AINI SAPITRI
AINI SAPITRI
180254244015
Disetujui oleh
Mengetahui
Dr. Ir.T.Ersti Yulika Sari,S.Pi., M.Si Aidil Fadli Ilhamdy , S.Pi., M.Si
NIP 197107141998022001 NIP 198805172019031011
RINGKASAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Magang di PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan Kota Batam.
Dalam pembuatan Laporan Praktik Magang Industri tidak terlepas dari doa
dan bantuan berbagai pihak yang dirasa sangat bermanfaat, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Orang tua, keluarga, keluarga Tri Wulan Dari dan teman-teman Magang
Industri
2. Dosen Pembimbing Mata Kuliah Magang Industri, Ibu R. Marwita Sari
Putri, S.Pi., M.Si.
3. Dosen Penasehat Akademik, Bapak Azwin Apriandi, S.Pi., M.Si
4. Ketua Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Bapak Aidil Fadli
Ilhamdy, S.Pi., M.Si
5. Pimpinan, Manager, Pembimbing lapangan dan seluruh tenaga kerja PT.
Sumber Jaya Makmur Kelautan Kota Batam.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan penulis Laporan Praktik Magang Industri ini. Harapan penulis,
semoga Laporan Praktik Magang Industri ini dapat memberikan manfaat untuk
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tanjungpinang, Januari 2022
Aini Sapitri
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Tujuan.................................................................................................... 3
1.3. Manfaat.................................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 28
LAMPIRAN..................................................................................................... 30
DAFTAR TABEL
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan magang industri ini adalah :
1.3. Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan magang industri adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan GMP (Good
Manufacturing Practice) pada proses penyortiran bahan baku kepiting bakau
(Scylla serrata) di PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan.
2. Dapat meningkatkan keterampilan serta keahlian mahasiswa di bidang praktek.
3. Membandingkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang didaptkan di
perkuliahan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang diterapkan
di lapangan dan memahami persamaan dan perbedaan yang ada.
4. Melatih mahasiswa untuk bekerja secara mandiri di lapangan serta melatih
mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan kondisi di lapangan pekerjaan
yang nantinya akan dijalani saat bekerja setelah lulus pendidikan.
5. Terjalin kerjasama antara Universitas Maritim Raja Ali Haji dengan PT.
Sumber Jaya Makmur Kelautan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
meliputi, seleksi bahan baku, penanganan dan pengolahan, bahan pembantu dan
bahan kimia, pengemasan, penyimpanan dan distribusi. (Winarno & Surono,
2012).
Persyaratan dari GMP mencakup persyaratan untuk pekerja, bangunan dan
fasilitas, peralatan, dan pengendalian proses Ratih (2008). Persyaratan untuk
pekerja bertujuan untuk menghindarkan kontaminasi oleh pekerja, khususnya
kontaminasi bahaya mikrobiologi yang bisa berasal dari pekerja sendiri dan
praktik-praktik yang salah serta bahaya fisik. Persyaratan untuk bangunan dan
fasilitas mencakup tata letak untuk meminimalkan kontaminasi silang atau
kontaminasi ulang. Persyaratan untuk peralatan juga mencakup tata letak
peralatan yang menimbulkan kontaminasi persyaratan tentang pengendalian
proses mencakup prosedur penanganan bahan baku, pemeliharaan, pengolahan,
penyimpanan, pengendalian hama, penanganan limbah, dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
a. Wawancara
Melaksanakan wawancara dengan pihak-pihak dari instansi yang
bersangkutan guna mengetahui segala hal yang diperlukan dalam
kegiatan magang khususnya yang berkaitan dengan proses penerapan
GMP pada proses penyortiran bahan baku kepiting bakau (Scylla
serrata).
b. Observasi
Mengadakan pengamatan mengenai kondisi dan kegiatan yang ada di
lokasi magang, yang meliputi :
Observasi mengenai proses penyortirandan ekspor bahan baku
kepiting bakau (Scylla serrata)
Observasi mengenai penerapan GMP pada proses penyortiran bahan
baku kepiting bakau (Scylla serrata)
c. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti secara langsung
beberapa kegiatan yang berhubungan dengan penerapan sistem GMP
pada proses penyortiran bahan baku kepiting bakau (Scylla serrata) di
PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan.
a. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah mencari dan mempelajari pustaka mengenai
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
magang di PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan pada penerapan
GMP pada proses penyortiran bahan baku kepiting bakau (Scylla
serrata)
Seleksi visual
Supplier Penerimaan bahan baku
dan morfologi
Proses penyortiran
Penerimaan / penolakan
Proses penimbangan
Pengemasan/Packing
Pengiriman
box styrofoam ditutup rapat dengan menggunakan lakban serta diikat dengan tali
rafia bertujuan agar tutup box styrofoam tidak terlepas saat proses pengiriman.
e. Pengiriman
Pengiriman adalah kegiatan pengiriman bahan baku Kepiting bakau yang
sudah di packing lalu dikirim dari perusahaan ke pelabuhan Harbour bay Batam
Centre melalui transfortasi darat menggunakan mobil Lori. Kepiting yang akan
didistribusikan umumnya berdasarkan permintaan buyer karena dalam sekali
pengangkutan tidak hanya jenis produk Kepiting bakau saja. Produk Kepiting
bakau didistribusikan skala eskpor luar negeri yaitu Singapura, China, Malaysia
dan Hongkong. Selain permintaan dari luar negeri PT. Sumber Jaya Makmur
Kelautan juga menerima orderan dari setiap daerah yang ada di Kepulauan Riau
dan luar Provinsi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan bergerak dibidang supplier hasil laut
yang senantiasa menghasilkan produk terbaik sesuai dengan visi perusahaan
tersebut yaitu menjadi supplier seafod yang paling dipilih oleh pembeli diseluruh
daerah Kepulauan Riau. PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan juga melakukan
penjualan ke luar kota dan ekspor ke luar negeri yaitu Singapura, China,
Hongkong dan Malaysia.
15
desain fasilitas yang dapat mengatur seluruh fasilitas dan bangunan terlihat rapi
serta terencana dengan baik.
Seleksi visual
Supplier Penerimaan bahan baku
dan morfologi
Proses penyortiran
Penerimaan / penolakan
Proses penimbangan
Packing
Pengiriman
Gambar 6. Diagram Alir Penanganan Kepiting Bakau (Scylla serrata).
Bahan baku yang digunakan PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan adalah
Kepiting Bakau (Scylla serrata) yang masih hidup dan berkualitas baik karena
perusahaan tersebut memilih supplier yang dipercaya memiliki standar yang
dipersyaratkan oleh perusahaan, yaitu kepiting harus berasal dari daerah bebas
wabah penyakit HPIK/HPI tertentu di UUPI, bukan dari area yang dilindungi
serta dilengkapi dengan sertifikat karantina ikan atau surat keterangan sehat.
Kegiatan pengiriman bahan baku kepiting yang diterima dari supplier bahan baku
kepiting akan melalui proses penyortiran, bahan baku kepiting disortir dengam
pemeriksaan secara visual dan morfologis. Bila terdapat gejala klinis sakit atau
tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan maka akan dilakukan penolakan dan ikan
dikembalikan kepada supplier. Proses selanjutnya merupakan aklimatisasi dan
adaptasi yang merupakan titik keritis terhadap penyebaran penyakit HPIK/HPI
tertentu kedalam lingkungan UUPI. Kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan
gejala klinis terhadap kondisi ikan yang ada pada ruang aklimatisasi dan adaptasi.
Apabila setelah dilakukan pengamatan kepiting menunjukkan gejala sakit maka
dilakukan penolakan atau pemusnahan bahan baku.
Penyortiran merupakan tahap memisahkan atau menyeleksi bahan baku
sesuai dengan kualitas dan ukuran, agar mendapatkan ukuran dan kualitas bahan
baku yang seragam. Penyortiran merupakan suatu proses pemisahan kepiting yang
masih hidup dengan kepiting yang sudah mati dan kepiting yang terkena penyakit
18
Dari Tabel 3. Ukuran Kepiting bakau (Scylla serrata) diatas dapat diketahui
bahwa ukuran kepiting ditentukan menurut berat per ekornya dimana ukuran
terkecilnya adalah ¾ dan ukuran terbesarnya adalah Up 1 Kg.
Setelah proses penyortiran lalu bahan baku ditimbang menggunakan
timbangan digital dengan kapasitas 27 kg. Kepiting ditimbang dengan
menggunakan box styrofoam. Proses penimbangan bertujuan untuk mengetahui
berat serta ukuran kepiting agar dikemas dengan ukuran yang seragam dan sesuai
dengan ukuran standart kepiting yang telah ditentukan. Penimbangan juga
menentukan berapa kilogram akan di ekspor dengan ukuran dan berat yang telah
ditentukan oleh perusahaan.
