Anda di halaman 1dari 5

Aquacultura Indonesiana (2004) 5(2): 79–83

ISSN 0216–0749

Purifikasi Fenolic Bahan Bioaktif Hydrozoa Bougainvilla Sebagai


Bakterisida Terhadap Bakteri Vibrio harveyi
M. Fadjar1), Sri Andayani1) dan M. Faizal2)
1)
Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya,
Jl. Veteran, Malang, E-mail: f4dj4r_02@yahoo.com
2)
FMIPA, Universitas Brawijaya,
Jl. Veteran, Malang

Abstract
M. Fadjar, Sri Andayani and M. Faizal. 2004. Fenolic purification bioactive of Hydrozoa agent as bactericide
of Vibrio harveyi. Aquacultura Indonesiana, 5(2): 79–83. The objective of this research was to isolate and the
Hydrozoa’s (Bougainvilla sp.) bioactive agent and to got the minimum doses of the bioactive agent as bactericide
of Vibrio harveyi, in vitro. The methods used was qualitative test, isolation and purification of the bioactive agent,
light layer chromathography methods, spectrophotometer UV, MIC dan disk test to harveyi isolate. Result showed
phenolic as the bioactive agent in Bougainvilla sp. the minimum concentration for the bioactive agent was 1.9 mg/
L and the biggest inhibiting zone was 10.7 mm as bactericide of V. harveyi.

Keywords: Bougainvilla sp.; Hydrozoa; Phenolic; Vibrio harveyi

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan memurnikan serta mendapatkan dosis terendah penitritasi
masing-masing konsentrasi bahan bioaktif Bougainvilla sp. dari klas Hydrozoa sebagai bakterisida terhadap Vibrio
harveyi, secara invitro. Metode penelitian yang dilakukan adalah uji kualitatif, isolasi dan pemurnian bahan bioaktif,
kromatografi lapis tipis (KLT), Spectrofotometer UV, Uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan cakram
terhadap isolat V. harveyi. Hasil uji kualitatif, isolasi dan pemurnian mendapatkan bahan bioaktif fenolic pada
Bougainvilla sp. uji MIC menunjukkan konsentrasi daya hambat terendah 1,9 mg/L terhadap V. harveyi dan uji
cakram menunjukkan zona hambatan terbesar rata-rata 10,7 mm.

Kata kunci: Bougainvilla sp.; Hydrozoa; Fenolic; Vibrio harveyi

Pendahuluan 1–3 hari sejak gejala awal (Taufik dan Zafran,


1997).
Hydrozoa merupakan salah satu biota laut Pemberian bahan antibiotik dan bahan-bahan
yang tergolong ubur-ubur termasuk phylum kimia yang digunakan akhir-akhir ini dapat
Coelenterata, mempunyai senyawa bioaktif untuk menyebabkan akumulasi dan persisten di alam,
penanggulangan penyakit pada ikan dan udang. sehingga dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas/
Penelitian jenis Hydrozoa sangat jarang dilakukan. mutu lingkungan perairan. Demikian perlu beberapa
Padahal di perairan sangat potensial alternatif penanggulangan penyakit dengan
keberadaannya. Senyawa bioaktif yang diperoleh menggunakan bahan-bahan alami yang masih
dari bunga karang antara lain dari golongan fenolat, terbatas pemakaian saponin dan rotenon, sehingga
steroid dan terpenoid menunjukkan aktifitas kuat perlu terobosan baru dengan pemanfaatan bahan
terhadap bakteri, ikan dan udang (Muliani et al., bioaktif Hydrozoa yang lebih ramah lingkungan.
1998). Selain itu Yahya et al. (2003) menyatakan Penggunaan ekstrak kasar Hydrozoa dari species
bahwa bahan bioaktif tentakel ubur-ubur dapat Bougainvilla sp. terhadap bakteri Vibrio harveyi
dipergunakan sebagai bakterisida selektif untuk melalui uji MIC dan cakram menunjukkan respon
Vibrio harveyi penyebab penyakit larva udang. yang positif (Fadjar et al., 2003) sehingga perlu
Serangan bakteri Vibrio harveyi terhadap benih dilakukan isolasi dan pemurnian bahan bioaktifnya
bersifat akut dan ganas karena dapat memusnahkan sebagai bakterisida.
populasi larva yang terserang hanya dalam waktu

 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005 79


Aquacultura Indonesiana, Vol. 5, No. 2, Agustus 2004 : 79–83

Materi dan Metode Masing-masing tabung diinokulasi dengan suspensi


bakteri Vibrio harveyi 1 oose (setara dengan Mc
Isolasi dan Pemurnian Bahan Bioaktif Farland Equivalence Turbidity Standart 1,0).
Sebagai kontrol negatif digunakan 5 mL pepton yang
Filtrat yang diperoleh pada persiapan
tidak diinokulasi bakteri sebagai kontrol positif.
sampel diukur volumenya dan diekstraksi dengan
Setelah diinkubasi selama 24 jam pada 25ºC,
petroleum benzena sebanyak empat kali dengan
diperoleh konsentrasi dosis terendah yang dapat
volume setengah bagian volume sampel. Fase air
menghambat pertumbuhan bakteri uji.
hasil ekstraksi ditambah etanol (1:1) dipekatkan
menggunakan rotary evaporator vacuum pada Uji Cakram
suhu 40ºC sehingga diperoleh ekstrak etanol pekat.
Ekstrak etanol pekat ditambah larutan HCl Kertas cakram steril dicelupkan pada
0,2 N sebanyak dua kali volume ekstrak etanol pekat ekstrak bahan bioaktif yang konsentrasinya
sambil distirer dalam ice bath, setelah itu ditambah ditentukan sesuai perlakuan. Setelah 15–30 menit
larutan NaOH 15% sampai pH 10. Fase kloroform kertas cakram ditempelkan pada media TCBSA
yang diperoleh dicuci dengan akuades dan yang telah diinokulasi dengan bakteri Vibrio
dikeringkan dengan penambahan Na2SO4 an hidrat, harveyi. Pengukuran dilakukan setelah masa
kemudian dipekatkan lagi dengan N 2 sampai inkubasi selama 24 jam pada 25ºC dengan mengukur
diperoleh ekstrak pekat (Maldoni, 1991). zona bening yang terbentuk di sekitar kertas
cakram.
Analisa Kromatografi Lapis Tipis
Hasil dan Pembahasan
Ekstrak kloroform pekat diletakkan pada
permukaan plat KLT dengan pipa kapiler, Isolasi dan Pemurnian Bahan Bioaktif
selanjutnya dielusi menggunakan lar utan Bougainvilla sp
pengembang kloroform:methanol (10:0) sebanyak
10 mL yang dibandingkan dengan standar kafein Bougainvilla sp. diperoleh perairan
dalam bejana yang telah dijenuhkan dengan pelarut Probolinggo atau Selat Madura. Bougainvilla sp.
selama 3 jam. Setelah gerakan pelarut sampai pada diektraksi dengan Etanol dan khloroform diperoleh
garis batas, elusi dihentikan. Noda pada permukaan massa akhir seperti pada Tabel 1 sedangkan hasil
plat diperiksa di bawah sinar UV dengan panjang uji kualitatif terdapat pada Tabel 2 dan hasil
gelombang 254 nm. Selanjutnya dilakukan kromatografi lapis tipis (KLT) pada species
pemisahan dengan KLT preparatif, di mana elusi Bougainvilla sp. tercantum pada Tabel 3.
dilakukan tanpa standar kafein. Hasil elusi diambil
Tabel 1. Massa ekstraksi Bougainvilla sp.
dengan cara melarutkan noda dalam 3 mL pelarut
kloroform. Larutan disentrifugasi dan supernatan Species Massa awal Massa Ekstrak %
disiapkan dalam tabung reaksi. (g) Pekat (g)
Bougainvilla sp. 108.26 CHCl3 13.95 12.89
Identifikasi dengan Spektrofotometer UV
Etanol 10.04 9.27
Sampel yang diperoleh dari analisa KLT
dianalisa dengan UV – Vis dengan panjang
Tabel 2. Uji kualitatif
gelombang 200–800 nm.
Species Uji Uji Uji
Uji MIC (Minimum Inhibitory Concentration) Alkaloid Fenolik Flavonoid
Pengamatan kualitatif terhadap ada atau Bougainvilla sp. Mayer ++ +
tidaknya pertumbuhan bakteri setelah diberi bahan
bioaktif pada media cair dilakukan dengan uji MIC. Dragendorff +++ –
Larutan pepton 500 mL diambil masing–masing 5
mL untuk 13 tabung reaksi dengan konsentrasi Hasil KLT menunjukkan adanya noda tunggal
masing-masing sebesar 500; 250; 125; 62,5; 31,3; di atas plat KLT dengan pola nilai Rf yang berbeda-
15,6; 7,8; 3,9; 1,9; 1,0; 0,5; 0,2; dan 0,1 mg/L. beda pada berbagai perbandingan pelarut. Adanya

 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005 80


Purifikasi fenolic bahan bioaktif hydrozoa Bougainvilla sp. (M. Fadjar et al.)

Tabel 3. Hasil KLT Bougainvilla sp.

Pelarut pengembang CHCl3:MeOH 10:0 7:3 6:4 2:8


Jarak tempuh pelarut (cm) 8 8 8 8
Jarak tempuh noda sampel (cm) 6.7 6.6 7.1 4.5
Jarak tempuh kafein (cm) 0.3 6.9 7.2 4.2
Rf sampel 0.8375 0.825 0.8875 0.9
Rf kafein 0.0375 0.8625 0.9 0.84
Keterangan noda Satu Noda Noda Satu
noda coklat berekor coklat berekor coklat noda coklat

hanya 1 noda dapat diinterpretasikan sebagai dalam sistem fenolik. Oleh sebab itu senyawa yang
suatu senyawa yang paling dominan dalam komposisi terkandung dalam ekstrak etanol/air merupakan
ekstrak kloroform atau hanya senyawa tunggal senyawa golongan fenolik.
dalam ekstrak yang dianalisis. Nilai Rf sampel
dibandingkan kafein dalam pengembang 100% Uji MIC
kloroform jauh lebih tinggi daripada kafein. Hal ini Dari hasil uji MIC (Tabel 5) dapat diketahui
menunjukkan bahwa sifat kepolaran senyawa lebih bahwa konsentrasi bahan bioaktif Bougainvilla sp.
rendah daripada kafein dan menggambarkan terendah adalah 1,9 mg/L. Konsentrasi bahan
kerangka non polar yang dominan pada struktur bioaktif ini jauh lebih rendah jika dibandingkan
senyawa. Sedangkan nilai Rf dengan pengembang dengan ekstrak dari beberapa organisme laut yang
dengan komposisi kloroform lebih rendah daripada sudah diuji coba seperti golongan Tunikata
metanol menunjukkan nilai yang tidak berbeda jauh. (Ecteinascida turbinata) di mana organisme ini
Hal ini memungkinkan analisis terhadap berat bersifat sitotoksik dan pada konsentrasi 10 mg/L
molekul senyawa yang tidak terlalu berbeda jauh dapat membunuh sel. Sedangkan ekstrak Bugula
dengan kafein. stolonifera dan Bugula turrinata menunjukkan
Analisis UV effek menghambat pada konsentrasi 109 mg/L pada
bakteri gram negatif (Angka dan Suhartono, 2000).
Hasil panjang gelombang UV dapat dilihat Kebanyakan molekul bioaktif yang diisolasi
pada Tabel 4 di bawah ini. dari sumber lautan adalah toksin yang merupakan
obat melalui modifikasi kimiawi dan rekayasa
Tabel 4. Hasil UV dengan akstrak ethanol genetika. Organisme laut yang memiliki senyawa
bioaktif berupa racun, di mana senyawa ini dapat
Species Panjang
gelombang Amaks melindungi diri dari serangan jasad renik dan
maks (nm) predator yang berbahaya dan dapat bersifat
sitotoksik, antibakteri (mengganggu pembentukan
Bougainvilla sp. 252.0 0.4202
RNA sehingga mengganggu sintesa protein), anti
209.0 1.4537 virus dan anti tumor (Robinson, 1995). Senyawa-
senyawa tersebut dapat dimanfaatkan untuk
Tipe absorpsi sinar UV dan ekstrak ethanol/ mengontrol pertumbuhan bakteri terutama bakteri
air menunjukkan puncak- puncak kembar pada patogen dengan mekanisme kerja dasar sesuai
daerah 200–250 nm yang berasal dari transisi dengan yang dikemukakan oleh Tanu (1987), antara
elektronik  ke * yang berhubungan dengan lain:
karakter aromatik yang mengandung substituen OH
Tabel 5. Hasil uji MIC terhadap V. harveyi

Bahan Konsentrasi Uji MIC (mg/L)


bioaktif
500 250 125 62.5 31.3 15.6 7.8 3.9 1.9 0.9 0.5 0.3 0.1
Fenolic – – – – – – – – + + + + +

 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005 81


Aquacultura Indonesiana, Vol. 5, No. 2, Agustus 2004 : 79–83

1. Mengganggu metabolisme sel mikroba merusak sistem yang ada dalam sel. Membran
2. Menghambat sisntesa dinding sel mikroba sitoplasma yang berperan pada keutuhan sel juga
3. Merusak keutuhan membran sel mikroba dapat diganggu permeabilitasnya oleh beberapa
4. Menghambat sintesa protein sel mikroba senyawa antimikroba yang terdapat dalam ubur-
(merusak asam nukleat mikroba). ubur yang dapat menyebabkan kebocoran isi sel.
Cao et al. (1998) menyebutkan bahwa Senyawa penyebab kebocoran membran sitoplasma
racun ubur – ubur disebut SNTX (Sea Nettle adalah senyawa yang bersifat antiseptik dan
Jellyfish Toxin) yang terdiri dari beberapa desinfektan.
polipeptida. Sel mengeluarkan lebih dari 1 l SNTX Menurut Jawetz et al. (1976), diameter
protein/mL media menunjukkan peningkatan hambatan yang terbentuk merupakan ukuran
sementara aktifitas metabolisme yang kemudian kekuatan suatu zat anti mikroba terhadap bakteri
diikuti dengan penurunan secara tajam dan kematian yang diperiksa. Hambatan di sekitar cakram
sel per menit. Selanjutnya disebutkan bahwa racun tergantung pada daya serap bahan aktif ke dalam
ini merupakan senyawa bioaktif yang bersifat agar dan kepekaan kuman terhadap bahan aktif yang
sitotoksid. Racun ubur–ubur ini dapat mengganggu/ dipergunakan. Apabila zat anti mikroba itu bersifat
merusak membran sel, yaitu dapat mengganggu menghambat, maka petumbuhan bakteri tersebut
transport senyawa yang keluar masuk sel misalnya akan terhenti dan di sekitar cakram disk itu akan
nutrisi, karena membran sel juga mengendalikan terlihat lingkaran bening yang tidak ditumbuhi bakteri
pengangkutan aktif ke dalam sel. setelah diinkubasi selama 18–24 jam.
Aktifitas anti mikroba dapat meningkat dari
Uji Cakram bakteriostatik manjadi bakterisida bila kadar anti
Uji cakram dilakukan untuk mengetahui mikrobanya ditingkatkan melebihi kadar hambat
daya hambat bahan aktif dan dosis Bougainvilla minimum (MIC), yaitu konsentrasi minimum yang
sp. Dengan konsentrasi yang berbeda terhadap dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang
pertumbuhan bakteri V. harveyi. Hasil rata –rata ditandai dengan terbentuknya daerah bening di
perlakuan uji cakram dapat dilihat pada Tabel 6 sekitar cakram (Gan et al., 1987).
berikut ini. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan,
bahwa pada konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi
Tabel 6. Hasil rata-rata pengaruh bahan aktif dan dosis maka kemampuan bahan bioaktif untuk
Bougainvilla sp terhadap daya hambat bakteri menghambat pertumbuhan bakteri V. harveyi akan
V. harveyi. semakin besar. Akan tetapi konsentarsi bahan
Bahan aktif D o s i s (mg/L)
bioaktif yang tinggi tidak selamanya akan
memberikan zona hambatan yang lebar karena
Fenolic 1.9 2.4 2.9 3.4 3.9 masih ada faktor lain yang penting dan perlu untuk
Daya 8.17 8.47 8.67 9.33 10.7 diperhatikan, yaitu kecepatan pertumbuhan dari
hambat (mm) bakteri. Apabila kecepatan aktifitas anti bakteri dari
sampel ke dalam medium lebih rendah daripada
kecepatan pertumbuhan bakteri maka peningkatan
Diameter daya hambat terbesar untuk
konsentrasi tidak akan memperbesar zona
bahan aktif fenolic dari ubur–ubur Bougainvilla sp.
hambatannya.
adalah rata – rata10,7 mm. Mekanisme
penghambatan atau kematian mikroba akibat suatu Kesimpulan
senyawa kimia disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
kerusakan dinding sel, kebocoran membran Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sitoplasma, penghambatan sintesa protein, bahwa Bougainvilla sp yang termasuk dalam
penghambatan aktifitas enzim dan adanya metabolit kelompok Hydrozoa mengandung bahan bioaktif
serta penghambatan terhadap pembentukan dan fenolic, yang dapat dipergunakan sebagai bakterisida
pertumbuhan spora (Droop dan Jannasch, 1977; terhadap bakteri V. harveyi.
Scheuer,1973 dalam Minale, 1994; Schmitz, 1994). Daya hambat minimal dari bahan-bahan
Pada umumnya senyawa antimikroba yang bioaktif fenolic terhadap bakteri V. harveyi adalah
berupa fenol mampu menembus dinding sel dan 1,9 mg/L. Zona hambatan rata–rata yang terbesar

