Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MARIKULTUR

BUDIDAYA IKAN BARONANG & KONSTRUKSI KJA_nya

OLEH

SARDIN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang menganugerahkan kepada kita semua
sumberdaya perikanan dengan potensi yang bernilai tinggi, untuk dimanfaatkan secara
berkelanjutan serta sebagai upaya dalam menjaga kelestariannya.  Sehubungan dengan itu,
penyusun tesis makalah yang berjudul “Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima)”, sebagai
tugas pada mata maeikultur dapat diselesaikan.
Sangat disadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga apa
yang tertuang dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya maupun mahasiswa fakultas perikanan
lain pada umumnya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Marikultur adalah salah satu usaha memanfaatkan semaksimal mungkin perairan pantai
melalui usaha budidaya ikan, rumput laut, kerangan-kerangan atau biota laut lainnya yang
mempunyai nilai ekonomis penting (Paruntu, 2015). Dalam kegiatan marinkultur, salah satu
sarana atau teknologi yang digunakan adalah Keramba Jaring Apung (KJA).
Teknologi KJA adalah salah satu teknik akuakultur yang cukup produktif dan intensif
dengan konstruksi yang tersusun dari karamba-karamba jaring yang dipasang pada rakit terapung
di perairan pantai. Salah satu keuntungan budidaya ikan dengan KJA dibandingkan dengan
teknologi selain KJA yaitu ikan dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi tanpa khawatir akan
kekurangan oksigen. Sedangkan keuntungan KJA lainnya ialah hemat lahan, tingkat
produkivitasnya tinggi, tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus sehingga dapat menekan
input biaya produksi, mudah dipantau, unit usaha dapat diatur sesuai kemampuan modal jumlah
dan mutu air selalu memadai, tidak perlu pengolahan tanah, pemangsa mudah dikendalikan dan
mudah dipanen Banyak jenis ikan yang dibudidayakan menggunakan KJA, salah satunya adalah
Siganus spp (ikan Baronang). ( Gunarto, 2003).
Metode budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan metoda Karamba Jaring
Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring yang
digantungkan pada kerangka (rakit) di laut. Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit
apung, kurungan, pelampung dan jangkar. (Menurut Tarwiyah2001),
Ikan baronang merupakan salah satu ikan ekonomis penting. Peningkatan permintaan
terhadap ikan baronang tidak dapat mengandalkan stok dari alam sehingga budidaya ikan
baronang mulai dikembangkan (Kune, 2007). Ikan tersebut hidup pada daerah berkarang, dasar
perairan berpasir yang banyak ditumbuhi rumput laut dan sering masuk dalam tambak. Ikan
beronang jenis Siganus javus dan Siganus vermiculatus umumnya hidup di sekitar perairan yang
berhutan bakau, pelabuhan, dan kadang-kadang masuk dalam sungai serta danau (Lam, 1974
dalam Suharyanto, 2009).
Informasi mengenai konstruksi KJA kegiatan budidaya ikan baronang sangat penting untuk
diketahui. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan menyusun makalah memgenai
konstruksi KJA budidaya ikan baronang.
B. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui konstruksi KJA budidaya
ikan baronang.

C. Manfaat

Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi ilmiah
mengenai  konstruksi KJA budidaya ikan baronang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi

Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut (Tarwiyah, 2001):

Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Subordo : Acanthuroidei
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Species : Siganus spp.

Gambar Ikan Baronang.

B. Morfologi

Dalam famili Siganidae memiliki ciri-ciri antara lain badan pipih dengan bentuk mulut
yang kecil. Sirip punggung mempunyai 13 duri keras dan 10 duri lunak, sedangkan sirip-sirip
dubur terdiri dan 7 duri keras dan 9 duri lunak. Duri-duri pada ikan baronang mengandung
kelenjar bisa sehingga orang akan merasa sakit bila tersengat oleh duri-duri tersebut. Siganidae
juga disebut rabbitfish yang berarti ikan kelinci karena moncongnya menyerupai kepala
kelinci(Wahyuningtyas 2015).
C. Habitat & Penyebaran

Gundermann et al. (1983) menyatakan bahwa ikan famili Siganidae menempati sebaran
habitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik
Barat. Pada umumnya ikan baronang hidup terutama di sekitar ekosistem terumbu karang,
ekosistem yang banyak ditumbuhi lamun dan rumput laut. Kadang-kadang didapatkan juga di
daerah hutan bakau, bahkan di pelabuhan yang pada umumnya telah tercemar (Ranoemihardjo
1985 dalam Marasabessy 1991). Beberapa jenis baronang yaitu S. guttatus dan S. vermiculatus
dapat hidup masuk ke perairan sungai dan danau (Setyono dan Susetiono 1990).

D. Kebiasaan Makan & Makanan

Ikan ini diketahui sebagai "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan
dan juga pemakan makanan buatan (Paruntu, 2015). Menurut Tarwiyah (2001), Sesuai dengan
morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada
masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus
halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan
tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang mampu memakan makanan apa
saja yang diberikan seperti pakan buatan.

F. Persyaratan Lokasi Budidaya

Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan
kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda
yang digunakan. Dalam hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan
mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis (Tarwiyah, 2001).

Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :

 Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang,
hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
 Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila
kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay
juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan
ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk
melawan arus.
 Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun
limbah rumah tangga.
 Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas,
binatang yang selain potensial dapat mengganggu (predator).

Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk
pertumbuhan ikan seperti :

 Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.


 Suhu air berkisar antara 28 ~ 320 C.
 O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
 Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.

Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya


yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya manusia, pakan, pasar, ketersediaan
bimbingan harus dalam jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi
budidaya mudah diperoleh.

Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor yang berkaitan
dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan dengan kepentingan sektor lain seperti
pariwisata, pelayaran, dll (Tarwiyah, 2001).

G. Konstruksi KJA Budidaya Ikan Baronang

1. Rakit Apung

Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu membuat
kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan
kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu.

Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti
dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan
diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.
2. Kurungan

Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan
polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan
dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung
yang telah siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut
bagian atas pada setiap sudut kerangka. 

3. Pelampung

Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung.


Pelampung dapat digunakan drum plastik volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan
pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang bergaris
tengah 0,8 ~ 1,0 cm.

4. Jangkar

Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya
akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung
dipergunakan jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar
biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menyusun makalah ini, dapat saya simpulkan bahwa konstruksi KJA untuk
budidaya ikan baronang terdiri dari konstruksi rakit apung, konstruksi kurungan, konstruksi
pelampung, dan konstruksi jangkar.

B. Saran

Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat saya
ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak - pihak tertentu saya meminta
kritik dan sarannya, kritik maupun sarannya sangatlah penting untuk pengintrospesikan diri
melengkapi makalah ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Gunarto, A. 2003. PENGEMBANGAN SEA FARMING BUDIDAYA KERAMBA JARING


APUNG (KJA) KERAPU (EPHINEPHELUS SP.) DI INDONESIA. Jurnal
Matematika, Saint, dan Teknologi, Volume 4, Nomor 1.
Gundermann N., Popper D.M., Lichatowich T. 1983. Biology And Life Cycle Of
Siganusvermiculatus (Siganidae, Pisces). Pacific Sci. 37 (2): 165-18
Imanto P, T, Dan Suastika, M. 2010. Kendala Pada Pendederan Benih Ikan Beronang Lada
(Siganus Canaliculatus) Pada Keramba Jaring Apung Di Perairan Pulau Sirai,
Tanjungpinang. Media Akuakultur Volume 5 Nomor 1.
Kune S. 2007. Pertumbuhan Rumput Laut Yang Dibudidaya Bersama Ikan  Baronang. Jurnal
Agrisistem 3(1). 
Marasabessy, M.D. 1991. Penelitian Budidaya Ikan Samadar (Siganus Canaliculatus) Di Pulau-
Pulau Kai Kecil, Maluku Tenggara. Eds Perairan Maluku Tenggara. Ambon :
Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanografi Lipi. Hlm : 35-41.
Masyahoro, A. 2011. Model Pertumbuhan Ikan Beronang Lingkis (Siganus Canaliculatus) Hasil
Tangkapan Sero Di Perairan Kepulauan Selayar. J. Agrisains 12 (1) : 50 - 56.
Issn : 1412-3657.
Paruntu, C. P. 2015. Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus Tauvina Forsskal, 1775) Dan Ikan
Beronang (Siganus Canaliculatus Park, 1797) Dalam Karamba Jaring Apung
Dengan Sistim Polikultur. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 3 No. 1: 1-10
Setyono, D.E.D., Susetiono. 1990. Pengaruh Jenis Makanan Terhadap Pertumbuhan Anakan
Baronang (Siganus Canaliculatus) Di Perairan Maluku Dan Sekitarnya.
Ambon :Balitbang Sumberdaya Laut Puslitbang Oseanologi Lipi.
Suharyanto. 2008. Polikultur Rajungan (Portunus Pelagicus) Dan Ikan Baronang (Siganus
Gutatus) Di Tamba. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci) X (2) : 167-177 Issn:
0853-6384.
Suharyanto. 2009. Pemeliharaan Ikan Beronang, Siganus Gutatus Sebagai Biokontrol
Perkembangan Lumut, Chaetomorpha Sp. Dan Enteromorpha Intestinalis Di
Tambak. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) Xi (2): 206-211 Issn: 0853-6384.
Tarwiyah. 2001. Budidaya Ikan Beronang. Direktorat Bina Produksi. Direktorat Jenderal
Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta, 
Wahyuningtyas, L, A. 2015. Karakteristik Ikan Baronang Dari Kepulauan Seribu Sebagai Bahan
Pangan Dan Non Pangan Melalui Kajian Molekuler, Kimia Dan Mikroskopis.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai