Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM

DASAR – DASAR ILMU BENIH


PEMATAHAN DORMANSI

Oleh :

Zhuan Anses Armytha (2205901020018)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2023

1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebelum berubah menjadi tumbuhan baru, biji harus mengalami fase yang
berupa suatu proses perkecambahan. Perkecambahan adalah permulaan aktif dari
embrio yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya tanaman yang
mampu mencukupi kebutuhan nutrisinya sendiri.

Faktor-faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan antara lain


adalah tingkat kemasakan benih, ukuran, zat penghambat perkecambahan dan
dormansi benih. Sedangkan faktor dari luarnya adalah air, suhu, cahaya, oksigen,
dan medium. (Widyawati, N., Tohari, P. Yudono dan I. Soemardi. 2009).

Suatu benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup


tetapi tidak mau berkecambah. Periode dormansi ini dapat berlangsung musiman
atau bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis benih dan tipe
dormansinya (Campbell, Reece., 2008).

Menurut Tamin (2007) dormansi benih merupakan ketidakmampuan benih


hidup untuk berkecambah pada suatu kisaran keadaan luas yang dianggap
menguntungkan untuk benih tersebut. Dormansi dapat disebabkan karena tidak
mampunya benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena
bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahannya. Dormansi benih
dapat disebabkan keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis embrio, atau
kombinasi dari keduanya.

Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya


impermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas atau resistensi kulit biji terhadap
pengaruh mekanis, dormansi sekunder dan bahan penghambat perkecambahan.
Dikenal beberapa cara untuk memecahkan dormansi yaitu dengan perlakuan
mekanis, kimia, perendaman dengan air, pemberian suhu tertentu dan perlakuan
cahaya (Haerunisa, E. 2019).

2
1.2 Tujuan Pratikum

Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mempelajari beberapa metode


pematahan dormansi pada benih.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam bidang pertanian, Benih merupakan salah satu komponen utama


dalam sistem produksi pertanian. Saat ini benih telah menjadi komoditas pertanian
yang mempunyai nilai ekonomis karena kualitas benih akan menentukan nilai
ekonomis suatu produksi pertanian. Pada pemulia tanaman, teknologi benih
merupakan suatu hal yang utama untuk menghasilkan benih yang bermutu
sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani. Benih bermutu adalah benih yang dapat
mencerminkan karakteristik varietasnya. Karakteristik benih yang bermutu dapat
dideskripsikan sesuai dengan varietas benar yang memiliki mutu genetis,
fisiologis dan fisik yang baik, dengan melalui pengujian benih. (Imansyah, A. A.,
& Andreyuni, F. D. A., 2020).

Dormansi adalah keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam,


dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau faktor dari
tumbuhan itu sendiri. Dormansi juga merupakan suatu prinsip kerja
dari biji tanaman untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang sangat
rendah pada musim dingin, bahkan pada suhu yang lebih panas (DEVI, N. I.
2022).

Beberapa perlakuan dapat diberikan pada biji, sehingga tingkat


dormansinya dapat diturunkan dan presentase kecambahnya tetap tinggi.
Perlakuan tersebut dapat ditujukan pada kulit biji, embrio, maupun
endosperm biji. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan faktor
penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali sel-sel yang dorman.

Dormansi biji dapat dibedakan atas beberapa tipe dan kadang-kadang


satu jenis biji memiliki lebih dari satu tipe dormansi. Dormansi biji
berpengaruh terhadap viabilititas dan vigor biji. Dormansi biji dapat

3
dipatahkan dengan cara: 1) perlakuan mekanis seperti skarifikasi dan
tekanan; 2) perlakuan dengan perendaman air; 3) perlakuan dengan
cahaya; dan 4) perlakuan kimia (Muharis, A., 2022).

Pematahan dormansi dengan bahan kimia dapat digunakan kalium


hidroksida, asam hidroklorit, kalium nitrat, thiourea, dan giberalin.Giberalin
merupakan hormon yang mempercepat perkecambahan biji, kuncup tunas,
pemanjangan batang, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan,
perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan, dan diferensiasi akar.
Giberalin merupakan hormon tumbuh pada (Ramadhani, S., 2015).

III METODE PELAKSANAAN


3.1 Alat
Alat yang di gunakan dalam pratikum ini ialah alat – alat yang di gunakan
di laboratorium benih fakultas pertanian UTU.

a) Atk b) Kotak Media Perkecambahan

3.2 Bahan

Alat yang di gunakan dalam pratikum ini ialah :

a) Benih sengon / kalindra/ c) Amplas


mahoni / sawo d) polybsg
b) Air hangat

3.3 Cara kerja

1. Metode Rendam Air Hangat (Stratifikasi)


a) Siapkan benih
b) Siapkan air hangat dengan suhu antara 60-70 0C dan biarkan sampai
suhu air menjadi normal

4
c) Semaikan benih yang telah direndam pada kotak media
perkecambahan dan semaikan juga benih yang tidak direndam (sebagai
kontrol)
d) Lakukan pengamatan lama perkecambahan benih yang direndam dan
bandingkan dengan benih yang tidak direndam (kontrol)
2. Metode Rendam KNO3
a) Siapkan benih
b) Siapkan Larutan KNO3 dengan konsentrasi 1 g per liter air
c) Rendam benih pada larutan KNO3 selama 9 jam
d) Semaikan benih yang telah direndam larutan KNO3 dan benih yang
tidak direndam (Kontrol)
e) Bandingkan kecepatan perkecambahan antara keduanya
3. Metode Amplas (Skarifikasi)
a) Siapkan benih dan Amplas
b) Lakukan pengamplasan pada permukaan kulit benih dengan cara
digosok
c) Semaikan benih yang telah diamplas dan benih yang belum diamplas
(Kontrol)
d) Bandingkan kecepatan perkecambahan antara benih yang belum
diamplas dan benih yang telah dilakukan perlakuan pengamplasan

5
1V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari kegiatan pratikum yang telah dilakuakan
ialah:

4.1.1 Tabel Pengamatan Biji Palm/Pinang


Lama Perkecambahan

Metode
Metode
Perendaman Air Metode Amplas
Perendaman KNO3
Hangat
No Ulangan
Diampla
Kontrol Direndam Kontrol Direndam Kontrol
s

1 0 0 0 0 0 1

1. 2 0 0 0 0 0 2

3 0 0 0 0 0 1

Total 0 0 0 0 0 4

Rata Rata 0 0 0 0 0 1,33

Kontrol tidak
Perbedaan berkecambah,
Tidak ada yang Tidak ada yang
lama amplas
berkecambah berkecambah
kecambah berkecambah pada
hari ke 7

6
4.1.2 Tabel Pengamatan Biji Sawo
Lama Perkecambahan

Metode
Metode
Perendaman Air Metode Amplas
Perendaman KNO3
Hangat
No Ulangan
Kontrol Direndam Kontrol Direndam Kontrol Diamplas

1 0 0 0 0 0 0

1. 2 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0

Total 0 0 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0 0 0

Perbedaan
Tidak ada yang Tidak ada yang Tidak ada yang
lama
berkecambah berkecambah berkecambah
kecambah

7
4.1.3 Tabel Pengamatan Biji Sirsak
Lama Perkecambahan

Metode
Metode
Perendaman Air Metode Amplas
Perendaman KNO3
Hangat
No Ulangan
Kontrol Direndam Kontrol Direndam Kontrol Diamplas

1 0 0 0 0 0 0

1. 2 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0

Total 0 0 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0 0 0

Perbedaan
Tidak ada yang Tidak ada yang Tidak ada yang
lama
berkecambah berkecambah berkecambah
kecambah

4.2. Pembahasan

Dari praktikum pemetahan dormansi benih yang telah dilakukan


berdasarkan hasil pengamatannya diketahui bahwa benih yang debrikan
perlakukan yang memiliki kemampuan untuk lebih cepat tumbuh
(berkecambah) ketimbang benih yang tidak diberikan perlakuan. Kita ketahui
bahwa dalam melakukan pemetahan dormansi benih itu artinya kita sedang
memperpendek masa dormansi (masah istrahat benih tersebut). Maka itu untuk
mempercepat benih tersebut sebelumnya harus deberi perlakuan agar
memepercepat perkecambahan. Dan dari hasil pengamatan yang dilakukan
kurang lebih selama 2 minggu ini membuktikan bahwa eberpa jenis benih yang
sama waktu tanam dan media tanam juga sama, hanya yang membedakan
adalah metode perlakuan yang diberikan berbeda yakni perakukan dengan cara,
perendaman KNO3, diamplas dan direndam dengan air panas, dan kemudian

8
setipa perlakuan benih yang sama tidak diberi perlakuan apa-apa guna untuk
membandingkan serta membuktikan bahwa benih yang diberi perlakuanlah yang
akan lebih cepat untuk berkecambah.

Dari hasil praktikum yang telah saya lakukan, ada 3 tabel yang
didapatkan, dimana setiap tabel tersebut berisi data pengamatan 3 kali ulangan
dan setap metode perlakuan memiliki 2 benih dengan perlakuan dan benih yang
berbeda pula .

Tabel 4.1.1. Menjelaskan hasil pengamatan biji palm


Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan pertumbuhan terhadaap
biji palm. Sebelum penanaman di lakukan, benih di berikan perlakuan terlebih
dahulu, dimana perlakuan tersebut ialah menggunakan 3 metode yang berbeda
dan setiap metode tersebut memiliki perlakuan kontrol, yaitu :

Pada metode perendaman air hangat dari pengamatan yag di lakukan


terhadap biji palm dengan teknik metode tersebut didapatkan data dengan total 0
dan rata – rata 0 , hal ini membuktikan bahwanya dari perlakuan tersebut tidak
berpengaruh terjadinya reaksi sedikit pun terhadap perkembangan pada biji
tanaman palm. Dan hal ini juga berlaku ;pada teknik metode lainnya yaitu,
metoden perendaman KNO3 dan perlakuan kontrol.

Dari beberpa perlakuan tersebut ada beberapa biji palm yang tumbuh
(bereaksi) setelah di beri perlakuan berupa metode amplas dimana pada ulangan 1
, ada 1 biji palam, ulangan 2 ada 2 biji palm dan ulangan 3 ada 1 biji palm yang
sudah mulai tumbuh akar di pengaman minggu pertama (hari ke-7), dengan total 4
dan rata – rata 1,33.

Tabel 4.1.2. Menjelaskan hasil pengamatan biji sawo


Pada tabel 4.1.2 tabel ini menjelaskan tentang hasil dari perlakuan yang di
berikan pada benih tersebut, perlakuan atau teknik metode yang di berikan sama
hal nya dengan teknik metode yang di terapkan pada biji palm, dari 3 perlakuan
tersebut pada biji sawo di dapatkan hasil total 0 dan rata – rata 0 di setaiap
perlakuannya.

9
Hal ini membuktikan bahwanya dari perlakuan tersebut tidak berpengaruh
terjadinya reaksi sedikit pun terhadap perkembangan pada biji tanaman sawo.

Tabel 4.1.3. Menjelaskan hasil pengamatan biji sirsak


Pada tabel 4.1.3 tabel ini juga menjelaskan tentang hasil dari perlakuan
yang di berikan pada benih tersebut, perlakuan atau teknik metode yang di berikan
sama hal nya dengan teknik metode yang di terapkan pada biji palm dan sawo,
dari 3 perlakuan tersebut pada biji sirsak di dapatkan hasil total 0 dan rata – rata 0
di setaiap perlakuannya.

Hal ini membuktikan bahwanya dari perlakuan tersebut sama halnya


dengan biji sawo yaitu tidak berpengaruh terjadinya reaksi sedikit pun terhadap
perkembangan pada biji tanaman sirsak..

V. KESIMPULAN

Pemetahan dormansi benih itu artinya sedang memperpendek masa


dormansi (masah istrahat benih tersebut).

Di dalam pratikum pematahan dormansi pada benih dapat dilakukan


dengan 3 metode perlakuan, yaitu:
1) Metode Rendam Air Hangat
2) Metode Rendam KNO3
3) Metode Amplas
Dan adanya perlakuan kontrol untuk melakukan poerbandingan serta
memperkuat/membuktikan bahwa benih yang diberi perlakuanlah yang akan lebih
cepat untuk berkecambah.

Dari praktikum pemetahan dormansi benih yang telah dilakukan


berdasarkan hasil pengamatannya diketahui bahwa benih yang deberikan
perlakukan amplas memiliki kemampuan untuk lebih cepat tumbuh (berkecambah)
ketimbang benih yang tidak diberikan perlakuan lainnya

10
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece., 2008. Biologi Jilid 2 Edisi 8. Jakarta: Erlangga

DEVI, N. I. (2022). KAJIAN ANALISIS DORMANSI PADA


TUMBUHAN (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).

Haerunisa, E. (2019). PENGARUH BOBOT BENIH DAN BAHAN


PERENDAMAN TERHADAP VIABILITAS BENIH DAN
PERTUMBUHAN SEEDLING AREN (Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr.) (Doctoral dissertation, Universitas Siliwangi).

Imansyah, A. A., & Andreyuni, F. D. A. (2020). Identifikasi Morfologi Benih


Padi Sawah Varietas Pandanwangi Di Lima Lokas Kecamatan. Pro-
STek, 2(1), 33-48.

Muharis, A., Faisal, F., Nasruddin, N., Jamidi, J., & Rafli, M. (2022). Pematahan
Dormansi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Skarifikasi
Mekanik dan Kimia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroekoteknologi, 1(2),
43-48.

Ningsih, N. N. D. R., Raka, I. G. N., Siadi, I. K., & Wirya, G. N. A. S. (2018).


Pengujian mutu benih beberapa jenis tanaman hortikultura yang beredar di
Bali. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 7(1), 64-72.

Ramadhani, S., Haryati, H., & Ginting, J. (2015). Pengaruh perlakuan pematahan
dormansi secara kimia terhadap viabilitas benih delima (Punica granatum
L.). Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3(2), 104160.

Tamin, R. P. 2007. Teknik perkecambahan benih jati (Tectona grandis Linn. F.).
Jurnal Agronomi. Vol 1 : Halaman 7-14
Widyawati, N., Tohari, P. Yudono dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan
Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata). Jurnal Agronomi Indonesia
37(2) : 152-158

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai