Anda di halaman 1dari 61

STUDI OBSERVASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH DI KAWASAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM


BANDA ACEH.

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir praktikum

mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah

Dosen Pengampu:

1. Dr. Hasanuddin, M.Si.

2. Dr. Drs., Samingan, M.Si.

3. Wardiah, S.Pd., M.Bio.

Disusun Oleh:

Kelompok : II (Dua)

Kelas : 04

Asisten Meja: Rima Putri Aliffa Uska

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM -BANDA ACEH
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM AKHIR
BOTANI TUMBUHAN RENDAH

Disusun Oleh:

Kelompok II

Alfiyyah Putri (2006103010072)


Elsa Fira (2006103010008)
Farah Zayyana (2006103010068)
Hafna Dinur (2006103010105)

Hilya Saputri (2006103010084)


Khairiyah Fitriani (2006103010052)
Rani Natasya (2006103010026)

Suci Fitria (2006103010100)


Zahrina ikrami ( 2006103010096)
Banda Aceh, 01 November 2021

Menyetujui,

Asisten Meja

Rima Putri Aliffa Uska


NIM. 1906103010040

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Praktikum, Koordinator Praktikum,

Nazar Muhammad, S.Pd., M.Pd Rahmi Ovita, S.Pd


NIP. 198703112019031005 NIP. 19850924201101210
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt serta salawat dan salam kita

sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw. Yang telah membawa kita ke alam

ilmu pengetahuan. Pada kesempatan ini, kami telah menyelesaikan laporan mengenai

“Studi Observasi Tumbuhan Tingkat Rendah di Kawasan Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh”

Terimakasih kami ucapkan kepada Pembimbing Mata Kuliah dan Asisten yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam melakukan observasi hingga kami dapat

menyelesaikan laporan ini. Apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan laporan ini,

penulis memohon maaf atas hal yang tidak berkenaan.

Demikianlah,

Semoga bisa menjadi inspirasi dan pembelajaran lebih baik ke depan serta

bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca

Darussalam, 01 November 2021

Penyusun

3
ABSTRAK

Kata Kunci: Alga, Paku, Lumut, Jamur dan Fungi

Telah dilakukan studi observasi terhadap Keanekaragaman Tumbuhan Tingkat Rendah


di Kawasan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
Observasi ini dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2021. Tujuannya adalah
mengidentifikasi jenis spesies, mengetahui keanekaragaman serta mengetahui ciri-ciri
khusus yang dimiliki alga, lumut, paku, jamur dan lichen yang terdapat di Kawasan
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasi secara langsung.
Teknik pengumpulan data dimulai dari observasi kemudian pengambilan sampel dan
terakhir identifikasi sampel. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan 3 spesies lumut, 1
spesies jamur, 3 spesies lichen, 3 spesies paku dan 1 spesies alga.

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………….2

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….3

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………4

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………...5

ABSTRAK………………………………………………………………………………6

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………7

1.1 Latar Belakang Masalah..…………………………………………………7

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………...9

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………..10

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………10

1.5 Kerangka Pemikiran.…………………………………………………….10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian .……………………………………………...10

1.7 Definisi Operasional Variabel .………………………………………….10

BAB 2 LANDASAN TEORI…………………………………………………………...7

2.1 TUMBUHAN BELAH (Schzophyta) …………………………………….7

2.2 TUMBUHAN TALUS (Thallophyta).……………………………………7

2.3 TUMBUHAN LUMUT (Bryophyta)……………………………………14

2.4 TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta).…………………………………...14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................................................25

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ..........................................................................25

3.2 Populasi dan Sampel ...........................................................................................25

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................25

5
3.4 Objek Penelitian ..................................................................................................25

3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................25

3.6 Alat dan Bahan ....................................................................................................26

3.7 Parameter Penelitian ............................................................................................26

3.8 Metode Penelitian ................................................................................................27

3.9 Analisis Data .......................................................................................................27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………....19

4.1 Hasil Pengamatan……………………………………………………..…19

4.1.1 Tumbuhan Paku ……………………………………………………....19

4.1.2 Tumbuhan Lumut …………………………………………………….22

4.1.3 Tumbuhan Liken ……………………………………………………...26

4.1.4 Tumbuhan Alga ……………………………………………………….27

4.1.5 Tumbuhan Jamur ………………………………………………..……27

4.2 Pembahasan ……………………………………………………………..28

4.2.1 Tumbuhan Paku ………………………………………………………29

4.2.2 Tumbuhan Lumut ………………………………………………….....29

4.2.3 Tumbuhan Liken ……………………………………………………...29

4.2.4 Tumbuhan Alga …………………………………………………….....30

4.2.5 Tumbuhan Fungi ………………………………………………...……31

BAB V PENUTUP ……………………………………………...…………………….33

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………...……...33

5.2 Saran …………………………………...………………………...……....33

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………....……...34

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1...........................................................................................................................

Gambar 2...........................................................................................................................

Gambar 3...........................................................................................................................

Gambar 4...........................................................................................................................

Gambar 5...........................................................................................................................

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki keanekaragaman

hayati yang sangat tinggi. Indonesia menduduki posisi tingkat ketiga di dunia untuk

keanekaragaman tumbuh-tumbuhan. Secara geografis indonesia terletak di antar dua

benua yaitu Asia dan Australia. Letak geografis yang strategis yang menyebabkan

indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman di dunia dan dikenal dengan negara

megabiodiversiti.

Keanekaragaman adalah keseluruhan gen, spesies, dan ekosistem di dalam suatu

wilayah tertentu. Keanekaragaman dapat berubah setiap saat karena berbagai faktor luar

dan faktor dalam. Pelestarian keanekaragaman adalah investasi penting yang sangat

menguntungkan, baik secara manusiawi maupun secara ekologi. Salah satu contoh

keanekaragaman yang sangat penting diketahui adalah tumbuhan paku (Pteridophyta),

tumbuhan lumut (Bryophyta), ganggang (Algae), cendawan atau jamur (Fungi), dan

lumut kerak (Lichen).

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu jenis flora yang memiliki

keanekaragaman tinggi dan persebaran luas. Pteridophyta dapat ditemukan di daerah

subtropis maupun tropis, pada ketinggian yang bervariasi, hidup secara terestrial atau

akuatik, merambat atau epifit. Tumbuhan paku selain memiliki keanekaragaman yang

tinggi juga berperan penting bagi ekosistem hutan dan manusia. Tumbuhan paku pada

ekosistem hutan dapat melindungi tanah dari erosi serta berperan dalam pembentukan

8
humus, sedangkan bagi manusia tumbuhan paku-pakuan berpotensi sebagai kerajinan

tangan, tanaman hias, sayur-sayuran, maupun sebagai obat-obatan tradisional (Atho,

2020).

Lumut (Bryophyta) merupakan kelompok tumbuhan tingkat rendah yang tumbuh

meluas di daratan. Lumut sejatinya tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada

substrat (batu, pohon, kayu, dan tanah). Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor

lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Perbedaan toleransi tiap spesies

tumbuhan lumut terhadap faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap tingkat

adaptasi, komposisi jenis, dan distribusi tumbuhan lumut. Secara ekologi lumut

berperan penting dalam ekosistem, terutama pada daerah hujan hutan tropis lumut

berperan dalam menjaga keseimbangan air, siklus hara dan merupakan habitat penting

bagi organisme lain serta dapat dijadikan sebagai bioindikator karena tumbuhan ini

lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan. Lumut (Bryophyta) juga merupakan

tumbuhan perintis yang menjadi pembuka ruang untuk ditumbuhi tanaman lainnya

(Endang, 2020).

Jamur merupakan organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi

secara seksual dan aseksual, jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis

yaitu jamur yang berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan ada

juga jamur yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat

dengan menggunakan alat bantu mikroskop. Jamur makroskopis memiliki struktur

umum yang terdiri atas bagian tubuh yaitu bilah, tudung, tangkai, cincin, dan volva.

Namun ada juga jamur makroskopis yang tidak memiliki salah satu bagian seperti tidak

bercincin. Jamur mempunyai peranan penting dalam ekosistem, yaitu sebagai

9
dekomposer (pengurai) dan menjadi penyeimbang keanekaragaman jenis hutan. Jamur

mampu menguraikan bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, protein, dan

senyawa pati dengan bantuan enzim. Jamur menguraikan bahan organik menjadi

senyawa yang diserap dan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Jamur

memiliki nilai gizi dan pengobatan, memiliki lemak yang rendah, protein tinggi dan

vitamin. Jamur mengandung beberapa mineral dan elemen, serta sejumlah serat

makanan. Jamur banyak dijumpai pada tempat dengan kondisi lingkungan yang lembab,

pada batang tumbuhan, di halaman rumah setelah hujan, pada sisa makanan yang sudah

basi dan di tempat-tempat basah atau tempat yang kaya akan zat organik. Jamur

biasanya tumbuh pada kondisi lingkungan yang teduh dan tingkat kelembapan yang

cukup tinggi, arus angin dan pencahayaan. Beberapa faktor lainnya adalah kebutuhan

sinar matahari tidak langsung, pada kondisi ini jamur dapat tumbuh dengan cepat, suhu

dan sirkulasi udara yang sejuk, dan kondisi lingkungan dataran rendah sangat cocok

untuk kehidupan jamur makroskopis (Fitriani, 2018).

