Anda di halaman 1dari 35

PENUNTUN PRAKTIKUM

SILVIKA (FKT 1 203 P)

Penyusun:
Mohammad Basyuni
Kansih Sri Hartini
Afifudin Dalimunthe
Delvian

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020/2021
Penuntun Praktikum Silvika (FKT 1 203 P)
Untuk Mahasiswa Program Studi Kehutanan Fakultas
Kehutanan USU Semester II Tahun Ajaran 2020/2021
Penuntun Praktikum ini merupakan edisi revisi sejak pertama
kali diterbitkan pada tahun 2011.

Penyusun: Mohammad Basyuni, Kansih Sri Hartini, Afifudin


Dalimunte, Delvian

Photo cover: Hutan di Forest Research Institute Malaysia


(FRIM), Kuala Lumpur
(Photo By Mohammad Basyuni)

Cetakan pertama, Februari 2016


Cetakan kedua, Februari 2017
Cetakan ketiga, Februari 2018
Cetakan keempat, Februari 2019
Cetakan kelima, Februari 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penyusun mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Penuntun Praktikum Silvika edisi revisi kelima. Penuntun
Praktikum ini ditujukan sebagai Pedoman Pelaksanaan Praktikum bagi Mahasiswa
Program S1 Program Studi Kehutanan Hutan Fakultas Kehutanan Universitas
Sumatera Utara.
Isi dan penuntun praktikum ini dimulai dari pengunduhan dan
pengenalan bagian-bagian biji, skarifikasi, perkecambahan, pengaruh media, air,
cahaya, unsur hara terhadap tanaman, pengukuran transpirasi, perkembangan akar,
perbanyakan tanaman dengan stek dan okulasi, klasifikasi pohon dan dinamika
pohon dalam hutan. Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu
menguasai prinsip-prinsip ekofisiologi dan pertumbuhan pohon, pengenalan biji,
skarifikasi dan perkecambahan, pengaruh media, air, cahaya, unsur hara terhadap
pertumbuhan semai tanaman, pengkuran respirasi, perkembangan akar dan
dinamika pohon dalam hutan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Yusma Sari Siagian, S.Hut
yang membantu dalam penyusunan penuntun praktikum MK Silvika revisi
kelima. Semoga Buku Penuntun Praktikum Silvika ini bermanfaat bagi yang
menggunakannya.

Medan, Februari 2021


Penyusun

i
JADWAL PRAKTIKUM
SILVIKA TA 2020/2021 *(Yusma update)

Hari Pukul Kelas Asisten No. HP Asisten


Senin 15:00-16:50 Hut 2D Sabylita Amanda 0823-6799-9956
Olga Puji Julistin 0822-7567-9060
Nduru
Selasa 15:00-16:50 Hut 2C Abigail Naftali G 0852-7555-7659
Alfa Raini Sinaga 0852-6197-8959
Rabu 15:00-16:50 Hut 2A Dewi Adinda 0853-7373-9749
Nopita Lestari H 0812-6500-9568
Jum’at 15:30-16:20 Hut 2B Aqilah Insani 0815-3481-5102
Norman Fachri 0821-8864-5158

TIM PENGAJAR PRAKTIKUM SILVIKA TA 2020/2021

Kelas Hut 2A: Afifuddin Dalimunthe, SP, MP


Kelas Hut 2B: Prof. Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D
Kelas Hut Hut 2C: Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.Si
Kelas Hut Hut 2D: Dr. Delvian, SP, M.Si
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar............................................................................................. i
Jadwal praktikum......................................................................................... ii
Pengunduhan dan pengenalan bagian-bagian biji ....................................... 2
Skarifikasi .................................................................................................... 4
Perkecambahan ............................................................................................ 6
Pengaruh media semai terhadap pertumbuhan tanaman.............................. 8
Pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman ............................................. 10
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman....................................... 12
Pengaruh unsur hara terhadap pertumbuhan tanaman ................................. 15
Pengukuran transpirasi ................................................................................ 17
Perkembangan akar tanaman ....................................................................... 18
Perbanyakan tanaman dengan stek dan okulasi ........................................... 21
Klasifikasi pohon dan komponen penyusunnya .......................................... 24
Dinamika pohon dalam hutan ...................................................................... 25
Daftar Pustaka ............................................................................................. 27
Lampiran

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 1


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 2


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-1
PENGUNDUHAN DAN PENGENALAN BAGIAN-BAGIAN BIJI

Biji-biji tanaman kehutanan sebagian besar terdapat di dalam buah, baik buah
daging mapun buah polong seperti pada famili Fabaceae. Biji-biji tersebut tidak dapat
langsung digunakan untuk kegiatan pengadaan benih, tetapi harus diekstraksi atau
dikeluarkan terlebih dahulu dari buahnya.
Teknik ekstraksi biji dari buah ada beberapa macam tergantung apakah buah
tersebut berdaging atau berupa polong. Biji terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai
fungsi masing-masing, dimulai dari bagian luar berupa kulit, kemudian embrio atau
lembaga dan juga ada bagian radikulus dan bagian bakal pucuk.

TUJUAN
Untuk memahami teknik-teknik pengunduhan buah dan ekstraksi benih agar
dapat mengetahui cara pengunduhan buah dan mengenal bagian-bagian biji, asal
terbentuknya, fungsinya dan bagaimana nanti proses perkecambahanya.

ALAT DAN BAHAN


1. Buah dari famili Fabaceae (buah polong) atau buah berdaging dari suku Verbenaceae
2. Tongkat kecil
3. Pinset
4. Kantong plastik
5. Air
6. Buku pengamatan
7. Penghapus
8. Pensil berwarna
9. Penggaris
10. Pisau (cutter)
11. Sarung tangan
12. Kertas A4

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 3


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

PROSEDUR
a. Buah berdaging
1. Carilah buah yang berdaging seperti Gmelina arborea (suku Verbenaceae)
2. Rendamlah dalam air beberapa hari
3. Kupaslah daging buah dengan menggunakan pisau ataupun alat lain
4. Bersihkan biji-biji tersebut dari daging dan selaput yang lain.
5. Gambarlah biji yang masih utuh, sebutkan warna dan ukurannya (panjang, lebar, serta
tebalnya).
6. Belahlah biji secara membujur sehingga mengenai bagian tengah embrio kemudian
digambar dan disebutkan juga bagian-bagiannya, warnanya, serta perbedaan yang
nampak antara biji yang sudah direndam dan yang masih segar.

b. Buah Fabaceae
1. Carilah buah dari famili Fabaceae (Acacia mangium atau Paraserianthes falcataria).
2. Jemurlah buah-buah tersebut pada terik sinar matahari.
3. Setelah kulitnya kering, dipukul dengan tongkat kayu bulat kecil sampai bijinya
keluar.
4. Pilihlah biji-biji tersebut.
5. Gambarlah biji yang masih utuh, sebutkan warna dan ukurannya (panjang, lebar, serta
tebalnya).

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 4


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-2
SKARIFIKASI

Sebelum masa perkecambahan sering kali suatu benih/biji mengalami masa yang
disebut dormansi. Masa dormansi adalah suatu masa dimana biji dalam keadaan istirahat.
Istirahat di sini dalam arti biji tersebut belum bisa berkecambah karena beberapa alasan.
Perkecambahan merupakan kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika
radikula (akar, lembaga pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul
melewati kulit biji (Schmid 2000).
Dormansi bisa terjadi karena kondisi dari dalam biji itu sendiri kurang sesuai
walaupun kondisi luar sudah sesuai dengan persyaratan tumbuh biji tersebut misalnya
karena faktor suhu, kelembaban dan atmosfer. Oleh karena itu kondisi dalam benih seperti
kulit biji yang terlalu keras atau faktor-faktor lain bisa dihilangkan atau diatasi dengan
tindakan skarifikasi (Schmid 2000).

TUJUAN
1. Untuk meningkatkan proses perkecambahan benih dan meningkatkan presentasi
kecambah.
2. Untuk mengetahui berbagai macam cara skarifikasi baik secara fisis, kimiawi, maupun
mekanis pada benih jenis tanaman hutan terhadap perkecambahan yang dihasilkan.

ALAT DAN BAHAN


1. Benih jenis tanaman kehutanan
2. Pasir
3. Asam sulfat (H2SO4)
4. Kertas dan alat tulis
5. Bak tabur/ kantong plastik
6. Sprayer, gembor dan selang
7. Amplas/gergaji besi
8. Tang/tanggem

PROSEDUR
1. Memilih benih dari jenis tanaman hutan yang telah ditentukan dengan warna sama
dan tidak cacat fisik.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 5


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

2. Untuk skarifikasi fisis melakukan perendaman pada air ledeng/tap water sebanyak 9
butir x 3 ulangan = 27 butir
3. Perbandingan benih adalah 1:10, setelah dituangi air, benih diaduk-aduk agar merata.
Lama perendaman minimal 12 jam.
4. Untuk skarifikasi secara kimiawi, benih direndam dengan larutan H2SO4 dengan
konsentrasi 10% selama 5 menit. Kemudian benih dibilas dengan air ledeng. Benih
yang digunakan adalah 9 butir 3x ulangan sehingga seluruhnya 27 butir benih.
Larutan yang digunakan tidak perlu terlalu banyak, cukup agar semua benih terendam.
5. Untuk skarifikasi secara mekanis, dilakukan penggosokan benih pada (1) bagian yang
akan keluar akarnya (2) bagian keliling benih, (3) seluruh permukaan benih dan (4)
meretakkan benih dengan alat penjepit atau pemukul. Benih yang dibutuhkan
sebanyak 9 butir 3x ulangan sehingga dibutuhkan 27 butir benih.
6. Untuk kegiatan penaburan benih digunakan benih kontrol (tanpa perlakuan) sebanyak
3 butir benih sehingga jumlah total masing-masing cara skarifikasi (fisis, kimiawi dan
mekanis) sebanyak 30 butir, diperoleh jumlah total benih 90 butir. Kemudian benih
kontrol dan benih yang sudah diberi perlakuan ditabur pada waktu bersamaan, dengan
menggunakan media pasir dan dengan kedalaman 1 cm. Sebelum melakukan
penaburan, pasir dibasahi terlebih dahulu.
7. Setelah melakukan penanaman kemudian memasang label yang berisi perlakuan,
tanggal penaburan, jenis benih, nama mahasiswa dan kelompok dan membuat denah
tempat meletakkan hasil percobaan. Media disiram lagi sampai lembab dan
penyiraman selanjutnya dilakukan setiap pagi dan sore selama dua minggu.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 6


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-3
PERKECAMBAHAN

Perkecambahan merupakan proses fisiologi pada tahap awal pertumbuhan benih.


Embrio yang tadinya seolah-olah tertidur tumbuh dan berkembang menjadi suatu anakan
yang dapat tumbuh sendiri. Perkecambahan dianggap sempurna apabila akar-akar
tanaman telah memproduksi fotosintesis yang cukup untuk mensuplai makanannya
sendiri. Benih dikatakan berkecambah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya,
yaitu plumula dan radikula dan keduanya normal dalam jangka waktu tertentu (Kuswanto
1996).
Faktor- faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan (Kuswanto 1996)
1. Embrio bisa secara fisiologis belum masak dan bisa menghendaki periode skarifikasi
sebelum biji tersebut berkecambah dengan baik. Dormansi embrio adalah biasa.
2. Biji mempunyai kulit biji yang tidak permeable terhadap air dan oksigen atau
keduanya. Dormansi kulit biji adalah kurang biasa.
3. Kulit biji bisa terlalu kuat bagi embrio yang tumbuh untuk dipecahkan. Penyebab
dormansi ini jarang.
4. Biji jatuh di pohon sebelum embrio masak, situasi ini juga sangat jarang.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkecambahan (Soekotjo 1977):
- Kebutuhan air
Beberapa benih dapat berkecambah di dalam air sedangkan benih lainnya tidak dapat
berkecambah kalau direndam air. Pada saat dormansi, kandungan airnya sangat rendah.
Perkecambahan tidak berlangsung kalau air belum masuk sampai 80-90%. Beberapa jenis
Fabaceae beratnya 3x karena mengasorbsi air ketika berkecambah, karenanya diperlukan
banyak air. Benih yang berminyak kurang membutuhkan air.
- Pengaruh temperatur
Kebanyakan biji berkecambah pada temperatur tanah kira-kira 30 ºC. Sebagian
memerlukan suhu yang lebih tinggi seperti Gmelina arborea, Tectona grandis yang
memelukan temperatur sekitar 55 ºC
- Pengaruh cahaya
Ada 3 klasifikasi benih tersedia, yaitu:
>Memerlukan cahaya penuh: Paraseriantes falcataria, Cassia fistula
>Memerlukan setengah naungan: Acacia mangium, Dalbergia latifola
>Memerlukan naungan penuh: Santalum album, Swietenia mahagoni, Sietsia

