Anda di halaman 1dari 38

Standar Nasional Indonesia

(SNI)
Berikut ini adalah beberapa contoh SNI Bidang Perbenihan yang telah ditetapkan oleh BSN :
Catatan: untuk komoditas yang belum memiliki SNI dapat mengacu pada SNI yang relevan

SNI-Kualitas Air SNI-Kriteria Induk SNI-Kriteria Benih SNI-Panen SNI-Pengemasan


dan Transportasi
Komoditas No. SNI Komoditas No. SNI Komoditas No. SNI Komoditas No. SNI Komoditas No. SNI
Ikan Nila SNI 6139; SNI Ikan Nila SNI 6138 Ikan Nila SNI 6140 Ikan Nila SNI 6141 Ikan Nila SNI 7583 dan
6141 Ikan Gurami SNI 6485.1 Ikan Gurami SNI 6485.2 Ikan Gurami SNI 6485.3 SNI 7584
Ikan Gurami SNI 6485.3; Ikan Lele SNI 6484.1 Ikan Lele SNI 6484.2 Ikan Lele SNI 6484.4 Udang Windu SNI 02-6142-
SNI 6485.4 Ikan Mas SNI 8296.1 Udang Galah SNI 6486.2 Udang Galah SNI 6486.4 1; SNI 01-
Ikan Lele SNI 6484.3; Udang Windu SNI 8556.1 Udang Windu SNI 8556.2 Ikan Mas SNI 8296.4 6143.1 dan
SNI 6484.4 Udang SNI 8678.1 Udang SNI 8678.2 Udang Windu SNI 8556.3 SNI 016143.2
Udang Windu SNI 8556.3 ; Vaname Vaname Ikan Kakap SNI 6145.4 Udang SNI 7585 dan
SNI 8038.1 Ikan Kakap SNI 6145.1 Rajungan SNI 8145.2 Putih Vaname SNI 7586
Rumput Laut SNI 7903; SNI Putih Rumput Laut SNI 7672 Ikan Kerapu SNI 6488.3 Kerapu tikus SNI 02-6487.2
Grasilaria 7904 Ikan Kerapu SNI 6488.1 Kotoni Macan dan kerapu dan SNI 02-
Macan macan 6487.3
dst… dst… dst… dst… dst…
Perbedaan SNI CPIB
8035:2014 vs 8035:2019

SNI CPIB 8035:2014 SNI CPIB 8035:2019

Persyaratan :
1. Teknis Persyaratan :
2. Manajemen 1. Manajemen
3. Keamanan Pangan 2. Teknis
4. Lingkungan 3. Pengendalian Kesehatan
dan Kesejahteraan Ikan
4. Pengelolaan Lingkungan
5. Sosial dan Ekonomi
6. Dokumentasi (untuk
ketertelusuran jaminan
Keamanan Pangan)
 SNI CPIB adalah standar dalam pengendalian mutu produk perikanan mulai dari Pra
Produksi, Proses Produksi dan Pasca Produksi untuk menjamin mutu induk dan benih yang
dihasilkan oleh unit-unit pembenihan, baik skala kecil maupun skala besar
 Pada SNI CPIB terbaru (SNI 8035:2019) terdapat penambahan 2 (dua) persyaratan yang
sebelumnya tidak dipersyaratkan pada SNI CPIB sebelumnya (SNI 8035:2014) yaitu :
1. Persyaratan Pengendalian Kesehatan dan Kesejahteraan Ikan ,
2. Persyaratan Sosial Ekonomi
 Persyaratan-persyaratan tersebut diperlukan untuk menjawab isu internasional yang
menimbulkan tantangan multidimensi dalam pengembangan usaha perikanan budidaya,
antara lain :
1) Perdagangan global yang sangat kompetitif,
2) Ketatnya persyaratan mutu dan keamanan pangan yang ditetapkan negara pengimpor,
3) Tuntutan konsumen terhadap mutu, penganekaragaman jenis dan bentuk serta penyajian
produk
4) Tuntutan untuk melaksanakan tata cara budidaya ikan yang bertanggungjawab,
berkelanjutan (responsible and sustainable aquaculture )dan ketertelusuran (traceability)
 Dengan penerapan SNI CPIB 2019 diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk
benih yang dihasilkan sesuai tuntutan pasar, menjamin keberlangsungan usaha
pembenihan dan menjaga konsistensi mutu benih
SNI 8035: 2019 CARA PEMBENHAN IKAN YANG BAIK (CPIB)