Lichen adalah organisme serupa tumbuhan yang menutupi sekitar 8 % permukaan

bumi. Lichen seringkali dijumpai pada pohon, bebatuan dan tanah, terkadang menempel

pada berkas properti buatan manusia seperti beton, besi tua mobil yang sudah tidak

digunakan pemiliknya, bangku-bangku taman bahkan di batu nisan pekuburan. Lichen

adalah organisme yang sebenarnya berasal dari dua organisme yang berbeda yang saling

bersimbiosis. Organisme tersebut yaitu fungi dan satu lagi adalah organisme

fotosintetik, yaitu alga atau cyanobacteria. Jamur merupakan organisme yang

menyediakan struktur dan massa, perlindungan, sedangkan organisme fotosintetik

bertanggung jawab atas ketersediaan karbohidrat. Mereka mampu saling bersinergi

10
sehingga dapat bertahan dan menempati habitat yang sangat luas di muka bumi. Lichen

dapat dijumpai secara luas di dataran rendah hingga ke dataran tinggi dari kutub utara

hingga ke daerah tropis. Tumbuhan ini dapat tumbuh di berbagai permukaan tanah,

benda, daun, batu, material bekas, besi tua, kulit kayu, pohon, di pinggir sungai maupun

di tepi pantai. Tubuh lichen dinamakan dengan thallus, ini sangat penting untuk

identifikasi. Pada umumnya lichen yang menempel pada pohon berwarna hijau keabu-

abuan, kuning, hijau, biru, oranye, kuning cerah, coklat, dan bahkan hitam. Lichen yang

umumnya ditemukan terbagi menjadi beberapa tipe yaitu berbentuk foliose, fruticose

dan crustose serta squamulose (Roziaty, 2016).

Tubuh alga secara keseluruhan disebut thallus. Alga dimasukkan ke dalam

golongan tumbuhan yang tidak berpembuluh atau Thallophyta. Alga terdiri dari 2

kelompok yaitu makroalga dan mikroalga. Untuk membedakan anatara makroalga dan

mikroalga dapat dilihat dari perbedaan warna thallus dapat menggambarkan ciri dari

setiap divisi makroalga. Makroalga mempunyai warna indah yang disebabkan oleh

pigmen-pigmen dari kromatofor yang menyerap matahari untuk fotosintesis. Secara

umum makroalga (alga berukuran besar) terdiri atas 3 divisi yaitu chlorophyta (alga

hijau), rhodophyta (alga merah), dan heterokontophyta, khususnya phaeophyceae (alga

cokelat). Pada alga hijau umumnya mempunyai thallus berbentuk filamen yang

bercabang dan tidak bercabang dan ada juga yang berbentuk daun. Alga tersebut

mengandung klorofil a dan b yang memberikan warna hijau, alfa dan beta karoten,

lutein serta zeaxanthin. Alga merah merupakan kelompok alga yang spesiesnya

memiliki berbagai bentuk daun dengan variasi warna. Ukuran thallus pada alga merah

umumnya tidak begitu besar, dan bentuk thallus silindris, gepeng dan lembaran. Sistem

11
percabangannya ada yang sederhana (berupa filamen) dan ada berupa percabangan yang

kompleks. Alga ini mengandung klorofil a dan d serta mengandung pigmen fotosintetik

berupa fikoeritrin, karoten, xantofil, dan fikobilin yang menyebabkan warna merah pada

alga tersebut. Alga cokelat memiliki thallus dengan morfologi luas yang tersusun dari

filamen bercabang sampai susunan yang sangat kompleks. Alga ini memiliki klorofil a

dan c, alfa karoten, dan xantofil (flavoxantin dan violaxantin) yang memberi warna

cokelat pada alga ini. Makroalga dapat dijumpai hidup dan melekat pada tipe substrat

seperti pasir, berlumpur, bahkan pada tipe substrat keras seperti karang dan batu.

Makroalga hidup dengan menancapkan dirinya pada substrat berlumpur, pasir, karang,

karang mati, kulit kerang, batu, kayu bahkan sebagai epifit dengan menancapkan dirinya

pada tumbuhan lain (Kepel, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

1. Jenis-jenis tumbuhan rendah apa saja yang terdapat di kawasan Fakultas

Pertanian Univeritas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh ?

2. Bagaimanakah indeks keanekaragaman tumbuhan paku, lumut, jamur, alga dan

lichen yang terdapat di kawasan Fakultas Pertanian Univeritas Syiah Kuala

Darussalam Banda Aceh ?

3. Bagaimanakah pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan paku, lumut, jamur,

alga dan lichen di kawasan Fakultas Pertanian Univeritas Syiah Kuala

Darussalam Banda Aceh sebagai referensi dalam pembelajaran botani tumbuhan

tingkat rendah di Universitas Syiah Kuala ?

12
4. Bagaimanakah ciri-ciri dan klasifikasi keanekaragaman tumbuhan paku, lumut,

jamur, alga dan lichen yang terdapat di kawasan Fakultas Pertanian Univeritas

Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku yang terdapat di kawasan Fakultas

Pertanian Univeritas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

2. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman tumbuhan paku, lumut, jamur, alga

dan lichen yang terdapat di kawasan Fakultas Pertanian Univeritas Syiah Kuala

Darussalam Banda Aceh

3. Untuk mengetahui pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan paku di kawasan

Fakultas Pertanian Univeritas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagai

referensi dalam pembelajaran pembelajaran botani tumbuhan tingkat rendah di

Universitas Syiah Kuala

4. Untuk mengetahui ciri-ciri dan klasifikasi keanekaragaman tumbuhan paku,

lumut, jamur, alga dan lichen yang terdapat di kawasan Fakultas Pertanian

Univeritas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam

proses pembelajaran pada mata kuliah botani tumbuhan rendah mengenai materi tentang

tumbuhan paku, lumut, lichen, jamur dan alga. Dapat menambah wawasan peneliti

mengenai jenis tumbuhan tingkat rendah. Serta sebagai sarana informasi kepada

masyarakat mengenai manfaat tumbuhan paku, lumut, jamur, lichen dan alga.

13
1.4 Kerangka Pikiran

Faktor lingkungan secara langsung berdampak pada keberadaan tumbuhan paku

(Pteridophyta), lumut (Bryophyta), jamur (Fungi), alga (Algae) dan Lichen dalam suatu

lingkungan. Keanekaragaman dan kelimpahan tumbuhan tingkat rendah tersebut, dapat

menggambarkan keadaan ekosistem pada lingkungan. Factor lingkungan yang

mempengaruhi keadaan tumbuhan tersebut meliputi suhu udara, kelembapan udara dan

intensitas cahaya. Pengambilan data mengenai keanekaragaman dan kelimpahan

tumbuhan tingkat rendah di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam

Banda Aceh dapat mencerminkan kondisi ekosistem di Kawasan tersebut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Tumbuhan paku (Pteridophyta), lumut (Bryophyta), jamur (Fungi), alga (Algae)

dan Lichen adalah jenis tumbuhan tingkat rendah yang dapat dikelompokkan

berdasarkan ciri-ciri anatomi dan morfologi. Dalam hal ini, terdapat upaya untuk

mempelajari dalam sistem pengetahuan terhadap tumbuhan tingkat rendah yang terdapat

di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

1.6 Definisi Operasional Variabel

Adapun operasional variable penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhan tingkat rendah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan

paku (Pteridophyta), lumut (Bryophyta), jamur (Fungi), alga (Algae) dan Lichen

2. Pengambilan sampel dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Darussalam Banda Aceh

14
3. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi ciri-ciri morfologi

maupun anatomi dari tumbuhan tingkat rendah tersebut

4. Penelitian ini dilakukan empat kali perlakuaun, dilakukan pengampilan sampel

sebanyak sekali sesuai dengan jenis-jenis nya, mengidentifikasi dan mengamati

sebanyak tiga kali

15
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tumbuhan Belah (Schyzophyta)

Schyzophyta merupakan kelompok tumbuhan yang berkembang biak dengan cara

membelah diri (binary fission), dan selnya bersifat prokariota. Dalam kelompok ini

dibedakan atas bakteria dan cyanobacteria.

Bakteri memiliki ciri uniseluler, dalam biakan hidup berkoloni, bentuknya dapat

berupa bulat, batang atau spiral, ada yang berflagel Pembiakan secara aseksual Kadang-

kadang juga ditemukan pembiakan semacam perkawinan melalui proses konjugasi,

transpormasi, dan transduksi. Beberapa bakteri dapat mengikat N dari udara, yaitu:

Rhizobium dan Beijerincki.

Cyanobacteria umumnya berwarna kebiruan, namun ada juga yang bewarna

merah, dan kuning. Tidak memiliki sel pembiakan berflagel, tidak dibentuk zoospora

berflagel dan pembiakan secara aseksual (pembelahan sel, aplanospora, akineta, dan

endospora). Hidup di air tawar dan tempat yang lembab, sebagian kecil di air laut

Beberapa cyanophyta dapat mengikat N dari udara, yaitu: Nostoc dan Anabaena.

2.2 Ganggang (Alga)

2.2.1 Pengartian Alga

Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan

susunan kerangka seperti alat pelekat (holdfast), batang (stipe) dan daun (blade)

meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya merupakan

bentuk thallus belaka (Keper, 2015).

16
Algae merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki tingkat

keanekaragaman yang tinggi. Istilah algae berasal dari bahasa Latin "alga" yang

berarti ganggang laut atau yang lebih populer dengan istilah rumput laut Ilmu yang

mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan algae disebut algologi. Padanan kata

untuk algae dalam bahasa Yunani adalah "phycos", sehingga ilmu yang mempelajari

hal-hal yang berkaitan dengan algae juga disebut fikologi. Beberapa istilah lain yang

biasa digunakan untuk algae, misalnya "pond scums", "frog spittle", "water mosses",

dan "seaweeds". Salah satu manfaat algae yang sangat penting adalah sebagai

penghasil utama bahan organik di dalam ekosistem perairan. Dalam ekosistem

perairan, keberadaan algae merupakan bagian utama dari rantai makanan. Hal ini

berkaitan dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi pada algae. Sebab aktivitas

fotosintesis merupakan sumber oksigen terhadap lingkungan perairan di sekitarnya,

di mana akan memberikan keuntungan secara langsung terhadap organisme lainnya

yang hidup dalam air. Proses fotosintesis dapat berlangsung dalam ekosistem

perairan karena adanya sinar matahari. Sebagaimana kita ketahui bahwa semua

energi berasal dari matahari dan hanya tumbuh-tumbuhan hijau yang dapat

mengubah energi tersebut menjadi makanan hewan. Itulah sebabmya, kehidupan

hewan dalam air sangat tergantung pada algae yang merupakan sumber utama energi

dan makanan (Abdullah, 2018).

2.2.2 Ciri-ciri Alga

a. Bentuk tubuh beragam: benang, lembaran, dan rerumputan.

b. Organisasi talus algae multiseluler dibedakan 5 tipe:

17
 Koloni senobium (tersusun dari beberapa sel dengan jumlah tertentu dan

ukurannya tetap untuk setiap jenis)

 Koloni agregat (tersusun dari beberapa sel dengan jumlah dan ukurannya

tidak tetap untuk setiap jenis). Ada 3 tipe agregat: bentuk palmeloid, koloni

dendroid, dan koloni rhizopodial.

 Filamen

 Sifoneus (talus banyak inti tetapi tidak terbagi-bagi menjadi sel-sel).

 Parenkimateus

c. Susunan Sel pada algae prokaryotik, invaginasi membran belum sempurna,

karenanya tidak dilengkapi organela. Sel eukaryotik dilindungi dinding sel yang

tersusun oleh polisakarida

d. Dinding sel algae terdiri dari dua komponen; fibriler dan non-fibriler.

e. Plastida dengan tipe kloroplas.

f. Pigmentasi. Pigmen paling banyak adalah klorofil. Selain itu juga terdapat

karotenoid (karoten dan xantofil). Fukosantin adalah kelompok xantofil pada

algae coklat kekuningan

g. Pirenoid (organella yang tersusun oleh senyawa protein terletak di dalam atau

pada permukaan kloroplas.

h. Ada yang mempunyai flagella. Jumlah, letak, dan struktur flagella mempunyai

nilai taksonomi. Tipe flagella: monokon, isokon, anisokon, dan stefanokon

(Hasanuddin, 2014).

2.2.3 Habitat Alga

Habitat Makroalga pada umumnya, terdapat pada zona intertidal sampai

18
pada kedalaman dimana cahaya matahari masih dapat tembus. Di perairan yang

jernih, beberapa jenis alga laut dapat hidup sampai pada kedalaman 150 m. Alga

dapat dijumpai dalam bentuk filamen yang sangat halus dan berbentuk membran dan

dapat ditemukan pada daerah yang cukup dalam. Alga juga dapat bertumbuh dan

tersebar di berbagai daerah pantai dan pulau-pulau karang. distribusi alga dapat

dibagi berdasarkan kedalaman yaitu pada perairan dangkal didominasi oleh alga

hijau, kemudian diikuti oleh alga cokelat dan yang sering ditemukan pada perairan

yang lebih dalam yaitu alga merah (Meriam, 2016).

Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan, dibedakan atas: a. Ganggang

Subbaerial yaitu ganggang yang hidup didaerah permukaan, b. Ganggang Intertidal,

yaitu ganggan secara periodic muncul kepermukaan karena naik turun air akibat pasang

surut. c. Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada dibawah permukaan air, d.

Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup diddalam tanah pada dasar perairan.

2.3 Fungi

2.3.1 Pengartian Fungi

Jamur atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka memerlukan

senyawa organik untuk nutrisinya. Selain itu jamur juga merupakan organisme

eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi secara seksual dan aseksual,

jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu jamur yang

berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan ada juga jamur

yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dengan

menggunakan alat bantu mikroskop (Hasanuddin, 2014).

19
2.3.2 Ciri-ciri Fungi

Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di

berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan

banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut. Jamur

secara luas dihargai di seluruh dunia untuk nilai gizi dan pengobatan. Mereka

memiliki rendah lemak, protein tinggi dan vitamin. Jamur mengandung beberapa

mineral dan elemen, serta sejumlah serat makanan (Badalyanan, 2012).

Jamur makroskopis memiliki struktur umum yang terdiri atas bagian tubuh

yaitu bilah, tudung, tangkai, cincin, dan volva. Namun ada juga jamur makroskopis

yang tidak memiliki salah satu bagian seperti tidak bercincin. Jamur mempunyai

peranan penting dalam ekosistem (Fitriani, 2018).

Pertumbuhan fungi sangat berkaitan dengan perkembangbiakan yang

berpengaruh terhadap peningkatan jumlah atau volume sel. Perkembangbiakan fungi

secara aseksual secara umum adalah melalui pembentukkan spora, sehingga untuk

mengetahui pertumbuhannya dapat dilakukan perhitungan kepadatan spora.

Kepadatan spora diukur menggunakan hemasitometer yang dilakukan setiap hari

berturut-turut hingga didapat spora yang paling padat untuk dijadikan kultur kerja

(Pangesti, 2012).

2.3.3 Habita Hidup Fungi

Cara hidup jamur adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup

bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat

tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan

tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman

20
kacangkacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan

dan 9 berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat,

beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur

yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas

Oomycetes (Indah, 2007).

2.4 Lichenes

2.4.1 Pengartian Lichen

Tumbuhan lumut kerak (Lichen) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang

termasuk kedalam divisi thallophyta. Lichen merupakan tumbuhan symbiosis antara

fungi dan alga. Secara morfologi dan fisiologi simbiosis tersebut merupakan satu

kesatuan dari dua organisme yang hidup berasosiasi (Tjitrosoepomo 2014).

2.4.2 Ciri-ciri Lichen

Ciri-ciri umum yang dimiliki liken ialah tubuh berupa thallus yang memiliki

kemiripan dengan alga. Bila diamati, liken terdiri atas hifa jamur dan sel ganggang,

memiliki bentuk yang menyerupai daun, berbentuk rambut, dan sebagainya. Liken

juga memiliki korteks dan tumbuh menumpang pada inangnya.

Lichen tidak mempunyai kutikula sehingga secara fisiologis akan

mempengaruhi aktifitas metabolism seperti penyerapan air dan mineral serta

akumulasi bahan-bahan pencemar menjadi lebih banyak dan langsung menuju pada

bagian lapisan medula yang terdiri dari alga-alga yang mempunyai klorofil (Chandra,

2015).

2.4.3 Habitat Hidup Lichen

21
Tumbuhan lumut adalah tumbuhan darat sejati. Dalam hidupnya liken tidak

memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka

waktu yang lama. Liken yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya

matahari, tetapi tumbuhan ini tidak dapat mati, dan jika turun hujan bisa hidup

kembali.

2.5 Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

2.5.1 Pengartian Lumut

Devisio Bryophyta menurut sistem Elchlen (1883) dibedakan 3 kelas, yaitu:

Kelas Hepaticae (Lumut Hati), Kelas Anthocerotae (Lumut tanduk), dan Kelas Musci

(Lumut Sejati).

Lumut merupakan tumbuhan darat pertama dengan susunan tubuh yang masih

sederhana. Secara khusus, lumut dikenal sebagai tumbuhan tidak berpembuluh.

Mereka tidak memiliki organ tubuh sebenarnya. Tumbuhan tersebuh hanya memiliki

organ yang menyerupai akar, batang dan daun. Misalnya, rizoid merupakan organ

pengganti akar pada lumut. Organ tersebut memungkinkan lumut dapat menempel

pada substrat dan menyerap air (mineral) dari dalam tanah.

2.5.2 Ciri-ciri Lumut

Tumbuhan lumut memiliki ciri, tidak mempunyai jaringan uniseluler, sel tidak

mmempunyai kutikula, tanpa akar sejati, menghasilkan gamet jantan berflagelum,

perlu media berair untuk persenyawaan berlaku (zigot), gametofit merupakan fasa

dominan, berklorofil dan berfotosintesis, dalam bentuk talus atau tumbuhan berdaun.

22
2.5.3 Habitat Hidup Lumut

Lumut tumbuh secara luas di darat, lumut juga banyak dijumpai pada wilayah

dengan kondisi lingkungan yang masih terjaga kealamiannya seperti hutan hujan

tropis di daerah pegunungan. Lumut tumbuh optimal pada suhu 15-25°C dengan

kelembapan udara diatas 50% dan hidup menempel pada berbagai macam substrat.

Substrat tempat menempelnya lumut diantaranya batu, pohon, kayu, dan tanah.

Pertumbuhan dan perkembangan lumut dapat dipengaruhi faktor lingkungan seperti

suhu, kelembaban serta intensitas cahaya matahari. Setiap jenis lumut memiliki

toleransi terhadap faktor lingkungan yang akan mempengaruhi sebaran lumut, derajat

adaptasi dan komposisi jenis (Mulyani, 2014).

2.6 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

2.6.1 Pengertian Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku (Preridophyta) merupakan tumbuhan yang telah memiliki

sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya.

Kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan

generasinya, sama seperti lumut dan fungi. Persebarannya di seluruh bagian dunia,

kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui

sekitar 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar

tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan

dengan kondisi air yang terbatas.

Secara garis besar tumbuhan paku terbagi dalam beberapa kelas yaitu:

Psilotinae (paku puba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetiinae (paku ekor kuda). dan

Filicinae (paku sejati). Dalam satu kelas saja bisa memiliki beragam jenis tumbuhan

23
paku. Pada umumnya jenis-jenis paku yang ada, hidup terestrial (paku tanah), paku

epifit, paku air Sebagian besar bersifat higrofit Mereka lebih menyukai tempat-tempat

yang teduh dengan derajat kelembaban yang tinggi.

Epifit merupakan salah satu kelompok tumbuhan penyusun komunitas hutan

yang kehadirannya hampir tidak mendapat perhatian, jenisnya sangat beraneka ragam

mulai dari algae, lumut, jamur, paku-pakuan, anggrek hingga tumbuhan berkayu.

Tumbuhan paku merupakan kelompok tumbuhan yang termasuk dalam divisi

Pteriodophyta dan merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh menempel pada

pohon, kayu mati, kayu lapuk, sersah, tanah, dan batuan. Di dalam kehidupannya,

tumbuhan paku dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Setiap jenis tumbuhan paku

memerlukan kondisi lingkungan abiotik untuk dapat hidup. Tumbuhan ini hidup subur

dan banyak dijumpai pada lingkungan yang lembab dan beriklim tropis. Jenis

tumbuhan yang dapat hidup sebagai epifit mencapai 30.000 jenis yang merupakan

sekitar 10% dari seluruh jenis tumbuhan berpembuluh di muka bumi yang terbagi

dalam 850 marga dan 65 suku. Jumlah terbanyak dari suku Orchidaceae yang

mencakup 25 000 jenis, dari kelompok paku-pakuan terdapat 3000 jenis, dan kelas

Dikotiledonae sekitar 3000 jenis, dan banyak lagi dari suku termasuk Gymnospermae

(Musriadi, 2017).

2.6.2 Ciri-ciri Tumbuhan Paku

Daun tumbuhan paku terdiri dari dua bagian, yaitu tangkai dan helaian daun

Helaian daun berupa daun tunggal dan daun majemuk bersirip. Setiap sirip disebut

pina. Pertumbuhan daun paku-pakuan merupakan salah satu cirinya yang paling

menonjol yaitu dengan adanya vernasi bergulung. Seluruh jaringannya terbentuk

24
melalui pertumbuhan ujung yang lama dan terus menerus. Selama pertumbuhan.

perpanjagan lebih cepat pada sel-sel bagian dalam menyebabkan ujung tersebut

lambat membuka gulungannya. Proses membukanya daun ini memberikan ciri khas

bagi tumbuhan paku. Daun tumbuhan paku muda yang menggulung setelah dewasa

dapat dibedakan: a) Tropofil: daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung

spora; b) Sporofil daun penghasil spora, dan c) Trofosporofil dalam satu tangkai

daun, anak daun ada yang menghasilkan spora dan ada yang tidak menghasil spora

Daun tumbuhan paku pembawa spora disebut ental. Tulang daun mungkin bebas atau

terbuka yaitu bercabang tetapi tidak bersatu kembali, atau kadang-kadang membentuk

jala. Dalam hal ini kedua tulang daun disebut berurat jala (reticulate). Bagian bawah

kebanyakan daun paku berbintik dengan struktur disebut sorus. Setiap sorus terdiri

atas sekelompok kotak yang berisi spora yang dikenal sebagai sporangium. Spora

paku yang dilengkapi dengan tutup pelindung yang kuat. Spora ini sangat ringan

sehingga mudah terbawa oleh angin tersebar kemana-mana.

2.6.3 Habitat Hidup Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dapat ditemukan diberbagai habitat, ada yang tumbuh di daratan

yang tanahnya netral, tanah berkapur, tanah asam, dan ada juga yang hidup di air.

Biasanya tumbuhan ini menyukai tempat yang lembab dan teduh. Adapun ciri-ciri

tumbuhan paku yaitu: memiliki akar, batang dan daun sejati, memiliki pembuluh

angkut dengan ikatan pembuluh, memiliki klorofil, berkembang biak dengan spora

dan pergiliran keturunan antara fase gametofit dan vegetatif (metagenesis).

Tumbuhan paku juga banyak memiliki manfaat bagi kehidupan manusi sehari-hari

misalnya sebagai bahan obat-obatan, tanaman hias dan sayuran (Indah: 2007).

25
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tumbuhan Belah (Schyzophyta)

Schyzophyta merupakan kelompok tumbuhan yang berkembang biak dengan cara

membelah diri (binary fission), dan selnya bersifat prokariota. Dalam kelompok ini

dibedakan atas bakteria dan cyanobacteria. Bakteri memiliki ciri uniseluler, dalam

biakan hidup berkoloni, bentuknya dapat berupa bulat, batang atau spiral, ada yang

berflagel Pembiakan secara aseksual Kadang-kadang juga ditemukan pembiakan

semacam perkawinan melalui proses konjugasi, transpormasi, dan transduksi. Beberapa

bakteri dapat mengikat N dari udara, yaitu: Rhizobium dan Beijerincki.

Cyanobacteria umumnya berwarna kebiruan, namun ada juga yang bewarna

merah, dan kuning. Tidak memiliki sel pembiakan berflagel, tidak dibentuk zoospora

berflagel dan pembiakan secara aseksual (pembelahan sel, aplanospora, akineta, dan

endospora). Hidup di air tawar dan tempat yang lembab, sebagian kecil di air laut

Beberapa cyanophyta dapat mengikat N dari udara, yaitu: Nostoc dan Anabaena.

2.2 Tumbuhan Talus (Thallophyta)

Tumbuhan talus merupakan kelompok tumbuhan yang belum dapat dibedakan

dalam 3 bagian utamnya, yaitu: akar, batang, dan daun. Tubuh anggotanya dapat bersel

satu maupun bersel banyak. Perkembangbiakan dapat terjadi secara vegetatif maupun

generatif Spora dibentuk dalam sporangium, berfungsi sebagai alat reproduksi.

Pembiakan seksual dapat terjadi dengan cara: isogami, anisogami, gametangiogami, dan

26
oogami. Cara hidupnya dapat dibedakan atas: autotrof, heterotrof, dan simbiosis.

Berdasarkan cara hidupnya, Tumbuhan Talus dibedakan dalam bentuk 3 anak divisi,

yaitu: ganggang (Algae), cendawan atau jamur (Fungi) dan lumut kerak (Lichenes).

2.2.1 Ganggang (Alga)

Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan

kerangka seperti alat pelekat (holdfast), batang (stipe) dan daun (blade) meskipun

wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya merupakan bentuk thallus

belaka (Keper, 2015).

Algae merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki tingkat

keanekaragaman yang tinggi. Istilah algae berasal dari bahasa Latin "alga" yang berarti

ganggang laut atau yang lebih populer dengan istilah rumput laut Ilmu yang

mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan algae disebut algologi. Padanan kata untuk

algae dalam bahasa Yunani adalah "phycos", sehingga ilmu yang mempelajari hal-hal

yang berkaitan dengan algae juga disebut fikologi. Beberapa istilah lain yang biasa

digunakan untuk algae, misalnya "pond scums", "frog spittle", "water mosses", dan

"seaweeds". Salah satu manfaat algae yang sangat penting adalah sebagai penghasil

utama bahan organik di dalam ekosistem perairan. Dalam ekosistem perairan,

keberadaan algae merupakan bagian utama dari rantai makanan. Hal ini berkaitan

dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi pada algae. Sebab aktivitas fotosintesis

merupakan sumber oksigen terhadap lingkungan perairan di sekitarnya, di mana akan

memberikan keuntungan secara langsung terhadap organisme lainnya yang hidup dalam

air. Proses fotosintesis dapat berlangsung dalam ekosistem perairan karena adanya sinar

27
matahari. Sebagaimana kita ketahui bahwa semua energi berasal dari matahari dan

hanya tumbuh-tumbuhan hijau yang dapat mengubah energi tersebut menjadi makanan

hewan. Itulah sebabmya, kehidupan hewan dalam air sangat tergantung pada algae yang

merupakan sumber utama energi dan makanan (Abdullah, 2018).

2.2. Fungi

Jamur atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka memerlukan

senyawa organik untuk nutrisinya. Selain itu jamur juga merupakan organisme

eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi secara seksual dan aseksual, jamur

berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu jamur yang berukuran besar,

sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan ada juga jamur yang mikroskopis

yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat

bantu mikroskop (Hasanuddin, 2014).