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 7


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

macrophylla.
- Karbondioksida
Tingkat CO2 yang tinggi menghambat perkecambahan karena terhalangnya respirasi.
Untuk alasan ini biji disimpan dalam kaleng tertutup sehingga sedikit jumlah CO2 yang
dilepaskan oleh respirasi. Biji kering masak menghasilkan lingkungan yang kaya CO2
didalam wadah biji. Kebanyakan tanah mengandung bahan organik yang mempunyai
tinggat CO2 yang tinggi. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa biji yang ditanam
terlalu dalam biasanya tidak berkecambah
- Oksigen
Respirasi intensif dalam perkecambahan biji menghendaki oksigen yang banyak. Oksigen
biasanya langsung tersedia, tetapi menjadi terbatas ketika biji (1) dalam genangan air, (2)
terbenam terlalu dalam atau (3) dalam tanah yang dipupuk berlebihan yang melepaskan
jumlah besar CO2

TUJUAN
1. Mengetahui proses-proses perkecambahan jenis pohon hutan
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan
3. Mengetahui persentase keberhasilan perkecambahan

BAHAN DAN ALAT


1. Bak perkecambahan
2. Sprayer
3. Aqua glass
4. Media pasir
5. Benih: Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, Adenanthera pavoninna,
Swietenia mahagoni.

PROSEDUR
1. Disiapkan bahan dan alat praktikum.
2. Diambil pasir yang sudah steril kemudian dimasukkan kedalam bak perkecambahan.
3. Disiram dengan menggunakan sprayer sampai keadaan kapasitas lapang.
4. Ditanam benih sebanyak 40 butir benih kedalam subsrat pasir, di mana setiap bak
perkecambahan berisi 10 butir untuk tiap-tiap benih.
5. Disiram bak perkecambahan dengan sprayer setiap pagi dan sore.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 8


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

6. Dicatat jumlah kecambah yang muncul setiap hari.


7. Dibuat Tabel jumlah dan persentase perkecambahan selama dua minggu.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 9


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-4
PENGARUH MEDIA SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Media pertumbuhan semai berdasarkan kegunaannya dapat digolongkan


menjadi dua, yaitu media tabur dan media sapih. Media tabur adalah media yang
digunakan untuk menumbuhkan benih agar berkecambah, sedangkan media sapih
adalah media untuk pertumbuhan semai (penyapihan kecambah, stek, stump, anakan
alam) sampai semai siap tanam.
Syarat bahan media yang baik, harus mempunyai sifat-sifat:
1. Cukup sarang (porous) sehingga aerasi dan drainase baik.
2. Dapat menahan atau mengikat air cukup tinggi.
3. Cukup kuat dan rapat untuk menahan benih, kecambah, stek atau semai selama proses
perakaran.
4. Bobotnya ringan untuk memudahkan dalam transportasi bibit.
5. Tingkat nilai keasaman media (pH) mendekati normal (tergantung jenis).
6. Bebas dari benih tanaman pengganggu atau gulma dan bahan lain yang berbahaya.
7. Relatif mengandung unsur hara yang seimbang.
8. Mudah diperoleh sesuai keperluan.

TUJUAN
Untuk mengetahui media tanam terbaik bagi pertumbuhan semai Paraserianthes
falcataria dan Acacia mangium.

ALAT DAN BAHAN


1. Polybag kecil (kira-kira ukuran 6,5 x 15 cm)
2. Media tanam (top soil, sekam padi)
3. Pasir halus
4. Tongkat kecil
5. Mangkok kecil
6. Embrat/Sprayer
7. Kertas label
8. Penggaris
9. Tally sheet pengamatan
10. Alat tulis

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 10


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

PROSEDUR
1. Siapkan polybag, dan buat lubang-lubang kecil secukupnya.
2. Siapkan media tanam yang terdiri dari komposisi : topsoil 100%; topsoil : sekam
padi (2:1); top soil : sekam padi (1:1). Campur secara merata.
3. Buat masing-masing 5 ulangan, untuk masing masing spesies dan diberi label.
4. Disiram dengan air secukupnya.
5. Cabut anakan dari bedeng tabur secara hati-hati, letakkan pada mangkok kecil
yang telah diisi air.
6. Buat lubang pada media dalam polybag, tanam anakan, jangan sampai akarnya
terlipat atau terputus tutup dengan pasir halus sampai leher akar, padatkan.
7. Siram kembali dengan air.
8. Pemeliharaan dilakukan secara rutin, dengan menyiram dan menyiangi dari gulma
9. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali, diukur tinggi dan persen
hidupnya untuk masing-masing perlakuan.
10. Buat grafik pertumbuhannya, berikan analisis dan pembahasan pengamatan ini serta
buat kesimpulannya.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 11


