Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

Nama : Sakila
NIM : 2208531041
Kelas :B
Asisten Dosen : Safira Razak

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2023 – 04 November 2023
Topik : Dormansi karena kulit biji yang keras.
Tujuan : Untuk membedakan metode Skarifikasi yang efektif dalam
mematahkan dormansi pada biji akibat kulit biji yang keras.`

I. Pendahuluan

Dormansi adalah kondisi di mana lembaga biji terbungkus oleh lapisan kulit atau
senyawa tertentu. Ini merupakan cara embrio untuk bertahan dari lingkungan yang tidak
mendukung, namun mengakibatkan penundaan dalam proses perkecambahan. Durasi
dormansi, di mana biji masih hidup dan mampu berkecambah, bervariasi dari beberapa hari
hingga beberapa dekade, tergantung pada spesies dan kondisi lingkungan (Loveless, 1998).
Menurut Salisbury dan Ross (1995), dormansi terjadi karena kegagalan biji dalam melakukan
perkecambahan yang disebabkan oleh faktor internal, bukan oleh faktor eksternal seperti
suhu, kelembaban, dan atmosfer.
Beberapa faktor yang menyebabkan dormansi meliputi: Imbibisi: Penyerapan air
dalam biji terhambat akibat struktur biji yang keras, sehingga air sulit masuk atau keluar dari
biji. Menurut Kamil (1987), faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan air oleh biji
meliputi permeabilitas membran biji, konsentrasi air, tekanan hidrostatik, luas permukaan biji
yang bersentuhan dengan air, varietas, tingkat kematangan, komposisi kimia, dan usia biji.
Respirasi yang terhambat: Keberadaan membran atau pericarp yang keras dalam kulit biji
menghambat pertukaran udara dalam biji, mengakibatkan penurunan metabolisme dan
mobilisasi cadangan makanan dalam biji. Resistensi mekanis: Kulit biji yang kuat dapat
menghalangi pertumbuhan embrio.
Faktor eksternal yang memengaruhi dormansi pada biji termasuk cahaya, yang
berpengaruh terhadap dormansi melalui intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan
fotoperiodisitas (Dwidjoseputro, 1985). Suhu juga mempengaruhi dormansi, di mana suhu
rendah sebelum masuk ke musim dingin di daerah beriklim sedang dapat meningkatkan
dormansi, sementara suhu udara yang lebih hangat pada musim gugur dapat menunda
dormansi. Perlakuan suhu rendah untuk mengakhiri dormansi akan lebih efektif jika diikuti
dengan suhu optimal untuk merangsang pertumbuhan.
Dormansi adalah keadaan dimana lembaga biji tertutup oleh lapisan kulit atau
senyawa khusus. Ini merupakan cara embrio untuk bertahan dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan, namun mengakibatkan proses perkecambahan berlangsung lambat.
Durasi dormansi, ketika biji masih hidup dan mampu berkecambah, bervariasi mulai dari
beberapa hari hingga beberapa dekade, bahkan lebih lama, tergantung pada spesies dan
kondisi lingkungan (Loveless, 1998). Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa
dormansi merupakan kegagalan biji dalam melakukan perkecambahan disebabkan oleh faktor
internal, bukan faktor eksternal seperti suhu, kelembaban, dan atmosfer. Beberapa faktor
penyebab dormansi meliputi:
a. Imbibisi: Rendahnya proses imbibisi air dalam biji karena struktur biji yang keras,
sehingga keluar masuknya air ke dalam biji menjadi sulit. Menurut Kamil (1987), faktor-
faktor yang mempengaruhi penyerapan air pada benih meliputi permeabilitas membran benih,
konsentrasi air, tekanan hidrostatik, luas permukaan biji yang bersentuhan dengan air,
varietas, tingkat kematangan, komposisi kimia, dan usia biji.
b. Respirasi yang terhambat: Adanya membran atau pericarp yang keras dalam kulit biji
menghambat pertukaran udara dalam biji, mengakibatkan penurunan proses metabolisme dan
mobilisasi cadangan makanan dalam biji.
c. Resistensi mekanis: Kulit biji yang kuat dapat menghalangi pertumbuhan embrio.

Faktor eksternal yang memengaruhi dormansi pada biji meliputi cahaya, yang
mempengaruhi dormansi melalui tiga aspek, yaitu intensitas cahaya (kuantitas), kualitas
cahaya (panjang gelombang), dan fotoperiodisitas (panjang hari) (Dwidjoseputro, 1985).
Suhu juga berpengaruh, di mana suhu rendah sebelum masuk ke musim dingin di daerah
beriklim sedang dapat meningkatkan dormansi. Keadaan udara yang lebih hangat pada
musim gugur dapat menunda dormansi, namun tidak menghentikan dormansi tunas pada
tanaman buah-buahan di daerah beriklim sedang. Perlakuan suhu rendah untuk mengakhiri
dormansi akan lebih efektif jika diikuti dengan suhu optimal untuk merangsang pertumbuhan.
II. Alat dan Bahan

2.1 Alat
2.1.1 Cawan Petri
2.1.2 Label
2.1.3 Penanda waktu (stopwatch)
2.1.4 Alat gosok bertekstur kasar

2.2 Bahan
2.2.1 Biji kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
2.2.2 Air dengan suhu kamar
2.2.3 Air dengan suhu hangat
2.2.4 Kapas
III. Cara Kerja

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini disiapkan terlebih dahulu.
Sebanyak 10 butir biji kecipir disiapkan untuk setiap perlakuan, di mana 5 butir biji
digunakan untuk perendaman dengan air hangat dan 5 butir biji untuk proses penghilangan
sebagian kulit biji dengan alat penggosok. Bagian biji kecipir yang tidak memiliki lembaga
(kulit biji) digosok pada permukaan kasar alat penggosok hingga sebagian kulit biji hilang,
kemudian biji tersebut diletakkan pada wadah perkecambahan pertama yang telah diisi
dengan media perkecambahan berupa kapas basah. Proses perendaman biji kecipir dengan air
hangat dilakukan selama 10 menit, setelah itu biji tersebut ditempatkan pada wadah
perkecambahan kedua yang juga berisi media perkecambahan berupa kapas basah.
Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menjaga kelembaban biji. Perubahan pada bentuk,
ukuran, dan tekstur biji diamati dan dicatat pada tabel hasil pengamatan, yang dilakukan pada
hari ke-0 dan hari ke-7.
IV. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil pengamatan pada biji kecipir lama


Kelompok Bahan Perlakuan
Perendaman Air Hangat Penggosokan Permukaan
Kasar
H0 H7 H0 H7
1 Biji 5B 5E 5A 5G*
Kecipir
2 Biji 1A, 4B 5E 5E 5E
Kecipir
3 Biji 5B 5B* 5B 5B*
Kecipir
4 Biji 5A 5A 5A 1B*, 2C*,
Kecipir 2G*
5 Biji 1A, 4B 3E, 2H 3A, 1B, 1C 5G*
Kecipir
6 Biji 5A 5A 5E 2A, 3E*
Kecipir
7 Biji 2A, 3B 5E 5A 5E*
Kecipir
8 Biji 5B 2E*, 3E 5A 5E*
Kecipir

Tabel 4.2 Hasil pengamatan pada biji kecipir baru


Kelompok Bahan Perlakuan
Perendaman Air Hangat Penggosokan Permukaan
Kasar
H0 H7 H0 H7
1 Biji 5A 1D, 4A 5A 3H, 2D
Kecipir
2 Biji 5A 2A, 3D 5A 1C, 4D
Kecipir
3 Biji 5A 1A, 3D, 1H 5A 1C, 2D, 2E*
Kecipir
4 Biji 5A 2D, 3A 5A 4D, 1E
Kecipir
Tabel 4.3 Hasil pengamatan pada biji saga baru
Kelompok Bahan Perlakuan
Perendaman Air Hangat Penggosokan Permukaan
Kasar
H0 H7 H0 H7
5 Biji Saga 5A 1A, 2D, 1E, 1G 5A 1D, 1G, 3E
6 Biji Saga 5A 5A 1A, 4B 5E
7 Biji Saga 5A 2D, 2G, 1B 5A 1B, 4G
8 Biji Saga 5A 2A, 1D, 2E 5A 4E, 1D

Keterangan :
A = Biji keras berukuran normal
B = Biji membesar, kulit lunak, dan meregang
C = Biji membesar dan terbelah, kulit lunak, serta meregang
D = Biji berkecambah
E = Biji membesar dan berjamur
F = Biji mengecil dan berjamur
G = Biji kulit lunak dan berjamur
H = Biji normal dan berjamur
*: Berbelatung
V. Hasil Pengamatan

Pada hasil pengamatan Dormansi pada kulit biji yang keras yang dilakukan selama
selama tujuh hari dapat dilihat pada tabel hasil kelompok bahwa terjadinya Dormansi pada
biji kecipir dan biji saga. Berdasarkan 2 perlakuan yang berbeda pada biji kecipir lama yaitu
pada perlakuan perendaman air hangat dan penggosokan permukaan kasar pada hasil nya
setiap kelompok mendapatkan data yang berbeda beda.
Untuk data perlakuan perendaman air hangat dianalisis dengan rata-rata hasil yang di
peroleh dari 8 kelompok yaitu pada hari 0 biji membesar,kulit lunak,dan meregang sampai
dihari ke-7 pengamatan didapatkan hasil yaitu biji membesar dan berjamur. Selanjutnya data
pada perlakuan penggosokan permukaan kasar dianalisis dengan rata-rata hasil yang
diperoleh dari 8 kelompok di hari 0 5 biji keras dan berukuran normal dan di hari ke-7 biji
membesar dan berjamur (berbelatung ). Data - data dari analisis pada 2 perlakuan tersebut
pada hari 0 sampai di hari ke-7 adanya setiap perubahan yang dialami pada setiap biji ini
karena beberapa faktor eksternal dan faktor internal yang diberikan seperti adanya belatung
pada cawan Petri ini dapat terjadi karena perawatan penyiraman.
Untuk data perlakuan perendaman air hangat biji kecipir baru dianalisis mendapatkan
rata-rata hasil dari 4 kelompok yaitu dihari 0 5 biji keras dan berukuran normal dan dihari 7
4Biji keras dan berukuran normal sisa nya biji ada yang berkecambah dll. Selanjutnya untuk
perlakuan penggosokan permukaan kasar dianalisis mendapatkan rata-rata hasil dari 4
kelompok yaitu di hari 0 5 biji keras berukuran normal dan di hari 7 4 biji berkecambah 2 biji
membesar dan berjamur dan berbelatung.
Untuk data biji saga baru dengan 2 perlakuan yaitu pada perlakuan perendaman air
hangat di analisis rata-rata dari 4 kelompok di hari 0 yaitu 5 biji keras dan berukuran normal
di hari 7 2 biji berkecambah dan 5 biji keras berukuran normal. Dan Untuk perlakuan
penggosokan permukaan kasar rata-rata hasil dari 4 kelompok di hari 0 yaitu 5 biji keras
berukuran normal dan di hari 7 5 biji membesar dan berjamur. Dari 2 perlakuan yang telah di
amati keadaan biji saga baru berhasil mengalami dormansi secara baik karena tidak ada biji
yang mendapatkan faktor eksternal lain pada perawatan siram nya dilakukan dengan baik
sehingga dormansi berhasil.
Perlakuan yang mengalami perkecambahan cepat lainnya ialah perlakuan kimiawi
dengan merendam biji pada larutan asam sulfat. Perlakuan kimia dengan merendam biji
dalam bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada biji. Hal ini
memudahkan kulit biji lebih dimasuki oleh air pada saat proses imbibisi. Larutan asamkuat
seperti asam sulfat dengan konsentrasi yang pekat mengakibatkan kulit biji menjadi lunak
sehingga dapat dilalui air dengan mudah. Larutan asam yang digunakan dalam perlakuan
ini adalah asam sulfat pekat(H2SO4). Asam ini dapat menyebabkan kerusakan pada
kulit biji dan dapat diterapkan pada legum maupun non legume (Soerodikosoemo,
1995).Sedangkan biji yang dicuci dengan air akan mengalami perkecambahannormal karena
pencucian dengan air hanya berfungsi untuk mencuci zat-zat yang menghambat
perkecambahan.

Cahaya atau sinar matahari sangat memengaruhi pertumbuhan dari tumbuhan yang
pada praktikum ini digunakan kacang hijau. Cahaya dapat memengaruhi kinerja dari sel-sel,
hormon, dan proses metabolisme tanaman. Menurut Lukitasari (2010) Cahaya atau intensitas
sinar matahari diperlukan dalam penyatuan karbondioksida dan air untuk membentuk
karbohidrat sebagai sumber nutrisi atau energi bagi tumbuhan. Cahaya dapat memengaruhi
aktivasi dari enzim maupun hormon pada tumbuhan.
V. Kesimpulan

(Harus dapat menjawab tujuan praktikum)


(Format paragraf, maksimal 1 paragraf, dan dalam 1 paragraf harus lebih dari 1
kalimat)
DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, R. S. 2023.Review Pematahan Dormansi Biji dengan Metode Skarifikasi Mekanik


dan Kimia. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab. 5(2):109-116.
Bintoro, A., Duryat, dan Rumahorbo, R. S. A. 2020. Pengaruh Pematahan Masa Dormansi
melalui Perendaman Air dengan Stratifikasi Suhu terhadap Perkecambahan Benih Aren
(Arenga pinnata). Jurnal Sylva Lestari. 8(1):77-84.
Ali, H. H., Tanveer, A., Nadeem. 2011. Methods to break seed dormancy of Rhynchosia
Capitata, a summer annual weed. Chilean Journal of Agriculture Research. 71(1): 483–
487.
LAMPIRAN

Gambar L.1 Pengamatan dormansi biji Gambar L.2 Pengamatan dormansi biji
kecipir lama pada perendamann air hangat kecipir lama pada penggosokan permukaan
oleh kelompok 6 pada hari ke-0 kasar oleh kelompok 6 pada hari ke-0

Gambar L.3 Pengamatan dormansi biji Gambar L.4 Pengamatan dormansi biji
kecipir lama pada perendamann air hangat kecipir lama pada penggosokan permukaan
oleh kelompok 6 pada hari ke-7 kasar oleh kelompok 6 pada hari ke-7
Gambar L.5 Pengamatan dormansi biji saga Gambar L.6 Pengamatan dormansi biji saga
pada perendamann air hangat oleh kelompok pada penggosokan permukaan kasar oleh
6 pada hari ke-0 kelompok 6 pada hari ke-0

Gambar L.7 Pengamatan dormansi biji saga Gambar L.8 Pengamatan dormansi biji saga
pada perendamann air hangat oleh kelompok pada penggosokan permukaan kasar oleh
6 pada hari ke-7 kelompok 6 pada hari ke-7

Anda mungkin juga menyukai