Jamur makroskopis memiliki struktur umum yang terdiri atas bagian tubuh yaitu

bilah, tudung, tangkai, cincin, dan volva. Namun ada juga jamur makroskopis yang

tidak memiliki salah satu bagian seperti tidak bercincin. Jamur mempunyai peranan

penting dalam ekosistem (Fitriani, 2018).

Jamur merupakan dekomposer (pengurai) dan menjadi penyeimbang keanekaragaman

jenis hutan. Jamur mampu menguraikan bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa,

lignin, protein, dan senyawa pati dengan bantuan enzim. Jamur menguraikan bahan

organik menjadi senyawa yang diserap dan digunakan untuk pertumbuhan dan

perkembangan (Hasanuddin, 2014). Jamur secara luas dihargai di seluruh dunia untuk

nilai gizi dan pengobatan. Mereka memiliki rendah lemak, protein tinggi dan vitamin.

28
Jamur mengandung beberapa mineral dan elemen, serta sejumlah serat makanan

(Badalyanan, 2012).

Pertumbuhan fungi sangat berkaitan dengan perkembangbiakan yang berpengaruh

terhadap peningkatan jumlah atau volume sel. Perkembangbiakan fungi secara aseksual

secara umum adalah melalui pembentukkan spora, sehingga untuk mengetahui

pertumbuhannya dapat dilakukan perhitungan kepadatan spora. Kepadatan spora diukur

menggunakan hemasitometer yang dilakukan setiap hari berturut-turut hingga didapat

spora yang paling padat untuk dijadikan kultur kerja (Pangesti, 2012).

2.2.3 Lichenes

Lichen tidak mempunyai kutikula sehingga secara fisiologis akan mempengaruhi

aktifitas metabolism seperti penyerapan air dan mineral serta akumulasi bahan-bahan

pencemar menjadi lebih banyak dan langsung menuju pada bagian lapisan medula yang

terdiri dari alga-alga yang mempunyai klorofil (Chandra, 2015).

Tumbuhan lumut kerak (Lichen) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk

kedalam divisi thallophyta. Lichen merupakan tumbuhan symbiosis antara fungi dan

alga. Secara morfologi dan fisiologi simbiosis tersebut merupakan satu kesatuan dari

dua organisme yang hidup berasosiasi (Tjitrosoepomo 2014.).

2.3 Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan lumut memiliki ciri, tidak mempunyai jaringan uniseluler, sel tidak

mmempunyai kutikula, tanpa akar sejati, menghasilkan gamet jantan berflagelum, perlu

29
media berair untuk persenyawaan berlaku (zigot), gametofit merupakan fasa dominan,

berklorofil dan berfotosintesis, dalam bentuk talus atau tumbuhan berdaun.

Devisio Bryophyta menurut sistem Elchlen (1883) dibedakan 3 kelas, yaitu: Kelas

Hepaticae (Lumut Hati), Kelas Anthocerotae (Lumut tanduk), dan Kelas Musci (Lumut

Sejati).

Lumut tumbuh secara luas di darat, lumut juga banyak dijumpai pada wilayah

dengan kondisi lingkungan yang masih terjaga kealamiannya seperti hutan hujan tropis

di daerah pegunungan. Lumut tumbuh optimal pada suhu 15-25°C dengan kelembapan

udara diatas 50% dan hidup menempel pada berbagai macam substrat. Substrat tempat

menempelnya lumut diantaranya batu, pohon, kayu, dan tanah. Pertumbuhan dan

perkembangan lumut dapat dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban

serta intensitas cahaya matahari. Setiap jenis lumut memiliki toleransi terhadap faktor

lingkungan yang akan mempengaruhi sebaran lumut, derajat adaptasi dan komposisi

jenis (Mulyani, 2014).

2.4 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku (Preridophyta) merupakan tumbuhan yang telah memiliki sistem

pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya.

Kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan

generasinya, sama seperti lumut dan fungi. Persebarannya di seluruh bagian dunia,

kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui

sekitar 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar

30
tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan

dengan kondisi air yang terbatas.

Secara garis besar tumbuhan paku terbagi dalam beberapa kelas yaitu: Psilotinae

(paku puba), Lycopodinae (paku kawat), Equisetiinae (paku ekor kuda). dan Filicinae

(paku sejati). Dalam satu kelas saja bisa memiliki beragam jenis tumbuhan paku. Pada

umumnya jenis-jenis paku yang ada, hidup terestrial (paku tanah), paku epifit, paku air

Sebagian besar bersifat higrofit Mereka lebih menyukai tempat-tempat yang teduh

dengan derajat kelembaban yang tinggi.

Daun tumbuhan paku terdiri dari dua bagian, yaitu tangkai dan helaian daun

Helaian daun berupa daun tunggal dan daun majemuk bersirip. Setiap sirip disebut pina.

Pertumbuhan daun paku-pakuan merupakan salah satu cirinya yang paling menonjol

yaitu dengan adanya vernasi bergulung. Seluruh jaringannya terbentuk melalui

pertumbuhan ujung yang lama dan terus menerus. Selama pertumbuhan. perpanjagan

lebih cepat pada sel-sel bagian dalam menyebabkan ujung tersebut lambat membuka

gulungannya. Proses membukanya daun ini memberikan ciri khas bagi tumbuhan paku.

Daun tumbuhan paku muda yang menggulung setelah dewasa dapat dibedakan: a)

Tropofil: daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung spora; b) Sporofil daun

penghasil spora, dan c) Trofosporofil dalam satu tangkai daun, anak daun ada yang

menghasilkan spora dan ada yang tidak menghasil spora Daun tumbuhan paku pembawa

spora disebut ental. Tulang daun mungkin bebas atau terbuka yaitu bercabang tetapi

tidak bersatu kembali, atau kadang-kadang membentuk jala. Dalam hal ini kedua tulang

daun disebut berurat jala (reticulate). Bagian bawah kebanyakan daun paku berbintik

dengan struktur disebut sorus. Setiap sorus terdiri atas sekelompok kotak yang berisi

31
spora yang dikenal sebagai sporangium. Spora paku yang dilengkapi dengan tutup

pelindung yang kuat. Spora ini sangat ringan sehingga mudah terbawa oleh angin

tersebar kemana-mana.

Epifit merupakan salah satu kelompok tumbuhan penyusun komunitas hutan yang

kehadirannya hampir tidak mendapat perhatian, jenisnya sangat beraneka ragam mulai

dari algae, lumut, jamur, paku-pakuan, anggrek hingga tumbuhan berkayu. Tumbuhan

paku merupakan kelompok tumbuhan yang termasuk dalam divisi Pteriodophyta dan

merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh menempel pada pohon, kayu mati, kayu

lapuk, sersah, tanah, dan batuan. Di dalam kehidupannya, tumbuhan paku dipengaruhi

oleh faktor lingkungan. Setiap jenis tumbuhan paku memerlukan kondisi lingkungan

abiotik untuk dapat hidup. Tumbuhan ini hidup subur dan banyak dijumpai pada

lingkungan yang lembab dan beriklim tropis. Jenis tumbuhan yang dapat hidup sebagai

epifit mencapai 30.000 jenis yang merupakan sekitar 10% dari seluruh jenis tumbuhan

berpembuluh di muka bumi yang terbagi dalam 850 marga dan 65 suku. Jumlah

terbanyak dari suku Orchidaceae yang mencakup 25 000 jenis, dari kelompok paku-

pakuan terdapat 3000 jenis, dan kelas Dikotiledonae sekitar 3000 jenis, dan banyak lagi

dari suku termasuk Gymnospermae (Musriadi, 2017).

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif .

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasi lapangan.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu alga, jamur, lichen, lumut dan tumbuhan

paku di Fakultas Pertanian USK, sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah beberapa spesies dari semua populasi yang ditemukan di kawasan tersebut.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2021 antara jam 08.30-09.30

di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

3.4 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keanekaragaman spesies dari populasi alga, jamur,

lichen, lumut dan tumbuhan paku di Kawasan Fakultas Pertanian USK.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi.

Observasi adalah peninjauan langsung ke Kawasan Fakultas Pertanian USK untuk

mendapatkan berbagai jenis alga, jamur, lichen, lumut dan tumbuhan paku.

2. Pengambilan Sampel

33
Diambil beberapa sampel dari berbagai jenis alga, jamur, lichen, lumut dan

tumbuhan paku yang dapat ditemukan di lokasi penelitian.

3. Identifikasi Sampel

Dilakukan identifikasi di laboratorium terhadap sampel yang sudah diambil,

identifikasi tersebut didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki dari setiap sampel

3.6 Alat dan Bahan

1. Alat

a. Kamera digital 1 unit untuk mengambil gambar dokumentasi penelitian

b. Lembaran pengamatan untuk mengarahkan pengamatan

c. Alat tulis menulis, untuk data dan pengamatan

d. 3 lembar kertas HVS yang delaminating

e. 3 set botol sampel

f. Sarung tangan

g. Plastik gula

h. Pisau

2. Bahan

a. Sampel yang didapatkan di lapangan (alga, jamur, lumut, paku, dan liken)

3.7 Parameter Penelitian

Parameter yang diteliti dalam penelitian ini adalah spesies alga, paku, lumut,

jamur dan liken yang berada di kawasan Fakultas Hukum, Kecamatan Syiah Kuala,

Kabupaten Banda Aceh.

34
3.8 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasi

langsung.

3.9 Analisis Data

Data yang diperoleh secara deskriptif, yaitu didentifikasi satu persatu dan

ditentukan klasifikasi masing-masing spesies yang didapat.

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tumbuhan Paku

Spesies 1. Marsilea crenata

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh)

Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Famili : Marsileaceae

Genus : Marsilea

36
Spesies : Marsilea crenata

Deskripsi :

Semanggi atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata adalah tanaman yang

termasuk ke dalam famili. Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku flora

adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau dalam berkas, menjari

berbilang 4, tangkaidaun panjang dan tegak, panjang 2-30 cm, anak daun

menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir

gundul, dengan panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat

berbentuk kipas, pada air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di

temukan di sawah, selokan dan genangan air dangkal.

Spesies 2. Thelypteris noveboracensis

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Filicopsida

Bangsa : Polypodiales

37
Suku : Thelypteridaceae

Marga : Thelypteris

Deskripsi :

Thelypteris merupakan tumbuhan paku yang habitatnya hidup pada

tumbuhan lain (paku epifit). Tumbuhan ini terdapat pada tempat yang

terkena sinar matahari langsung atau agak teduh dan tahan terhadap angin.

Habitusnya atau perawakannya berupa herba. Disebut herba karena pada

tumbuhan ini tangkai daun maupun batangnya berair. Akar tebal, tegak,

bersisik, setiap 3 mm memiliki sisik kurang lebih 50, berwarna coklat,

herba, bergerigi pada batas di bagian atas. Stipe sampai 50 cm, bersisik

padat di dasar, ke atas dibawah umur, stramineous, sisik menyempit.

Lamina panjangnya sekitar 1m, tripinnatifid, lanset pinnae, sekitar 70

sampai 20 cm, bertangkai, malai dan malai pinna, beralur pada sorface atas,

padat pada saat muda, lanset pinnules, berekor di pucuk, bertangkai atau

sesil, pangkal sedikit atau tidak penyempitan , 10 kali 2 cm lebih besar,

costa berlekuk atau kadang-kadang menyirip, setiap segmen lonjong, bulat

atau sedang tajam pada sebagian pucuk atau bergigi pada tepi, 7-13 hingga

4 mm, yg mirip kertas, bagian dalam hijau, kecoklatan pada spesimen

kering, jarang berbulu di bawah, costa dan pelepah dibesarkan di

permukaan atas, kurang lebih berbulu.

Spesies 3. Polystichum acostichoides

38
Kerajaan : Plantae

Klade : Trakeofit

Divisi : Polipodiophyta

Kelas : Polipodiopsida

Memesan : Polipodiales

Subordo : Polipodiineae

Keluarga : Dryopteridaceae

Marga : Polistikum

Jenis : P. acrostichoides

Deskripsi :

Pakis Natal memiliki kebiasaan berumbai dan menggumpal, dengan

daunnya muncul dari titik pertumbuhan pusat. Ia dapat membentuk koloni,

tetapi sering tumbuh sendiri-sendiri atau berpasangan atau bertiga. Di

musim dingin, daun yang subur mati; daun-daun yang steril tetap bertahan

39
selama musim dingin, dan sering kali rata dengan tanah oleh suhu rendah

dan lapisan salju. Daunnya ditopang oleh stipe, atau batang berwarna coklat

tua hingga hitam, yang biasanya seperempat hingga sepertiga dari

keseluruhan panjang pelepah. Sisik kasar berwarna cokelat muda hingga

cokelat menutupi stipe, dan biasanya panjangnya sekitar 5 mm dan tembus

pandang. Daun yang melingkar dan berkembang ("crosier") bersisik, keabu-

abuan dan menonjol di awal musim semi.

Daun memiliki panjang 30 hingga 80 cm dan lebar 5 hingga 12 cm,

berwarna hijau tua dan teksturnya agak kasar; bagian bawah mereka

mungkin ditutupi rambut yang sangat jarang. Mereka memiliki 20 hingga

35 pasang pinnae. Setiap pinna biasanya memiliki panjang 4 cm dan

memiliki tepi bergerigi halus atau berduri, dan berbentuk lonjong hingga

melengkung. Gigi halus atau duri di tepi pinna berorientasi ke ujungnya.

Setiap pinna memiliki lobus kecil berbentuk segitiga di dasarnya. Spora

berwarna coklat muda diproduksi di pinnae subur, di ujung pelepah, yang

terlihat lebih kecil dari pinnae steril di bawah pelepah. Pinna subur ini dapat

digambarkan sebagai "akrostikoid", mengingat sporangia menempati

sebagian besar permukaan bawah pinna.

4.1.2 Tumbuhan Lumut

Spesies 1. Racomitrium canescens

40
Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridiplantae

Superdivisi : Embryophyta

Divisi : Bryophyta

Kelas : Bryopsida

Subkelas : Bryidae

Ordo : Grimmiales

Famili : Grimmiaceae

Genus : Racomitrium

Deskripsi :

Deskripsi spesies R. canescens membentuk bercak atau jumbai hijau atau

hijau kusam yang menjadi abu-abu dan keabu-abuan saat kering. Batangnya

membuntuti atau tegak, panjangnya mencapai 8 cm dan memiliki cabang

yang panjang dan pendek. Daunnya rapat saat kering, menyebar saat

41
lembab, bulat telur sampai bulat telur-lanset, berakhir dengan awn hialin

yang mencolok, bergigi, (titik rambut). Tepi daun sangat melengkung, saraf

lemah dan berakhir pada atau tidak jauh di atas pertengahan daun. Sel-sel

daun memiliki dinding sel yang tebal dan berliku-liku yang menjadi ciri

genus, dengan papila berbentuk kerucut yang tinggi di bagian atas daun.

Kapsul berbentuk ellipsoid sempit, tegak dan muncul pada seta yang tinggi.

Spesies 2. Mnium hornum

Kerajaan : Plantae

Divisi : Bryophyta

Anak-divisi : Musci

Kelas : Bryopsida

Anak-kelas : Bryidae

Bangsa : Bryales

Suku : Mniaceae

42
Marga :Mnium

Jenis :M.aculeatum

Deskripsi :

Mnium sp. merupakan salah satu jenis lumut yang paling indah diantara

jenis lumut, berdaun tipis, lebar, bening serta berkilau mirip permata.

Mnium memiliki ciri-ciri : Umumnya memiliki warna benar-benar hijau,

karena memiliki sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil a dan b.

Memiliki gametofit jantan dan betina yang terpisah, yang secara berturut-

turut memiliki anteridium dan arkegonium. Di bawah operkulum terdapat

suatu organ berupa gigi-gigi (peristom) yang menutupi lubang kapsul spora.

Spesies lumut ini jarang ditemukan hidup berkelompok dengan tumbuhan

lumut lainnya. lumut ini berperawakan kecil dan berdempetan. Gametofit

berupa daun (menyerupai daun) yang tumbuh berdempetan dan kecil.

Warna daun hijau kekuningan, sempit dan pendek. Ujung daun meruncing,

dengan pangkal yang tumpul. Antheridium ditemukan pada lumut ini.

Terdapat spora pada tumbuhan lumut ini, bentuk spora bulat dan berwarna

coklat kekuningan. Lumut ini ditemukan habitatnya epifit (pohon lapuk).

Spesies 3. Saxifragma brioides

43
Kingdom : Plantae

Clade : Tracheophytes

Clade : Angiosperms

Clade : Eudicots

Order : Saxifragales

Family : Saxifragaceae

Genus : Saxifraga

Species : S. bryoides

Deskripsi :

Saxifrage berlumut adalah tanaman tahunan yang tumbuh rendah dan selalu

hijau membentuk tikar dedaunan lebat yang tingginya jarang melebihi 2,5

cm (1,0 inci). Daunnya berbentuk lanset linier dengan rambut kasar.

Daunnya menggulung bersama di musim dingin dan bentuk pertumbuhan

ini merupakan ciri khas tanaman yang tumbuh di dataran tinggi dan dalam

kondisi dingin karena menghemat energi. Daun di tikar memiliki panjang

44
sekitar 5 mm (0,2 inci) sedangkan yang ditemukan di batang berbunga

panjangnya 8 mm (0,3 inci). Kuncup daun di ketiak daun setidaknya

sepanjang daun pelindung, fakta yang membedakan spesies ini dari

saxifrage kasar yang agak mirip, Saxifraga aspera. Kedua spesies ini juga

menempati habitat yang agak berbeda dengan saxifrage berlumut ditemukan

di ketinggian yang lebih tinggi, menyukai posisi berbatu dan terbuka,

sedangkan saxifrage kasar sering ditemukan di bebatuan lembab di tepi

sungai. Bunganya ditanggung sendiri pada batang tegak dan relatif besar.

Batangnya sedikit berbulu dan sering diwarnai merah, seperti lima lobus

kelopak. Biasanya ada lima (kadang-kadang enam) kelopak yang berbentuk

oval dan tidak saling tumpang tindih. Mereka berwarna putih dengan bagian

bawah banyak dihiasi dengan bintik-bintik kuning. Sepuluh benang sari

dengan kepala sari oranye berada dalam dua lingkaran, dengan benang sari

yang lebih panjang menempati celah di antara kelopak. Ovarium lebih

unggul, stilus memiliki dua stigma dan buah adalah kapsul bersel dua.