 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005 82


Purifikasi fenolic bahan bioaktif hydrozoa Bougainvilla sp. (M. Fadjar et al.)

dari bahan bioaktif fenolic terhadap bakteri V. Jawetz, E., J.L. Melnick dan E.A. Adelberg. 1976. Review
harveyi adalah 10,70 mm Of Medical Microbiology. Lange Medical
Publications, Canada, 542 pp.
Ucapan Terima Kasih Maldoni, B. 1991. Alkaloid: Isolation and Purification.
Journal of Chemical Education, 68(8): 700–703.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Minale, L. 1994. Terpenoid bunga karang. Dalam: P.J.
DIKTI, Depdiknas karena penelitian ini dapat Scheuer (Ed.), Marine Natural Product,
terlaksana berdasarkan dana Penelitian Hibah Penerjemah Kosoemardiyah, IKIP Semarang
Bersaing X/2 tahun anggaran 2003. Press., Semarang, hlm. 181–247.
Muliani, E., Suryati, A. Tompo, A. Parenrengi dan
Daftar Pustaka Rosmiati. 1998. Isolasi bioaktif bunga karang
sebagai fungisida pada benih udang windu
Angka, S.L. dan M.T. Suhartono. 2000. Bioteknologi Hasil Penaeus monodon. Jurnal Penel. Perik. Indo.,
Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Jakarta, 4(2): 13–24.
Lautan, IPB, Bogor. 149 hlm. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
Cao, C.J., M.E. Eldefrawi, A.T. Eldefrawi, J.W. Burnet, Tinggi, Edisi ke enam. Penerjemah: K.
R.J. Mioduszewski, D.E. Menking and J.J. Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 367 hlm.
Valdes. 1998. Toxicity of sea nettle toxin to human Schmitz, F.J. 1994. Steroid dari lautan tak lazim. Dalam:
hepatocytes and protective effects of P.J. Scheuer (Ed.), 1978. Marine Natural Product,
phosporylating and alkylating agents. Toxicon, Penerjemah Koesoemardiyah, IKIP Semarang
Maryland, USA, 36: 269–281. Press., hlm. 251–305.
Droop, M.R. and H.W. Jannasch. 1977. Advance in Tanu, I. 1987. Farmakologi dan Terapi, Edisi 3. Bag.
Aquatic Microbiology. Academic Press., New Farmakologi, Fak. Kedokteran UI. Jakarta.
York, 381 pp. Taufik, I. dan Zafran. 1997. Uji daya hambat berbagai
Fadjar, M., Sri Andayani, D. Arfiati dan A. Prajitno. 2003. jenis bakteri terhadap perkembagan Vibrio
Pemanfaatan ekstrak kasar hydrozoa sebagai harveyi pada pemeliharaan larva kepiting bakau
bakterisida terhadap bakteri Vibrio harveyi. (Scylla serrata). Jurnal Penel. Perik. Indo.,
Jurnal Ilmu–ilmu Hayati (Life Sciences), Malang, Jakarta, 2(1): 36–44.
15(1): 60–71. Yahya, Sukoso, Aulanni’am, S.B.U. Bagus dan J.
Gan, S.R., Setiabudi, U. Sjamsudin dan Z.S. Bustami. Basmal. 2003. Identifikasi dan purifikasi bioaktif
1987. Farmakologi dan Terapi. Bagian farmakologi, hasil ekstrak jaringan tentakel ubur–ubur laut
Fak. Kedokteran UI, Jakarta, 729 hlm. sebagai bakterisida selektif untuk Vibrio harveyi
penyebab penyakit larva udang. Jurnal Ilmu–ilmu
Hayati, Malang, 15(1): 39–52.

 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2005 83

Anda mungkin juga menyukai