Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRATIKUM

MEMBUAT HERBARIUM
Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Botani Umum
Dosen Pengampu:Dr. Amirudin.s.p,.m.p

Kelompok 2 :
Muh. Rasmang Syaputra (4521031019)
Anjelika Meilan (4521031024)
Osinda Dimban (4521031012)
Asriana Nasir (4521031033)
Febrilian Majid (4521031016)
Ider Singgai (4521031022)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BOSOWA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Kelompok :2
Ketua : Muh.Rasmang Syaputra
Sekretaris : Anjelika Meilan
Anggota : Osinda Dimban
: Asriana Nasir
: Febrilian Majid
: Ider Singgai
Prodi ; Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Judul Pratikum : Membuat Herbarium

Laporan pratikum ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti pratikum
selanjutnya dan untuk memprogram mata kuliah botani umum.

Makassar, 26 Maret 2022


Menyetujui:
Dosen Pembimbing

Dr. AMIRUDDIN, S.P., M.P


NIDN. 0920048206

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Maha Esa atas berkat dan hidayah-
Nya sehingga Laporan Praktikum Herbarium ini dapat terselesaikan dengan tepat
pada waktu. Laporan Praktikum ini disusun sebagai tugas mata kuliah Botani
Umum Universitas Bosowa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Dr.Amirudin S.p,.Mp kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan dengan memberikan saran baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari laporan ini.
Oleh karena itu, kami sangat terbuka akan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Laporan ini. Kami berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
2.1 Herbarium Tumbuhan ........................................................... 6
2.1.1 Pengertian Herbarium .................................................. 6
2.1.2 Herbarium Kering ....................................................... 7
2.1.3 Manfaat Herbarium ..................................................... 7
2.1.4 Fungsi Herbarium ....................................................... 8
2.1.5 Cara Membuat Herbarium .......................................... 8
2.1.6 Kelemahan Dan Kekuatan Herbarium ........................ 9
2.2 Tumbuhan Paku ...................................................................... 10
2.2.1 Pengertian Tumbuhan Paku ........................................... 10
2.2.2 Ciri-Ciri Tumbuhan Paku .............................................. 11
2.2.3 Habitat Tuumbuhan Paku .............................................. 12
2.2.4 Manfaat Tumbuhan Paku Bagi Manusia ....................... 13
BAB III BAHAN DAN METODE ............................................................... 14
3.1 Waktu Dan Tempat ................................................................. 14
3.2 Alat Dan Bahan ....................................................................... 14
3.3 Cara Kerja ............................................................................... 14
BAB IV HASIL PEMBAHASAN ................................................................ 16
4.1 Tabel Hasil Pengamatan ........................................................... 16
4.2 Pembahasan .............................................................................. 16

iv
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 21
5.2 Saran ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22
LAMPIRAN ............................................................................................. 23

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Herbarium tumbuhan ...................................................... ....... 6
Gambar 2.2 : Herbarium kering .................................................................. 7
Gambar 2.3 : Tumbuhan paku ...................................................................... 10
Gambar 4.1 : Herbarium tumbuhan paku...................................................... 16
Gambar 5.1 : Pelaksanaan Praktikum .......................................................... 23

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Gambar Dan Keterangan Hasil Pengamatan ....................... 16

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lampiran dokumentasi
praktikum Botani Umum ‘’Herbarium Tumbuhan’’.............. 23

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Herbarium adalah sampel tumbuhan yang dikeringkan. Herbarium berguna
di dalam pengenalan dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan. Herbarium yang
baik adalah yang memuat bagian-bagian tumbuhan yang representatif, yaitu
organ-organ yang penting untuk identifikasi. Pada tumbuhan tingkat rendah
organ-organ tersebut adalah spora atau kumpulan-kumpulan spora dan
bagianbagian tertentu yang spesifik. Sedangkan untuk tumbuhan tingkat
tinggi, bagian-bagian tersebut berupa bunga, buah, dan biji karena dasar
klasifikasi tumbuhan tersebut adalah struktur bunga. Karenanya sampel yang
berupa bunga adalah syarat utama untuk berhasilnya identifikasi sampai ke
tingkat suku atau spesies. Sedangkan organ-organ lain seperti akar, batang,
dan daun sifatnya adalah tambahan.
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan
yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku
dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas mempunyai
kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan
daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan antara lain
sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun secara tidak
langsung, kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam
memelihara ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah,
pengamanan tanah terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah
hutan. Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas
mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan, mulai dari hutan
primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi,
lingkungan yang lembab, basah, rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku
dapat dijumpai (Loveless 1989).
Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ
vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun. Sedangkan organ

1
generatif terdiri atas spora, sporangium, anteridium, dan arkegonium.
Sporangium tumbuhan paku umumnya berada di bagian bawah daun serta
membentuk gugusan berwarna hitam atau coklat. Gugusan sporangium ini
dikenal sebagai sorus. Letak sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang
sangat penting dalam klasifikasi 2 tumbuhan paku. Menurut Tjitrosoepomo
(1994) divisi Pteridophyta dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu
Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae dan Filiciane; dan menurut Steennis
(1988), tumbuhan paku-pakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu
Salviniceae,Marsileaceae,,Equicetaceae,Selagillaceae,Lycopodiaceae, Ophig
lossaceae, Schizaeaceae, Gleicheniacea,Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan
Polypodiaceae.
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan
paku homospora, heterospora dan peralihan homospora heterospora.
Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran sama yang
tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan betina, misalnya Lycopodium
sp (paku kawat). Tumbuhan paku heterospora menghasilkan spora berbeda
ukuran. Spora jantan berukuran kecil disebut mikrospora dan spora betina
besar disebut makrospora, misalnya Selaginella sp (paku rane), Marsilea sp
(semanggi) (Harris, 1955).
Famili yang akan diamati pada penelitian ini yaitu famili Salviniaceae
yang terdiri atas 2 genus, yaitu Azolla dan Salvinia. Kedua genus ini memiliki
penyebaran alami di daerah tropis dunia, seperti Asia, Amerika, Eropa, dan
Afrika. Keduanya merupakan genus dari paku yang memiliki habitat di
perairan. Spesies di genus ini memiliki ukuran kecil dan hidup di atas air
sehingga famili ini merupakan paku air yang sangat sulit untuk diamati
morfologinya dan bentuk sporanya (Suhono, 2012).
Kegiatan sistematik tumbuhan hampir semuanya melibatkan sifat dan ciri
tumbuhan beserta variasinya. Segala kesimpulan yang diambil orang dalam
penelitian sistematik tumbuhan hampir seluruhnya didasarkan pada evaluasi
serta 3 korelasi sifat-sifat beserta cirinya. Sifat-sifat yang dipakai sebagai bukti
taksonomi dalam mendeterminasi, mencirikan, dan menggolongkan jenis-

2
jenis tumbuhan dapat berasal dari seluruh bagian dan dari semua fase selama
proses pertumbuhan. Sifat yang dimaksud adalah sifat-sifat baik (mantap)
yang terdapat pada tumbuhan seperti tidak mudah terpengaruh oleh faktor
lingkungan, variasinya konsisten dan berkorelasi dengan sifat-sifat lainnya,
serta tidak mudah termodifikasi oleh perubahan segregasi atau rekombinasi
faktor genetika sederhana (Rifai, 1976).
Bukti taksonomi biologi yang sering digunakan dalam pembuktian
taksonomi adalah bukti struktural yang meliputi morfologi, anatomi, sitologi,
palinologi, embriologi, dan genetika. Namun begitu dukungan dari bukti
fungsional, perkembangan, lingkungan, dan tipe geografi yang merupakan
dasar dari aktivitas sistemik tumbuhan dirasa juga perlu. Variasi yang
diperlihatkan serbuk sari (pollen) dan spora antara lain jumlah, letak alur, dan
lubang di permukaannya, begitu pula bentuk ukiran eksin dan bentuk umum
maupun ukurannya sekarang dapat menjadi sumber bukti taksonomi yang
penting (Pujoarinto, 2001).
Palinologi merupakan ilmu yang tidak hanya mempelajari tentang polen
saja namun juga spora tumbuhan. Ruang lingkup pembelajaran palinologi
lebih menekankan pada karakter morfologi yang berkaitan dengan dinding
atau lapisan terluar dari polen dan spora yang resisten. Karakter morfologi
polen dan spora yang terdiri atas tingkat exine, ornamentation exine, ukuran,
dan bentuk 4 mempunyai nilai penting bagi taksonomi dan evolusi tumbuhan
(Erdtman dalam Nair, 1991).
Ilmu taksonomi biologi pada hakikatnya merupakan acuan dalam dunia
pendidikan terutama pada proses pembelajaran, baik itu media atau bahan ajar.
Guru dan siswa dapat bertukar pikiran dalam pengembangan ide dan
pengertian. Pada proses komunikasi sering muncul masalah sehingga
komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh
kecenderungan verbalisme, ketidakpastian siswa dan kurangnya minat belajar.
Salah satu upaya dalam mengatasi keadaan demikian yaitu menggunakan
media dalam kegiatan pembelajaran, dan sebagai penyaji stimulus informasi,

