Oleh
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan :
Koordinator Laboratorium
Dosen Pembimbing
Produksi Ternak Potong dan Perah
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Koordinator Laboratorium
Dosen Pembimbing
Produksi Ternak Potong dan Perah
RINGKASAN
Materi yang digunakan dalam PKL ini adalah kandang dan 10 ekor sapi
perah laktasi sebagai media pengamatan thermohygrometer sebagai pengukur
suhu dan kelembaban kandang, thermometer untuk mengukur suhu tubuh ternak
dan alat meteran untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi kandang. Metode
yang dilakukan adalah ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan ternak
perah dengan cara mengukur ukuran kandang dari panjang dan lebar kandang
serta ketinggian kandang, mengukur bagian – bagian kandang, mengukur
penyekat antar sapi, mengukur suhu, kelembaban, suhu rektal, frekuensi napas,
frekuensi denyut nadi, mengamati kontruksi kandang, melakukan sanitasi
dengan baik.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
Perah Laktasi di Kelompok Ternak Sapi Perah Maju Makmur Krajan, Jatinom,
Klaten, Jawa Tengah dengan baik dan lancar. Dengan penuh ketulusan, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D.
sebagai dosen pembimbing PKL yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran,
bantuan dan masukannya demi perbaikan laporan PKL ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Ternak Sapi Perah Maju Makmur
yang telah memberikan izin untuk melakukan kegiatan PKL di Kelompok Ternak
Sapi Perah Maju Makmur. Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi semua pihak guna menambah wawasan
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR ILUSTRASI..........................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Sapi Perah..................................................................................................3
2.2. Manajemen Perkandangan........................................................................3
2.3. Sistem Perkandangan................................................................................4
2.4. Kandang....................................................................................................4
2.4.1. Konstruksi Kandang...........................................................................5
2.4.2. Dinding..............................................................................................5
2.4.3. Atap....................................................................................................6
2.4.4. Lantai.................................................................................................6
2.4.5 Palung................................................................................................7
2.5. Fisiologi Lingkungan................................................................................7
2.6. Fisiologis Ternak.......................................................................................8
2.7. Penanganan Limbah..................................................................................9
BAB III MATERI DAN METODE.......................................................................10
3.1. Materi......................................................................................................10
3.2. Metode.....................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................12
4.1. Lokasi dan Tata Letak KTSP Maju Makmur...........................................12
4.2. Sejarah Pendirian KTSP Maju Makmur..................................................13
4.3. Struktur Organisasi..................................................................................15
4.4. Manajemen perkandangan.......................................................................16
4.5. Sistem perkandangan...............................................................................17
4.6. Kandang..................................................................................................18
7
4.6.1. Konstruksi........................................................................................19
4.6.2. Dinding............................................................................................20
4.6.3. Atap..................................................................................................21
4.6.4. Lantai...............................................................................................22
4.6.5. Palung..............................................................................................23
4.7. Fisiologi Lingkungan..............................................................................24
4.8. Fisiologi Ternak.......................................................................................25
4.9. Penanganan Limbah................................................................................26
BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................28
5.1. Simpulan..................................................................................................28
5.2. Saran........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29
LAMPIRAN...........................................................................................................31
8
DAFTAR ILUSTRASI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Produksi susu
susu. Salah satu faktor yang menentukan tingginya produksi susu yaitu
manajemen pekandangan yang baik. Kandang merupakan bagian dari suatu sistem
keamanan dari berbagai gangguan binatang buas, ataupun dari gangguan alam,
diantaranya, hujan angin, udara dingin, panas. Di sisi lain, kandang dapat
yang dipengaruhi oleh kondisi fisiologi lingkungan, fisiologi ternak serta sanitasi
udara, fisiologi ternak meliputi suhu rektal, frekuensi napas, dan frekuensi denyut
nadi. Sanitasi dan biosekuriti juga berpengaruh terhadap produksi susu tertutama
Makmur Krajan, Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Manfaat yang di peroleh dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
umumnya adalah jenis sapi FH atau Friesian Holstein. Sapi FH (Friesian Holstein)
memiliki kemampuan dalam berproduksi susu mencapai lebih dari 6.000 per
laktasinya. Sapi FH adalah jenis sapi perah yang produksi susunya tertinggi
Indonesia adalah sebanyak 10 liter/ekor dalam sehari atau kurang lebih 3.050 kg
per laktasi (Sudono et al., 2003). Performan produksi susu sapi perah secara
teknis dapat dipengaruhi antara lain yaitu manajemen pemberian pakan, tenaga
kerja atau SDM (Sumber Daya Manusia), pengendalian penyakit ternak dan
sistem perkandangan yang digunakan, selain itu juga pengelolaan reproduksi dan
dan perlu diperhatikan bahwa faktor-faktor antara lain ketersediaan sumber air,
kandang (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2010). Kandang sapi perah yang
baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan dan kesehatan sapi
perah. Persyaratan umum kandang untuk sapi perah yaitu (1) sirkulasi udara yang
4
cukup dan mendapat sinar matahari sehingga kandang tidak lembab (kelembaban
yang ideal yakni 60%-70%), (2) lantai kandang selalu kering, hal ini bertujuan
dan agar sapi tidak terpeleset kerena lantai kandang dalam keadaan licin; (3)
tempat pakan yang lebar sehingga memudahkan sapi dalam mengkonsumsi pakan
yang diberikan; (4) tempat air dibuat agar air selalu tersedia sepanjang hari atau
(tambatan atau konvensional), loose house (bebas) dan freestall. Stanchion barn
diberikan tempat untuk istirahat sapi yang disekat-sekat untuk tiap satu ekor sapi
(Muljana, 1985).
