Anda di halaman 1dari 14

Standar Oprasional Indonesia pembenihan ikan patin siam (Pangasius

hyphthalmus) kelas benih sebar

Di susun oleh
Nama Muhammad Agung
NRP 55194112699
Kelas TAK – A

PROGRAM SARJANA TERAPAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI


AKUAKULTUR POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN JAKARTA

2021
Pendahuluan

Standar produksi benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) kelas benih sebar
disusun sebagai upaya meningkatkan jaminan mutu (quality assurance) mengingat
produk ini banyak diperdagangkan serta mempunyai pengaruh terhadap mutu produk
benih yang dihasikan sehingga diperlukan persyaratan teknis tertentu.

Standar produksi benih ikan patin siam kelas benih sebar diterbitkan oleh Badan
Standardisasi Nasional (BSN) sebagai pihak yang berwenang mengkoordinasikan
standar sesuai dengan Keppres RI No. 13 tahun 1997. Standar produksi benih ikan
patin siam kelas benih sebar dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh produsen
benih, penangkar dan instansi yang memerlukan serta digunakan untuk pembinaan
mutu dalam rangka sertifikasi.

1. Ruang lingkup
Standar produksi benih ikan patin siam kelas benih sebar meliputi : definisi, istilah
dan persyaratan produksi serta cara pengukuran dan pemeriksaan.
2. Acuan
Penyusunan standar produksi ikan patin siam kelas benih sebar ini menggunakan
acuan dari :
1. Keputusan Menteri Pertanian No. 26/Kpts/OT.210/1/98 tentang
Pedoman Pengembangan Perbenihan Perikanan Nasional dalam
konsiderans.
2. Pedoman penulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (Pedoman 8 tahun
2000).
3. Data dan informasi teknis dari pihak dan instansi terkait yaitu
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Puslitbangkan),
Perguruan Tinggi, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat
Jenderal Perikanan.
4. Hasil penelitian dan perekayasaan produksi benih ikan patin siam
UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan) dan UPT Direktorat Jenderal Perikanan.
3. Definisi
Produksi benih Ikan patin siam kelas benih sebar ukuran larva, benih ukuran 0,75
inci. benih ukuran 1 inci -2 inci, dan benih 2 inci -3 inci, adalah suatu rangkaian
pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan benih ikan
patin siam kelas benih sebar (SNI 01-6483.2-2000).
4. Istilah
a) Pra produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam memproduksi
benih ikan patin siam kelas benih sebar yang terdiri dari persyaratan : lokasi,
sumber air sarana (wadah, induk dasar, bahan dan peralatan).
b) Proses produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangkaian
kegiatan untuk memproduksi benih ikan patin siam kelas benih sebar. 

c) Pemanenan adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan tahap
akhir proses produksi benih ikan patin siam kelas benih sebar larva, benih
ukuran 0,75 inci, benih ukuran 1inci -2 inci dan 2 inci -3 inci.

d) Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok, induk dasar
atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih sebar.

e) Benih sebar ikan patin, kelas benih sebar terdiri dari larva (ukuran 0,1 inci -
0,2 inci), benih ukuran 0,75 inci, benih ukuran 1,0 inci - 2,0 inci, dan benih
ukuran 2,0 inci - 3,0 inci yang berasal dari induk pokok dan telah teruji
keunggulannya serta siap untuk disebarluaskan kepada petani/pengguna.
f) Induk Pokok (Parent Stock, PS) adalah induk keturunan pertama dari induk
dasar.
g) Sintasan adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada saat panen dari
jumlah ikan yang ditebar.
h) Pemijahan adalah rangkaian kegiatan pengeluaran telur dari induk betina dan
sperma dari induk jantan.
i) Pendederan pertama (PI) adalah pemeliharaan dari tingkat larva ukuran 0,1
inci - 0,2 inci sampai ketingkat benih ukuran 0,75 inci.
j) Pendederan kedua (PII di akuarium/bak) adalah pemeliharaan benih dari
tingkat ukuran 0,75 inci sampai ketingkat benih ukuran 1 inci -2 inci.
k) Pendederan kedua (PII dikolam) adalah pemeliharaan benih dari tingkat benih
ukuran 0,75 inci sampai ke tingkat benih ukuran 2 inci -3 inci.

5. Persyaratan Produksi
5.1 Pra Produksi
5.1.1 Lokasi
a) Kawasan Perkolaman : dekat dengan sumber air dan tersedia cukup sesuai
kebutuhan, mudah dikontrol, sarana transportasi lancar.
b) Tanah dasar : liat berpasir.
c) Peruntukkan lokasi tidakt umpang tindih dengan pertanian.
5.1.2 Sumber air

a) Tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologis dari alam, industri
pemukiman dan pertanian.

b) Kuantitas air mencukupi kebutuhan dan tersedia sepanjang tahun.

c) Adanya saluran pemasukan dan pembuangan air yang terpisah.

5.1.3 Wadah
a) Wadah inkubasi induk : hapa,kolam, atau bak sesuai kebutuhan
b) Wadah penetasan telur : akuarium, dan fibre glass.
c) Wadah pendederan I:akuarium,atau fibreglassd) Wadah pendederan II di
akuarium/bak: akuarium, bak kayu, atau bak beton
d) Wadah pendederan II di kolam : kolam tanah
5.1.4 Induk :
Induk ikan patin siam sesuai dengan SNI 01-6483.1-2000
5.1.5 Bahan
a) Pakan :
1. Pakani nduk:pakan buatan dengan kandungan protein:28%–35%.
2. Pakanbenih sampai umur 15 hari:nauplii Artemia sp, dan Tubifex sp
hidup.
3. Pakan benih dari umur 15 hari sampai 36 hari (di akuarium/bak) :
Tubifex sp hidup dan pakan buatan protein 35%.
4. Pakan benih dari umur 15 hari sampai 45 hari (di kolam): pakan buatan
dengan kadar protein min 28 % dan pakan alami (Moina sp dan
Daphnia sp yang ditebar pada waktu persiapan kolam).
b) Pupuk organik : pupuk kandang.
c) Pupukanorganik:Ureadan TSP
d) Kapur: kapur tohor (CaO).
e) Bahan kimia dan obat-obatan : hormon gonadotropin, hormon
antidopamin, kelenjar hypofisa, natrium klorida, larutan sera, alkohol,
desinfektan dan antibiotik (bila diperlukan).
5.1.6 Peralatan.
a) Pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva
1. Peralatan kawin suntik.
2. Peralatan pengukuran kualitas air : termometer, pH meter, dan DO
meter.
3. Peralatan lapangan : ember, waskom, gayung, selang plastik, saringan
serok, timbangan, jaring penangkap induk, hapa inkubasi induk dan
lain-lain.
4. Peralatan aerator/blower dan instalasinya, listrik.
b) Pendederan II (akuarium/ bak dan dikolam)
1. Peralatan pengukuran kualitas air : termometer, pH meter, dan DO
meter.
2. Peralatan lapangan : ember, waskom, saringan serok, lambit, waring,
cangkul, hapa penampungan benih, timbangan dan lain-lain.

5.2 Proses produksi


5.2.1 Pemijahan buatan
1. Kualitas air inkubasi induk.
a) Suhu : 29°C-31°C
b) Nilai pH : 6,5-8,5
c) Oksigen terlarut : >4mg/l
2. Penyuntikan induk
a) Induk-induk yang terpilih diberok dalam hapa penampungan selama
satu hari.
b) Seleksi induk siap pijah dengan pengecekan kualitas telur dengan
menggunakan kanulator (kateter).
c) Penyuntikan hormon (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis dan dosis hormon, interval waktu penyuntikan dan waktu ovulasi
dalam pemijahan buatan ikan patin siam

No Jenis hormon Dosis total Penyuntikan Interval waktu Waktu


penyuntikan ovulasi

1 Antidopamin 0,5 cc/kg 2/3 6 jam 6 - 8 jam

2 HCG 3.000.IU 2/3 6 jam 6 - 8 jam

3 Kelenjar 3 –4 2/3 6 jam 6 - 8 jam


Hipofisa

5.2.2 Penetasan Telur


a) Kualitas Air media penetasan telur.
1. Suhu : 27°C - 30°C
2. Nilai pH : 6,5 - 8,5
3. Oksigen terlarut : >5 mg/l
4. Ketinggian air : 25 cm - 30 cm
b) Penetasan telur.
1. Padat penebaran telur : 6 butir /cm2 - 10 butir /cm2
2. Lama penetasan telur : 20 jam - 26 jam
c) Panen larva
Panen larva dilakukan 6 jam- 8 jam setelah menetas dengan cara disiphon
kemudian ditampung dalam ember.
5.2.3 Pendederan benih di PI
a) Kualitas air media pendederan benih
1. Suhu : 27°C - 30°C
2. pH : 6,5-8,5
3. Oksigen terlarut : > 5 mg/l
4. Ketinggian air : 20 cm - 50 cm
b) Teknik Pemeliharaan larva (PI)
1. Wadah yang digunakan berupa akuarium, atau fibre glass.
2. Persiapan wadah (sanitasi), dan pemasangan perlengkapan aerasi.
3. Larva ditebar dalam akuarium/fibre glass dengan kepadatan 40
ekor/liter.
4. Jumlah naupli Artemia dan Tubifex hidup yang diberikan dapat dilihat
pada Tabel 2.
c) PenggunaanBahan
1. Penggunaan pakan : pakan alami (naupli Artemia sp, dan Tubifex sp
hidup) lihat Tabel 3.
2. Penggunaan desinfektan untuk sterilisasi dan antibiotik (jika
diperlukan)
3. EDTA : menghilangkan kandungan logam pada air 2 mg/l – 10 mg/l.
4.
5.2.4 Teknik Pendederan Benih di P II
a) Kualitas air media pemeliharaan benih di P II, sesuai Tabel 2.
Tabel 2 Kualitas air media pendederan benih di P II

No Parameter Satuan Kisaran P II di


kolam

1 Suhu o 25 – 30
C

2 PH _ 6,5 – 8,5

3 Oksigen terlarut mg/l >5


4 Ketinggian air cm 80 –

9
0

b) Teknik pemeliharaan benih


1. Wadah yang digunakan untuk pendederan benih ukuran sedang (di
PII) berupa akuarium, bak kayu atau beton dan benih ukuran besar (P
II) berupa kolam tanah.
2. Persiapan wadah (sanitasi), dan perlengkapan aerasi untuk P II di
akuarium atau bak, sedangkan persiapan untuk P II kolam tanah
meliputi pengolahan tanah dasar, penjemuran, pengapuran dan
pemupukan serta pengisian air.
3. Benih ditebar dalam akuarium/bak kayu dengan kepadatan 20
ekor/liter sedangkan padat penebaran dikolam tanah adalah 40
2
ekor/m .
4. Untuk menjaga kualitas air tetap baik dilakukan penyiponan kotoran
(P II akuarium atau bak) dan penggantian air sebanyak 50% - 60 %
setiap 2 hari, sedangkan untuk P II kolam tanah pergantian air
sebanyak 20% - 30 %/hari ( tergantung kualitas air).

c) Penggunaan Bahan.
1. Penggunaan pakan : lihat Tabel 3.
2. Penggunaan obat-obatan : Formalin 10-25 ppm
3. Penggunaan kapur : lihat Tabel 4
4. Penggunaan pupuk organik : lihat Tabel 4
5. Penggunaan pupuk anorganik : lihat Tabel 4
Tabel 3 Jumlah penggunaan pakan untuk pendederan benih P I (untuk benih
100 000 ekor)

Hari ke Pakan Nauplii Artemia sp Pakan Tubifex sp hidup


(g)* (liter)

1 - -

2 3,2 -

3 6,4 -

4 8,3 -

5 13,3 -

6 20,0 -

7 26,6 1,0
8 29,3 1,0

9 - 1,0

10 - 1,5

11 - 1,5

12 - 1,5

13 - 2,0

14 - 2,0

15 - 2,0

Jumlah cyste Artemia yang ditetaskan, dengan daya tetas 80 %


Tabel 4 Proses produksi benih ikan patin siam pada setiap tingkat pemeliharaan

NO Uraian Satuan PI Akuarium Kolam


atau bak tanah

1 Pupuk organil ( 2 - - 500 - 1000


g/m
urea,tsp)

2 Kapur 2 - - 25 - 100
g/m

3 Ukuran benih 2 0,1 -0,2 0,75 0,75


g/m

4 Padat tebar Inci 40 - 20 40


benih di P I
dan P II

5 Jenis pakan 2 Artemia+ Tubifex Pakan


ekor/l ekor/m
Tubifex hidup + buatan
hidup Pakan buatan

6 Pakan % bobot - - 20
biomas

7 Frekuensi kali/hari 5 4
pemberian
pakan 3

8 Waktu hari 15 21 30
pemeliharaan

9 Sintasan % 50 85 80

10 Ukuran panen inci 0,75 1-2 2-3

5.3 Pemanenan
5.3.1 Sintasan
a) Benih pada P I : lihat Tabel 4.
b) Benih pada P II : lihat Tabel 4.
5.3.2 Ukuran panjang total dan bobot benih yang dipanen
1. Benih pada P I sesuai dengan SNI 01-6483.2-2000
2. Benih pada P II akuarium/bak sesuai dengan SNI 01-6483.2-2000
3. Benih pada P II kolam tanah sesuai dengan SNI 01-6483.2-2000

6. Cara pengukuran dan pemeriksaan


6.1 Cara mengukur suhu
Cara mengukur suhu air dilakukan dengan menggunakan termometer yang
dinyatakan dalam satuan °C. Pengukuran suhu air dilakukan dipermukaan air dan
dasar wadah ( untuk P II kolam tanah ), pengukuran dilakukan dengan frekuensi
dua kali yaitu pagi dan sore hari.
6.2 Cara mengukur oksigen terlarut
Cara mengukur oksigen terlarut dengan menggunakan DO-meter, pengukuran
oksigen air dilakukan di permukaan air dan dasar wadah (untuk P II kolam tanah),
pengukuran dilakukan dengan frekuensi dua kali yaitu pagi dan sore hari.
6.3 Cara mengukur pH air
Cara mengukur pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter atau pH
indikator.
6.4 Cara mengukur debit air
Cara mengukur debit air dilakukan dengan mengukur volume air kedalam wadah
penampungan dibagi waktu yang dibutuhkan dalam satuan liter per detik.
6.5 Cara mengukur ketinggian air
Cara mengukur ketinggian air dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar
wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan meteran atau alat
sejenis dalam satuan centimeter.
6.6 Cara mengukur kecerahan air
Cara mengurur kecerahan air dilakukan dengan menggunakan piringan berwarna
putih bergaris hitam yang diberi tali atau tangkai dan dimasukkan ke wadah
pemeliharaan dan ukuran kecerahan dinyatakan dengan mengukur jarak antara
permukaan air dengan batas piringan yang tampak jelas dalam satuan centimeter.
6.6.1 Cara menentukan jumlah pakan
Cara menentukan jumlah pakan dilakukan dengan menghitung bobot rata-rata
ikan (minimal dari 30 ekor ikan sampel) dikalikan jumlah populasi ikan yang
ditanam dilkalikan persentase tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan
dalam satuan gram atau kilo gram
6.6.2 Cara menentukan jumlah pupuk
Cara menentukan jumlah pupuk adalah dosis pupuk per meter persegi
dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau
kilo gram.
6.6.3 Cara menentukan jumlah kapur
Cara menentukan jumlah kapur adalah dosis kapur per meter persegi dikalikan
luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau kilo gram.
6.6.4 Cara menentukan padat tebar benih
Cara menentukan padat tebar benih adalah perkalian antara jumlah benih yang
ditebar per satuan meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan atau total
volume air.
6.6.5 Cara mengukur panjang total benih
Cara mengukur panjang total benih dilakukan dengan mengukur jarak antara
ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau
penggaris yang dinyatakan dalam satuan centimeter atau milimeter.
6.6.6 Cara mengukur bobot benih
Cara mengukur bobot benih dilakukan dengan menimbang benih
menggunakan timbangan analitik yang dinyatakan dalam satuan gram atau
miligram.

Anda mungkin juga menyukai