Packing adalah kegiatan sebelum bahan baku melalui tahap pengiriman,
packing dilakukan masih secara manual. Setelah bahan baku kepiting di susun
rapi dan seragam di dalam box styrofoam lalu box styrofoam ditutup rapat dengan
menggunakan lakban serta diikat dengan tali rafia bertujuan agar tutup box
styrofoam tidak terlepas saat proses pengiriman.
Proses packing sangat harus dilakukan dengan baik disusun dengan rapi dan
rapat karna jika tidak ditangani dengan baik bahan baku pada box styrofoam akan
mengalami guncangan saat proses pengiriman melalui transfortasi darat, laut,
maupun udara.
19
Kepiting bakau (Scylla serrata) yang sudah di packing lalu dikirim dari
perusahaan ke pelabuhan Harbour bay Kota Batam melalui transportasi darat
menggunakan mobil lori. Kepiting yang akan didistribusikan umumnya
berdasarkan permintaan buyer karena dalam sekali pengangkutan tidak hanya
jenis produk Kepiting bakau saja. Produk Kepiting bakau didistribusikan skala
eskpor luar negeri seperti Singapura, China, Malaysia dan Hongkong. Selain
permintaan dari luar negeri PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan juga menerima
pesanan dari setiap daerah yang ada di Kepulauan Riau dan luar Provinsi.
4.3.1. Lokasi
20
4.3.2. Bangunan
Komponen bangunan terdiri atas lantai, dinding, langit-langit, pintu, jendela
serta permukaan tempat pengolahan. Lantai pada tempat penanganan mudah
dibersihkan dan telah dibuat lubang khusus untuk aliran air. Hasil penilaian
bangunan terhadap pada PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan yaitu memilki sarana
bangunan yang lumayan lengkap sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Susunan
ruangan yang terdapat di perusahaan ini di antaranya ruang penyimpanan kepiting
(rumah kepiting), dan bak batu.
4.3.2.1. Lantai
Lantai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebersihan ruangan
dan keamanan pekerja. Lantai yang terdapat pada PT. Sumber Jaya Makmur
Kelautan terbuat dari bahan semen di plaster, hal ini sengaja dibuat agar lantai
mudah dibersihkan sewaktu proses pengolahan berlansung. Lantai pada
perusahaan harus memeliki ketahanan yang kuat untuk proses berlangsungnya
penanganan.
Hal ini tentunya membuat lantai pada PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan
memenuhi GMP (Good Manufacturing Practices). Lantai pada PT. Sumber Jaya
Makmur Kelautan memiliki nilai 99 %. kelandaian agar air mudah mengalir serta
permukaan rata, halus tetapi tidak licin. Saluran pembuangan telah memiliki
penutup penahan bau agar tidak mencemari produk dan tidak mengganggu
kenyamanan dalam bekerja.
4.3.2.2. Dinding
Bangunan dinding di PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan di bangun dari
bahan semen batu bata dan diplester, berwarna putih terang , tesktur halus, tahan
21
lama, mudah dibersihkan dan di buat dengan semen halus. Dilihat dari kelayakan
GMP (Good Manufacturing Practice) tentunya keadaan dinding di PT. Sumber
Jaya Makmur Kelautan sudah sesuai stadart.
4.3.3.3. Toilet
Pada PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan hanya terdapat satu toilet karena
sesuai dengan jumlah pekerja yaitu 5-6 orang pekerja, namun dari hasil penilaian
toilet hampir memenuhi standar GMP (Good Manufacturing Practice) dimana
menurut keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang persyaratan lingkungan kerja perkantoran dan industri yaitu untuk 1
sampai dengan 25 orang karyawan pria maka perusahaan harus menyediakan 1
kamar mandi, 1 jamban, dan 2 buah wastafel. Ketentuan lain yang belum sesuai
dengan GMP (Good Manufacturing Practice) pada perusahaan tersebut yaitu
toilet tidak dilengkapi dengan sabun cair dan pengeringan tangan.
23
4.3.6. Wadah
Wadah bahan baku kepiting bakau berupa box styrofoam persegi panjang,
wadah diberi nilai 50% karena belum memenuhi persyaratan GMP (Good
24
4.3.6. Penyimpanan
Penyimpanan bahan baku kepiting bakau yang datang dari supplier di PT.
Sumber Jaya Makmur Kelautan memiliki nilai 100%, penyimpanan bahan baku
disimpan didalam tempat khusus yaitu rumah kepiting bakau yang telah didesain
dengan bagus sesuai ukuran kepiting bakau.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh penulis dari hasil magang yang
dilakukan di PT. Sumber Jaya Makmur Kelautan Kota Batam, penulis mendapat
pengalaman dan pengetahuan mengenai penanganan bahan baku kepiting bakau
(Scylla serrata), memahami proses penanganan bahan baku kepiting bakau (Scylla
serrata), serta mengetahui masalah-masalah yang timbul selama proses
penanganan kepiting bakau (Scylla serrata). Dari hasil magang industri pada
proses penanganan kepiting sangat penting dilakukan agar mengetahui
permasalahan apa saja yang timbul sebelum di ekspor sangat penting untuk
menghindari kematian pada saat pengiriman kepiting keluar negeri mulai dari
penerimaan bahan baku sampai ke tahap pengiriman ke luar negeri perlu adanya
penanganan yang baik.
5.2. Saran
Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam proses penanganan bahan baku
kepiting bakau (Scylla serrata) dan saran untuk perusahaan adalah:
a. Perlunya ditingkatkan sanitasi dan higiene, mulai dari tempat proses, dan
alur proses
b. Kebersihan ruang proses perlu diperhatikan kembali untuk mencegah
adanya kontaminasi silang baik dari peralatan
c. Teliti dalam melakukan proses penyortiran agar bahan baku kepiting
terjaga kualitasnya
d. Karyawan harus mematuhi peraturan mengenai ketertiban kerja agar
produksi dapat berjalan secara efisien seperti menggunakan sarung
tangan saat proses penyortiran bahan baku
e. Pembuangan limbah akhir sebaiknya dibuang tidak dekat dengan
perairan karna dapat merusak laut.
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. Kepiting (Scylla serrata) kulit lunak
beku – Bagian 1 : Spesifikasi. SNI No 7560.1: 2010. Jakarta (ID): Badan
Standardisasi Nasional.
Bimantara, A. P., & Triastuti, R. J. 2018. Penerapan Good Manufacturing
Practices (GMP) pada Pabrik Pembekuan Cumi-Cumi (Loligo Vulgaris) di
PT. Starfood Lamongan, Jawa Timur. Journal of Marine and Coastal
Science, 7(3), 111-119.
Damayanti, E., dan E.S. Mudjajanto. 1995. Teknologi Pangan. Departemen.
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 71 hal.
Dewanti, R., dan Hariyadi. 2013. HACCP (Hazard Analusis Critical Control
Point) Pendekatan Sistematik Pengendalian Kemanan Pangan. Dian Rakyat.
Jakarta. Hal 30-31.
Ditjen Perikanan. 1990. Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Direktorat
Jendral Perikanan. Jakarta.
Gillbrain, G., Handayani, W. P., & Fitriono, R. A. 2021. Penenggelaman Kapal
Asing Sebagai Upaya Pencegahan Pencurian Hasil Laut. Gema
Keadilan, 8(3).
Irvansyah, M. Y., Abdulgani, N., & Mahasri, G. 2012. Identifikasi dan intensitas
ektoparasit pada kepiting bakau (Scylla serrata) stadia kepiting muda di
pertambakan kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Sains
dan Seni ITS, 1(1), E5-E9.
Kanna, I. 2002. Budidaya Kepiting Bakau Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius.
Yogyakarta.
Karma. 2018. Pengolahan Abon Kepiting Bakau (Scylla serrata) di CV.
Dzakwani Food Kalimantan Timur
Kementrian Perikanan dan Kelautan. 2011. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia
2011. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, Jakarta.
Lukman, D. W. 2001. Good Manufacturing Practies. Makalah Training Penerapan
HACCP. Ditjen Bina Produksi-Deptan Kerjasama dengan FKH
IPB.Bogor.Hal : 9
Mamuaja, C. F. 2016. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan. Manado:
UNSRAT Press.
Oktamalia, O., Apriyanto, E., & Hartono, D. 2018. Potensi Kepiting Bakau
(Scylla Spp) Pada Ekosistem Mangrove Di Kota Bengkulu. Naturalis:
Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, 7(1), 1-
9
Perdana, W. W. 2018. Penerapan Gmp Dan Perencanaan Pelaksanaan Haccp
(Hazard Analysis Critical Control Point) Produk Olahan Pangan Tradisional
(Mochi). Agroscience, 8(2), 231-267.
27
Pratiwi, I., & Dimenta, R. H. 2021. Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di
Perairan Muara Sungai Barumun Kabupaten Labuhanbatu Ditinjau dari Pola
Pertumbuhan dan Faktor Kondisi. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1),
209-222.
Pratiwi, R. 2011. Biologi kepiting bakau (Scylla spp.) di Perairan
Indonesia. Oseana, 36(1), 1-11.
Prianto, E. 2007. Peran Kepiting sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada
Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai
Riset Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.
Pudjiastuti. S. 2016. “Surat Badan Reformasi Geospasial
No:B-3.4/SESMA/IGD/07/2004 Direktorat Jendral PUM Kementrian
Dalam Negeri Republik Indonesia”, dalam Pidato Penganugerahan Gelar
Doktor Honoris Causa di Bidang Pembangunan Kelautan dan Perikanan.
Semarang: Universitas Diponogoro.
Rudiyanto, H, 2016. Kajian good manufacturing practices (gmp) dan kualitas
Mutu pada wingko berdasarkan SNI-01-4311-1996. Jurnal kesehatan
lingkungan 8(2): 148–157
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: PT. Bina Cipta.
Sari, F.N. 2016. Penerapan good manufacturing practices (gmp) di dapur rumah
sakit. Jurnal kesehatan lingkungan. 8(2): 248–257
Siahainenia, L. 2008. Bioteknologi kepiting bakau (Scylla spp.) di ekosistem
mangrove Kabupaten Subang Jawa Barat.
Sulistiono, Etty Riani, dkk. 2016. Pedoman Pemeriksaan/Identifikasi Jenis Ikan
dilarang Terbatas Kepiting Bakau (Scylla serrata). usat Karantina dan
Keamanan Hayati Ikan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan: ISBN
978-602-97141-1-1
Winarni, T, F. Swastawati, Y. S.Darmanto, danE. N. Dewi. 2003.Uji Mutu
Terpadu pada Beberapa Spesies Ikan dan Produk Perikanan di Indonesia.
Winarno, F., & Surono. 2012. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan.
Bogor: M Brio Press.
Yusuf, M. 2016. Pengembangan Produk Lunpia Dengan Penambahan Daging
Rajungan Dan Analisa Kelayakannya. Jurnal Pangan dan Gizi, 3(2).
LAMPIRAN
29
KOMISARIS
Sugianto
DIREKTUR
Tjang Bong Al Suryadi
R T
IN BT
OUT
Keterangan :
NO Fasilitas Kapasitas
1 Rumah Kepiting 500 UNIT
2 Bak Batu 1,2 M X 3 M 8 Unit
1,2 M X 4 M 1 Unit
1,5 M X 3,5 M 1 Unit
1 M X 1,2 M 1 Unit
3 Bak Fiber untuk Instlasi Karantina 60 cm x 80 cm 1 Unit
4 Pompa/Blower 6 Unit
5 Genset 50 KVA 1 Unit
6 Kotak P3K 1 Unit
7 Tempat Pemusnahan 1 Unit
8 Toilet 1 Unit
9 Chiller 1 Unit
32
(a) Penerimaan Bahan Baku Kepiting bakau (Scylla serrata) dari supplier
(k) trolli
(l) toilet
(b) Dokumentasi Bersama Pemilik dan Karyawan PT. Sumber Jaya Makmur
kelautan
37
Produk yang
dilelehkan untuk Tidak ada
21.4.5 tujuan dijual idem pelelehan
diberi label
dengan baik
Perlakuan
21.5
lainnya
Pengendalian
KEP.01/
bakteri dengan
MEN/ Tidak
perlakuan yang
21.5.1 2007, pernah
sesuai (untuk
BAB V, dilakukan
udang rebus atau
C.4.c
kekerangan)
Pencatatan suhu
akurat , Tidak
21.5.2 idem pernah
disimpan, dan
disahkan dilakukan
Pengendalian
parameter Tidak
21.5.3 idem pernah
bahaya (PH,
Aw,...) dilakukan