2.4. Kandang
Kandang adalah suatu bangunan yang memberikan rasa aman dan nyaman
bagi ternak. Kandang sapi perah terdiri atas kandang untuk sapi induk, kandang
pejantan, kandang pedet serta kandang isolasi (Williamson dan Payne, 1993).
Kandang berfungsi untuk melindungi sapi dari gangguan luar yang merugikan,
luas kandang berbeda-beda sesuai dengan jumlah ternak (Sudono et al., 2003).
5
Kandang sapi perah induk dewasa dan sapi dara yang telah berumur lebih dari
satu tahun dan mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dengan induk
memerlukan kandang dengan ukuran panjang 1,6 m dan lebar 1,35 m (Siregar,
1995).
beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak, serta menjaga keamanan
ternak dari pencurian. Konstruksi kandang terbuat dari bahan yang kuat, ekonomis
2.4.2. Dinding
Dinding pada kandang sapi harus terbuat dari bahan yang kokoh dan tahan
lama. Bahan dasar yang biasanya digunakan dalam pembuatan kandang yaitu
bambu, kayu, papan dan semen (Firman, 2010). Dinding kandang berupa semen
setinggi 1,5 meter sedangkan bagian atasnya terbuka yang berfungsi untuk
mencegah terpaan angin langsung mengenai ternak dan menagtur sirkulasi udara
di dalam kandang untuk menjaga kenyamanan sapi serta sinar matahari dapat
masuk ke kandang sehingga dapat merangsang produksi susu sapi perah. Dinding
6
udara dan memberi kesempatan sinar matahari masuk ke dalam kandang (Bakri
2.4.3. Atap
Bahan atap harus tahan terhadap berbagai cuaca dan bersifat tidak mudah
menyerap panas agar suhu dalam kandang tidak terlalu tinggi. Atap kandang bisa
berupa genting, rumbai atau asbes. Atap genting dan rumbai memiliki kelemahan
yaitu mudah rusak akibat serangan angin yang besar, oleh karena itu perlu adanya
pengikatan yang kuat pada pembuatan atap. Ketinggian atap setinggi 5 meter agar
sirkulasi udara berjalan dengan baik. Kemiringan atap dari genting 30–450, asbes
15–200, welit (daun tebu dan sebagainya) 25–300. Tinggi atap dari genting 4,5 m
untuk dataran rendah dan menengah, dan 4 m untuk dataran tinggi. Tinggi plafon
1995).
2.4.4. Lantai
Lantai kandang sebaiknya dibuat dari bahan yang cukup keras dan tidak
licin untuk dapat menjaga kebersihan dan kesehatan kandang (Sudarmono, 1993).
Lantai kandang dapat dibuat agak miring dan terbuat dari bahan beton atau tanah
karena akan mempengaruhi kesehatan sapi. Lantai kandang yang terlalu keras
dapat diberi bedding atau ditutup dengan jerami agar menjadi tidak begitu keras.
7
Lantai kandang harus dibuat miring kurang lebih 20o agar air mengalir dan lantai
2.4.5 Palung
tempat pakan dan minum. Kontruksi palung dibuat sesuai dengan jenis, status
fisiologi, dan umur ternaknya. Tempat pakan dan minum hendaknya dibuat sekuat
mungkin dan mudah untuk dibersihkan (Ensminger, 1991). Tempat pakan dapat
pakan yang disediakan. Ukuran palung atau tempat pakan pada kandang yang
sesuai yaitu untuk 1 ekor sapi dewasa minimal memiliki panjang 1,5 m, lebar 50
pada ember plastik atau dari bahan lain, diletakkan dengan cara digantung dengan
Diantara faktor tersebut yang sangat penting dan berpengaruh salah satunya
adalah suhu dan kelembaban udara. Kombinasi suhu dan kelembaban udara
merupakan faktor-faktor penentu dalam menentukan suhu kritis pada sapi perah.
Suhu lingkungan ideal bagi sapi perah FH di daerah subtropis berkisar antara 4,4-
8
21,1°C, dan suhu kritis 27°C. Ternak pada daerah tropis memperlihatkan produksi
tidak berbeda dengan di daerah subtropis, apabila suhu lingkungan sekitar 18,3°C
dan kelembaban udara sekitar 55%, penampilan produksi masih cukup baik bila
suhu lingkungan meningkat sampai 21,1°C, dan suhu kritis sekitar 27°C
Bila melebihi suhu tersebut, ternak akan melakukan penyesuaian secara fisiologis
dan secara tingkah laku untuk mengurngi cekaman (Yani dan Purwanto, 2006).
ternak merupakan salah satu indicator untuk dapat mengetahui dan menentukan
kondisi kesehatan ternak. Kondisi fisiologis ternak dapat ditinjau melalui suhu
rektal, laju respirasi dan frekuensi denyut nadi (Palulungan et al., 2013). Kondisi
fisiologis ternak perah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi
tingkat stres (Mauladi, 2009). Standar fisiologi pada ternak dewasa antara lain
darisuatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas,
ataupun sisa pakan (Soehadji, 1992). Usaha peternakan sapi perah dengan skala
usaha ternak lebih dari 20 ekor dan berada dalam satu lokasi akan menghasilkan
lingkungan pada usaha peternakan sapi perah dengan skala lebih besar dari 20
ekor dan relatif terlokalisasi. Jumlah limbah satu ekor sapi dengan bobot 400-500
kg dapat menghasilkan limbah padat dan cair sebanyak 27,5-30 kg/ekor/hari (SK
membawa dampak yang serius pada lingkungan, sebaliknya jika limbah dikelola
dengan baik maka akan memberikan nilai tambah. Salah satu bentuk pengelolaan
limbah yang mudah dilakukan yaitu dengan diolah menjadi pupuk kompos.
Ginting (2007) mengemukakan bahwa kompos adalah hasil dari pelapukan bahan-
bahan berupa kotoran ternak atau feses, sisa pertanian, sisa makanan ternak dan
BAB III
perah laktasi di Kelompok Ternak Sapi Perah Maju Makmur Krajan, Jatinom,
Januari 2019 di Kelompok Ternak Sapi Perah Maju Makmur Krajan, Jatinom,
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini yaitu kandang
suhu tubuh ternak dan alat meteran untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi
kandang yang ada di Kelompok Ternak Sapi Perah Maju Makmur Krajan,
3.2. Metode
pengelolaan ternak perah dengan cara mengukur ukuran kandang dari panjang dan
kandang, tipe kandang, kontruksi kandang dan tempat pembuangan limbah. Data
Primer yang diambil dengan pengamatan dan pengukuran pada lokasi kandang.
panjang, lebar dan tinggi kandang, luas kandang, panjang, lebar kandang. 3)
udara, suhu rektal, frekuensi napas, frekuensi denyut nadi, 6) lokasi peternakan.
12
BAB IV
dengan suhu rata – rata lingkungan mencapai 32 oC dan curah hujan 46 mm/th.
sehingga sangat cocok untuk ternak perah. Menurut data monografi Desa Krajan
luas wilayah 146 ha. Jarak antara desa dengan pusat kota ±10 km. Lokasi KTSP
lingkungan yang sehat, tidak ada pencemaran udara ataupun pencemaran lainnya
KTSP Maju Makmur terbagi atas dua lokasi yaitu perkandangan seluar 3,5
Ha dan lahan hijauan pakan ternak seluas 2 Ha yang terletak tidak jauh dari
sehingga sirkulasi udara berjalan lancer. Terdapat beberapa jenis kandang, antara
lain kandang sapi dara dan laktasi, kandang sapi bunting, kandang karantina,
kandang pedet, kandang pejantan, dan kandang serbaguna. Fasilitas yang dimiliki
KTSP Maju Makmur antara lain gudang penyimpanan alat, gudang penyimpanan
Prosedur pelayanan KTSP Maju Makmur meliputi pelayanan penjualan susu hasil
kerja dari instansi pusat, daerah, maupun swasta, serta studi banding dan praktek
Menengah Kejuruan.
KTSP Maju Makmur didirikan pada tahun 2012 atas dasar kesadaran
masyarakat tentang potensi yang dimiliki Desa Krajan dan didukung oleh
pemerintah Kabupaten Klaten. KTSP Maju Makmur berdiri dengan biaya yang
pembuatan kandang, sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti mesin perah
otomatis, karpet pijakan sapi, milk can, dan alat pengukur susu.
Selain itu pemerintah daerah Klaten juga menyediakan sapi dara Friesian
Holstein sejumlah 70 ekor yang diimpor langsung dari Australia. KTSP Maju
Makmur pada awal berdiri terdiri atas 27 anggota yang memelihara sapi perah.
Namun adanya permasalahan atau kendala berupa sapi Friesian Holstein sulit
disebabkan oleh biaya pakan yang terus dikeluarkan semakin banyak. Oleh sebab
itu, sapi perah tersebut tidak lagi dipelihara oleh peternak melainkan
tersebut saat ini KTSP Maju Makmur bekerjasama dengan Koperasi Unit Desa
(KUD) Jatinom. KUD Jatinom sudah berdiri sejak tahun 1974. Awalnya KUD
Jatinom hanya koperasi yang bergerak pada sector pertanian, namun merambah ke
sekrot peternakan sejak adanya bantuan berupa peminjaman sapi perah pada tahun
1982. Hingga saat ini, KUD Jatinom masih menjadi penampung hasil produksi
susu dari berbagai peternakan sapi perah, salah satunya KTSP Maju Makmur.
Boyolali.
Maju Makmur. Selain menampung susu, KUD Jatinom juga menyediakan sarana
KTSP Maju Makmur diketuai oleh Bapak Drs. H. Sutomo, dengan binaan
dari Bapak Joko Siswanto selaku Kepala Desa Krajan. Nama KTSP Maju
Makmur diberikan dengan harapan KTSP ini dapat maju dan makmur untuk
memproduksi susu.
jawab atas semua kegiatan yang ada di peternakan, baik secara administratif
maupun teknis. Selain itu, ketua organisasi juga dibantu oleh masing – masing
dokumen peternakan;
petugas kandang;
keselarasan;
16
pemberian pakan.
faktor lain diantaranya lokasi perkandangan yang terletak cukup jauh dari
air yang melimpah, drainase kandang yang langsung terhubung dengan sungai
sebagai pengairan sawah disekitar KTSP Maju Makmur, serta suhu dan
susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutarto dan Sutarto (2005) bahwa dalam
pembuatan kandang ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu lokasi
17
kandang terpisah dari tempat tinggal pemukiman tidak berdekan dengan bangunan
fasilitas umum seperti sekolah, masjid dan rumah sakit, serta dekat dengan
sumber air yang dapat menunjang kegiatan produksi. Suhu dan kelembaban
kandang juga menjadi syarat umum kandang sapi perah yang dipengaruhi oleh
sinar matahari yang masuk kedalam kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sudono et al. (2003) bahwa sinar matahari yang cukup dapat menjaga kelembaban
sehingga gerakannya terbatas. Hal ini sesuai dengan pendapat Davis (1962)
sehingga gerakan ternak terbatas. Menurut Darmono (1993) bahwa kandang yang
18
4.6. Kandang
kandang sapi laktasi dan sapi dara berada dalam satu kandang, yang mana
didalamnya terdapat 2 baris yang dibagi menjadi 2 blok dengan model head to
head. Model kandang head to head yang digunakan bertujuan untuk memudahkan
dalam pemberian pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutarto dan Sutarto
peternakan rakyat. Sistem kandang yang digunakan yaitu stanchion barn dengan
1,3 m x 1,8 m. Kapasitas kandang sapi perah laktasi di KTSP Maju Makmur yaitu
2,3 m2 untuk 1 ekor sapi perah laktasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar
19
(1995) bahwa induk sapi perah memerlukan kandang dengan ukuran 1,35 m x 1,6
m dengan kapasitas 2,1 m2 untuk 1 ekor induk sapi perah. Kandang stanchion
barn cocok digunakan peternakan yang memiliki sapi perah kurang dari 100 ekor
yang bertujuan untuk efisiensi pekerja dalam terutama dalam pemberian pakan
dan sanitasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmono (1993) bahwa kandang
4.6.1. Konstruksi
bahan bangunan utama baja ringan, mudah didapat, tahan lama, tidak menyerap