3
sikap juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi
(Sadiman, 2009).
Media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah
merupakan perantara. Media juga merupakan alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran merupakan upaya
yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, mengorganisasi serta menciptakan sistem ingkungan dengan
berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
efektif dan efisien dengan hasil yang optimal (Hanum, 2014).
Media Belajar dalam Ilmu Biologi khususnya dalam materi Taksonomi
sangat minim, maka dari itu media yang mudah untuk digunakan adalah media
yang berbasis Multimedia yaitu Prezi. Prezi adalah sebuah perangkat lunak
untuk presentasi berbasis internet (SaaS). Selain untuk presentasi, Prezi juga
dapat digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi dan berbagi ide di atas
kanvas 5 virtual. Prezi menjadi unggul karena program ini menggunakan
en:Zooming User Interface (ZUI), yang memungkinkan pengguna Prezi untuk
memperbesar dan memperkecil tampilan media presentasi. Prezi pada
awalnya dikembangkan oleh arsitek Hungaria bernama Adam Somlai-Fischer
sebagai alat visualisasi arsitektur (Fischer, S. 2009).
Prezi digunakan sebagai alat untuk membuat presentasi dalam bentuk
linier maupun non-linier, yaitu presentasi terstruktur sebagai contoh dari
presentasi linier, atau presentasi berbentuk peta-pikiran (mind-map) (Binham,
2013). Kesimpulan dari pernyataan diatas adalah Prezi diharapkan dapat
memudahkan siswa dan guru dalam mempelajari taksonomi tumbuhan dan
juga mengaplikasikan berbagai materi yang lain (Fischer, S. 2009). Pada
penelitian ini diharapkan kita dapat mengetahui dan menganalisis perbedaan
bentuk spora pada tumbuhan paku (famili Salviniaceae) sebagai bahan media
belajar diantaranya Salvinia natans dan Azolla microphylla yang merupakan
spesies tumbuhan paku berukuran kecil.

4
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Membantu dalam keperluan penelitian dan dapat membuat koleksi
Herbarium.
1.2.2 Untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Umum.
1.2.3 Untuk menambah ilmu dan wawasan bagi pembaca maupun bagi
penulis (kelompok 4 ).

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Herbarium Tumbuhan

Gambar 2.1 : Herbarium tumbuhan

2.1.1 Pengertian herbarium


Herbarium berasal dari kata ‘’hortus dan botanicus’’, artinya kebun
botani yang dikeringkan, istilah herbarium yang dikeringkan biasanya
disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Herbarium adalah material
tumbuhan lebih dikenal untuk pengawetan tumbuhan. Herbarium
merupakan specimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan
diawetkan melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi
dengan data-data mengenai tumbuhan yang diawetkan,baik data
taksonomi, morfologi, ekologi, maupun geografinya. Herbarium
addalah herba yang dikeringkan, berguna untuk membantu dalam
penelitian atau untuk mengawerkan suatu tumbuhan untuk dijadikan
koleksi atau media pembelajaran. ( Murni ,P.,Muswita, Harlis,
U.Yelianti dan W.D. Kartika. 2015. Pembuatan Herbarium Untuk
Pengembangan Media Pembelajaran. MAN Cendikia Muaro,Jambi ).

6
2.1.2 Herbarium Kering
a) Herbarium kering
Herbarium kering merupakan awetan yang dibuat dengan cara
pengeringan,dan disusun pada sebuah kertas serta diberi keterangan
terkait dengan specimen tersebut,namun tetap terlihat sebagai ciri-
ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan
pembanding pada saat determinasi selanjutnya dilakukan dengan
pengawetan dengan cara koleksi kering. Contoh: pengawetan pada
spesimen daun, batang(tumbuhan kecil), akar. (http://jurusan.iain-
tulungagung.ac.id/tbio/2018/04/19/herbarium-basah-hasil-karya-
mahasiswa-tbio ).
Larutan umum yang dipakai dalam koleksi kering :
• Larutan tunggal pengawetan biasanya adalah larutan formalin
4%
• Larutan campuran adalah campuran antara formalin 4%
dengan alcohol 70%.

Gambar 2.2 : Herbarium kering

2.1.3 Manfaat herbarium


Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk
mentakrifkan takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk
tumbuhan tersebut. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan
penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi.

7
Herbarium dipakai untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti
survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan
analisa perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap kajian
evolusi(Setyawan dkk, 2005). Kebermanfaatan herbarium yang sangat
besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen harus
dilakukan dengan baik dan benar.

2.1.4 Fungsi herbarium


Bahan herbarium sangat penting sebagai keperluan dalam
penelitian dan akan di identifikasikan pada tanaman melalui konservasi
nya. (https://rumussoal.com/fungsi-herbarium/)
Berikut adalah beberapa fungsi herbarium yaitu adalah.
• Sebagai tempat untuk mendukung kelas botani.
• Bahan penelitian.
• Bantuan untuk identifikasi tanaman.
• Bukti keberagaman.
• Sampel referensi untuk publikasi spesies baru.
• Sebagai pusat referensi.
• Sebagai lembaga dokumentasi.
• Sebagai pusat penyimpanan data.

2.1.5 Cara membuat herbarium.


Beikut ini cara membuat herbarium adalah.
a) Alat dan bahan
• Karton Aatau kardus
• Surat kabar
• Sasak terbuat dari bambu / kayu lapis
• Sampel tanaman
• Alat tulis
• Formalin
• Gelas pengukur

8
• GuntingAair suling
• Kertas label
• Selotip transparan

b) Cara kerja
• Ambil tanaman atau bagian tanaman yang akan di olah.
• Dan lakukan penetapan tanaman dengan melakukan
pengeringan sampai tanaman itu kering oleh sinar matahari.
• Lakukan menyesuaikan posisi tanaman dan ditutupi dengan
kayu lapis dari kedua sisi.
• Lalu ikat ke bawah dengan menggunakan koran atau kertas lalu
dimembungkus dengan tanaman basah.
• Ulangi proses sampai tanaman benar-benar kering.
• Pasang tanaman dan ikat dengan tali.
• Dan lakukan dalam bentum menanam.

2.1.6 Kelemahan Dan Kekuatan Herbarium


Dari beberapa pembahasan diatas maka kami juga akan menyampaikan
bentuk dari kelemahan dan kekuatan pada herbarium diantanya adalah
sebagai berikut:
a) Kelemahan herbarium
Perawatan dapat dilakukan dengan mudah tanpa merusak sampel
karena hal ini sebagai bentuk frekuensi untuk identifikasi manual
dan verifikasi tanaman.
b) Kelebihan Herbarium
Kelebihan Herbarium adalah sebuah bentuk tambahan untuk bahan
praktis dan dapat dikenakan secara langsung dalam ruangan,
dengan pembutan dalam melakukan pemeriksaan pada saat
mengambil sampel yang baru.

9
2.2 Tumbuhan paku.

Gambar 2.3 : Tumbuhan paku

2.2.1 Pengertian tumbuhan paku


Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae
yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki
pembuluh pengangkut. Pteridophyta berasal dari kata pteron: sayap bulu,
dan phiton: tumbuhan. Sehingga Pteridophyta merupakan tumbuhan paku
yang tergolong dalam tumbuhan kormus berspora, dimana tumbuhan ini
menghasilkan spora dan memiliki susunan daun yang umumnya
membentuk bangun sayap, yaitu pada pucuknya yang terdapat bulu-bulu.
Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena
berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual
dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh
(Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang
paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ
reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut
berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis,
korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).(
https://www.gramedia.com/literasi/tumbuhan-paku-pterydophyta/)

10
2.2.2 Ciri-ciri tumbuhan paku.
Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan tertua. Ciri-
ciri tumbuhan paku diantaranya adalah :
• Akar, batang dan daun memiliki berkas pembuluh angkut berupa
xilem dan floem.
• Dapat ditemukan di air, di tempat lembab, menempel pada
tumbuhan lain sebagai epifit atau di sisa-sisa tumbuhan lain dan
sampah-sampah sebagai saprofit.
• Tidak menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora. Spora
terdapat di dalam kotak spora atau sporangium. Kotak-kotak spora
tersebut terkumpul dalam sorus. Sorus-sorus ini kemudian
berkumpul di permukaan bawah dari helaian daun.
• Mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Tumbuhan paku
yang kita lihat sehari-hari disebut generasi sporofit.
• Daun yang masih muda menggulung. Daun tumbuhan paku ada
yang khusus menghasilkan spora, disebut sporofil. Daun yang
tidak menghasilkan spora disebut tropofil, berfungsi untuk
fotosintesis.
• Tidak berbunga.
• Umumnya memiliki rizom (batang yang terdapat di dalam tanah).

Memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan pelindung sel (jaket


steril) yang terdapat disekeliling organ reproduksi, embrio multiseluler
yang terdapat dalam arkegonium, kutikula pada bagian luar dan yang
paling penting adalah sistem transport internal yang mengangkut air dan
zat makanan dari dalam tanah. Sistem transport ini sama baiknya
seperti pengorganisasian transport air dan zat makanan pada tumbuhan
tingkat tinggi. Struktur Tubuh Tumbuhan Paku:

11
• Akar: Bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra
yang terdiri atas sel – sel yang dapat dibedakan dengan sel – sel
akarnya sendiri.
• Batang: Pada sebagian jenis tumbuhan paku batang tidak tampak
karena terdapat di dalam tanah berupa rimbang, mungkin menjalar
atau sedikit tegak. Jika muncul di atas permukaan tanah,
batangnya sangat pendek sekitar 0,5 m, akan tetapi ada batang
beberapa jenis tumbuhan paku seperti paku pohon atau paku tiang
yang panjangnya mencapai 5 m dan kadang – kadang bercabang
misalnya: Alsophilla dan Cyathea.
• Daun: Bentuknya selalu melingkar dan menggulung pada usia
muda. berdasarkan bentuk ukuran dan susunanya, daun paku
dibedakan antara epidermis, daging daun, dan tulang daun.

2.2.3 Habitat tumbuhan paku


Habitat tumbuhan paku ada di darat, terutama pada lapisan bawah
tanah di dataran rendah, tepi pantai, lereng gunung, 350 meter diatas
permukaan laut terutama di daerah lembab, dan ada juga yang bersifat
epifit (menempel) pada tumbuhan lain. Tumbuhan paku merupakan
tumbuhan fotoautotrof. Tumbuhan paku ada yang hidup mengapung di
air (misalnya Azolla pinnata dan Marsilea crenata). Namun, pada
umumnya tumbuhan paku adalah tumbuhan terestrial (tumbuhan darat).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tumbuhan Paku :
• Kadar air dalam tanah
• Kadar air dalam udara
• Kandungan hara mineral dalam tanah
• Kadar cahaya untuk fotosintesis
• Suhu yang optimal
• Perlindungan dari angina

12
2.2.4 Manfaat Tumbuhan Paku bagi Manusia
Adapun manfaat tumbuhan paku bagi manusia adalah:
▪ Sebagai tanaman hias, cintohnya Adiantum (suplir), Platycerium
sp ( paku tanduk rusa ), Asplenium nidus ( paku sarang burung),
Nepholepism glauca ( paku tiang ).
▪ Bermanfaat sebagai bahan obat-obatan seperti Equisetum (paku
ekor kuda) yang mempunyai fungsi diuretik. Diuretik adalah
melancarkan pengeluaran urine dan Selaginella (obat luka).
▪ Sebagai bahan-bahan makanan seperti sayuran, misalnya Marsilea
crenata (semanggi) dan Pteridium aquilinum (paku garuda).
▪ Sebagai pupuk hijau, seperti Azolla pinnata bersimbiosis dengan
ganggang biru Anabaena azollae yang mampu mengikat gas
nitrogen (N2) bebas.
▪ Sebagai bahan pembuatan petasan seperti pyrotechnics, dengan
menggunakan spora Lycopodium sp.
▪ Sebagai tiang bangunan, seperti Alsophila glauca
▪ Bermanfaat sebagai penggosok atau ampelas, seperti tumbuhan
paku Equisetum sp
▪ Sebagai salah satu bahan dalam membuat karangan bunga,
seperti Lycopodium cernum
(https://eventkampus.com/blog/detail/3364/manfaat-tumbuhan-
paku-bagi-kehidupan-manusia)

13
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Maret 2022, pukul 14.00 s/d
16.00 WITA. Adapun tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu di rumah
Asriana, jln. Suka Maju 3.

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
1. Karton
2. Kertas koran
3. Gunting
4. Pulpen
5. Buku
6. Hansanitizer
7. Mangkok
Bahan:
Adapun bahan yang digunakan berupa sampel tanaman batang,
daun dan akar dari tumbuhan paku.
3.3 Cara Kerja
1. Mengambil sampel tanaman paku dibelakang kampus universitas
bosowa pinggir kanan bisa juga ditambahkan bagian-bagian
tumbuhan berupa (akar, batang, dan daun ).
2. Setelah kami mengambil sampel tanaman tersebut,kami mencuci
tumbuhan tanaman paku tersebut dengan air bersih.
3. Setelah kami mencuci tumbuhan paku tersebut kami
mengeringkannya menggunakan tisu kering dengan cara
mengelap satu-persatu tumbuhan tersebut.
4. Untuk menghindari tumbuhnya jamur pada sampel tumbuhan
tersebut dapat dilakukan dengan merendamkan tanaman paku
pada alkohol / hand zanitiser (70%).

14
5. Jangan lupa untuk memberikan tanda pada setiap sampel yaitu
berisi keterangan dengan menggunakan karton dan buku.
6. Keringkan sampel - sampel tersebut selama 7 hari (sampel dalam
keadaan di press / jepit di dalam buku dandi dalam karton.
7. Setelah 7 hari keluarkan sampel - sampel tersebut untuk
ditempelkan pada kertas herbarium (kertas A3).

15
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


Herbarium tumbuhan paku keterangan

Kerajaan : plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae.

Gambar 4.1 : Herbarium tumbuhan


paku

4.2 Pembahasan
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan
tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia.
Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah
jelas mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok
yaitu akar, batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak
dimanfaatkan antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat-
obatan. Namun secara tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku turut
memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem hutan antara lain dalam
pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap erosi, serta membantu
proses pelapukan serasah hutan. Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan
paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara
dan selatan, mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran

16
rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab, basah, rindang,
kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai (Loveless 1989).
Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu
organ vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun.
Sedangkan organ generatif terdiri atas spora, sporangium, anteridium, dan
arkegonium. Sporangium tumbuhan paku umumnya berada di bagian
bawah daun serta membentuk gugusan berwarna hitam atau coklat.
Gugusan sporangium ini dikenal sebagai sorus. Letak sorus terhadap tulang
daun merupakan sifat yang sangat penting dalam klasifikasi 2 tumbuhan
paku. Menurut Tjitrosoepomo (1994) divisi Pteridophyta dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae,
Equisetinae dan Filiciane; dan menurut Steennis (1988), tumbuhan paku-
pakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae,
Equicetaceae, Selagillaceae, Lycopodiaceae, Ophiglossaceae,
Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan
Polypodiaceae.
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi
tumbuhan paku homospora, heterospora dan peralihan homospora
heterospora. Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan
ukuran sama yang tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan betina,
misalnya Lycopodium sp (paku kawat). Tumbuhan paku heterospora
menghasilkan spora berbeda ukuran. Spora jantan berukuran kecil disebut
mikrospora dan spora betina besar disebut makrospora, misalnya
Selaginella sp (paku rane), Marsilea sp (semanggi) (Harris, 1955).
Famili yang akan diamati pada penelitian ini yaitu famili Salviniaceae
yang terdiri atas 2 genus, yaitu Azolla dan Salvinia. Kedua genus ini
memiliki penyebaran alami di daerah tropis dunia, seperti Asia, Amerika,
Eropa, dan Afrika. Keduanya merupakan genus dari paku yang memiliki
habitat di perairan. Spesies di genus ini memiliki ukuran kecil dan hidup di
atas air sehingga famili ini merupakan paku air yang sangat sulit untuk
diamati morfologinya dan bentuk sporanya (Suhono, 2012).

17
Kegiatan sistematik tumbuhan hampir semuanya melibatkan sifat dan
ciri tumbuhan beserta variasinya. Segala kesimpulan yang diambil orang
dalam penelitian sistematik tumbuhan hampir seluruhnya didasarkan pada
evaluasi serta 3 korelasi sifat-sifat beserta cirinya. Sifat-sifat yang dipakai
sebagai bukti taksonomi dalam mendeterminasi, mencirikan, dan
menggolongkan jenis-jenis tumbuhan dapat berasal dari seluruh bagian dan
dari semua fase selama proses pertumbuhan. Sifat yang dimaksud adalah
sifat-sifat baik (mantap) yang terdapat pada tumbuhan seperti tidak mudah
terpengaruh oleh faktor lingkungan, variasinya konsisten dan berkorelasi
dengan sifat-sifat lainnya, serta tidak mudah termodifikasi oleh perubahan
segregasi atau rekombinasi faktor genetika sederhana (Rifai, 1976).
Bukti taksonomi biologi yang sering digunakan dalam pembuktian
taksonomi adalah bukti struktural yang meliputi morfologi, anatomi,
sitologi, palinologi, embriologi, dan genetika. Namun begitu dukungan dari
bukti fungsional, perkembangan, lingkungan, dan tipe geografi yang
merupakan dasar dari aktivitas sistemik tumbuhan dirasa juga perlu. Variasi
yang diperlihatkan serbuk sari (pollen) dan spora antara lain jumlah, letak
alur, dan lubang di permukaannya, begitu pula bentuk ukiran eksin dan
bentuk umum maupun ukurannya sekarang dapat menjadi sumber bukti
taksonomi yang penting (Pujoarinto, 2001).
Palinologi merupakan ilmu yang tidak hanya mempelajari tentang
polen saja namun juga spora tumbuhan. Ruang lingkup pembelajaran
palinologi lebih menekankan pada karakter morfologi yang berkaitan
dengan dinding atau lapisan terluar dari polen dan spora yang resisten.
Karakter morfologi polen dan spora yang terdiri atas tingkat exine,
ornamentation exine, ukuran, dan bentuk 4 mempunyai nilai penting bagi
taksonomi dan evolusi tumbuhan (Erdtman dalam Nair, 1991).
Ilmu taksonomi biologi pada hakikatnya merupakan acuan dalam
dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran, baik itu media atau
bahan ajar. Guru dan siswa dapat bertukar pikiran dalam pengembangan ide
dan pengertian. Pada proses komunikasi sering muncul masalah sehingga

18
komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh
kecenderungan verbalisme, ketidakpastian siswa dan kurangnya minat
belajar. Salah satu upaya dalam mengatasi keadaan demikian yaitu
menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran, dan sebagai penyaji
stimulus informasi, sikap juga untuk meningkatkan keserasian dalam
penerimaan informasi (Sadiman, 2009).
Media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah
merupakan perantara. Media juga merupakan alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi serta menciptakan
sistem ingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal
(Hanum, 2014).
Media Belajar dalam Ilmu Biologi khususnya dalam materi
Taksonomi sangat minim, maka dari itu media yang mudah untuk
digunakan adalah media yang berbasis Multimedia yaitu Prezi. Prezi adalah
sebuah perangkat lunak untuk presentasi berbasis internet (SaaS). Selain
untuk presentasi, Prezi juga dapat digunakan sebagai alat untuk
mengeksplorasi dan berbagi ide di atas kanvas 5 virtual. Prezi menjadi
unggul karena program ini menggunakan en:Zooming User Interface (ZUI),
yang memungkinkan pengguna Prezi untuk memperbesar dan memperkecil
tampilan media presentasi. Prezi pada awalnya dikembangkan oleh arsitek
Hungaria bernama Adam Somlai-Fischer sebagai alat visualisasi arsitektur
(Fischer, S. 2009).
Prezi digunakan sebagai alat untuk membuat presentasi dalam bentuk
linier maupun non-linier, yaitu presentasi terstruktur sebagai contoh dari
presentasi linier, atau presentasi berbentuk peta-pikiran (mind-map)
(Binham, 2013). Kesimpulan dari pernyataan diatas adalah Prezi diharapkan
dapat memudahkan siswa dan guru dalam mempelajari taksonomi
tumbuhan dan juga mengaplikasikan berbagai materi yang lain (Fischer, S.

19
2009). Pada penelitian ini diharapkan kita dapat mengetahui dan
menganalisis perbedaan bentuk spora pada tumbuhan paku (famili
Salviniaceae) sebagai bahan media belajar diantaranya Salvinia natans dan
Azolla microphylla yang merupakan spesies tumbuhan paku berukuran
kecil.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Specimen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan
yang dibuat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-
beda.Herbarium kering Herbarium kering merupakan awetan yang dibuat
dengan cara pengeringan,dan disusun pada sebuah kertas serta diberi
keterangan terkait dengan specimen tersebut,namun tetap terlihat sebagai
ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan
pembanding pada saat determinasi selanjutnya dilakukan dengan
pengawetan dengan cara koleksi kering.Manfaat herbarium Herbarium dapat
dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan takson tumbuhan,
ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut.Fungsi herbarium Bahan
herbarium sangat penting sebagai keperluan dalam penelitian dan akan di
identifikasikan pada tanaman melalui konservasi nya.
Kelemahan Dan Kekuatan Herbarium Dari beberapa pembahasan diatas
maka kami juga akan menyampaikan bentuk dari kelemahan dan kekuatan
pada herbarium diantanya adalah sebagai berikut: Kelemahan herbarium
Perawatan dapat dilakukan dengan mudah tanpa merusak sampel karena hal
ini sebagai bentuk frekuensi untuk identifikasi manual dan verifikasi
tanaman.Kelebihan Herbarium Kelebihan Herbarium adalah sebuah bentuk
tambahan untuk bahan praktis dan dapat dikenakan secara langsung dalam
ruangan, dengan pembutan dalam melakukan pemeriksaan pada saat
mengambil sampel yang baru.

5.2 SARAN
Dalam melakukan praktikum membuat herbarium diharapkan
melakukan pengamatan dengan teliti, terutama saat mengukur larutan
alcohol / hansanitaizer dalam pembuatan herbarium tumbuhan ini.
Melakukan pengamatan dengan teliti dan menuliskan hasil kerja dalam
bentuk makkalah dengan baik dan teliti.

21
DAFTAR PUSTAKA
Murni ,P.,Muswita, Harlis, U.Yelianti dan W.D. Kartika. 2015.
Pembuatan Herbarium Untuk Pengembangan Media Pembelajaran. MAN
Cendikia Muaro,Jambi
https://eprints.umm.ac.id//2/jiptummpp-gdl-wahyulugas-37751-2-
bab1pr-t.pdf
http://jurusan.iain-tulungagung.ac.id/tbio/2018/04/19/herbarium-
basah-hasil-karya-mahasiswa-tbio
https://rumussoal.com/fungsi-herbarium/
https://www.gramedia.com/literasi/tumbuhan-paku-pterydophyta/
https://eventkampus.com/blog/detail/3364/manfaat-tumbuhan-
paku-bagi-kehidupan-manusia

22
Lampiran

23

Anda mungkin juga menyukai