Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“Pemecahan Dormansi”

Oleh:

Kelompok 1
Ma’rifat Romadoni 1750402181113014

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
KEDIRI
2019
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dormansi biji adalah status dimana benih tidak berkecambah walaupun
pada kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Mekanisme
dormansi terjadi pada benih baik fisik maupun fisiologi termasuk dormansi
primer dan sekunder. Dormansi primer merupakan bentuk dormansi yang
paling umum yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen.Dormansi
eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk perkecambahan
(air,cahaya, suhu) tidak tersedia sehingga benih gagal berkecambah. Dormansi
sekunder merupakan perkecambahan oleh suhu atau termodormancy
(Bradbeer, 1989).
Faktor-faktor penyebab dormansi eksogen antara lain air, gas dan
hambatan mekanis.Benih yang impermeabel terhadap air dikenal dengan benih
keras (hard seed). Metode pematahan dormansi eksogen yaitu dengan cara
skarifikasi mekanis untuk menipiskan testa,pemanasan, pendinginan (chilling),
perendaman dalam air mendidih, pergantian suhu drastis,dan skarifikasi kimia
untuk mendegradasi testa yaitu dengan asam sulfat. Tipe dormansi inibiasanya
berkaitan dengan sifat fisik kulit benih (seed cout) akan tetapi kondisi cahaya
idealdan stimulus lingkungan lainnya untuk perkecambahan mungkin tidak
tersedia (Ilyas danDiarni, 2007)
Dormansi pada tumbuhan sangat beragam tergantung dari jenis
tumbuhannya. Beberapa tumbuhan memiliki karakter biji yang memiliki kulit
biji yang cukup lunak. Namun beberapa tumbuhan lainnya memiliki struktur
kulit biji yang yang keras. Oleh karena itu untuk mematahkan dormansi harus
dilakukan perlakuan tertentu. perlakuan yang dilakukan meliputi perlakuan
fisik dan perlakuan kimia. Contoh perlakuan pematahan dormansi biji adalah
skarifikasi, pemberian zat kimia tertentu dsb.
Jambu biji (Psidium guajava) bukan merupakan tanaman asli Indonesia.
Tanaman ini pertama kali ditemukan di AmerikaTengah oleh Nikolai
Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisike beberapa Negara di Asia,
Afrika, Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942
seiring dengan berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa Negara
seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia
(Parimin,2005)

1.2 Tujuan
. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mematahkan dormansi biji Jambu
berkulit keras dengan perlakuan tertentu. Mempelajari beberapa cara yang
dapat dipergunakan untuk memecahkan atau mempersingkat masa dormansi
benih tanamanan.
2. BAHAN DAN METODE
2.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum uji dormansi benih ini dilaksanakan di Universitas
Brawijaya III di BKD A1 pada tanggal 28 februari 2019.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang dilakukan pada praktikum uji dormansi benih
yaitu alatnya cawan petri,breaker glass,kertas merang,kertas table dan sebagai
bahannya yaitu jambu biji dengan jumlah 20.

2.3 Metode Pelaksana


Mengambil 10 biji (control), mengambil 20 biji (perlakuan)

Meletakkan biji kontrol di atas cawan petri yang sudah di beri alas kertas merang

Memasukkan 20 biji jambu (perlakuan) kedalam breaker glass

Menambahkan air panas ke dalam breaker glass

Menunggu selama 2 menit

Memiriskan biji

Meletakkan biji kedalam cawan petri yang mudah di beri alas kertas merang

Membasahi kertas merang dengan diciprtakan air

Menutup cawan petri dan di beri table masing-masing (control dan perlakuan)

Mengamati dan di dokumentasi


2.4 Pengamatan Uji Dormansi Benih
Langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan. Kemudian siapkan
cawan petri yang masing-masing cawan petri sudah diberi kertas merang
diatasnya untuk UDK dan kertas merang diatas dan bawah untuk UAK . Langkah
selanjutnya ambil 10 biji jambu buat kontrol di atas kertas merang pada salah satu
cawan petri untuk Uji Di atas Kertas (UDK). Lalu letakkan 20 biji jambu ke
dalam gelas breaker dan tambahkan air panas selama 2 menit setelah di panaskan
bijinya di miriskan.Setelah di miriskan bijinya letakkan biji kedalam cawan petri
yang mudah di beri alas kertas merang. Basahi kertas merang dengan cipratan
air.Tutup masing-masing cawan pada 10 biji (control) dan 20 biji (perlakuan) dan
di beri table masing-masing. Langkah selanjutnya yaitu mengamati dan
dokumentasi menggunakan kamera untuk mengetahui langkah-langkahnya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Rata - rata Panjang Tanaman pada benih Jambu Biji

Hari ke-
N Perlakua
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
o n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1

       
1 Kontrol 0 0  0  0  0  0 0  0 0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0

               
2 Fisik 0 0  0 0 0 0 0 0 0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0

Tabel 2. Persentase Jumlah biji Berkecambah Pada benih Jambu Biji

Hari ke-
Perlakua
No 1 1 2
n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3 14 15 6 17 18 19 0 21

1
Kontrol  
(%)  0  0  0  0 0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0

 
2 Fisik (%)  0  0  0  0 0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0

Grafik 1. Rata –rata panjang Tanaman pada Benih Jambu Biji


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Kontrol Fisik

Grafik 2. Persentase Jumlah Biji Berkecambah pada Benih Jambu Biji

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Kontrol Fisik

3.2 Pembahasan

Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah
perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi
membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi lingkungan tidak sesuai
Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi merupakan mekanisme biologi untuk 
menjamin perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat
untuk mendukung pertumbuhan yang tepat (Sutopo 2002).
Dalam perlakuan dan control pada biji jambu terkena serangan jamur.
Sebab dalam kondisi tidak prima dan bisa karena dari faktor luar maupun dari
dalam. Menunjukkan bahwa jamur menyebabkan rusaknya embrio sehingga
menurunkan daya berkecambah. Rendahnya daya kecambah benih akibat
serangan jamur karena jamur telah mampu masuk kedalam benih dan merusak
embrio serta cadangan makanan benih. Rusaknya embrio serta cadangan
makanan benih menyebabkan nutrisi untuk perkecambahan menjadi berkurang
sehingga perkecambahan benih terhambat. Perkecambahan benih yang
terhambat menyebabkan pertumbuhan beberapa organ terhambat dan
terganggu.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini pengujian pada dormansi biji jambu gagal
menyebabkan kena serangan jamur. Perkembangan jamur dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain suhu dan kelembaban,kadar air, dan lain-lain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan jamur ini dikaitkan keberadaan jamur kontaminan
penyimpanan sangat rentan terkontaminasi oleh jamur. Suhu dan kelembaban yang
tinggi baik wadah penyimpanan biji, sangat sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan jamur. Suttajit (2014) menjelaskan jamur akan tumbuh selama
penyimpanan biji karena iklim yang lembab dan suhu hangat (25-40 °C). Biji dalam
penyimpanan saling bersinggungan satu sama lain sehingga jika ditemukan jamur
tumbuh di permukaan biji atau yang telah menginfeksi biji maka akan cepat menular
pada biji sehat. Suhu dan kelembaban yang mendukung maka akan meningkatkan
perkembangan infeksinya.
Kadar air yang tinggi pada biji dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur
kontaminan. Jika faktor kadar air bahan berinteraksi dengan substrat dan suhu maka
dapat memicu tumbuh dan berkembangnya jamur. Selama penyimpanan biji, jamur
akan mudah tumbuh, disebabkan kadar air yang tinggi.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum harus di buat secara lebih rinci agar bisa
mengetahui tentang dormansi lebih dalam.

DAFTAR PUSTAKA
Bradbeer, J.W. 1989. Seed Dormancy and Germination. Champan and Hall,
New York. 146p.
Ilyas, S. dan W.T. Diarni. 2007. Persistensi dan pematahan dormansi benih pada
beberapa varietas padi gogo. Jurnal Agrista II (2) : 92-101.
Sutopo L. 2004. Teknologi Benih Malang: fakultas pertanian UNIBRAW.
Kartono. 2004. Teknik penyimpanan benih kedelai varietas wilis pada kadar air dan
suhu penyimpanan yang berbeda. Buletin Teknik Pertanian 9(2):79–82.
Campbell,N.A., J.B.Reece, & L.G. Mitchell. 2003. Biologi .Edisi ke-5. Jakarta:
Erlangga.
LAMPIRAN
Tabel 1. Panjang Tanaman Dengan Perlakuan Kontrol

No Nama
. Biji Ulangan Hari ke-
1. Jamb 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
u Biji      
 0 0  0  0  0  0   0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
2. 2 0 0 0
           
 0 0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
3. 3 0 0 0 0 0 0
     
 0 0  0  0  0  0   0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
4. 4 0 0 0
           
 0 0   0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
5. 5 0 0 0 0 0 0
     
 0 0  0 0  0  0   0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
6. 6 0 0 0
           
 0 0   0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
7. 7 0 0 0 0 0 0
     
 0 0  0  0  0  0   0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
8. 8 0 0 0
           
 0 0   0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
9. 9 0 0 0 0 0 0
           
 0 0   0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0
10. 10 0 0 0 0 0 0
Rata-
  rata                                          

Anda mungkin juga menyukai