PERSYARATAN STANDAR
LATAR BELAKANG PENERAPAN CPIB

• Revisi dari SNI 8035:2014


Mengendalikan bahaya keamanan pangan yang
Cara pembenihan ikan yang 1
dapat terjadi pada kegiatan pembenihan
baik (CPIB).
• Pemenuhan persyaratan Meminimalkan stres dan menurunkan risiko
penerapan CPIB sesuai 2
penyakit ikan
dengan prinsip FAO
Technical Guidelines on
Menjaga lingkungan yang sehat pada setiap
Aquaculture Certification 3
tahapan pembenihan dan mencegah dampak
Tahun 2011.
lingkungan dari kegiatan pembenihan ikan
4 Memperhatikan aspek sosial dan ekonomi
Revisi SNI CPIB 2014 ke SNI CPIB 2019 mengacu pada Prinsip FAO Technical
Guidelines on Aquaculture Certification Tahun 2011 yang mencakup :
1. Keamanan Pangan (Food Safety)
2. Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan (Animal Health and Welfare)
3. Lingkungan (Environment)
4. Sosial Ekonomi (Social Ethics/Social Welfare)
5. Ketertelusuran (Traceability)
Dari prinsip tersebut jika dikaitkan dengan kegiatan pembenihan, kita
dihadapkan pada tantangan melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
 Bagaimana mengidentifikasi potensi bahaya yang timbul pada kegiatan
pembenihan? Dari mana saja sumber bahaya tersebut? Bagaimana
Pengendaliannya? Apa saja parameternya?
 Bagaimana cara untuk meminimalkan stress pada ikan sehingga dapat
menurunkan resiko penyakit pada ikan?
 Cara apa yang tepat digunakan agar lingkungan pembenihan tetap sehat?
 Adakah aspek sosial ekonomi pekerja yang terdampak dengan adanya
kegiatan pembenihan di lokasi tersebut?
SNI Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB)
SNI 8035: 2019

Tanggung Jawab &


Informasi
Tugas Pimpinan Unit 1 Manajemen 6 Dokumentasi Terdokumentasi
Pembenihan

1. Memberikan upah/gaji
yang sesuai peraturan
dan/atau kesepakatan
lainnya;

PERSYARATAN
1. Lokasi
2. Prasarana & Sarana Sosial & 2. menciptakan kondisi
2 5 kerja yang kondusif;
3. Kualitas Air Teknis Ekonomi
4. Pengelolaan Induk 3. tidak mempekerjakan
5. Pengelolaan Benih pekerja di bawah umur;
4. memenuhi kepuasan
pelanggan.

1. Pengendalian Kesehatan
Ikan Pengendalian Kesehatan Pengelolaan 1. Sanitasi
2. Penerapan 3 4 2. Limbah
Kesejahteraan Ikan
& Kesejahteraaan Ikan Lingkungan
 Unit Pembenihan yang menerapkan 6 (enam) Persyaratan SNI CPIB
tersebut akan menghasilkan benih bermutu dengan ciri -ciri :
1. Perumbuhan cepat,
2. Ukuran seragam,
3. Kelangsungan hidup (sintasan) tinggi,
4. Adaptif terhadap lingkungan,
5. Bebas parasit,
6. Tahan penyakit,
7. Efisien dalam penggunaan pakan,
8. Tidak mengandung residu bahan kimia dan obat yang merugikan
manusia dan lingkungan
MELAKUKAN ATAU MENUNJUK
1.1.Manajemen
Manajemen PERSONEL UNTUK VERIFIKASI,
PEMANTAUAN DAN TINDAKAN
PERBAIKAN DALAM CPIB
MEMAHAMI TUGAS &
TANGGUNGJAWABNYA

2 3 MENDOKUMENTASIKAN
PENGELOLAAN UNIT
PEMBENIHAN
MENETAPKAN : MPM & PELAKSANA PRODUKSI
PELAKSANA PRODUKSI : MPM:
• menangani fungsi proses • dari internal dan/atau 1 4
produksi eksternal unit pembenihan
• manajemen induk, • memiliki tanggung jawab
dalam merencanakan dan PIMPINAN UNIT
manajemen benih, memastikan bahwa unit
manajemen kualitas air, PEMBENIHAN/PEMILIK
pembenihan memenuhi
manajemen pakan, persyaratan CPIB
manajemen kesehatan Merencanakan, menerapkan, mengawasi dan
• memberikan pemahaman mengevaluasi proses pembenihan sesuai dengan
ikan dan mekanik dan memastikan semua
(permesinan, perlistrikan persyaratan CPIB.
personil unit pembenihan
dan perbengkelan dapat melaksanakan CPIB
secara konsisten;
 Personil Manajemen pada unit pembenihan terdiri dari Pimpinan Unit
Pembenihan, Manajer Pengendali Mutu, Pelaksana Produksi pada setiap
tahap produksi (petugas induk, petugas benih, petugas pakan, petugas
kualitas air, petugas kesehatan ikan, petugas mekanik), Pelaksana
Administrasi dan Pelaksana Pemasaran

 Manajer Pengendali Mutu tidak merangkap sebagai Manajer Produksi


atau sebaliknya

 Unit Pembenihan harus memiliki tenaga kerja yang kompeten,


berdedikasi tinggi serta jumlah yang sesuai kebutuhan
2.2.Teknis
Teknis
3. KUALITAS AIR

2. PRASARANA DAN
SARANA

4. PENGELOLAAN INDUK

PENGELOLAAN BENIH
1. LOKASI DAN TATA
LETAK
01 LOKASI DAN TATA LETAK 02 SARANA DAN PRASARANA 03 KUALITAS AIR

1
1. Tersedia sesuai kebutuhan dan terhindar
1. perijinan; Unit pembenihan memiliki sarana dan dari cemaran;
2. mekanisme pengendalian risiko prasarana, antara lain: 2. memenuhi persyaratan sesuai SNI.
terhadap : 1. ruangan yang berfungsi untuk
a. Polusi lingkungan dan produksi, administrasi, penyimpanan
kegiatan yang menimbulkan pakan, penyimpanan peralatan,
kontaminasi pada unit penyimpanan bahan kimia dan obat-
pembenihan, obatan, pengemasan dan mesin;
b. bencana alam, 2. bak/wadah : pengelolaan kualitas
c. hama/predator; dan air, pengendalian kesehatan ikan,
d. limbah padat dan/atau cair; pemeliharaan induk, pemijahan dan
3. akses yang memadai terhadap penetasan, pemeliharaan benih,
jaringan listrik, sarana penampungan benih, kultur pakan
komunikasi dan transportasi; hidup dan pengolah limbah;
4. tata letak dan desain yang
3. bahan: induk, pakan, obat-obatan,
sesuai dengan persyaratan
bahan kimia; dan
produksi dan biosekuriti.
4. peralatan: produksi, laboratorium
kesehatan ikan dan lingkungan,
panen dan mesin.

Catatan:
 komoditas yang belum memiliki SNI dapat mengacu pada SNI yang relevan
 SNI dapat dibaca pada website : http://akses-sni.bsn.go.id/home/index

12
LOKASI & TATA LETAK
 Unit pembenihan memenuhi aspek legal yaitu perizinan seperti Surat izin Usaha
Perikanan atau Tanda Pencatatan (SIUP, Izin Lingkungan)
 Setiap daerah memilik persyaratan operasional yang berbeda terkait izin penggunaan
sumberdaya, izin pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan, dll
 Lokasi pembenihan bebas banjir dan pengikisan daerah pantai,
 Terhindar dari polusi dan bahan cemaran
 Mudah dijangkau

SARANA & PRASARANA


• Penggunaan sarana dan prasarana sesuai fungsi dan peruntukannya;
• Sterilisasi ruang, bak dan peralatan dilakukan secara rutin sesuai SOP untuk
menghindari kontaminasi yang berdampak terhadap Keamanan Pangan
• Induk berasal dari sumber yang jelas
• Pakan , obat dan bahan kimia telah terdaftar
• Penyimpanan pakan, obat-obatan dan bahan kimia sesuai dengan aturan dan
persyaratan sehingga terpisah dari bahan kontaminan berbahaya dan tidak menjadi
sumber cemaran atau kontaminasi yang berdampak pada Keamanan Pangan
KUALITAS AIR
 Kualitas air sesuai SNI akan mendukung kebutuhan dan pertumbuhan ikan
yang dipelihara dan memberikan lingkungan yang nyaman bagi ikan
sehingga memenuhi Persyaratan Kesehatan dan Kesejahteraan Ikan
 Manajemen Kualitas Air (water treatment) dilakukan dengan proses
penjernihan air melalui pengendapan, filtrasi dan penampungan serta
perlakuan secara fisik menggunakan pasir (sand filter), arang, ijuk, UV,
secara kimiawi (kaporit) atau secara biologi dengan biofilter (rumput laut,
eceng gondok, dll) diharapkan menjamin Keamanan Pangan
 Sumber air bebas dari cemaran E.coli dan logam berat diharapkan
menjamin Keamanan Pangan
 Monitoring dan pencatatan kualitas air masuk, air pemeliharaan, media
kultur pakan hidup dan air keluar dari unit pembenihan secara periodik
serta tindakan perbaikan kualitas air dengan penambahan probiotik, dll
sesuai SOP diharapkan menjamin Keamanan Pangan dan memenuhi
Persyaratan Kesejahteraan Ikan, Lingkungan dan Pengendalian
dokumen
04 PENGELOLAAN INDUK