panas, sirkulasi udara yang baik, memiliki saluran drainase dan penampungan
kotoran, serta mudah dibersihkan. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa Guntoro
saluran drainasenya. Pemilihan bahan utama baja ringan pada konstruksi kandang
berdasarkan faktor iklim dan lokasi kandang yang terletak di area terbuka luas
ekonomis. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif dan Harianto (2011) bahwa
bahan yang digunakan pada konstruksi kandang harus kuat, ekonomis, tahan lama
4.6.2. Dinding
terbuka yang memiliki kelebihan sirkulasi udara dan intensitas matahari yang
masuk ke kandang cukup baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakri dan
kandang berupa batu bata dan semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Firman
(2010) bahwa dinding pada kandang sapi harus terbuat dari bahan yang kokoh dan
tahan lama, bahan dasar yang biasanya digunakan dalam pembuatan kandang
4.6.3. Atap
21
Atap pada kandang yang digunakan adalah atap tipe monitor dengan
baik. Bahan atap yang digunakan yaitu galvalum yang ditopang oleh tiang – tiang
yang terbuat dari baja ringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yani et al. (2007)
bahwa ketinggian dan bahan atap yang tepat dapat menurunkan suhu dan
kelembaban di dalam kandang sapi perah melalui pertukaran udara di dalam luar
kandang dengan baik. Fungsi atap adalah untuk melindungi bagian dalam
kandang dari sengatan sinar matahari langsung dan mencegah masuknya air hujan
atap dengan kemampuan konduktivitas yang rendah agar kemampuan bahan atap
4.6.4. Lantai
kemiringan 3-5o miring agar memudahkan proses sanitasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Zurioda dan Azizah (2018) yang menyatakan bahwa kemiringan pada
dan agar dapat selalu memastikan lantai kandang tetap kering. Lantai kandang
dilapisi karpet ban untuk tempat istirahat dan menjaga ternak tidak terpleset yang
disebabkan oleh lantai kandang yang miring kearah selokan. Menurut Laryska dan
Nurhajati (2013) karpet berbahan ban digunakan sebagai alas pada lantai kandang
4.6.5. Palung
Palung pada kandang sapi laktasi KTSP Maju Makmur terdiri dari tempat
pakan dan tempat minum dengan ukuran panjang 8 m, lebar 30 cm, dan
23
kedalaman 20 cm. Tempat pakan sapi perah di KTSP Maju Makmur yaitu terbuat
dari semen dengan ukuran palung untuk satu baris yaitu panjang 10 m, lebar 30
cm dan kedalaman 20 cm. . Menurut Purbowati (2012) ukuran palung atau tempat
pakan pada kandang yang sesuai untuk 1 ekor sapi dewasa minimal memiliki
pakan, sehingga palung dibuat dengan tekstur yang halus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Makin (2011) yang menyatakan bahwa palung pada kandang sebaiknya
dibuat dengan permukaan halus agar ternak dapat mengambil pakan hingga tuntas
minum otomatis yang terbuat dari semen dengan ukuran panjang 25 m, lebar 25
cm dan kedalaman 15 cm, sehingga air minum tersedia secara ad libitum (tidak
terbatas). Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2009) yang menyatakan bahwa
sebaiknya air minum pada sapi perah laktasi diberikan secara ad libitum karena
susu sapi perah. Hal ini didukung oleh pendapat Utami et al. (2014) yang
mencukupi kebutuhan air minum sehingga sapi dapat memproduksi susu lebih
memproduksi 1 liter air susu. Letak palung di kandang laktasi KTSP Maju
Makmur tidak ideal untuk sapi perah karena berada dibawah dengan ketinggian
dari kotoran dan kaki sapi yang dapat masuk dengan mudah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sudarmono (1993) yang menyatakan bahwa tempat pakan dan minum
pada sapi sebaiknya diletakkan dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai
kandang sapi laktasi di KTSP Maju Makmur tergolong kritis. Fisiologi lingkungan
berpengaruh nyata terhadap respon fisiologis ternak dan produktivitas sapi perah.
25
Jika sapi perah terkena cekaman panas maka suhu tubuh sapi akan meningkat
sehingga mengganggu metabolism di dalam tubuh sapi. Hal ini sesuai dengan
cekaman panas pada ternak. Suhu di dalam kandang sapi KTSP Maju Makmur
berkisar antara 24,0 – 29,3°C dan suhu di luar kandang yaitu berkisar antara 23,4
dan kelembaban di luar kandang yaitu berkisar antara 78,8 – 97,2%. Menurut
Suherman et al. (2013) suhu lingkungan maksimum untuk produksi susu yang
baik yaitu 21°C dengan kelembaban berkisar antara 55 – 60% sedangkan pada
suhu lingkungan kritis yang mencapai 27°C dengan kelembaban lebih dari 65%
tergolong normal untuk sapi perah fase laktasi. Kondisi fisiologis ternak
merupakan salah satu indikator untuk dapat mengetahui dan menentukan kondisi
kesehatan ternak yang dapat ditinjau melalui suhu rektal, frekuensi napas dan
frekuensi denyut nadi. Menurut Mauladi (2009) bahwa kondisi fisiologis ternak
26
perah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi lingkungan, aktivitas,
fase ternak, konsumsi pakan, kebuntingan, cekaman, dan tingkat stres. Rata – rata
denyut nadi per menit, frekuensi napas per menit dan suhu rektal pada pukul
00.00, 06.00, 12.00, dan 18.00 yaitu 61, 28, 38,02°C; 57, 28, 38,08°C; 60, 33,
38,30°C dan 64, 31, 38,28°C. Kondisi fisiologis sapi perah fase laktasi tersebut
tergolong normal dan tidak menyebabkan cekaman panas pada ternak. Hal ini
sesuai dengan pendapat Jackson dan Cockcroft (2002) bahwa standar fisiologis
ternak sapi perah dewasa antara lain suhu tubuh pada kisaran 38 – 39 oC, frekuensi
Penanganan limbah yang berasal dari ternak pada KTSP Maju Makmur
terdiri atas penanganan limbah air dan limbah padat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Novita et al. (2018) bahwa penanganan limbah pada sapi perah
menghasilkan 2 jenis limbah yaitu air dan padat. Limbah air merupakan limbah
yang berasal dari air sanitasi kandang dan sanitasi ternak yang dialirkan melalui
selanjutnya akan diolah menjadi biogas sebagai sumber energi alternatif. Hal ini
sesuai dengan pendapat Amheka dan Tuati (2018) bahwa biogas dapat
penggunaan biogas yang dihasilkan dari limbah padat sapi perah masih terbatas di
dalam area kandang KTSP Maju Makmur. Pengolahan limbah dilakukan dengan
27
menampung kotoran ternak setiap hari dan setiap satu minggu sekali dilakukan
BAB V
5.1. Simpulan
perah laktasi yang dipakai sudah baik dan manajemen waktu sanitasi juga sudah
baik namun belum adanya kandang khusus untuk sapi yang akan melahirkan serta
pengolahan limbah belum dilakukan secara maksimal dan belum adanya lahan
hijauan.
5.2. Saran
perawatan agar kondisi kandang tetap bagus dan pemberian alas karpet karet
secara merata pada kandang sapi perah laktasi serta menyediakan kandang
melahirkan untuk sapi yang akan melahirkan serta perlunya pengolahan limbah
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, C. dan C. Saparinto. 2015. Sukses Bisnis dan Beternak Sapi. Lily
Publisher, Yogyakarta
Davis, R.F. 1962. Modern Dairy Cattle Management . Prentice Hall, Inc. Amerika
Serikat.
Ensminger, M.E. 1971. Dairy Cattle Science. First Edition. The Inter State
Printers Publisher, Inc. Dancilles, Illionois
Mauladi, A. H. 2009. Suhu tubuh, frekuensi jantung dan nafas induk sapi FH
bunting di vaksin dengan vaksin Influenza. J. Kedokteran Hewan 7(1): 45-
49.
Muljana, W. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Aneka Ilmu,
Semarang.
Siregar, S. B. 1995. Sapi Perah., Jenis, teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha.
PT Penebar Swadaya. Jakarta
Sudono, A., R.F. Rosdiana, dan B.S Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Agromedia Pustaka, Bogor.
Sudrajad, P. dan Adiarto. 2011. Pengaruh stress panas terhadap performa produksi
susu sapi Friesian Holstein di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul sapi
perah Baturraden. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Jogjakarta.
Syarif, E. K dan Harianto, B. 2011. Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN
F E D C B A
P
H K L M
O
N
U
I
Keterangan :
Pukul 00.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 52 50 20 21 37,5 37,6
2 52 55 25 24 37,3 37,3
3 55 57 29 30 38,2 38,2
4 45 46 18 18 37,8 38,0
5 62 62 32 34 37,8 37,8
6 58 59 31 28 37,5 37,5
7 58 54 20 25 38,3 37,9
8 61 59 21 22 38,2 38,1
9 51 51 26 26 38,3 38,4
10 52 50 28 31 37,6 38,0
Rata-rata 55 54 25 26 37,8 37,9
Pukul 06.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 54 53 21 26 38,6 38,4
2 60 58 23 25 38,5 38,4
3 58 58 27 24 38,2 38,1
4 58 59 24 26 38,6 38,5
5 60 63 22 23 37,5 37,6
6 43 43 26 27 37,6 37,6
7 58 58 25 27 38,4 38,6
8 53 54 20 17 37,9 37,6
9 62 60 25 28 37,8 37,7
10 61 62 28 27 38,3 38,1
Rata-rata 57 57 24 25 38,1 38,0
33
Lampiran 2. Lanjutan
Pukul 12.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 50 52 28 29 38,0 38,0
2 59 58 20 21 38,1 38,2
3 49 50 25 28 38,6 38,6
4 44 46 36 34 37,8 38,0
5 51 49 25 28 38,2 38,3
6 40 41 24 23 37,6 37,8
7 54 58 20 22 38,4 38,1
8 56 55 30 31 37,9 37,8
9 52 54 26 25 38,5 38,5
10 48 48 24 23 38,3 38,3
Rata-rata 50 51 26 26 38,1 38,2
Pukul 18.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 58 54 28 26 38,6 38,4
2 50 52 24 22 38,4 38,6
3 47 46 22 26 38,1 38,1
4 52 53 30 31 38,7 38,6
5 79 77 25 22 37,8 37,8
6 50 50 26 25 37,9 38,2
7 61 63 20 17 38,2 38,2
8 62 62 26 27 37,4 37,6
9 66 66 23 24 38,4 38,3
10 57 56 37 40 37,8 38,0
Rata-rata 58 58 26 26 38,1 38,2
34
Lampiran 2. Lanjutan
Pukul 00.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 54 53 21 26 38,6 38,4
2 60 58 23 25 38,5 38,4
3 58 58 27 24 38,2 38,1
4 58 59 24 26 38,6 38,5
5 60 63 22 23 37,5 37,6
6 43 43 26 27 37,6 37,6
7 58 58 25 27 38,4 38,6
8 53 54 20 17 37,9 37,6
9 62 60 25 28 37,8 37,7
10 61 62 28 27 38,3 38,1
Rata-rata 57 57 24 25 38,1 38,1
Pukul 06.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 60 63 26 28 38,0 38,1
2 57 55 27 26 38,1 38,1
3 54 52 35 34 38,4 38,5
4 55 53 24 24 38,4 38,5
5 65 63 23 25 37,8 37,7
6 61 63 26 24 37,6 37,8
7 60 62 22 24 38,2 38,3
8 50 49 23 21 37,8 37,9
9 58 59 27 25 38,2 38,4
10 64 63 29 28 38,3 38,1
Rata-rata 58 58 26 26 38,1 38,1
35
Lampiran 2. Lanjutan
Pukul 12.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 59 60 31 29 38,3 38,2
2 56 55 37 39 37,7 37,9
3 51 51 38 36 38,4 38,2
4 51 51 33 34 38,4 38,5
5 55 56 35 37 38,2 38,3
6 46 46 29 33 38,0 38,2
7 57 57 20 18 38,2 38,1
8 59 58 31 27 37,4 37,5
9 66 64 39 43 38,7 38,7
10 59 57 42 44 38,2 38,0
Rata-rata 56 56 34 34 38,2 38,2
Pukul 18.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 50 49 21 23 37,8 37,9
2 44 45 20 24 38,0 37,8
3 56 58 30 31 38,0 38,7
4 68 69 33 33 38,8 38,7
5 64 68 34 32 38,4 38,2
6 54 52 28 29 37,6 37,7
7 66 68 27 24 38,1 38,2
8 70 69 22 22 38,5 38,5
9 68 70 34 34 38,1 38,0
10 59 60 28 30 37,7 37,8
Rata-rata 60 61 28 28 38,1 38,2
36
Lampiran 2. Lanjutan
Pukul 00.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 51 51 30 29 37,7 37,8
2 61 58 27 26 37,6 37,9
3 63 65 34 31 38,5 38,4
4 64 66 36 39 38,4 38,2
5 62 60 43 46 38,2 38,3
6 59 56 20 22 37,8 37,8
7 71 74 22 22 38,3 38,3
8 63 62 26 29 38,3 38,3
9 68 65 25 25 37,8 37,8
10 59 59 40 44 37,9 37,9
Rata-rata 62 62 30 31 38,0 38,1
Pukul 06.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 62 64 26 28 38,1 38,1
2 56 55 27 26 38,1 38,2
3 58 57 35 35 38,6 38,5
4 59 60 24 24 38,7 38,5
5 65 63 28 29 37,8 37,9
6 59 61 28 26 37,8 37,8
7 61 63 21 24 38,5 38,3
8 50 48 27 25 38,1 38,1
9 54 55 27 29 38,1 37,9
10 67 68 25 26 38,3 38,1
Rata-rata 59 59 27 27 38,2 38,1
37
Lampiran 2. Lanjutan
Pukul 12.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 64 67 31 34 38,0 38,7
2 66 66 30 33 38,2 38,0
3 60 61 37 40 38,5 38,5
4 80 83 39 37 38,3 38,2
5 74 76 32 34 38,7 38,6
6 69 70 36 34 38,4 38,3
7 78 78 35 38 38,6 38,7
8 60 61 29 33 38,6 38,5
9 60 60 40 43 38,6 38,4
10 66 64 30 32 38,7 38,5
Rata-rata 68 69 34 36 38,5 38,4
Pukul 18.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 60 60 31 32 38,3 37,9
2 61 61 38 35 38,2 38,2
3 56 55 32 35 38,5 38,6
4 66 66 31 31 38,5 38,6
5 84 81 43 44 38,5 38,6
6 70 71 27 24 38,6 38,5
7 81 82 29 27 39,6 39,5
8 71 73 28 28 38,7 38,6
9 68 67 30 29 37,9 38,0
10 65 68 43 46 38,4 38,4
Rata-rata 68 68 33 33 38,5 38,5
38
Lampiran 2. Lanjutan
Pukul 00.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 62 65 33 34 38,0 38,0
2 72 70 31 29 38,2 38,3
3 60 62 34 33 38,2 38,0
4 65 67 41 43 37,9 37,9
5 66 67 48 44 38,2 38,2
6 70 65 20 23 37,4 37,5
7 74 74 22 24 38,5 38,6
8 78 77 37 35 38,0 38,3
9 76 74 33 36 38,5 38,4
10 71 74 40 44 38,2 38,5
Rata-rata 69 70 34 34 38,1 38,2
Pukul 06.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 52 53 36 40 38,1 38,1
2 52 53 30 33 38,1 37,8
3 48 49 38 34 37,7 37,7
4 54 54 38 35 38,5 38,3
5 64 62 41 44 38,1 38,1
6 41 39 26 24 37,8 37,6
7 54 50 31 33 38,1 38,1
8 62 59 32 34 37,5 37,6
9 58 58 37 38 37,8 37,6
10 58 60 42 42 38,0 37,8
Rata-rata 54 54 35 36 38,0 37,9
39
Lampiran 2. Lanjutan
Pukul 12.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 50 49 38 36 37,9 38,1
2 58 62 34 37 38,0 38,2
3 54 57 45 49 38,3 38,4
4 62 65 41 37 38,6 38,4
5 83 83 59 55 38,6 38,6
6 43 46 42 38 38,3 38,3
7 74 72 40 36 38,3 38,3
8 70 69 48 51 38,6 38,5
9 71 73 73 75 38,7 38,6
10 83 82 68 65 38,5 38,2
Rata-rata 65 66 49 48 38,4 38,4
Pukul 18.00
NO. DENYUT NADI FREKUENSI SUHU REKTAL
SAPI NAPAS
1 67 70 23 24 38,1 38,5
2 75 75 28 24 38,2 38,2
3 78 74 40 42 38,5 38,6
4 60 63 32 33 38,2 38,2
5 75 76 43 44 38,2 38,4
6 51 51 27 25 37,6 37,6
7 81 84 36 34 38,5 38,2
8 71 76 32 30 37,7 38,0
9 62 64 48 49 38,6 38,5
10 78 80 50 48 38,6 38,6
Rata-rata 70 71 36 35 38,2 38,3
40
Lampiran 3. Lanjutan
D. Fisiologi Lingkungan
Mikroklimat Makroklimat
Waktu Kelembaban Kelembaban
Suhu (°C) Suhu (°C)
(%) (%)
24.00 25,5 99 25,0 99
06.00 23,9 99 24,2 99
12.00 31,0 77 30,8 75
18.00 26,5 99 26,8 91
MAX 23,9 99 30,8 99
MIN 31,0 77 24,2 75
RATA-RATA 26,7 93,5 26,7 91
42
Lampiran 4. Dokumentasi