tanaman tidak melakukan transpirasi secara maksimal. Nilai
kecepatan transpirasi tanaman pacar air yang diletakkan pada lingkungan terang
lebih besar dibandingkan dengan tanaman pacar air pada lingkungan gelap, hal ini
disebabkan karena intensitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis dan
transpirasi pada tanaman tersebut.
Pada suhu yang tinggi tanaman pacar air bertranspirasi lebih cepat karena
air menguap lebih cepat pada suhu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan data, pada
suhu 31oC ditempat terang tanaman bertranspirasi lebih cepat dibanding dengan
tanaman yang berada di tempat gelap dengan suhu 30oC. Sedangkan untuk
pengaruh kelembaban berbanding tebalik dengan pengaruh suhu dan intesistas
cahaya. Dimana semakin besar kelembaban maka semakin rendah leju
transpirasinya. Kelembaban udara di tempat gelap lebih besar dibanding di tempat
terang. Ketika tanaman pacar air diletakkan di tempat gelap dengan kelembaban
udara sebesar 82% laju transpirasi sangat sedikit. Sedangkan pada tanaman pacar
air yang diletakkan di tempat terang dengan kelembaban udara 81% laju
transpirasi berjalan lebih cepat. Hal ini karena difusi air dari stomata pada daun
yang berisikan uap ke luar agak terhambat apabila udara disekitarnya lembab.
Sedangkan apabila udara disekitarnya kering maka proses difusi air akan
berlangsung lebih cepat.
Besarnya kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air baik dalam keadaan
terang maupun dalam keadaan gelap dapat dihitung melalui metode penimbangan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

Kecepatan Transpirasi =
 Kecepatan Transpirasi pada tanaman pacar air di tempat terang

= ⁄ ⁄

 Kecepatan Transpirasi pada tanaman pacar air di tempat gelap

= ⁄ ⁄

M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa kecepatan
transpirasi pada tanaman pacar air (Impatiens balsamina) dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yaitu intensitas cahaya, suhu dan kelembaban. Semakin tinggi
intensitas cahaya dan suhu maka semakin tinggi kecepatan transpirasinya. Hal ini
berbanding terbalik dengan kelembaban, jika persentase kelembaban tinggi maka
udara akan cenderung lembab sehingga kecepatan transpirasi akan semakin
rendah.
Nilai kecepatan transpirasi tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang
diletakkan ditempat terang sebesar -0,002 gr/menit/cm2. Sedangkan kecepatan
transpirasi tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang diletakkan ditempat
gelap sebesar -0,007 gr/menit/cm2.

N. Daftar Pustaka

Dwidjoseputro. 1992. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.
Haryanti, Sri. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai
(Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Bioma 11(1): 18-23.
Jarvis, P.G & Mcnaughton, K.G (1986). Stomatal Control of Transpiration
Scaling Up from leaf to region. London: Academic Press
Kimball, John W. 1983. Biologi Edisi 5. Bogor : Airlangga.
Lakitan, Benyamin. 2008. Dasar – dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Rahayu, Yuni Sri. dkk. 2019. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan. Surabaya: Unesa Press.
Soerdikoesoemo,Wibisono, dkk. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
LAMPIRAN

No. Foto Keterangan

Pengambilan tanaman pacar air dari dalam


1.
pot

Tanaman pacar air yang diletakkan didalam


2.
Erlenmeyer sebelum perlakuan

Tanaman pacar air diberi perlakuan ditempat


3.
terang

Penimbangan tanaman pacar air setiap 30


4. menit setelah diberi perlakuan ditempat
gelap.

Penimbangan tanaman pacar air setiap 30


5. menit setelah diberi perlakuan ditempat
terang.

Anda mungkin juga menyukai