Spesies 4. Bryum argenteum

45
Kerajaan : Plantae

Divisi : Bryophyta

Kelas : Bryopsida

Subkelas : Bryidae

Ordo : Bryales

Famili : Bryaceae

Genus : Bryum

Deskripsi :

Musci (lumut daun) bagian tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan

berspora yang termasuk kelasterbesar dalam divisi tumbuhan lumut atau

Bryophyta lebih dikenal dengan lumut sejati, hal ini dikarenakan bentuk

tubuhnya yang kecil, memiliki bagian menyerupai akar (rizhoid), batang

(semu), dandaun. Bryum argenteum , lumut bryum berwarna perak atau

lumut benang keperakan , adalah spesies lumut dalam keluarga Bryaceae.

Ini adalah salah satu lumut perkotaan yang paling umum di dalam kota dan

dapat dengan mudah dikenali tanpa mikroskop. Lumut paling umum dari

keluarga Rhodobryum di sekitar rumah pribadi. Ini ada di mana-mana di

seluruh dunia dan didistribusikan bahkan di Antartika, tetapi juga

menunjukkan ketahanan yang kuat terhadap pengeringan dan polusi udara,

dan tumbuh di kota-kota besar. Bahkan di Jepang, tumbuh di dinding batu,

beton, tanah, dan bahkan di atap rumah pribadi, tetapi juga melimpah di

pegunungan dan tersebar di puncak Gn. Fuji. Tanamannya kecil, keperakan

46
atau putih kehijauan, dan menghasilkan tikar seperti beludru yang lebat.

Batangnya tipis, tinggi 3-10 mm, tumpang tindih padat, bulat telur lebar,

dan sel di ujungnya transparan tanpa kloroplas, yang membuat tanaman

tampak putih.

4.1.3 Liken (Lumut Kerak)

Spesies 1. Lepraria lobificans

Divisi : Ascomycota

Kelas : Lecanoromycetes

Ordo : Lecanorales

Famili : Stereocaulaceae

Genus : Lepraria

Deskripsi :

Lepraria lobificans adalah tanaman Lumut Kerak (Lichenes) jenis Crustose

yang tumbuh di substratnya seperti bercak-bercak granular, berlapis, butiran

debu tepung (Lepros). Memiliki warna pucat ke biru kehijauan-kehijauan,

47
dengan medulla berwarna putih. Dapat hidup pada bebatuan, dinding dan

batang pohon, terutama di mana terlindung dari hujan langsung, tersebar

luas termasuk di daerah perkotaan, Lumut debu adalah lumut kerak steril

yang hanya terdiri dari lapisan soredia (bola-bola kecil ganggang yang

dibungkus dengan jamur), sehingga muncul sebagai lapisan debu pada

substrat. Mereka terjadi di tempat mosit teduh, di mana mereka menyerap

semua kelembaban mereka langsung dari udara. Tidak ada mechaisms yang

dikenal untuk reproduksi seksual, namun anggota genus terus melakukan

spesiasi.

Spesies 2. Partusaria hymenea

Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota

Kelas : Lecanoromycetes

Ordo : Pertusariales

Famili : Pertusariaceae

48
Genus : Pertusaria

Spesies : Pertusaria hymenea

Deskripsi :

Partusaria hymenea merupakan lichen tipe thallus crustose. Thallus

berwarna abu-abu gelap sampai abu-abu kekuningan, memiliki organ

reproduksi seksual Apothecia yang terdapat pada permukaan thallus. Lichen

jenis ini tersebar luas di pepohonan dan terkadang menempel pada batu

yang terlindung. Talus yang berwarna abu-abu dapat tumbuh dengan dia

meter 10-12 cm. Pertumbuhanya umumnya memanjang lebar dan

bergelombang dan bergaris. Habitat ini dari liken yang terdapat banyak di

pohon-pohon yang besar.

Spesies 3. Acarospora hilaris

Divisi : Ascomycota

Kelas : Lecanoromycetes

Ordo : Acarosporales

Famili : Acarosporaceae

49
Genus : Acarospora

Spesies : Acarospora hilaris

Deskripsi :

Jenis dari liken ini yaitu memiliki bentuk tubuh yang menyebar pada substrat

nya yaitu pada pohon besar, memiliki warna yang terang hijau kekuning-

kuningan, dan habitat dari liken ini dapat kita temukan pada pohon-pohon

besar.

4.1.4 Alga

Spesies : Tetrastum staurogeniaeforme

Kingdom : Plantae

Divisio : Chlorophyta

Classis : Chlorophyceae

Ordo : Sphaeropleales

Familia : Scenedesmaceae

50
Genus : Tetrastum

Spesies : Tetrastum staurogeniaeforme

Deskripsi :

Bersifat uniseluler atau berbentuk koloni, pola persebarannya tersebar di air

tawar dan air asin. Kebanyakan spesies berenang-renang bebas, tetapi

beberapa menempel pada tumbuhan atau benda-benda lain. Dinding sel

terdiri dari dua lapisan, atau katup, yang saling menutupi. Bentuk umum sel

itu persegi panjang sampai bulat.

4.1.5 Jamur

Speseies 1. Leucocoprinus fragilissimus

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Agaricomycetes

Ordo : Agaricales

51
Famili : Agaricaceae

Genus : Leucocoprinus

Spesies : L. fragilissimus

Deskripsi :

Leucocoprinus fragilissimus, umumnya dikenal sebagai rapuh dapperling,

adalah spesies jamur gilled dalam keluarga Agaricaceae. Tutup tubuh buah

lebarnya mencapai 4,5 cm (1,8 inci), berbentuk lonceng saat muda dan

tumbuh cembung saat dewasa. Ini memiliki warna kuning pucat yang

memudar seiring bertambahnya usia, dan insang putih. Tangkai yang sempit

memiliki ketebalan antara 1 dan 3 mm dan sangat rapuh. Seperti semua

spesies Leucocoprinus, L. fragilissimus adalah saprotrof, hidup pada materi

tanaman yang sangat membusuk (humus atau kompos). Tumbuh soliter atau

jarang di daerah berhutan. Spesies ini ditemukan di Amerika Utara bagian

selatan, Amerika Selatan, Eropa bagian selatan, Afrika, Asia bagian selatan

dan timur, Australia, dan Selandia Baru.

4.2 Pembahasan

Setelah dilakukan observasi di Kawasan Fakultas Pertanian Universitas

Syiah Kuala. Hasil pengamatan yang telah dilakukan di kawasan tersebut

ditemukan beberapa spesies yang teridentifikasi ke dalam tumbuhan tingkat

rendah. Tumbuhan tingkat rendah adalah tumbuhan yang belum memiliki akar,

batang, dan daun sejati. Terdapat beberapa spesies yang ditemukan yaitu yang

tergolong ke dalam fungi, alga, liken, lumut, serta paku. Pada observasi ini

dilakukan pengamatan pada beberapa tempat yang berbeda, diantaranya daratan,

52
peraira. kemudian daerah bukit. Pada setiap daerah-daerah yang dilakukan

pengamatan terdapat beberapa spesies yang berbeda, hal ini dikarenakan bedanya

habitat dari setiap spesies.

4.2.1 Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku ini berakar serabut yang tersebar acak dipermukaan

rhizoma dan tersusun rapat. Pangkal rimpangnya tegak dan warnanya coklat tua

lalu rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akar- akarnya masuk ke

celah-celah batu. Memiliki ruas yang panjang dengan tipe percabangan lateral dan

tidak terdapat rambut pada permukaannya. Berdasarkan jumlah pinnula, entak

berdaun majemuk. Pada bagian ental terdapat stipe yang berwarna hitam dan

ditumbuhi sisik-sisik halus, serta memiiliki bentuk umum daun yaitu pinnate.

Bagian terlebar di tengah pinnula, bentuk tepinya rata dan ujung pinnulanya

runcing. Permukaan pinnulanya halus dan tidak terdapat rambut, serta terdapat

penonjolan pinnula akibat adanya sporangia. Sorus terletak di tepi pinnula,

sporangium berkumpul membentuk sorus yang dilindungi indusium. Sporangium

terdiri dari sporangium sejenis berbentuk bulat. Spora berbentuk ginjal.

4.2.2 Tumbuhan Lumut

Tumbuhan lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan

keanekaragaman hayati. Tumbuhan lumut sering dijumpai di tempat tempat yang

lembab dan basah, misalnya di hutan dan hidup menempel pada berbagai substrat,

antara lain misalanya tanah dalam rimba, batu-batu, cadas-cadas, gambut, kulit

pohon, dan lain lain. umut tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati. Lumut

merupakan salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali dan

53
bagian penyokong keanekaragaman flora. Lumut termasuk tumbuhan kecil yang

tingginya hanya sekitar 1-2 cm, dan bahkan yang paling besarpun umumnya

tingginya kurang dari 20 cm. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang

sederhana biasanya tumbuh ditempat – tempat basah.

4.2.3 Tumbuhan Liken (Lumut Kerak)

Lumut kerak (liken) merupakan bentuk kehidupan bersama saling

menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara jamur dan mikroorganisme

fotosintetik (alga). Likene hidup sebagai epifit pada pohon – pohonan tetapi dapat

juga diatas tanah. Terutama didaerah tundra disekitar kutub utara. Likene

tergolong ke dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembuatan

tanah. Likene dapat kita temukan di tepi pantai sampai di atas gunung – gunung

yanng tinggi. Penyatuan fungi dan alga adalah sedemikian sempurnanya sehingga

liken tersebut sesungguhnya diberikan nama genus dan spesies seolah – olah

mereka adalah organisme tunggal. Kerja sama ini demikian eratnya sehingga

morfologinya pun berbeda dari komponen simbiotiknya. Walaupun likenes diberi

nama ilmiah seolah – olah merupakan organisme tunggal, mungkin lebih masuk

akal untuk memikirkan nama yang digunakan funginya dan kemudian

mengkhususkan rekan alganya secara terpisah kalau diinginkan, tetapi nama

ilmiah liken adalah nama fungi tersebut. Lebih dari 25.000 spesies liken diketahui.

Liken mempunyai 2 bentuk yaitu, liken dengan talus berbentuk lembaran –

lembaran dan talus dengan semak – semak. Contoh dari bentuk – bentuk itu

seperti Usnea speciosa, Cladonia angiferina, Rocella tinotona, Pamella

acetabulum, Cetrana islandica. Reproduksi likenes berkembang biak secara

54
vegetatif, karena bila sebagian talus terpisah, lalu tumbuh merupakan indivu baru.

Pada beberapa jenis likenes, pembiakan berlangsung dengan perantaraan

soredium, yaitu kelompok kecil sel – sel ganggang yang sedang membelah dan

diselubungi benang – benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas

dari induknya.

Peranan likene digunakan dalam pembuatan pewarna dan parfum, serta obat

– obatan tradisional, Cladonia rangiferina banyak terdapat di daerah tundra di

sekitar kutub utara dan merupakan makanan utama bagi rusa kutub. Digunakan

juga sebagai bahan untuk kosmetik, dan menarik dalam ekonomi alam karena

mereka merupakan organisme pertama yang berkoloni dilingkungan keras yang

baru diciptakan. Pada observasi yang telah dilakukan ditemukan spesies liken

dengan jumlah 8 spesies, rata-rata dari masing spesies ini di temukan di daerah

daratan dan menempel pada substrat batang kayu yang sudah kering dan yang

sudah mati.

4.2.4 Alga

Tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air

tawar maupun air laut. Semua sel mempunyai plastida dan di dalam plastida

terdapat zat- zat warna derivat klorofil, yaitu klorofil-a dan klorofil-b atau kedua-

duanya. Selain itu terdapat pula zat- zat warna lain dan zat warna inilah yang

justru kadang- kadang lebih menonjol, sehingga menyebabkan kelompok-

kelopmpok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi.

Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang

secara relatif tidak terdeferensiasi, tidak membentuk akar, batang, dan daun.

55
Tubuh ganggang secara keseluruhan disebut talus. Hidupnya di air, baik air tawar

maupun air laut.

Alga berukuran beragam dari beberapa mikrometer sampai bermeter-meter

panjangnya. Organisme ini mengandung klorofil serta pigmen- pigmen lainnya.

Alga hidup di air. Alga renik yang terapung-apung merupakan bagian dari

fitoplankton (flora laut tersuspensi) dan berguna sebagai sumber makanan yang

penting bagi organisme lain. Alga berkembangbiak secara seksual. Alga

mempunyai peranan dalam kehidupan yaitu sebagai suplemen makanan

kesehatan, sebagai bahan makanan, untuk membuat agar-agar, menghasilkan

iodium, bahan membuat kapsul, dan bahan membuat es krim.

Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang

secara relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun. Tubuh

Alga atau ganggang secara keseluruhan disebut dengan talus ganggang dan

golongan Thallopyta yang lain dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah yaitu

tumbuhan yang mempunyai hubugan kekeluargaan yang sangat erat dengan

organisme lain yang paling primitif dan mulai muncul pertama di bumi sifat

tumbuhan rendah yang memiliki stuktur yang kompleks, diperkirakan terdapat

sekitar 30.0000 spesies ganggang yang tumbuh di bumi, kebanyakan diantaranya

hidup dilaut, species yang hidup diair tawar kelihatannya mempunyai arah

perkembangan yang lebih leluasa, jika dibandingkan dengan bentuk yang hidup

didarat. Pada observasi yang dilakukan ditemukan jumlah spesies alga sebanyak 3

spesies.

4.2.5 Fungi

56
Jamur merupakan mikroorganisme utama yang berperan penting dalam

proses pembuatan dan pembusukan roti. Beberapa jenis jamur yang sering

ditemukan pada pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer, Penicillium sp,

Mucor sp dan Geotrichum sp serta juga bisa terdapat Aspergillus sp dan lainnya.

Jamur merupakan organisme saprofit yang dapat menyebabkan infeksi sistemik

pada pasien imunokompromais. Tiap spesies jamur memiliki respon mekanisme

yang berbeda beda untuk dapat menghindari sistem imun host.

Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil

sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.

Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk

anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang

dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik

dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya.

Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen,

maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,

protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari

lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat,

parasit fakultatif, atau saprofit.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur

yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga

menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis

mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang

hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada

57
bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.

Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan

berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat

parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes. Jamur dibedakan

menjadi 4 divisio, yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan

Deuteromycota. Beberapa jamur dari genus Psilocybe terkenal dapat

menyebabkan halusinasi dan sekarang dilarang di Indonesia.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi tumbuhan tingkat rendah di Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Maka ditemukan spesies jamur tidak ada,

lumut sebanyak 4 spesies, paku sebanyak 3 spesies, liken sebanyak 1 spesies dan

alga sebanyak 1 spesies.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil observasi, pembahasan dan kesimpulan di atas, maka

diberikan saran yang bertujuan untuk kebaikan dan kemajuan laboratorium FKIP

Biologi Universitas Syiah Kuala.

1. Seiring dengan pesatnya laju perkembangan teknologi, disaran untuk

mahasiswa Pendidikan biolgi untuk dapat melakukan penelitian pemanfaatan

liken sebagai kebutuhan manusia contohnya seperti obat-obatan.

58
2. Berdasarkan observasi yang dilakukan, maka disarankan untuk melakukan

observasi lebih lanjut mengenai keanekaragaman tumbuhan tingkat rendah

yang berada di kawasan berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. 2018. Berbagai Manfaat Algae. Jurnal Oseana. 29:3, 1-7.

Atho, M. A. T., Akmal, M. A. S., Riza, R. E. N., Sinta, S. D. R., Fatim, S. F., Dian, D.

N. M. R., & Lianah, L. 2020. The diversity of fern species (Pteridophyta) and

their potential use studies in the Ulolanang Kecubung Nature Reserve.

BIOEDUSCIENCE. 4:1, 73-81.

Badalyan, S.M. 2012. Edible Ectomycorrhizal Mushrooms. Berlin: Springer-Verlag.

Kabura-Burana Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. Jurnal Biologi

Tropis. 20:2, 161-172.

Chandra R.H. 2015. Akumulasi Timbal (Pb) dan Keanekaragaman Jenis Lichen di

Endang, T. 2020. Inventarisasi Jenis-Jenis Lumut (Bryophyta) di Daerah

Aliran Sungai Taman Kota Medan. Jurnal Biologi Lingkungan, Industri,

Kesehatan. 2:1, 2550-1305.

Fitriani, L., Krisnawati, Y., Anorda, M. O. R., & Lanjarini, K. 2018. Jenis-Jenis dan

Potensi Jamur Makroskopis yang terdapat di Pt Perkebunan Hasil Musi

59
Lestari dan Pt Djuanda Sawit Kabupaten Musi Rawas. Jurnal Biosilampari:

Jurnal Biologi. 1:1, 21-28.

Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu Makroskopis sebagai Media Pembelajaran Biologi

(Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal Biotik. 2:1, 1-

76.

Kepel, R. C., Mantiri, D. M., & Manu, G. D. 2015. Pertumbuhan Alga Cokelat Padina

Australis Hauch di Perairan Pesisir, Desa Kampung Ambon, Kecamatan

Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal LPPM Bidang Sains dan

Teknologi. 2:2, 78-85.

Kepel, R. C., & Mantiri, D. M. H. 2019. Biodiversitas makroalga di Perairan Pesisir

Kora-Kora, Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah

Platax. 7:2, 49-59.

Mulyani, E., Perwati, L. K., & Murningsih, M. 2014. Lumut Daun Epifit di Zona Tropik

Kawasan Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Bioma: Berkala Ilmiah Biologi,

16:2, 76-82.

Musriadi., Jailani., Armi. 2017. Identifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) sebagai

Bahan Ajar Botani Tumbuhan Rendah di Kawasan Tahura Pocut Meurah

Intan Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Pendidikan Sains. 5:1, 22-31.

Pangesti, N. W. I., Pangastuti, A., & Retnaningtyas, E. 2012. Pengaruh Penambahan

Molase pada Produksi Enzim Xilanase oleh Fungi Aspergillus Niger dengan

Substrat Jerami Padi. Asian Journal of Tropical Biotechnology, 9:2, 41-48.

60
Roziaty, E. 2016. Review Lichen: Karakteristik Anatomis dan Reproduksi Vegetatifnya.
Jurnal Pena Sains. 3:1, 44-53.

Tjitrosoepomo G. 2014. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Pteridophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

61

Anda mungkin juga menyukai