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-5
PENGARUH AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Jika berbicara mengenai tumbuhan sebenarnya berbicara mengenai air, karena di


dalam setiap tanaman komponen penyusun terbesar adalah air (70-90%), dimana variasi
ini tergantung pada spesies, umur, jaringan tertentu dan lingkungan. Air merupakan zat
yang unik, karena mampu beradaptasi pada tiga wujud yaitu cair, padat dan gas dalam
upaya penyesuaian dirinya dengan fluktuasi suhu. Selama siklus hidup tanaman, mulai
dari perkecambahan sampai pemanenan membutuhkan air. Besarnya kebutuhan air setiap
fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan lansung
dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-
faktor lingkungannya (Ismail & Hadiawani 1995).
Dalam fase perkecambahan, proses pertama terjadi imbibisi, air berfungsi
sebagai penstimulir metabolisme dan pelarut dalam perombakan dan pengangkutan
cadangan makanan ke dalam batang dan bakal akar sehingga dapat tumbuh. Setelah
tanaman tumbuh air diperlukan dalam proses pengisian zat hara, sintesa karbohidrat,
sintesa protein, sebagai alat angkut zat makanan (asimilat) ke bagian-bagian tanaman dan
untuk melarutkan garam-garam mineral dalam tanah, sehingga dapat dihisap oleh
tanaman (Kuswanto 1996).
Dengan demikian air mempunyai peranan yang sangat nyata bagi pertumbuhan
tanaman. Air mempunyai beberapa fungi diantaranya :
1) Pelarut dan medium untuk reaksi kimia.
2) Medium untuk transpor zat terlarut organik dan anorganik.
3) Medium yang memberikan turgor pada sel tanaman. Turgor menggalakkan
pembesaran sel, struktur tanaman dan penempatan daun.
4) Hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul-molekul koloid.
5) Bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan reaksi-reaksi kimia lainya dalam
tumbuhan.
6) Evaporasi air (transpirasi) untuk mendinginkan permukaan tanaman. Penyerapan air
oleh tanaman dikendalikan oleh a) kebutuhan untuk transpirasi b) dipengaruhi oleh
kerapatan total panjang akar dan c) kandungan air tanah di lapisan jelajah akar
tanaman. Cekaman air (defisit air) langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif
tanaman (proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tegangan turgor). Hilangnya
turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (penggandaan dan pembesaran) yang

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 12


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat.


TUJAUAN
Mengetahui respon tanaman dalam berbagai kondisi cekaman air

BAHAN DAN ALAT


1. Semai
2. Polybag
3. Media
4. Sprayer/gembor

PROSEDUR
1. Mengambil semai dan menanam dalam polybag sebanyak 4 semai dengan 3x ulangan
dengan variasi jenis sebanyak 2.
2. Memelihara semai sampai berumur 2 minggu
3. Mengukur pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, jumlah akar, berat kering daun dan
berat kering akar (mengambil sampel)
4. Memperlakukan bibit dengan teknik berbeda
1) Menyiram 1 hari sekali
2) Menyiram 3 hari sekali
3) Menyiram seminggu sekali dan
4) menyiram 2 minggu sekali
5. Mengamati pertumbuhan tanaman setiap 1 minggu sekali dengan mencatat tinggi,
jumlah daun dan diakhiri mengukur jumlah akar, panjang akar, berat kering daun dan
berat kering akar

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 13


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-6
PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Salah satu peran penting fisiologi lingkungan yang mempelajari cara tumbuhan
dan hewan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang sangat menyimpang dari
kondisi optimal bagi organisme tertentu, atau dalam pengertian yang lebih luas, bagi
organisme pada umumnya. Sebagai salah satu bagian dari ekofisiologi, bidang ini
dinamakan fisiologi cekaman (Taiz & Zeiger 2002). Pemahaman akan hal ini akan
membantu kita dalam memahami apa saja yang membatasi sebaran tumbuhan. Taiz &
Zeiger (2002) menyatakan bahwa cekaman biologis adalah segala perubahan kondisi
lingkungan yang mungkin akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau
perkembangan tumbuhan (fungsi normalnya). Taiz & Zeiger (2002) membedakan antara
penghindaran dan toleransi (ketahanan) terhadap suatu faktor pencekam tertentu. Pada
penghindaran, organisme memberikan tanggapan dengan memperlemah akibat faktor
pencekam (tumbuhan di gurun menghindari tanah kering dengan memanjangkan akarnya
tumbuh ke dalam sampai mencapai air tanah).
Sebaliknya, jika tumbuhan mengembangkan toleransi maka tumbuhan itu
memang toleran atau tahan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Ketika
tumbuhan mulai mendapat faktor cekaman, terjadi reaksi tanda bahaya, saat fungsi yang
berkepentingan menyimpang dari biasanya. Kemudian fase berlangsung tahap resistensi
(atau fase pemulihan), saat organisme beradaptasi pada faktor cekaman dan fungsi sering
kembali menuju keadaan normal (tapi mungkin tidak benar-benar mencapainya).
Akhirnya jika faktor cekaman meningkat atau terus menerus berlangsung dalam waktu
lama, mungkin tercapai fase kelelahan, saat fungsi menyimpang dari normal dan
mengakibatkan kematian Taiz & Zeiger (2002).
Faktor cekaman biasanya tidak hanya tunggal akan tetapi merupakan proses
yang kompleks karena melibatkan beberapa faktor penentu pertumbuhan. Misalnya
musim panas yang menyengat dapat mengakibatkan terjadinya cekaman tingkat cahaya
tinggi (perusakan klorofil oleh cahaya), kelembaban rendah, tanah kering dan suhu tinggi.
Disamping itu, respon cekaman umumnya sangat kompleks, diperlibatkan oleh berbagai
bagian tumbuhan dan mungkin melibatkan hormon cekaman seperti asam absisat (ABA)
dan etilen yang diangkut keseluruh bagian tumbuhan (Heddy 1989).
Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan
fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 14


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu
dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya
yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu
tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas/membutuhkan cahaya atau tanaman intoleran.
Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda terhadap
tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis. Tanaman yang tahan dalam
kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri morfologis yaitu daun lebar dan
tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan mempunyai ciri morfologis daun kecil
dan tebal. Kedua kondisi tersebut akan dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan
tanaman apabila pemilihan jenis tidak sesuai dengan kondisi lahan, artinya tanaman yang
toleran ketika ditanam diareal yang cukup cahaya justru akan mengalami pertumbuhan
yang kurang baik, begitu juga dengan tanaman intolean apabila di tanam pada areal yang
kondisi cahaya terbatas pertumbuhan akan mengalami ketidak normalan. Dengan
demikian pemilihan jenis berdasarkan pada sifat dasar tanaman akan menjadi kunci
penentu dalam keberhasilan pembuatan tanaman.
Tanaman toleran (shade leaf) Vs intoleran (sun leaf ) (Daniel et al. 1987):
1. Tumbuhan cocok ternaung menunjukkan laju fotosintesis yang sangat rendah pada
intensitas cahaya tinggi dibanding tumbuhan cocok terbuka.
2. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaung mencapai titik jenuh pada intensitas
cahaya yang lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka.
3. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaung lebih tinggi dibanding tumbuhan cocok
terbuka pada intensitas cahaya yang sangat rendah.
4. Titik kompensasi cahaya untuk tumbuhan cocok ternaung lebih rendah dibanding
tumbuhan cocok terbuka.

TUJUAN
Mengetahui respon dan perubahan pada pertumbuhan tanaman dalam berbagai kondisi
cekaman cahaya.

BAHAN DAN ALAT


1. Semai
2. Polybag
3. Media
4. Areal yang berbeda kondisi naungannya

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 15


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

5. Sprayer/gembor
6. Termometer

PROSEDUR
1. Mengambil semai dan menanam dalam polybag sebanyak 4 semai 3x ulangan dengan
variasi jenis sebanyak 2.
2. Memelihara semai sampai berumur 1 minggu
3. Mengukur pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, jumlah akar, berat kering daun dan
berat kering akar (mengambil sampel)
4. Mencari lokasi yang mempunyai variasi naungan 3 tingkatan, kemudian mengukur
cahaya yang masuk, kondisi suhu dan kelembabannya
5. Meletakkan bibit pada kondisi cahaya yang berbeda, yaitu:
1) kondisi terbuka (open area)
2) naungan satu (25%)
3) naungan dua (50%)
4) naungan tiga (75%)
6. Mengamati pertumbuhan tanaman setiap seminggu sekali selama 2 minggu dengan
mencatat tinggi, jumlah daun, dan diakhiri dengan mengukur jumlah akar, panjang
akar, berat kering daun dan berat kering akar
7. Melakukan pemeliharaan setiap hari dengan penyiraman dan pembersihan gulma.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 16


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-7
PENGARUH UNSUR HARA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Di dalam ekosistem, hubungan tanah, tanamn, hara dan air merupakan bagian
yang paling dinamis. Tanaman menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk dipengaruhi
dalam proses-proses metabolisme. Sebaliknya tanaman memberikan masukan bahan
organik melalui serasah yang tertimbun di permukaan tanah berupa daun, ranting serta
cabang yang rontok. Bagian akar tanaman memberikan masukan bahan organik melalui
akar-akar dan tudung akar yang mati serta dari eksudasi akar (Soekotjo 1977).
Asas paling dasar dari respon tumbuhan terhadap lingkungan adalah kejenuhan.
Organisme tanggap terhadap hampir semua parameter lingkungan menurut suatu pola
umum. Ketika suatu parameter meningkat, ia akan mencapai suatu ambang yang di atas
ambang tersebut ia akan mulai memberikan efek, setelah itu responyan meningkat sampai
jenuh. Kemudian konsentrasi parameter terus meningkat, respon tetap konstan atau mulai
turun jika pada taraf yang tinggi itu parameter menjadi bersifat racun atau menghambat.
Peningkatan faktor tidak mengubah respon faktor berada di zona toleransi. Taraf terendah
faktor yang masih dapat memberikan respon tertinggi disebut optimum. Apabila
penambahan faktor menyebabkan penurunan respon maka faktor berada pada zona
keracunan atau penghambatan.
Berdasarkan perbedaan konsentrasinya yang dianggap berkecukupan dalam
jaringan tumbuhan, maka unsur hara essensial dibedakan menjadi unsur makro dan mikro.
Unsur makro merupakan unsur esensial dengan konsentrasi 0,1 % (1000 ppm) atau lebih
sedangkan unsur dengan konsentrasi kurang dari 0,1 % digolongkan dalam unsur mikro.
Unsur esensial mempunyai karakteristik, yaitu 1) tumbuhan tidak mampu
menyempurnakan daur hidupnya tanpa unsur tersebut 2) unsur tersebut menjadi bagian
dari molekul atau kandungan tumbuhan yang esensial bagi tumbuhan (nitrogen dalam
protein dan magnesium dalam klorofil) dan 3) secara langsung berperan dalam tumbuhan
dan bukan menyebabkan suatu unsur lain menjadi lebih mudah tersedia atau melawan
efek unsur lain (Soekotjo 1977).
Jika ketersediaan unsur hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan oleh
tanaman, maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat dilihat
dari penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsur hara
ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang atau daun yang terhambat (kerdil) dan
khlorosis atau nekrosis pada berbagai organ tumbuhan. Gejala yang ditampakkan tanaman

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 17


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

karena kurang suatu unsur hara dapat menjadi petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yang
bersangkutan. Suatu tumbuhan dikatakan kekurangan (defisiensi) unsur hara tertentu
apabila pertumbuhan terhambat yakni hanya mencapai 80% dari pertumbuhan maksimum
walaupun semua unsur hara esensial lainnya tersedia berkecukupan. Defisiensi unsur hara
dicirikan dengan unsur hara yan diperlukan tanaman tidak cukup untuk diambil.
Fenomena lain yang akhir-akhir ini menjadi faktor pembatas pertumbuhan pada tapak
rusa yaitu malnutrisi (kekurangan hara karena dalam areal tumbuhnya unsur hara yang
diperlukan tidak ada). Permasalahan hara yang lebih komplek lagi adalah adanya
kekacauan unsur hara (nutrient disorder).