Pemilihan Induk
Unit pembenihan harus memastikan kesesuaian induk
yang digunakan, meliputi: 2. Memenuhi SNI induk sesuai Tabel

1. Asal induk dan calon induk:


a. dari hasil domestikasi, introduksi atau pemuliaan
memiliki Surat Keterangan Asal (SKA) dari produsen
dan surat keterangan kesehatan ikan;
b. dari alam harus memiliki Surat Keterangan Asal
(SKA) yang dikeluarkan oleh dinas dan surat
keterangan kesehatan ikan yang dikeluarkan oleh
instansi yang kompeten;
c. dari luar negeri harus memiliki:
• rekomendasi impor dari instansi yang
berwenang;
• surat keterangan asal (Certificate of Origin) dari
negara asal, dan/atau surat keterangan induk
unggul dari produsen;
• surat keterangan kesehatan (Certificate of
Health) dari negara asal.

Catatan:
 komoditas yang belum memiliki SNI dapat mengacu pada SNI yang relevan
 SNI dapat dibaca pada website : http://akses-sni.bsn.go.id/home/index
15
 Surat Keteangan Asal (SKA) induk dan calon induk, Surat Keterangan
Kesehatan Ikan, Rekomendasi impor induk/calon induk menjamin
Keamanan Pangan dan ketertelusuran (traceability) serta
memudahkan untuk melakukan pengendalian dokumen
 Surat Keterangan Kesehatan Ikan pada induk / calon induk udang dan
kerapu dilengkapi dengan hasil uji PCR

 Kesesuaian induk yang digunakan dengan kriteria SNI-Induk akan


menghasilkan produksi benih yang diharapkan dan menjamin
Kesehatan dan Kesejahteraan Ikan
 Jika komoditas ikan yang dipelihara belum memiliki SNI-Induk dapat
mengacu pada SNI yang relevan
Pemeliharaan Induk

Unit pembenihan harus memastikan kesesuaian


pemeliharaan induk, meliputi:

1. kondisi ruangan dan wadah sesuai dengan persyaratan


teknis bagi induk (sesuai SNI masing - masing
komoditas;
2. induk yang berasal dari dalam dan luar negeri diberi
perlakuan pencegahan masuk dan penyebaran penyakit
sebelum masuk ke proses pemeliharaan;
3. kepadatan sesuai dengan persyaratan teknis bagi induk;
4. pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
induk;
5. pakan, obat-obatan dan bahan kimia terdaftar di
instansi yang berwenang dan terhindar dari cemaran
serta memperhatikan aturan pakai dan tanggal
kadaluwarsa;
6. monitoring kualitas air dan kesehatan induk dilakukan
secara berkala.
17
 Kondisi ruangan (parameter suhu, dll) dan wadah (bentuk dan ukuran/volume) pemeliharaan
induk sesuai untuk pematangan gonad, perkawinan, pemijahan, fertilisasi dan penetasan
serta kepadatan induk dalam media pemeliharaan sesuai SNI Induk, jika tidak sesuai akan
menyebabkan induk stress dan beresiko sakit
 Induk yang berasal dari dalam dan luar negeri diberi perlakuan pencegahan masuk dan
penyebaran penyakit sebelum masuk ke proses pemeliharaan untuk menjamin Biosekuriti
 Pemberian pakan induk sesuai dengan kebutuhan nutrisi, jenis, dosis dan frekuensi
pemberian pakan
 Penggunaan pakan induk yang tidak sesuai akan mengakibatkan induk stress dan
berpengaruh terhadap kondisi biologis (reproduksi,fisiologi ikan) seperti jumlah dan kualitas
telur menurun, kurang nafsu makan dll sehingga beresiko terserang penyakit dan tidak
memenuhi Persyaratan Kesehatan dan kesejahteraan ikan
 Penggunaan hormon pada pemeliharaan induk ikan tidak melebihi ambang batas yang
diperbolehkan.
 Penggunaan dan penyimpanan obat dan bahan kimia yang tidak sesuai aturan pakai dan
tidak sesuai dengan petunjuk teknis (tercecer, tumpah) akan menjadi sumber cemaran yang
membahayakan Keamanan Pangan dan tidak memenuhi Persyatan Lingkungan
 Pengendalian Dokumen pada pemeliharaan induk : a)pencatatan seleksi induk, pemijahan
dan jumlah telur, b) pencatatan monitoring kualitas air (suhu, pH, DO, salinitas untuk ikan
payau & laut, dan parameter lainnya), b) pencatatan monitoring kesehatan induk, c)
pencatatan penggunaan pakan, obat dan/atau bahan kimia sesuai SOP
05 PENGELOLAAN BENIH
Pemilihan Benih

01
Unit pembenihan harus memastikan kesesuaian benih, meliputi:
2. Memenuhi SNI benih sesuai Tabel
1. Asal benih:
a. dari alam berasal dari lokasi yang diperbolehkan, ditangkap
dengan cara yang ramah lingkungan dan dibuktikan dengan
surat keterangan asal (SKA) dari dinas terkait dan surat
keterangan kesehatan ikan.
b. dari unit pembenihan bersertifikat CPIB, memiliki Surat
Keterangan Asal (SKA) dari produsen dan surat keterangan
kesehatan ikan yang dikeluarkan oleh instansi yang kompeten;
c. dari luar negeri harus memiliki rekomendasi impor dari
instansi yang berwenang, surat keterangan asal (Certificate of
Origin) dari negara asal atau produsen dan surat keterangan
kesehatan (Certificate of Health) dari negara asal.

Catatan:
 komoditas yang belum memiliki SNI dapat mengacu pada SNI yang relevan
 SNI dapat dibaca pada website : http://akses-sni.bsn.go.id/home/index
19
 Surat Keteangan Asal (SKA) Benih, Surat Keterangan Kesehatan
Ikan, Rekomendasi impor ikan menjamin Keamanan Pangan
dan ketertelusuran (traceability) serta memudahkan untuk
melakukan pengendalian dokumen
 Surat Keterangan Kesehatan Ikan pada benih udang dan kerapu
dilengkapi dengan hasil uji PCR

 Kesesuaian benih yang digunakan dengan kriteria SNI-Benih akan


menghasilkan produksi benih yang diharapkan dan menjamin
Kesehatan dan Kesejahteraan Ikan
 Jika komoditas ikan yang dipelihara belum memiliki SNI-Benih
dapat mengacu pada SNI yang relevan
Pemeliharaan Benih

02 Unit pembenihan harus memastikan kesesuaian pemeliharaan


benih, meliputi:

1. Ruangan dan wadah sesuai dengan persyaratan teknis bagi benih


(sesuai SNI masing – masing komoditas);
2. benih yang berasal dari luar unit pembenihan diberi perlakuan
pencegahan masuk dan penyebaran penyakit sebelum masuk ke
proses pemeliharaan;
3. kepadatan sesuai dengan persyaratan teknis bagi benih;
4. pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan benih;
5. pakan, obat-obatan dan bahan kimia terdaftar di instansi yang
berwenang dan terhindar dari cemaran serta memperhatikan
aturan pakai dan tanggal kadaluwarsa;
6. monitoring kualitas air dan kesehatan ikan dilakukan secara
berkala.

Catatan:
 komoditas yang belum memiliki SNI dapat mengacu pada SNI yang relevan
 SNI dapat dibaca pada website : http://akses-sni.bsn.go.id/home/index
21
 Kondisi ruangan (parameter suhu, dll) dan wadah (bentuk dan ukuran/volume) pemeliharaan
benih serta kepadatan benih dalam media pemeliharaan yang tidak sesuai SNI Benih akan
menyebabkan benih stress dan beresiko sakit
 Benih yang berasal dari dalam dan luar negeri diberi perlakuan pencegahan masuk dan
penyebaran penyakit sebelum masuk ke proses pemeliharaan untuk menjamin Biosekuriti
 Pemberian pakan benih sesuai dengan kebutuhan nutrisi, jenis, dosis dan frekuensi
pemberian pakan
 Penggunaan pakan benih yang tidak sesuai akan mengakibatkan benih stress dan
berpengaruh terhadap kondisi biologis & fisiologi ikan seperti kurang nafsu makan dan
mengganggu pertumbuhan ikan sehingga beresiko terserang penyakit dan tidak memenuhi
persyaratan Kesehatan dan kesejahteraan ikan
 Aklimasi benih di setiap tahap pemeliharaan
 Penggunaan obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit dan bahan kimia pada
pemeliharaan benih tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan.
 Penggunaan dan penyimpanan obat dan bahan kimia yang tidak sesuai aturan pakai dan
tidak sesuai dengan petunjuk teknis (tercecer, tumpah) akan menjadi sumber cemaran yang
membahayakan Keamanan Pangan dan tidak memenuhi Persyatan Lingkungan
 Pengendalian Dokumen pada pemeliharaan benih : a)pencatatan monitoring kualitas air
(suhu, pH, DO, salinitas untuk ikan payau & laut, dan parameter lainnya), b) pencatatan
pertumbuhan, sintasan, keseragaman dan abnormalitas, c) pencatatan monitoring kesehatan
benih, d) pencatatan penggunaan pakan, obat dan/atau bahan kimia sesuai SOP
Panen, pengemasan dan distribusi benih
03
1. Panen 2. Pengemasan
Panen dilakukan dengan cepat, higienis dan meminimalkan stres Proses dilakukan dengan memperhatikan pengendalian
sesuai SNI benih kesehatan dan kesejahteraan ikan. Sarana pengemasan sesuai
SNI

3. Distribusi
Distribusi dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan
kesejahteraan ikan

Catatan:
 komoditas yang belum memiliki SNI dapat mengacu pada SNI yang relevan
 SNI dapat dibaca pada website : http://akses-sni.bsn.go.id/home/index
23
PEMANENAN BENIH
 Panen dilakukan dengan cepat, higienis dan meminimalkan stres sesuai SNI
benih
 Peralatan dan bahan panen bersih dan sesuai kebutuhan
 Pemanenan benih dilakukan dengan baik untuk mencegah kerusakan fisik
 Jika komoditas ikan yang dipelihara belum memiliki SNI-Panen dapat mengacu
pada SNI yang relevan
 Pengendalian Dokumentasi dilakukan dengan pencatatan data panen dan
pengecekan mutu benih secara visual, mikroskopis ,PCR , residu, dll
PENGEMASAN & DISTRIBUSI BENIH
 Peralatan dan bahan pengemasan bersih dan sesuai kebutuhan
 Kepadatan sesuai jenis, umur dan ukuran ikan serta waktu tempuh
 Kegiatan pengemasan dan distribusi harus memperhatikan kesehatan dan
kesejahteraan ikan
 Pengendalian Dokumentasi dilakukan dengan pencatatan data penjualan
dan distribusi benih
3.3.Pengendalian
PengendalianKesehatan
Kesehatan&&Kesejahteraan
KesejahteraanIkan
Ikan

PENERAPAN KESEJAHTERAAN
PENGENDALIAN KESEHATAN IKAN IKAN

Penerapan biosekuriti menjaga kondisi ikan hidup, tumbuh,


dan berkembang biak secara optimal

monitoring kondisi ikan dan identifikasi hama dan penyakit 2020 Your Text Here

pencegahan dan pengobatan penyakit ikan secara


bertanggung jawab dan sesuai dengan peraturan
 Mencegah masuknya penyakit dari luar unit pembenihan ke dalam unit pembenihan
dilakukan dengan cara :
1. Memastikan asal induk dan calon induk dari hasil domestikasi, introduksi atau
pemuliaan memiliki surat keterangan kesehatan ikan yang dikeluarkan oleh instansi
yang kompeten atau dari produsen ;
2. Memastikan asal induk dan calon induk dari luar negeri memiliki surat keterangan
kesehatan (Certificate of Health) dari negara asal;
3. Induk dan calon induk yang berasal dari dalam dan luar negeri diberi perlakuan
pencegahan masuk dan penyebaran penyakit sebelum masuk ke proses
pemeliharaan
 Mencegah cemaran/kontaminasi dari luar dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan tata letak : a) pengaturan berdasarkan alur produksi, b) Pemagaran
keliling lokasi unit pembenihan, c) penyekatan antar ruang produksi, d) Pengaturan
akses satu pintu masuk lokasi
2. Tersedia sarana sterilisasi / disinfeksi: a) sterilisasi roda kendaraan di pintu masuk ke
lokasi, b) cuci tangan dengan air dan sabun antiseptik, c). disinfeksi alas kaki
(footbath) dengan cairan desinfektan (seperti kaporit, Kalium Permangat) yang
tersedia pada setiap pintu masuk ruang produksi dan/atau antar ruang produksi, d)
disinfeksi wadah, peralatan dan ruangan
3. Penggunaan pakaian dan perlengkapan kerja personil / karyawan (sarung tangan,
sepatu boot, penutup kepala, kaca mata, dll)
o Monitoring Kondisi Ikan dan Identifikasi Hama Penyakit
 Setiap unit pembenihan memiliki SOP Manajemen Kesehatan Ikan
 Pemeriksaan rutin kesehatan ikan (induk dan benih)

o Pencegahan dan pengobatan ikan


 Pencegahan dan pengobatan ikan dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan yang terdaftar di instansi yang berwenang dengan memperhatikan
aturan pakai dan tanggal kadaluwarsa. Penggunaan obat untuk penyakit
yang sudah pasti dan tidak menggunakan antibiotik untuk pencegahan .
Terdapat jenis antibiotik yang dilarang penggunaannya seperti
Chlorampenicol dan Nitrofuran yang beresiko pada keamanan pangan (food
safety)

o Pengendalian dokumen dilakukan dengan pencatatan SKA induk/calon


induk/benih, Surat Keterangan Kesehatan induk/calon induk/benih,
rekomendasi impor induk/calon induk/benih
o Penerapan Kesejahteraan Ikan
 Mengacu pada PP 28 tentang Pembudidayaan Ikan Pasal 55 & 71 yang diterapkan pada
pembudidayaan, pengangkutan, pemingsanan dan pematian ikan dengan menerapkan prinsip
bebas dari rasa lapar & mal nutrisi, bebas dari rasa sakit & penyakit, bebas dari rasa takut dan
stress, bebas dari luka da bebas untuk mengekspresikan perilaku alami ikan. Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan terkait kesejahteraan ikan masih dalam proses penyusunan
 Pada aktifitas pembenihan, terdapat aktivitas terkait proses reproduksi yang belum memenuhi
persyaratan keehatan & kesejahteraan ikan seperti teknologi ablasi (pemotongan tangkai
mata) pada udang yang masih dilakukan sampai saat ini dikarenakan belum ditemukan
teknologi lain sebagai pengganti ,
 Pada kegiatan budidaya, kesejahteraan ikan tidak menyangkut densitas atau kepadatan karena
kepadatan yang berbeda jika diberikan infrastruktur yang berbeda, supply oksigen yang
berbeda maka kondisi ikannya tetap sejahtera.
 Kegiatan pengemasan dengan kepadatan yang sangat tinggi dapat menyebabkan ikan stress
bahkan mati jika tidak memperhatikan kebutuhan biologi ikan seperti kebutuhan oksigen
 Mekanisme transportasi benih yang membutuhkan waktu tempuh yang lama dapat
menyebabkan ikan stress bahkan mati
 Belum ada sangsi hukum yang dikenakan pada usaha pembenihan bila terjadi pelanggaran
terkait kesehatan dan kesejahteraan ikan karena belum ada hukum yang mengaturnya. Sangsi
hukum dikenakan pada usaha pembenihan bila terkait keamanan pangan, lingkungan dan
ketentuan hak pekerja
4.4.Pengelolaan
PengelolaanLingkungan
Lingkungan
SANITASI LIMBAH
Dilakukan pada: pengelolaan limbah sesuai peraturan yang
berlaku, meliputi :

Sarana & Prasarana Lingkungan dalam & luar

Identifikasi sarana dan prasarana melakukan


potensi limbah pengelolaan limbah pengelolaan
aktivitas tersedia untuk dapat limbah padat dan
pembenihan memenuhi baku cair secara
terhadap mutu lingkungan higienis dan
Personil lingkungan sekitar yang disyaratkan efektif sesuai
dengan peraturan
yang berlaku.
 Sanitasi merupakan upaya untuk mewujudkan dan menjamin sarana dan
prasarana serta kondisi lingkungan di dalam dan di luar unit pembenihan
memenuhi syarat-syarat kesehatan;
 Sanitasi pada sarana dan prasarana seperti ruangan, bak atau wadah, bahan
dan peralatan dilakukan secara rutin sesuai dengan SOP unit pembenihan agar
tetap steril, bersih dan bebas dari cemaran atau kontaminasi;
 Sanitasi pada lingkungan di dalam dan diluar unit pembenihan dilakukan
secara rutin dengan menyediakan alat kebersihan (sapu, dll) dan tempat
sampah. Tersedia toilet yang ditempatkan terpisah dari lokasi/ruang produksi
dengan septic tank berjarak minimal 10 meter dari sumber air dan dilengkapi
dengan sabun antiseptik;
 Sanitasi pada personil dilakukan agar pekerja higienis dan tidak terkontaminasi
dengan bahan cemaran. Sanitasi personil dilakukan dengan menyediakan alat
cuci tangan seperti kran air dan sabun antiseptik serta celup kali (footbath)
berisi cairan desinfektan (seperti kaporit, kalium permanganat) yang tersedia
pada setiap pintu masuk ruang produksi dan/atau antar ruang produksi. Selain
itu, pekerja menggunakan alat kerja seperti sarung tangan, sepatu, tutup
kepala, kaca mata atau alat kerja lainnya jika diperlukan.
 Identifikasi potensi limbah dari aktivitas pembenihan mulai dari
tahapan pemeliharaan induk, pemeliharaan benih, pemanenan dan
pengemasan serta distribusi benih. Potensi bersumber dari
penggunaan pakan, bahan kimia atau obat-obatan dan bahan lainnya
selama proses produksi yang menghasilkan limbah seperti limbah
organik, residu bahan kimia dan obat-obatan, limbah biologi dll ;
 Sarana dan prasarana atau instalasi pengolahan limbah dapat berupa
bak atau kolam pengolahan limbah yang disiapkan oleh unit
pembenihan untuk mengolah hasil buangan air dari kegiatan
pembenihan dan selanjutnya diolah sesuai dengan baku mutu
lingkungan disyaratkan sebelum dibuang kembali ke perairan umum
(lingkungan);
 Pengelolaan limbah padat dan cair dilakukan dengan higienis dan
efektif untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dan
kontaminasi produk;
 Jika terdapat limbah beracun dan berbahaya dikelola dengan fasilitas
dan tata cara yang tidak membahayakan lingkungan
5.5.Sosial
Sosial dan
dan Ekonomi
Ekonomi
Penerapan sosial dan ekonomi di unit pembenihan dilaksanakan secara bertanggung jawab dan
berkelanjutan, yaitu:

MENCIPTAKAN KONDISI KERJA


YANG KONDUSIF
MEMBERIKAN UPAH/GAJI
YANG SESUAI PERATURAN
DAN/ATAU KESEPAKATAN
LAINNYA

TIDAK MEMPEKERJAKAN
Content Here PEKERJA DI BAWAH UMUR
MEMENUHI KEPUASAN
PELANGGAN.
 Pemberian hak pekerja dan upah/gaji disesuaikan dengan peraturan di daerah
masing-masing dan/atau terdapat kesepatan lainnya dengan pekerja;
 Kondisi kerja yang kondusif seperti lokasi kerja yang aman dan menjamin
keselamatan kerja, tersedianya tempat tidur/tempat istirahat, tersedia makanan
dan minuman, tempat makan, serta kebutuhan pekerja lainnya yang layak dan
manusiawi; terjalin kerjasama yang baik antar pekerja, perlakuan yang sama dan
tidak diskriminatif terhadap semua pekerja baik diskriminasi gender maupun
SARA , kebebasan berserikat dan menyampaikan pendapat bagi pekerja,dll
 Tidak mempekerjakan anak di bawah umur berdasarkan kriteria umur pekerja
yang ditetapkan oleh pemerintah (Undang-Undang No.13 Tahun 2003) namun jika
terpaksa mempekerjakan anak dibawah umur maka wajib memberikan hak-hak
anak seperti kesempatan untuk belajar, diberikan pekerjaan yang ringan dan
aman untuk anak serta harus diberi upah serta tidak ada pekerja paksa;
 Kepuasan pelanggan dapat diketahui dengan adanya masukan/kritik/keluhan
melalui kotak saran atau melaui isian formulir yang disediakan oleh unit
pembenihan (Pengendalian Dokumentasi).
 Persyaratan sosial dan ekonomi pada unit pembenihan dapat dijabarkan secara
luas lingkupnya dengan masyarakat sekitar lokasi unit pembenihan dengan
memberikan akses kepada masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya
(seperti pantai, laut) serta akses jalan, dll
6.6.Dokumentasi
Dokumentasi
Informasi terdokumentasi ditetapkan, diterapkan dan
Informasi terdokumentasi ditetapkan, diterapkan dan
dimutakhirkan pada semua tahapan proses pembenihan
dimutakhirkan pada semua tahapan proses pembenihan
dan aspek sosial ekonomi.
dan aspek sosial ekonomi.

Penilaian CPIB: memeriksa BUKTI


 Adanya Pengendalian
 Kesesuaian penerapan dengan persyaratan CPIB
 Pelaksanaan sesuai dengan SPO

Tulis yang kita lakukan, dan lakukan yang kita tulis

Pengendalian produksi  SPO


Penerapan SPO  Rekaman/ Catatan
 Pengendalian dokumen dilakukan pada setiap tahapan proses
produksi untuk kepentingan ketertelusuran (traceability)

 Dokumentasi merupakan bukti adanya pengendalian, penerapan


persyaratan CPIB dan pelaksanaan SPO yang dapat menumbuhkan
kepercayaan pelanggan terhadap konsistensi mutu dan keamanan
benih yang dihasilkan

 Dokumen dapat berbentuk tulisan, cetakan, rekaman, gambar (surat,


laporan,foto, video, dll)
Timeline Masa Transisi Penerapan
SNI CPIB 8035:2019
Jan-Des
Des 2019 Feb 2020 Mar 2020 April 2020 2020 2021

Penyusunan Penyusunan Penerapan SNI


Verifier Pedoman CPIB 8035:2019
Penerapan

Penetapan SNI Sosialisasi


CPIB 8035:2019 Revisi Verifier LS, Dinas, Pembenih,
Auditor, Stakeholder
Kep. BSN No.
672/KEP/BSN/12/2019
 Penerapan SNI CPIB 8035 : 2019 diharapkan dapat terwujud
sesuai rencana pada Tahun 2021

 Unit-unit pembenihan yang telah tersertifikasi CPIB dengan


SNI CPIB 8035 : 2014 diharapkan dapat mengadopsi dan
menerapkan SNI CPIB yang baru pada saat surveilen dan
perpanjangan sertifikat CPIB
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai