Oleh:
Oleh:
KATA PENGANTAR
Praktik Kerja Magang (PKM) dengan judul “Teknik Budidaya Rumput Laut
beberapa proses yaitu pengumpulan data lapang dan studi banding. Laporan ini
berisikan kegiatan teknik budidaya rumput laut yang meliputi penyediaan bibit
pemanenan.
(PKM) ini masih terdapat kekurangan dalam penulisan maupun isi materinya.
Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritik
yang membangun untuk laporan ini agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita
Penulis
v
1. Allah SWT atas karunia, kesehatan dan kelancaran yang diberikan selama
ini sehingga kegiatan PKM terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Ir. M. Firdaus, MP. selaku Ketua Jurusan MSP.
3. Bapak Dr. Ir. Mohamad Fadjar, MSc. selaku Ketua Prodi BP.
4. Bapak Muhammad Fakhri, S.Pi., MP., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
yang memberikan ilmu, wawasan serta bimbingan selama kegiatan PKM.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang.
6. Orangtua, Adek dan Keluarga yang selalu memberikan semangat dan
motivasi dalam pembuatan laporan PKM.
7. Bapak Sugeng Raharjo, A.Pi selaku Kepala BBPBAP Jepara beserta seluruh
jajarannya yang bersedia menerima mahasiswa PKM.
8. Bapak Suhardi Atmoko Budi Susilo, S.Si, Bapak Puspito Dwi Cipto Leksono,
S.P, Bapak Suyoto dan Bapak Bunjamin selaku pembimbing di tambak
rumput laut.
9. Ibu Arofah Lyla Nurhayati, S.Si, Ibu Agustien Naryaningsih, S.Si, M.Si dan
Bapak Haryanto selaku pembimbing Laboratorium Kultur Jaringan.
10. Teman-teman satu perjuangan, satu angkatan (Aqualatte) yang selalu
memberikan motivasi, semangat, serta referensi terkait PKM.
11. Tim Kuljar (Nila, Nisa, Fia, Narjo, Dwi, Devi, Afif, Gunawan, Matthew) yang
selalu kompak dalam kegiatan di laboratorium.
12. Seaweed squad (Fitra, Rahmi, Aliya, Melinda, Renita, Bentar, Cita, Tere,
Mirda, Calista dan Septi) yang selalu semangat berenang di tambak rumput
laut.
13. Jepara Squad (Tita, Aisyah, Fitri, Ilfilatul, Zulfa, Ema, Diyan, Erlin, Nugi,
Anbi, Gery, Bakhul, Febri, Gilang dan Bayu) yang saling membantu dan
memberi semangat saat kegiatan PKM.
14. Tim pak Fakhri (Bella, Ilfi, Ilham, Rahmalia, Ihza, Ema dan Teduh) yang
saling membantu dalam kegiatan laporan PKM.
15. Sahabatsekosan dari maba (Risma, Galuh, Yani, Hanum dan Mela) yang
selalu mendukung satu sama lain.
Penulis
vii
RINGKASAN
Rumput laut di Indonesia mencapai 555 jenis dari 8.642 spesies yang
terdapat di dunia. Ekspor tertinggi periode 2008-2012 adalah negara China
sebesar US$ 90 juta. Tahun 2010 produksi rumput laut mencapai 6,897 ton dan
tahun 2015 meningkat menjadi 10,677 ton. Rumput LautG. verrucosa
dibudidayakan untuk ekpsor karena memiliki kandungan agar (>90%)
dibandingkan dengan genus lainnya. Praktik Magang ini dilaksanakan pada 25
Juni – 3 Agustus 2018 di Desa Bulu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara.
Tujuan dari Praktik Kerja Magang ini adalah untuk mengetahui teknik
budidaya rumput laut (G. verrucosa) secara intensif dengan bibit kultur jaringan
serta mengetahui secara langsung penerapan ilmu yang dipelajari dalam
perkuliahan.
Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Magang ini adalah metode
deskriptif yang terdiri dari observasi, wawancara, partisipasi aktif dan referensi
dari literatur. Kegiatan yang dilakukan dalam Praktik Kerja Magang ini meliputi
pembuatan eksplan, pemeliharaan eksplan, pengukuran kualitas air (suhu, DO,
salinitas, pH) dan pertumbuhan di laboratorium. Kegiatan di tambak adalah
pengukuran kualitas air (suhu, DO, salinitas, pH). Perawatan rutin, pengamatan
pertumbuhan rumput laut metode gantung (longline).
Hasil yang diperoleh dari Praktik Kerja Magang pada kultur jaringan
pertumbuhan eksplan selama pengamatan mengalami kenaikan yang tidak
begitu signifikan. Eksplan rumput laut G. verrucosa dalam 3 minggu pengamatan
dengan berat awal tanam setiap media A dan B adalah 0,5 gram dengan
salinitas 25 ppt. Waktu yang diperlukan untuk pemeliharaan eksplan hingga
menjadi bibit siap tebar kurang lebih 6 bulan. Rata-rata pertumbuhan setiap
minggunya berat eksplan bertambah 0,01-0,02 gram. Pergantian media eksplan
setiap minggu dilakukan agar kualitas air media tetap terjaga dan eksplan tidak
terserang lumut karena air yang keruh, serta menjaga nutrisi media dengan
pupukProvasoli Enriched Seawater (PES) yang harus terpenuhi untuk
mempercepat pertumbuhan eksplan. Bibit siap ditebar pada tambak berusia
antara 25-30 hari. Padat tebar untuk bibit G. verrucosa di tambak dengan metode
gantung (longline) setiap keranjangnya ialah 100 gram. Pemeliharaan dilakukan
dengan mencuci setiap keranjang yang berisi rumput laut, pergantian air tambak
2 kali dalam seminggu, menimbang berat rumput laut setiap minggunya. Hasil 3
minggu pengamatan berat rumput lautmengalami kenaikan dan penurunan.
Rata-rata pertumbuhan minggu pertama sebesar 140 gram, minggu kedua
sebesar 161 gram dan minggu ketiga sebesar 165 gram. Laju pertumbuhan
relatif (RGR) tertinggi sebesar 80% dan laju pertumbuhan spesifik (SGR) sebesar
2%. Kualitas air yang kurang optimal dan hama yang menyerang seperti ikan
baronang, lumut dan biawak dapat mempenagruhi pertumbuhan rumput laut.
Saran dari kegiatan Praktik Kerja Magang ini adalah lebih diperhatikan
lagi mengenai pemeliharaan rutin setiap minggunya eksplan rumput laut agar
mendapat hasil yang maksimal dan diperlukan perawatan yang lebih intensif
pada budidaya rumput laut metode gantung (longline) agar pertumbuhan dapat
selalu meningkat.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL............................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PKM DARI INSTANSI............................v
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................vi
RINGKASAN......................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xii
1. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................2
1.3 Kegunaan..................................................................................................3
1.4 Tempat, Waktu/Jadwal Pelaksanaan........................................................3
2. METODE PKM.................................................................................................4
2.1 Metode......................................................................................................4
2.2 Teknik Pengambilan Data.........................................................................4
2.2.1 Data Primer...................................................................................4
2.2.2 Data Sekunder...............................................................................5
3. KEADAAN UMUM LOKASI PKM....................................................................7
3.1 Sejarah Berdirinya Besar Perikanan Budidaya Air Payau
(BBPBAP)Jepara, Jawa Tengah...............................................................7
3.2 Letak Geografis dan Topografi Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah...................................................8
3.3 Organisasi dan Tenaga Kerja....................................................................8
3.3.1 Struktur Organisasi........................................................................8
3.3.1 Tenaga Kerja...............................................................................10
3.4 Visi dan Misi BBPBAP Jepara.................................................................12
3.5 Sarana dan Prasarana............................................................................12
3.5.1 Sarana Kultur Jaringan Rumput Laut (G.verrucosa)....................12
3.5.2 Prasarana Kultur Jaringan Rumput Laut (G. verrucosa)..............15
3.5.3 Sarana Pembesaran Rumput Laut (G. verrucosa).......................16
3.5.4 Prasarana Pembesaran Rumput Laut (G. verrucosa)..................17
4. HASIL PKM...................................................................................................19
4.1 Teknik Kultur Jaringan Rumput Laut (G. verrucosa) di BBPBAP
Jepara.....................................................................................................19
4.1.1 Persiapan....................................................................................19
4.1.2 Pembuatan Eksplan.....................................................................20
4.1.3 Penanaman.................................................................................22
4.1.4 Pemeliharaan...............................................................................23
4.1.5 Kualitas Air..................................................................................25
4.1.6 Aklimatisasi..................................................................................26
4.1.7 Analisa Pertumbuhan Eksplan G. verrucosa................................27
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. PENDAHULUAN
daya plasma nutfah rumput laut dengan 555 jenis dari 8.642 spesies rumput laut
yang terdapat di dunia. Jenis rumput laut dari dari alga merah (Rhodophyceae)
menempati urutan terbanyak yang tumbuh di perairan laut Indonesia sekitar 452
jenis, setelah itu alga hijau (Chlorophyceae) sekitar 196 jenis dan alga coklat
(Phaeophyceae) sekitar 134 (Suparmi dan Sahri, 2009). Komoditas rumput laut
ribu ha dengan target produksi pada tahun 2004 sebesar 10 juta ton. Negara
tujuan ekspor rumput laut Indonesia meliputi China, Filipina, Chili, Hongkong,
2012 adalah negara China sebesar US$ 90 juta (Direktorat Jendral, 2013).
Rata-rata tahun 2010 produksi mencapai 6,897 ton, sedangkan pada tahun 2015
meningkat menjadi 10,677 ton dengan potensi lahan 5,395 ha (Asni, 2015).
laut G. verrucosa yaitu jenis alga merah (Rhodophyta) yang tumbuh di daerah
tropis dan subtropis perairan laut dangkal. Jenis rumput laut ini dibudidayakan
untuk ekspor karena mengandung agar-agar yang tinggi dan bermanfaat untuk
mencapai 35.050 ton kering dan 28.600 ton diserap oleh industri nasional dan
sisanya diserap industri luar negeri. Gracilaria dalam hal ini memberikan
dibudidayakan di tambak, sedangkan lainnya masih dipanen dari alam atau laut
Bibit rumput laut dapat diperoleh dari alam, hasil budidaya atau hasil
kultur jaringan. Permasalahan yang dijumpai dalam pemakaian bibit dari sisa
hasil budidaya adalah adanya penurunan kualitas rumput laut karena pemakaian
bibit yang sangat bergantung pada musim, serta tidak adanya kemungkinan
untuk perbaikan mutu bibit rumput laut. Kultur jaringan menjadi solusi untuk
rumput laut yang berasal dari alam (Satriani, et al., 2017). G. verrucosa biasanya
dibudidayakan di laut lepas, namun rumput laut ini juga dapat dibudidayakan di
tambak intensif untuk budidaya rumput laut, karena dengan teknik ini
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan
produksi rumput laut (G. verrucosa) yaitu praktik kerja magang. Kegiatan praktik
kerja magang ini dilakukan untuk mengetahui teknik budidaya rumput laut (G.
1.2 Tujuan
teknik budidaya rumput laut (G. verrucosa) secara intensif dengan bibit kultur
3
jaringan serta untuk mengetahui secara langsung penerapan ilmu yang dipelajari
dalam perkuliahan.
1.3 Kegunaan
Kegunaan dari kegiatan Praktik Kerja Magang ini adalah agar mahasiswa
rumput laut (G. verrucosa), khususnya teknik budidaya rumput laut (G.
Air Payau (BBPBAP), Jepara, Jawa Tengah pada 25 Juni – 3 Agustus 2018.
4
2. METODE PKM
2.1 Metode
Metode kerja yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Magang ini
Teknik pengambilan data pada kegiatan Praktik Kerja Magang ini dengan
dua macam data, yaitu pengambilan data primer dan data sekunder. Hal ini
terdiri data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan partisipasi aktif. Data sekunder diperoleh dari data atau
kumpulan informasi dan dilaporkan oleh seseorang untuk tujuan tertentu serta
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
wawancara dan partisipasi aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Siyoto dan
Sodik (2015), teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer
a. Observasi
untuk merekam atau mencatat guna tujuan ilmiah atau lainnya. Dengan demikian
b. Wawancara
kegiatan budidaya rumput laut (G. verrucosa) di Balai Besar Perikanan Budidaya
c. Partisipasi Aktif
kegiatan yang ada dengan memberikan kontribusi sesuai kapabilitas, kapital dan
kompetensi yang dimiliki oleh seseorang tersebut (Damsar dan Indrayani, 2016).
Partisipasi aktif dalam kegiatan praktik kerja magang ini adalah turut serta secara
mendapatkan data dan informasi mengenai kegiatan budidaya rumput laut (G.
Data sekunder adalah sumber data yang bersifat tidak langsung. Data
tersebut diperoleh dari pihak kedua, seperti literatur dan studi pustaka yang
6
kegiatan praktik kerja magang ini berasal dari literatur yang terdapat pada
internet dan buku-buku bacaan yang terdapat pada ruang baca Fakultas
berdirinya pada tahun 1971 dengan nama Research Center Udang (RCU) dan
Pertanian. Tahun 1971, RCU diubah nama menjadi Balai Besar Air Payau
Departemen Pertanian.
Pada bulan Mei 2001, status BBAP ditingkatkan ditingkatkan menjadi Eselon II
Air Payau (BBPBAP) Jepara diubah menjadi Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau (BBPBAP).
A B
Gambar 1. (A) Pintu masuk BBPBAP Jepara, (A) Kantor BBPBAP Jepara
8
3.2 Letak Geografis dan Topografi Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan berada di tepi
pantai utara Jawa Tengah, tepatnya 110° 39’ 11” BT dan 6°35’ 10” LS dengan
tanjung kecil landai yang memiliki ketinggian 0 sampai dengan 0,5 meter dari
permukaan laut. BBPBAP Jepara berada di tepi pantai utara Jawa yang
pantai utara Jawa, bagian timur berbatasan dengan Desa Kauman, bagian
selatan berbatasan dengan Pantai Kartini dan bagian barat berbatasan dengan
Pulau Panjang.
Kondisi perairan pantai berbatu dan berpasir dengan salinitas 26–35 ppt
dan suhu udara berkisar 20-30°C. Jenis tanahnya lempung berpasir dan
datarannya cenderung liat. Beda pasang naik dan turun ± 1 meter, sehingga baik
digunakan untuk kegiatan budidaya. Luas areal BBPBAP Jepara yaitu seluas
64,547 ha. Dari jumlah lahan yang dimiliki oleh BBPBAP Jepara ini terdiri dari
2014 bahwa Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau merupakan Unit
kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, dan dipimpin oleh seorang Kepala
Balai. Kepala balai bertugas sebagai penanggung jawab penuh atas kinerja para
a. Perekayasa
b. Litkayasa
c. Pengawas Perikanan
d. Pustakawan
f. Arsiparis
g. Pranata Humas
h. Pranata Komputer
Berikut tersaji pula struktur organisasi Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Jepara pada tahun 2016 dimana dari gambar dapat diperoleh
penjelasan bahwa seorang kepala balai memiliki wewenang dan tanggung jawab
10
khusus kepada seluruh pegawai yang berada di BBPBAP Jepara. Kepala balai
dalam melakukan segala tugas dibantu oleh semua jajaran pegawai sehingga
terciptalah kondisi kerja yang dinamis, sehingga dapat tercapai hasil yang
maksimal dalam melakukan tugas sebagai UPT Budidaya Air Payau. Struktur
organisasi Balai Besar Perikanan Air Payau (BBPBAP) Jepara seperti yang
Kepala Balai
Gambar 2. Skema Struktur Organisasi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara
tahun 2018 berjumlah 166 orang dengan rincian 139 orang sudah berstatus PNS
BBPBAP Jepara menurut status kepegawaian dan tingkat pendidikan tahun 2018
mulai dari jumlah pegawai BBPBAP sampai kondisi pegawai berdasarkan profesi
4. Sarjana Muda/D3 - 16 2 - - 18
5. SLTA - 33 18 - 24 75
6. SLTP - - 5 - 1 6
7. SD - - 4 - 1 5
Jumlah 26 84 29 - 27 166
Kepala Balai - - 1 - - - - 1
Bagian Tata
- - 3 - - - - 3
Usaha
Bidang Uji
Terap & - - 4 - 1 - - 5
Kerjasama
Bidang
Pengujian &
- - 3 - 2 - - 5
Dukungan
Teknis
2. Fungsional
Tertentu
Perekayasa 2 15 10 - - - - 27
Litkayasa - - 2 12 21 - - 35
Pengawasan
- 1 3 - - - - 4
dan PHPI
Pranata
- - - 1 - - - 1
Komputer
12
Pendidikan
No Profesi Jumlah
S3 S2 S1/D4 D3 SLTA SLTP SD
Pranata
- - - - 1 - - 1
Humas
Pustakawan - - 1 - - - - 1
Arsiparis - - - 1 - - - 1
Penyuluh - - 1 - 1 - - 2
Perikanan*
Fungsional - - - 4 41 5 4 54
Umun
Visi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara adalah
berdaya saing dan berkelanjutan. Misi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
secara berkelanjutan.
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara memiliki sarana yang mampu menunjang
b. Sumber Listrik
Listrik merupakan salah satu pendukung utama kegiatan balai. Listrik yang
digunakan pada BBPBAP Jepara bersumber dari jaringan listrik PLN. Sumber
PLN yang digunakan ini menggunakan daya sebesar 147 KVA dan 197 KVA
dengan panjang jaringan kurang lebih 5000 meter. Selain itu, terdapat generator
set (genset) berdaya tinggi yang dapat digunakan apabila terjadi pemadaman
listrik dari PLN atau terjadi gangguan sewaktu-waktu. Genset yang dimiliki balai
ini sebanyak 5 buah yaitu: generator dengan daya 150 KVA (2 buah), 80 KVA (1
buah/rusak ringan), 250 KVA (1 buah) dan 125 KVA (1 buah). Sistem
cahaya lampu dan menjaga AC ruangan agar tetap menyala dan suhu ruang
terjaga.
A B
Gambar 4. (A) Instalator listrik, (B) Genset
c. Sumber Air
Sumber air pada laboratorium kultur jaringan rumput laut yaitu berasal dari
laut yang ditampung pada tandon yang terdapat di dekat kolam induk bandeng,
14
kemudian dari tandon tersebut air dialirkan melalui pipa paralon besar menuju 2
jaringan, air disaring dengan sand filter sebelum masuk ke dalam tandon. Air
pada tandon dialirkan pada bak yang berada pada ruang sterilisasi yang difilter
lagi menggunakan sandfilter ukuran 0,5 µ, 0,3 µ dan arang aktif. Air tawar
A B
C D
Gambar 5. (A) Tandon kolam bandeng, (B) Sand filter, (C) Tandon laboratorium,
(D) Sand filter dan arang aktif
d. Peralatan
diantaranya pinset, pisau bedah, cawan petri, gelas ukur, aerator, selang aerasi,
LAF (Laminary Air Flow), ember, mangkok, akuarium, pipet tetes, refraktometer,
e. Bahan
induk rumput laut, pupuk Provasoli Enriched Seawater (PES), tisu steril, alkohol
70%, air laut steril, air tawar, masker, karet gelang, betadine, plastik bening,
koran, tisu steril, sabun cuci (sunlight), aluminium foil, aquades, kapas, spiritus,
a. Wifi
laboratorium kultur jaringan rumput laut. Sarana komunikasi wifi dapat dilihat
pada gambar 6.
b. Transportasi
Sarana transportasi yang terdapat pada kultur jaringan rumput laut adalah
balai. Sarana ini tidak dapat digunakan apabila diluar wilayah BBPBAP Jepara.
Sarana transportasi yang terdapat di tambak rumput laut itu berupa satu buah
Gambar 7.Motor
a. Tambak Budidaya
Tambak Budidaya rumput laut di Balai Besar Perikanan Air Payau terdapat
4 petak tambak budidaya, diantaranya ada 1 tambak anggur laut (Caulerpa sp.),
1 tambak rumput laut (G. verrucosa) medote gantung (longline), 1 tambak rumput
laut (G. verrucosa) metode dasar dan 1 tambak rajungan. Tambak budidaya
Sumber air yang digunakan untuk sirkulasi pada tambak rumput laut
diperoleh dari air laut yang disalurkan pada saluran utama. Saluran utama
tersebut ialah sungai besar yang terhubung dengan laut. Setelah air masuk pada
saluran utama, air ditampung pada kolam segita yang terdapat anggur laut
(Caulerpa sp.). Air akan disalurkan melalui pipa-pipa yang dialirkan ke tambak-
17
tambak budidaya secara berurutan. Sumber air pada saluran utama dapat dilihat
pada Gambar 9.
A B
C
Gambar 9. (A) Saluran Utama dari laut, (B) Pipa Saluran Air untuk disalurkan ke
kolam-kolam, (C) Tombol listrik untuk menyalakan pompa
c. Peralatan
hitam, cool box, timbangan, ember, basket (keranjang), paranet, tali rafia dan
a. Rumah Jaga
dengan rumah jaga yang berfungsi untuk menunjang kegiatan budidaya dan
monitoring. Rumah jaga tersebut digunakan untuk menampung air tawar, tempat
rajungan. Rumah jaga ini juga berfungsi sebagai tempat istirahat penjaga tambak
18
dan pembuatan laporan. Rumah jaga pada budidaya rumput laut dapat dilihat
transportasi yang terdapat pada tambak rumput laut ini berupa motor, sedangkan
jembatan bambu digunakan sebagai penghubung dari jalan raya menuju tambak
rumput laut. Motor dan jembatan dapat dilihat pada gambar 11.
A B
Gambar 11.(A) Motor fasilitas rumput laut, (B) Jembatan bambu
19
4. HASIL PKM
Jepara
4.1.1 Persiapan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah sterilisasi alat dan bahan. Alat
yang akan disterilisasi seperti pinset, pisau bedah, cawan petri, gelas ukur, botol
kultur1 L yang sebelumnya dicuci bersih kemudian tunggu hingga kering atau
Bahan meliputi air laut dimasukkan kedalam botol kultur 1000 ml yang
menit dengan tekanan 1 atm dan suhu 121°C. Tisu juga disterilkan dengan
autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 1 atm dengan suhu 121°C. Sterilkan
terlebih dulu tangan dengan mencuci dengan sabun, setelah itu semprotkan
oven (udara panas). Penggunaan autoklaf untuk bahan sangat efektif meskipun
pada suhu yang begitu tinggi, karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan
yang disterilkan, dilepaskan sebanyak 636 kalori/gram uap air pada suhu 121°C.
A B
C
Gambar 12. (A) Proses autoklaf, (B) Proses pengukusan, (C) Proses
pengovenan
bagian tubuh organisme yang diisolasi untuk dikultur secara in vitro, yaitu
yang siap diambil thallusnya. Induk yang digunakan berumur 30-40 hari. Induk
yang bagus memiliki ciri-ciri memiliki percabangan thallus yang banyak, warna
thallus lebih cerah dan tidak terkena penyakit. Induk diambil pada wadah
akuarium dengan seser dan ditaruh pada baskom. Sebelumnya nyalakan terlebih
dahulu LAF (Laminary Air Flow). Kegiatan pembuatan eksplan dilakukan pada
petri, kemudian diukur panjang dengan penggaris. Potong induk dengan ukuran
5 cm, caranya potong bagian ujung cabang 3 cm kemudian ambil bagian tengah
5 cm, buang percabangan yang tidak berguna, lakukan seperti itu hingga
terdapat berat yang diinginkan. Induk yang masih tersisa untuk eksplan
dikembalikan pada akuarium agar tidak mati. Setelah mendapat berat yang
21
botol(100 ml) yang diberi air laut 50 ml, tambahkan sabun cuci (sunlight) 2 tetes,
direndam selama 4 menit kemudian bilas dengan air laut steril. Setelah itubuat
larutan betadine dengan perbandingan betadine dan air laut steril (1 ml: 9 ml)
membunuh bakteri atau jamur, setelah itu eksplan dibilas dengan air laut steril
hingga bersih dan keringkan dengan tisu steril secara perlahan-lahan dengan
bantuan pinset dan cawan petri sebagai alas. Timbang menggunakan timbangan
digital 0,5 gram untuk media A dan 0,5 gram untuk media B. Proses pembuatan
vitro diawali dengan pencucian G. verrucosa dengan ari laut bersih. Thallus
eksplan rumput laut (G. verrucosa)dan diletakkan pada baskom berisi air laut
4.1.3 Penanaman
terlebih dahulu salinitas pada air laut, apabila salinitas tidak sesuai dilakukan
tawar. Air laut pada media A dan B dibuat salinitas 25 ppt. Setelah itu tuang air
sebanyak 20 ml. Masukkan eksplan yang sudah kering dan bersih pada masing-
masing media A dan B. Tutup botol kultur dengan plastik bening dan diikat
dengan 2 buah karet gelang. Letakkan botol tersebut pada ruang inkubasi yang
disinari dengan lampu neon dengan intensitas cahaya 1500 lux,serta fotoperiodik
12 jam terang 12 jam gelap secara otomatis dan suhu ruangan diatur dengan
eksplan baik, tetapi pada proses aklimatisasi, bibit tidak tahan terhadap
14.
Wadah eksplan berisi500 ml media kultur dengan salinitas air laut 32-34
ppt dan diberikan pupuk Provasoli Enriched Seawater (PES) dengan konsentrasi
pertumbuhan eksplan. Aerasi diatur kuat untuk meningkatkan difusi nutrisi media
ke jaringan rumput laut. Kultur thallus diinkubasi di rak kultur selama 8 minggu
pada suhu sekitar 25°C dengan intensitas cahaya 1.500 lux. Fotoperiodik 12 jam
terang dan 12 jam gelap. Pergantian media dilakukan setiap minggu dan diamati
kualitas air dan pertambahan berat eksplan (Fadilah dan Pratiwi, 2016).
Provasoli Enriched Seawater (PES) untuk 2 liter tersedia pada tabel berikut:
23
NaNO3 (g/l) 35
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O(g/l) 700
VitaminB12(g/l) 25
Biotin (g/l) 50
A B
Gambar 14. (A) Penanaman G. verrucosa, (B) Pemeliharaan di ruang inkubasi
4.1.4 Pemeliharaan
sekali dan pengukuran suhu dilakukan setiap pagi jam 06.00 dan sore hari jam
18.00. Langkah yang dilakukan untuk mengganti air media adalah melepaskan
selang aerator dari botol kultur yang terdapat eksplan rumput laut, ukur kualitas
airnya terlebih dulu (suhu, salinitas, pH), lalu buang air media dan pindahkan bibit
pada gelas kaca kecil, bersihkan dengan tisu steril secara perlahan dengan
pinset dengan alas cawan petri, apabila ada lumut yang menempel juga
kemudian bilas dengan air laut steril. Keringkan dengan tisu steril dan timbang
24
kembali eksplan serta diamati morfologinya. Buat media baru dengan cara ukur
terlebih dahulu salinitaspada air laut, apabila salinitas tidak 25 ppt maka
menambahkannya air tawar. Setelah itu tuang air laut steril pada botol kultur
(PES) sebanyak 20 ml. Masukkan eksplan yang sudah kering dan bersih pada
masing-masing media A dan B. Tutup botol kultur dengan plastik bening dan
diikat dengan 2 buah karet gelang. Diberi label pada masing-masing botol.
Letakkan botol tersebut pada ruang inkubasi, lubangi botol dengan pisau dan di
pasang alat pengukur suhu dan aerator. Pergantian media bibit rumput laut dapat
pergantian air media setiap seminggu sekali. Pergantian air media dilakukan di
LAF (Laminary Air Flow). Eksplan dikeluarkan dari air media lama kemudian
itu eksplan dibilas menggunakan air laut steril sebanyak 2 kali. Keringkan
eksplan dan masukkan ke media yang sudah diberi pupuk PES. Simpan pada
ruangan dengan suhu ruang sekitar 22-25°C, intensitas cahaya 1500 lux dan
penyinaran terang dan gelap (12 jam:12 jam) (Nurrahmawan dan Jadid, 2017).
Pengukuruan suhu dilakukan 2 kali setiap harinya pada pagi hari pukul 06.00 dan
sore hari pukul 18.00. Pengukuran kualitas airpHdan salinitas dilakukan setiap
seminggu sekali pada saat pergantian air media. Alat kualitas air dapat dilihat
masing parameter pada suhu selama 21 hari suhu media A pada pagi hari
berkisar antara16,3-18°C dan sore hari yaitu 20,3-22,5°C dan suhu media B
pada pagi hari berkisar antara 16,2-18,2°C dan sore hari 21-24,8°C. Salinitas
setiap minggunya media A berkisar29-32 ppt dan media B yaitu 28-31 ppt. pH
pada media A berkisar antara 7,8-8,2 dan media B berkisar 7,7-8,2. Hasil
pengukuran kualitias air selama 21 hari berada pada kisaran cukup baik. Data
adalah suhu, pH, salinitas. Suhu air yang cocok untuk menunjang pertumbuhan
rumput laut G. verrucosa adalah 25-30°C. Derajat kemasaman (pH) yang baik
untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 6-9. Salinitas yang baik untuk
A B
4.1.6 Aklimatisasi
dengan serangkaian tahapan, yaitu rumput laut berada pada ruang inkubasi
dengan media 500ml selama 2,5-3 bulan, setelah itu dipindah dengan
menggunakan air media ukuran 1000 ml selama 1,5-2 bulan. Pindahkan diluar
ruang inkubasi pada toples dan air media tidak diberi pupuk, namun tetap
diberikan aerasi 24 jam selama 2-3 bulan, dilakukan pergantian air media
seminggu sekali. Setelah itu (G. verrucosa) diaklimatisasi di bak fiber 25-30 hari.
Contoh G. verrucosa yang diaklimatisasi di luar ruang inkubasi dapat dilihat pada
Gambar 17.
umur 3 bulan dengan panjang 3-5 cm. Bibit rumput laut diletakkan pada rumah
kaca dengan wadah toples plastik yang diberi aerasi selama 24 jam, salinitas
27
pada media sekitar 25-32 ppt. Aklimatisasi di rumah kaca yaitu 1 bulan,
kemudian diaklimatisasi pada bak beton atau fiber yang diberi aerasi selama 2
bulan dan bibit siap untuk ditebar pada tambak atau laut (Bujang,2013).
0.52
Rata-rata Pertumbuhan Eks-
G. verrucosa Perminggu
0.51
0.5
(gram)
0.49 Media
plan
A dan
0.48 B (25
ppt)
0.47
0.46
1 2 3
Waktu Kultur (Minggu)
Gambar 18. Rata-rata Pertumbuhan eksplan G. verrucosa
rumput laut G. verrucosa pada ruang inkubasi selama 3 minggu dan 3 kali
pergantian air media. Masing-masing eksplan yang ditanam memiliki berat awal
media A (25 ppt) dan B (25 ppt) minggu pertama sebesar 0,48 gram, minggu
kedua sebesar 0,50 gram dan minggu ketiga sebesar 0,51 gram.
28
ditimbang kurang kering sehingga berat yang didapat saat penimbangan minggu
selanjutnya malah berkurang atau tetap. Nutrisi pada media eksplan harus
juga dapat dipengaruhi oleh pergantian air yang tidak sesuai jadwal sehingga air
menjadi keruh dan eksplan terserang lumut yang akan mudah menjadi patah dan
keropos.
22-25ºC dan intensitas cahaya 1500 lux. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh
Jepara untuk budidaya rumput laut terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu dekat dengan sumber air laut dan air tawar, area tambak yang
landai, gelombang dan arus dalam tambak tidak terlalu besar, lokasi budidaya
bebas dari limbah pencemaran, suhu air berkisar 20-28°C, pH berkisar 6-9.
Mendapatkan izin dari pemerintah dan dekat dengan pemukiman penduduk serta
jalan raya.
yang harus diperhatikan. Hal tersebut diantaranya perairan yang cukup tenang,
29
terlindung dari pengaruh angin dan ombak. Kedalaman kolam kurang lebih 60
cm dan tidak boleh melebihi 210 cm. Tipe dasar perairan bersubrat (sedikit
berlumpur atau berpasir). Faktor lain yang harus diperhatikan adalah kualitas air,
membasmi hama liar dengan dosis 10 ppm. Diberi pupuk organik (kotoran
hewan) 1000 kg/ha dan non organik (NPK) 100 kg/ha. Lakukan pengecekan
kualitas air sudah memenuhi syarat atau belum. Persiapan teknik penanaman
dan diangkat lumpur atau bahan organik yang tersisa pada tambak. Pengeringan
dilakukan 3-5 hari. Masukkan air ke dalam tambak melalui saringan yang
dipasang pada pintu pemasukan air. Kedalaman air tambak yang optimal untuk
budidaya Gracilaria adalah 50 cm. Apabila masih terdapat hama pada tambak,
atau longline. Metode ini biasanya digunakan pada laut lepas, namun juga bisa
metode budidaya gantung ini terdiri dari bambu, tali ris, pelampung (botol aqua),
kurang lebih 40 meter dengan jarak antar keranjang 20-30 cm. Jumlah garis yang
digunakan 3 garis. Jumlah rumput laut yang ditanam pada setiap garisnya sama.
dengan metode rawai (longline). Metode ini dapat menghasilkan kualitas rumput
laut menjadi lebih baik dari segi kandungan agar. Alat yang digunakan pada
digunakan sebagai tali ris. Tali rafia yang berguna untuk pengait atau pengikat
rumput laut Gracilaria dengan tali ris. Bambu berjumlah 4 buah yang digunakan
Perikanan Budidaya Air Payau Jepara yaitu bibit dperoleh dari hasil kultur
jaringan atau perbanyakan sel dan membeli bibit dari petani tambak di daerah
Jepara, dalam pemilihan bibit rumput laut terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu dari segi umur bibit berusia sekitar 25-30 hari, bebas hama
dan penyakit, tidak cacat, ujung thallus berwarna cerah dan memiliki thallus yang
31
besar, thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya relatif lebih besar dari
cabangnya.
Bibit rumput laut yang digunakan ialah bibit yang berkualitas dan
memenuhi kriteria bibit unggul. Kriteria yang diinginkan adalah bibit memiliki
tingkat adaptasi yang tinggi, umur bibit berkisar 20-30 hari. Batang atau Thallus
berbentuk silindris, tidak berbau amis, bersih, segar dan tidak pucat.
(longline) dilakukan pada pagi atau sore hari menjelang malam sekitar pukul
06.00-0.700 pagi dan 17.00-18.00 pada saat intensitas cahaya rendah, hal ini
dilakukan agar bibit rumput laut tidak stres karena paparan sinar matahari.
menggunakan keranjang yang diikat secara langsung dengan tali rafia dan
digantung pada tali ris. Cara pengikatan rumput laut dapat dilihat pada Gambar
20.
Metode tali gantung atau longline ini dilakukan dengan mengikat bibit-bibit
rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali-tali yang disusun berjajar.
Bibit rumput laut yang siap ditanam dimasukkan ke dalam keranjang, kemudian
digantung pada tali yang panjang yang sudah disiapkan. Tambak harus
pemasukan dan pengeluaran air. Tinggi air tidak boleh melebihi 70 cm karena
pada pagi atau sore hari agar bibit tidak stress (Kresnarini, 2011).
32
selama 22 hari. Pengukuran kualitas air dilakukan 2 kali setiap harinya pada pagi
hari pukul 08.00dan sore hari pukul 16.00. Pengukuran kualitas air dilakukan
yang diperoleh pada masing-masing parameter ialah untuk salinitas pagi hari
berkisar 33-38 ppt dan sore hari berkisar 33-37 ppt. Suhu pada pagi hari berkisar
25,3-28,6°C dan sore hari berkisar 28,6-32,4°C. DO pada pagi hari berkisar
antara 4,7-6,3 ppm dan sore hari berkisar 4,1-6,2 ppm. pH pada pagi hari
berkisar antara 8,15-8,62 dan sore hari berkisar antara 8,14-9,53 (Lampiran 3).
G. verrucosa tahan terhadap perubahan kualitas air yang ekstrim, namun apabila
kualitas air tidak dalam kondisi optimal, pertumbuhan berat G. verrucosa tidak
berkembang (tetap). Kegiatan pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Gambar
21.
tambak budidaya rumput laut. Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan G.
verrucosa yaitu berkisar 25-30°C. Peningkatan suhu dapat terjadi pada siang hari
dan menurun pada pagi hari. Salinitas optimal untuk pertumbuhan rumput laut
oksigen terlarut untukmenunjang usaha budidaya rumput laut adalah 3–8 ppm.
33
Media tumbuh G. verrucosa yang tidak terdapat pada kisaran tersebut maka
A B
C
Gambar 21. (A) Pengukuran DO dan suhu, (B) Pengukuran pH, (C) Pengukuran
salinitas
4.2.7 Pemeliharaan
membersihkan rumput laut dari kotoran atau hama yang berasal dari perairan.
seminggu, yaitu pada hari senin dan jum’at. Cara pencuciannya yaitu dengan
cara masuk ke dalam tambak dan kemudian keranjang yang berisi rumput laut G.
menempel pada rumput laut, pemeliharaan lakukan secara perlahan agar rumput
laut tidak ada yang terjatuh. Kegiatan perawatan rumput laut G. verrucosa dapat
melakukan monitoring pada suhu dan salinitas air tambak. Penggantian air
34
tambak yang dilakukan 2 kali setiap minggunya bertujuan untuk sirkulasi air atau
laut kurang baik, pemupukan dilakukan menggunakan pupuk NPK. Pupuk NPK
rumput laut. Dosis pemberian pupuk NPK untuk tambak Rumput Laut (G.
penjarangan dan pemerataan. Gumpalan besar rumput laut pada setiap titik
diambil dan digerak-gerakkan dengan tangan agar lumpur atau hama yang
menempel lainnya terlepas. Kegiatan ini dilakukan setiap dua minggu sekali.
sesuai dengan pasang surut air laut yaitu umumnya pasang terjadi pada pagi
hari pukul 07.00 WIB dan surut pada sore hari pukul 14.00 WIB. Persentase
2012). Manfaat dari unsur NPK (nitrogren, phosphor dan kalium) terdapat pada
tabel 5.
A B
Gambar 22. (A) Perawatan G. verrucosa, (B) Pemupukan
kekerangan, ikan liar dan biawak. Kekerangan biasanya menempel pada thallus
Kekerangan apabila dalam jumlah yang banyak menempel pada thallus, maka
rumput laut karena ikan tersebut dapat memakan rumput laut yang ada di
rumput laut karena dapat melukai para teknisi tambak. Penyakit yang biasa
menyerang rumput laut yaitu ice-ice yang ditandai dengan perubahan warna
rumput laut yang menjadi putih, namun di BBPBAP Jepara G. verrucosa jarang
mengatasi hama secara optimal. Hama yang menyerang rumput laut dapat
verrucosa yaitu ikan baronang, penyu hijau, bulu babi dan bintang laut yang akan
bakteri dan thallus akan menjadi putih dan rapuh atau mudah patah. Penyakit
salinitas, suhu air dan intensitas cahaya. Ciri-ciri rumput lautyang terkena ice-ice
hama dan penyakit pada rumput laut Gracilariasp. dilakukan dengan mengganti
air tambak seminggu dua kalidiberikan saponin 10 ppm untuk hama yang
A B
Gambar 23. (A) Biawak, (B) Kekerangan
170
Rata-rata Pertumbuhan G. verru-
165
160
cosa perminggu (gram)
155
150 Keranjang
1-5
145
140
135
130
125
1 2 3
minggu dengan padat tebar awal masing-masing keranjang 1-5 sebesar 100
gram. Kedalaman kolam sekitar 60 cm dan jarak antar keranjang sekitar 20-30
cm. Hasil rata-rata setiap minggu penimbangan berat yaitu pada minggu pertama
berat G. verrucosa pada keranjang 1-5 rata-rata sebesar 140 gram. Minggu
kedua mendapat hasil rata-rata sebesar 161 gram. Minggu ketiga penimbangan
berat sebesar 165 gram. Hasil tersebut dipengaruhi oleh kedalaman kolam yang
pertumbuhan sel.
karena dapat memacu aktivitas pembelahan sel sehingga terjadi pelebaran dan
baik. Jarak tanam pada tali pada umumnya berkisar antara 20-25 cm. Apabila
jarak tanam terlalu pendek maka akan terdapat banyak ikatan rumput laut
sehingga kesempatan setiap cabang rumput laut untuk memperoleh unsur hara
sebagai sumber makanan yang dibutuhkan sedikit dan hal ini akan
pemeliharaan selama 50 hari mendapatkan hasil akhir berat rumput laut sebesar
masing rumput laut ditanam memiliki berat awal 100 gram dengan metode
lumpur dan kotoran yang menempel pada rumput laut, terdapat thallus yang
patah pada saat pencucian rumput laut dan adanya kekerangan yang menempel
keranjang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Kualitas air yang
fotosintesis, karena itu rumput laut hanya dapat hidup dengan kedalaman
kedalaman 60 cm selama 45 hari dengan padat tebar 100 gram, hasil akhir
rumput laut ditanam memiliki berat awal 100 gram dengan metode gantung
(longline). Persentase SGR pada setiap keranjang memiliki hasil yang sama,
serta hama yang menempel pada rumput laut dapat mengganggu penyerapan
pertumbuhanlebih dari 2%. Bobot bibit awal tebar 100 grampada hari ke-21
39
sinar matahari dalam proses fotosintesis, sehingga laju pertumbuhan rumput laut
4.2.10 Pemanenan
rumput laut kemudian dikumpulkan di bak besar. Setelah terisi penuh maka bak
dedalam karung. Hasil panen rumput laut (G. verrucosa) akan diberikan kepada
petani budidaya sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh Kementerian
1,5 bulan. Satu sampai dua bulan berikutnya rumput laut (G. verucosa) dapat
dipanen lagi. Ciri rumput laut G. verrucosa siap panen adalah jika dipegang
rumput laut tersebut kembali dengan cepat dan terasa kenyal, artinya kandungan
jelly sudah banyak. Cara pemanenan secara sederhana yaitu mengambil rumput
A B
Gambar 255. (A) Pemanenan rumput laut, (B) Hasil panen
40
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
Rata-rata pertumbuhan eksplan minggu pertama pada media A dan B (25 ppt)
sebesar 0,48 gram, minggu kedua 0,50 gram dan minggu ketiga sebesar 0,51
gram.
pertama sebesar 140 gram, minggu kedua 161 gram dan minggu ketiga
sebesar 165 gram. RGR tertinggi adalah 80% dan SGR tertinggi adalah 2%.
5.2 Saran
Saran yang diberikan pada Praktik Kerja Magang ini adalah perlu
seperti pergantian air media secara rutin agar pertumbuhan tidak terganggu dan
pada tambak lebih diperhatikan lagi saat pencucian rumput laut, agar tidak patah
DAFTAR PUSTAKA
Azizah. M. N., A. Rahman dan A. M. Balubi. 2018. Pengaruh jarak tanam bibit
yang berbeda terhadap kandungan agar Rumput Laut (Gracilaria
verrucosa) menggunakan metode Longline (keranjang)di tambak. Media
Akuatika. 3 (1): 556-563.
Direktorat Jendral. 2013. Rumput Laut Indonesia. Warta Ekspor. Jakarta. 16 hlm.
Pong-Masak, P. R. B. Priono dan I. Insan. 2011. Seleksi klon bibit Rumput Laut,
Gracilaria verrucosa. Media Akuakultur. 6 (1): 1-12.
Ruslaini. 2016. Kajian kualitas air terhadap pertumbuhan rumput laut (Gracilaria
verrucosa) di tambak dengan metode vertikultur. Octopus. 5 (2): 522-527.
Setiaji, K., G. W. Santosa dan Sunaryo. 2012. Pengaruh penambahan NPK dan
UREA pada media air pemeliharaan terhadap pertumbuhan rumput laut.
Journal of Marine Research. 1 (2) : 45-50.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, CV.
Bandung. 334 hlm.
LAMPIRAN
Sumber : Bappeda.jatengprov.go.id
45
2. Kantor Utama
10. Perpustakaan
12. Asrama
46
relatif adalah :
Wt – Wo
RGR= x 100 %
Wo
Keterangan :
Hasil Perhitungan
Keranjang 1
Wt – Wo
RGR = x 100%
Wo
51
170 – 100
= x 100%
100
= 70%
Keranjang 2
Wt – Wo
RGR= x 100%
Wo
180 – 100
= x 100%
100
Keranjang 3
Wt – Wo
RGR = x 100%
Wo
150 – 100
= x 100%
100
= 50%
Keranjang 4
Wt – Wo
RGR = x 100%
Wo
165 – 100
= x 100%
100
= 65%
Keranjang 5
Wt – Wo
RGR = x 100%
Wo
160 – 100
= x 100%
100
= 60%
lnWt – ln Wo
SGR= x 100 %
t
Keterangan :
t = Waktu pemeliharaan
Hasil perhitungan:
Keranjang 1
ln Wt – ln Wo
SGR = x 100%
t
ln 170 –ln 100
= x 100%
22
5,13 – 4,60
= x 100%
22
0,53
= x 100%
22
=0,02 x 100%
= 2%/hari
Keranjang 2
ln Wt – ln Wo
SGR = x 100%
t
ln 180 –ln 100
= x 100%
28
5,19 – 4,60
= x 100%
22
0,59
= x 100%
22
=0,02 x 100%
= 2%/hari
Keranjang 3
53
ln Wt – ln Wo
SGR = x 100%
t
ln 150 – 100
= x 100%
22
5,01 – 4,60
= x 100%
22
0,41
= x 100%
22
=0,01 x 100%
= 1%/hari
Keranjang 4
ln Wt – ln Wo
SGR = x 100%
t
ln 165 – ln 100
= x 100%
22
5,10 – 4,60
= x 100%
22
0,5
= x 100%
22
=0,02 x 100%
= 2%/hari
Keranjang 5
ln Wt – ln Wo
SGR = x 100%
t
ln 160 – 100
= x 100%
28
5,07 – 4,60
= x 100%
22
0,47
= x 100%
22
=0,02 x 100%
= 2%/hari