TUJUAN
Mengetahui respon tanaman dalam berbagai kondisi cekaman hara

BAHAN DAN ALAT


1. Semai
2. Polybag
3. Media
4. NPK

PROSEDUR
1. Mengambil semai dan menanam dalam polybag sebanyak 4 semai 3x ulangan dengan
variasi jenis sebanyak 2.
2. Memelihara semai sampai berumur 2 minggu
3. Mengukur pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, jumlah akar, berat kering daun dan
berat kering akar (mengambil sampel)
4. Memperlakukan bibit dengan tehnik pemberian pupuk dengan jenis dan dosis yang
berbeda:
a. NPK (dengan dosis 0,5 gr, 10 gr dan 15 gr)
5. Memetakan rancangan percobaan dan mendokumentasikan data
6. Mengamati pertumbuhan tanaman setiap 1 minggu sekali selama 2 minggu dengan
mencatat tinggi, jumlah daun dan diakhiri dengan mengamati jumlah akar, panjang
akar, berat kering daun dan berat kering akar

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 18


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-8
PENGUKURAN TRANSPIRASI

Transpirasi merupakan proses keluarnya uap air dari dalam tanaman melalui
stomata atau lubang lainnya seperti lenti sel.Transpirasi merupakan faktor yang dominan
dalam hubungan pohon dan air, karena penguapan air dari permukaan daun menghasilkan
gradient energi yang mengakibatkan pergerakan air di dalam tanaman. Hanya sekitar 5%
air yang diserap digunakan untuk memproduksi bahan organik yang 95% hanya melewati
tanaman kemudian hilang lewat transpirasi. Kecepatan transpirasi yang tinggi pada
tanaman mengakibatkan daun-daun muda pada cabang kehilangan turgor dan layu,
stomata menutup, mengurangi fotosintesis dan pertumbuhan terganggu. Kecepatan
transpirasi dipengaruhi oleh: luas daun, bentuk dan ukuran daun, orientasi daun,
permukaan daun, stomata dan perbandingan akar pucuk (Taiz & Zeiger 2002).

TUJUAN
Mempelajari hilangnya air dari tanaman yang merupakan proses ekofisiologi tanaman.

BAHAN DAN ALAT


1. Timbangan
2. Kertas buffalow/karton
3. Bibit tanaman sengon dan saga
4. Label
5. Stop watch/arloji
6. Kertas millimeter

PROSEDUR
1. Menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan.
2. Ambil bibit yang sudah ditanam dalam polybag masing-masing 5 polybag.
3. Tutuplah tanah pada permukaan polybag dengan kertas bufallow, untuk mencegah
terjadinya evaporasi dari permukaan media.
4. Ukurlah seluruh permukaan daun pada setiap polybag dengan menggunakan
bantuan kertas millimeter block.
5. Timbanglah bibit tersebut selama 100 menit dengan interval waktu 20 menit.
6. Catat beratnya dan buatlah grafik hubungan antara waktu dengan jumlah kehilangan

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 19


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

air.
Materi ke-9
PERKEMBANGAN AKAR TANAMAN

Akar merupakan organ vegetatif utama untuk memasok air, mineral dan bahan-
bahan yang paling penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Walaupun
memilki sumbangan yang sangat penting, seringkali, bahkan terlalu sering, akar itu tidak
dipedulikan karena akar itu tidak tampak, maka tidak diperkirakan (Taiz & Zeiger 2002).
Pertumbuhan akar yang kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan
pertumbuhan pucuk pada umumnya. Apabila akar mengalami kerusakan karena
gangguan secara biologis, fisis, atau mekanis dan menjadi kurang berfungsi, maka
pertumbuhan pucuk juga akan kurang berfungsi. Akar melayani tanaman dalam fungsi
penting :
1. Penyerapan hara dan mineral
2. Penambatan
3. Penyimpanan cadangan makanan
4. Transpor
5. Pembiakan
6. Sebagai pengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara keseluruhan

Inisiasi dan Pertumbuhan Akar


Panjang akar merupakan hasil perpanjangan sel-sel dibelakang maristem ujung,
sedangkan lebar yang lebih daripada pembesaran sel-sel ujung merupakan hasil dari
maristem lateral atau pembentukan cambium, yang memulai pertumbuhan sekunder dari
maristem cambium. Pertumbuhan panjang dan lingkar akar umumnya beranalogi dengan
pertumbuhan panjang dan lingkar pada pucuk, walaupun demikian, percabangan lateral
tidak analog, karena percabangan akar muncul dari lingkaran tepi yang jauh di dalam
jaringan tua atau jaringan yang berdeferensiasi (Daniel et al. 1987).

Sistem Perakaran
A. Sistem Perakaran Tanaman Dikotil
Sistem perakaran pada tanaman dikotil umumnya terdiri dari akar primer yang
besar, geotropi positif dengan percabangan halus lateral. Kehalusan makin meningkat
dengan makin mengkecilnya percabangan, yaitu cabang tersier lebih halus daripada

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 20


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

cabang sekunder. Seringkali akar primer (akar tunggang) mengalami begitu banyak
penebalan sekunder atau percabangan lateral yang halus misalnya Wortel tidak terlihat
jelas keduanya
B. Sistem Perakaran Tanaman Monokotil
Perakaran monokotil terdapat pada (rumput-rumputan) halus dan tidak memiliki
kambium untuk penebalan sekunder. Secara kolektif perakaran semacam ini disebut
sistem perakaran serabut. Sistem perakaran monokotil mempunyai dua tahap
1. Akar seminal (akar biji)
2. Akar nodal (akar liar atau buku)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Distribusi Akar


Perbedaan perkembangan perakaran, walaupun sesuai dengan sifatnya, juga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan tanah, baik secara langsung atau tidak langsung.
Faktor-faktor di atas tanah yang mempengaruhi pertumbuhan pucuk terutama transport
kabohidrat ke akar, dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan akar,
seperti juga faktor-faktor rizosfer (yaitu kelembapan, temperatur, kandungan nutrisi,
bahan beracun, kekuatan tanah dan agen biologis).

TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam terhadap perkembangan akar tanaman.

BAHAN DAN ALAT


1. Semai sengon dan saga
2. Polybag
3. Media:
Top soil 100%
Top soil : sekam 1:1
Top soil : sekam 1:2
4. Label nama
5. Sarung tangan plastik
6. Kamera digital

PROSEDUR
1. Disiapkan bahan dan alat

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 21


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

2. Diambil polybag ukuran 1 kg sebanyak 2 buah


3. Masing-masing polybag berisi tanah sub soil dan top soil
4. Diberi tanda dengan menggukan label nama pada masing-masing perlakuan
5. Ditanam benih sengon dan saga
6. Dibiarkan selama 2 minggu
7. Disiram 2 kali sehari pagi dan sore
8. Dihentikan pengamatan setelah 2 minggu
9. Dibuka polybag yang berisi tanaman jagung mudah dengan menggunakan gunting,
lalu tanah dibuang dengan menggunakan air agar akar tidak lepas/terputus.
10. Diukur penjang akar dan jumlah banyak serabut akarnya.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 22


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-10
PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN STEK DAN OKULASI

Kehutanan modern sekarang ini, perbanyakan tanaman semakin luas dan


memiliki arti penting, oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk menghasilkan
tanaman yang unggul dan berdaya hasil guna. Usaha perbanyakan tanaman semakin
digalakkan, perbanyakan tidak hanya dilakukan pada tanaman multi purpose tree species,
tetapi pada jenis-jenis komersial seperti jati. Perbanyakan tanaman dibedakan atas dua
cara yaitu dengan cara vegetatif dan generatif. Namun, prinsip perbanyakan tersebut
hampir sama, yaitu mendapatkan tanaman baru yang lebih unggul dan berdaya hasil guna.
Beberapa teknik perbanyakan secara vegetatif akan diuraikan sebagai berikut:

1. Stek
Perbanyakan tanaman dengan menggunakan setek adalah perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian tanaman atau pemisahan bagian tanaman tertentu dan
langsung ditanam pada media tanam. Bagian tanaman yang dapat digunakan untuk bahan
setek dapat berupa pucuk, cabang, daun, dan akar. Oleh karena itu, muncul istilah stek
akar, pucuk, batang dan daun.
Perbanyakan dengan cara ini banyak digunakan, cara melakukan sangat
sederhana dan tidak memerlukan teknik, selain itu tanaman yang digunakan banyak dan
bahan yang digunakan relatif sedikit. Sebagian tanaman agar cepat tumbuh maka diberi
rangsangan berupa hormon tanaman yang berfungsi sebagai merangsang pertumbuhan
akar. Umur tanaman dalam menggunakan setek jangan terlalu tua dan tidak terlalu muda.

2. Okulasi
Perbanyakan tanaman dengan okulasi adalah perbanyakan dengan cara
menempelkan mata tunas ke tanaman lain yang dikehendaki sebagai batang bawah.
Waktu yang baik pada saat okulasi adalah pada saat pembelahan sel dalam kambium
berlangsung aktif, hal ini ditandai pada saat kulit batang mudah terkelupas dari kayunya
Syarat atau kriteria untuk mata tunas yang digunakan untuk perbanyakan dengan
cara okulasi:
1. Umur cukup tua minimal sudah berbuah 3 kali
2. Sehat dan tidak terserang hama penyakit
3. Masuk kedalam kriteria tanaman unggul, buah lebat, manis, dan ukuran buah besar

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 23


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

4. Bukan berasal dari tunas air


Syarat atau kriteria batang bawah yang digunakan untuk perbanyakan dengan cara
okulasi:
1. Berumur sekitar 4-6 bulan di persemaian
2. Sistem perakaran kuat
3. Tahan terhadap hama dan penyakit
4. Tahan terhadap kekurangan air
5. Sesuai dengan kondisi tempat penanaman

TUJUAN
1. Untuk menghasilkan produksi yang berkualitas tinggi
2. Mengetahui teknik perbanyakan secara vegetatif

BAHAN DAN ALAT


1. Batang tanaman hutan
2. Pisau okulasi/cutter
3. Top soil
4. Polybag ukuran 1 kg 2 buah
5. Gunting pangkas
6. Tali plastik
7. Sarung tangan plastik

PROSEDUR
Stek
1. Disiapkan bahan dan alat
2. Dipotong bagian tanaman yang akan distek dengan arah miring 45
3. Dipangkas daun yang melekat hingga tersisa sepasang. Untuk mengurangi penguapan,
potong lagi sepasang daun tersebut menjadi 1/3 - 1/2 bagian.
4. Ditanama bagian tanaman kedalam polybeg yang sudah di beri mediatanam
5. Disiram tanaman 2 kali sehari pagi dan sore
6. Diletakkan tanaman di bawah naungan jangan sampai terkena sinar matahari secara
langsung.
7. Tanaman hasil setek siap untuk ditanam setelah pertumbuhan awal sempurna.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 24


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Okulasi
1. Disiapkan bahan dan alat
2. Dikupas kulit batang tanaman yang akan dijadikan sebagai tempat menempel mata
tunas, lebar kupasan disesuaikan dengan lebar kupasan pada mata tunas
3. Dikupas mata tunas dari batang atas yang sudah dipilih
4. Ditempelkan mata tunas pada bagian kulit batang yang telah dikupas, lalu ikat, ingat
jangan biarkan sayatan terlalu lama terbuka, sayatan akan kering dan okulasi tidak
berhasil.
5. Dibiarkan selama 2-3 minggu
6. Dibuka ikatan, jika okulasi sudah berhasil, ditandai dengan mata tunas tumbuh terlihat
segar/tidak layu.
7. Dibuat pembahasan jika tanaman berhasil atau tidak.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 25


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-11
KLASIFIKASI POHON DAN KOMPONEN PENYUSUNNYA

Tegakan merupakan unit pengelolaan, silvikulturris biasanya harus mengatur


perlakuan berdasarkan karekteristik individu pohon. Klasifikasi pohon diperlukan jika
rimbawan ingin menyampaikan ide intruksinya pada tingkat pohon antar pohon.
Secara ekologis cukup penting membedakan pohon dalam suatu stadium
pertumbuhan semai, pancang, tiang, pohon, bahkan tumbuhan bawah. Untuk keperluan
ini kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Soekotjo 1977):
a. Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m
b. Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10
cm
c. Tiang : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm
d. Pohon : Pohon dewasa berdiameter 20 cm dan lebih
e. Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba, semak

TUJUAN
1. Melatih cara pembuatan diagram profil dari klasifikasi pohon.
2. Mengetahui komponen penyusun pohon berdasarkan stadium pertumbuhan.

BAHAN DAN ALAT


1. Arboretum Tri Dharma
2. Kertas A3 mm
3. Alat tulis
4. Penggaris

PROSEDUR
1. Dimati arboterum yang akan ditentukan klasifikasi pohonnya berdasarkan stadium
pertumbuhan.
2. Ditentukan stadium pertumbuhan pohon mulai dari semai, pancang, tiang, pohon dan
tumbuhan bawah.
3. Digambar kedalam kertas A3 mm.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 26


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 27


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Materi ke-12
DINAMIKA POHON DALAM HUTAN

Kedudukan tajuk pohon dalam suatu hutan tidak selalu sama, tergantung pada
kemampuan pohon untuk bersaing dengan pohon-pohon yang lain. Atas dasar
kedudukannya di dalam hutan, tajuk pohon dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Daniel
et al. 1987):
1. Pohon dominan, tajuk dari pohon-pohon ini terdapat paling atas dan mendapatkan
cahaya matahari penuh di atas dan sebagian dari samping.
2. Pohon kodominan, pohon ini tidak setinggi pohon dominan, tetapi masih mendapat
cahaya penuh dari atas meskipun dari samping terganggu oleh pohon-pohon dominan.
3. Pohon pertengahan, tajuknya berada di bawah tajuk-tajuk pohon dominan dan
kodominan. Masih mendapat cahaya matahari dari atas tetapi sudah tidak mendapat
cahaya dari samping.
4. Pohon tertekan, tajuknya sama sekali tertutup oleh pohon dominan, kodominan dan
pertengahan. Pohon ini mendapat cahaya matahari dari atas melalui lubang-lubang
dalam sengkuap tajuk pohon di atasnya.
5. Pohon mati, termasuk pohon-pohon yang mati dan sedang dalam proses kematian.

Bagian-Bagian Hutan
Setiap tegakan yang rapat mempunyai lapisan tajuk atas yang berwarna hijau
yang biasa disebut kanopi. Di bawah kanopi terdapat tegakan bawah (under stories).
Sering kali tegakan bawah ini terdiri dari anakan-anakan pohon yang menggantikan
pohon-pohon yang mati. Selanjutnya apabila terdapat pembukaan hutan dan menjadi
kurang rapat kanopinya terdapatlah penutup tanah (ground cover) yang terdiri dari
rumput-rumput, semak dan perdu (Daniel et al. 1987)
Keadaan penutup tanah yang berbeda-beda baik mengenai kerapatannya maupun
susunan spesiesnya dan kondisi ini mempunyai peran dalam penentuan lingkungan untuk
perkecambahan biji dan pertumbuhannya lebih lanjut. Di dalam hutan yang rapat, lahan
di bawah pohon-pohon yang disebut lantai hutan (forest floor) terdiri dari daun-daun,
ranting pohon yang gugur serta sampah-sampah hutan lain yang terletak di atas
permukaan tanah yang biasa di sebut seresah (litter). Lapisan-lapisan kanopi yang
terdapat di dalam hutan sering disebut stratum atau tingkat (story) atau lapisan (layer).
Jadi yang dimaksud dengan stratum disini adalah suatu lapisan pohon yang mempunyai

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 28


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

tajuk-tajuk yang tidak sama tingginya, terletak di suatu batas tertentu.

Tingkat-Tingkat Hidup Pohon


Selama masa pertumbuhan sampai mencapai umur fisik pohon akan melewati
berbagai tingkat kehidupan yang berhubungan dengan ukuran tinggi dan diameternya.
Istilah yang biasa digunakan untuk macam-macam tingkatan kehidupan pohon adalah
semai (seedling), sapihan (sapling), tiang (pole) dan pohon (tree). Petunjuk-petunjuk
yang diperlukan untuk kegiatan tersebut dilakukan dengan membuat petak-petak
percobaan. Petak-petak percobaan bertujuan untuk inventarisasi standing stock, untuk
analisis vegetasi (mengetahui komposisi jenis dari struktur vegetasi).

TUJUAN
Mengetahui dinamika pohon berdasarkan klasifikasi pohon atas dasar kedudukan tajuk
dalam hutan, bagian-bagiannya, serta mengetahui jumlah atau sebaran dari suatu jenis
dalam tingkat-tingkat hidup persatuan luas.

BAHAN DAN ALAT


1. Pita ukur
2. Alat tulis
3. Kertas grafik/kertas mm A3
4. Tali plastik
5. Haga meter/Kristen meter
6. Galah

PROSEDUR
1. Membuat petak ukur dalam suatu wilayah hutan dengan cara Nested sampling, yaitu
20 m x 20 m untuk pohon; 10 m x 10 m untuk tiang; 5 m x 5 m untuk pancang; dan 2
m x 2 m untuk semai. Petak yang kecil berada dalam petak yang besar. Usahakan
antara regu satu dengan yang lainnya bersambung, jarak antar petak ukur adalah 20
meter.
2. Menggambar proyeksi horisontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan yang
ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang bebas cabang dan
tinggi totalnya.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 29


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

DAFTAR PUSTAKA

Daniel T.W., Helms J., Baker F.S. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur Edisi ke-2. Universitas
Gadja Madah Press. Yogyakarta.
Heddy S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.
Ismail T., Hadiawani. 1995. Hubungan Tanah Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press.
Semarang.
Kuswanto H. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. Penerbit
Andi. Yogyakarta.
Schmidt L. 2000. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Danida
Forest Seed Centre. Denmark.
Soekotjo W. 1977. Silvika. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.
Taiz L., Zeiger E. 2002. Plant Physiology. Sinauer Association. Sunderland.

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 30


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENUNTUN PRAKTIKUM SILVIKA
2020/2021

Lampiran
Laporan Praktikum Silvika Medan, ................2018

JUDUL

Dosen Penanggung Jawab


nama dosen

Oleh :
Kelas
Kelompok
Nama Nim
Nama Nim
Nama Nim
Dst.

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN 31


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai