Anda di halaman 1dari 110

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO

(Clarias gariepinus) DI DESA JOHO, KECAMATAN WATES, KABUPATEN


KEDIRI, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

RENI NURLITA
NIM. 145080401111056

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ii

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO


(Clarias gariepinus) DI DESA JOHO, KECAMATAN WATES, KABUPATEN
KEDIRI, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana


Perikanandi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :

RENI NURLITA
NIM. 145080401111056

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
iii
iv

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul :STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA


PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias
gariepinus) DI DESA JOHO, KECAMATAN
WATES, KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR

Nama Mahasiswa : RENI NURLITA


NIM : 145080401111056
Program Studi : Agrobisnis Perikanan

PENGUJI PEMBIMBING

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING

Dosen Penguji 1 : Prof. Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP


Dosen Penguji 2 : Wildan Afarizi, SE, M.Ling

Tanggal Ujian : 28 Juni 2018


v

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan kali ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar – sebesarnya kepada:

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas karunia dan kesehatan yang diberikan

selama ini sehingga laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS selaku dosen pembimbing yang telah

dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan

skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini.

3. Bapak mutif beserta para pembudidaya pembenihan ikan lele dumbo di

Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang

sudah bersedia memberikan informasi terkait laporan skripsi ini.

4. Keluarga kecil saya yaitu kedua orang tua penulis yang telah memberikan

dukungan dalam bentuk moral, spiritual dan materil.

5. Sahabat terbaik saya yang senantiasa berjuang bersama untuk meraih

gelar S.Pi.

6. Teman-teman seperjuangan program studi Agrobisnis Perikanan

angkatan 52 tahun 2014 untuk semua bantuannya.

Malang, Mei 2018

Penulis
vi

RINGKASAN

RENI NURLITA. Skripsi Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Lele


Dumbo (Clarias gariepinus) di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri,
Jawa Timur (dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS).

Pada tahun 2011 produksi perikanan budidaya mencapai 6,98 juta ton,
jumlah budidaya ikan dalam kolam air tawar menyumbangkan angka hingga 1,1
juta ton. Kenaikan produksi budidaya ikan dalam kolam air tawar cukup pesat
yaitu berkisar 11 persen setiap tahun.Hal ini menujukkan ada gairah besar di
masyarakat untuk mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar.Tentunya
pertumbuhan produksi ini mengacu pada permintaan pasar yang terus
meningkat.Lele Dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat
Indonesia.Kegiatan pembudidayaan perlu ditingkatkan guna memenuhi
permintaan pasar dan kebutuhan gizi masyarakat, apalagi diiringi oleh tingginya
tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan lele dumbo membuat peluang
usahanya semakin terbuka.Mulai dari usaha pembenihan, pembesaran hingga
usaha pengolahan. Ada beberapa hal yang mendorong masyarakat untuk
membudidayakan ikan lele: 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang
terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidayanya mudah dikuasai
oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah, dan 4) modal usaha yang
dibutuhkan relatif rendah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari aspek teknis, aspek


manajemen, aspek pemasaran dan aspek finansiil usaha pembenihan ikan lele
dumbo di Desa Joho. Kemudian untuk mengetahui faktor internal dan faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap usaha, dan untuk mempelajari strategi
pengembangan usaha pembenihan ikan lele dumbo dengan menggunakan
analisis SWOT. Pengumpulan data dimulai pada bulan Maret sampai April 2018
dan sebelumnya sudah dilakukan survei dan perijinan tempat penelitian pada
bulan Februari 2018. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan metode
analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data
primer dan sekunder. Metode penarikan sampel adalah purposive sampling yaitu
dengan kriteria: usaha pembenihan ikan lele dumbo sudah dijalankan selama 5
tahun. Sampel yang digunakan sebanyak 11 responden dari 30 jumlah
pembudidaya pembenihan ikan lele dumbo yang ada di Desa Joho. Metode
pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui observasi dan wawancara
secara langsung terhadap pemilik usaha pembenihan ikan lele dumbo, kemudian
melakukan dokumentasi dan menyebarkan kuisioner.

Setelah melakukan kegiatan penelitian pada usaha pembenihan ikan lele


dumbo di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri didapatkan hasil
bahwa prasarana dan sarana yang digunakan dalam mendukung proses
produksi dalam keadaan baik dan masih dapat digunakan. Sarana yang
digunakan pada usaha ini meliputi: jaring, seser besar dan kecil, timbangan, pipa
paralon besar dan kecil, bak seleksi, ember, sikat, sapu ijuk, jurigen, gunting,
saringan, dan pompa air. Prasarana produksi meliputi: kondisi jalan raya, sumber
air, dan listrik. Proses pembenihan ikan lele dumbo meliputi: pembuatan kolam,
vii

pemeliharaan indukan, pemijahan, penetasan telur, perawatan larva, dan


pemanenan.
Aspek manajemen meliputi fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian,
fungsi penggerakan dan fungsi pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi
mempersiapakan alat dan bahan selama proses pembenihan ikan lele dumbo
sampai pemanenan. Fungsi pengorganisasian mengikuti kelompok untuk proses
pemasaran. Fungsi penggerakan meliputi pengarahan dan menjaga hubungan
dengan konsumen. Serta fungsi pengawasan yaitu evaluasi dalam setiap siklus.
Aspek pemasaran pada usaha ini meliputi: Strategi pemasaran, strategi
yang diterapkan yaitu dengan menjaga kualitas produk. Pendistribusian produk
yaitu dengan mobil atau motor yang dibawa oleh konsumen. Saluran pemasaran
secara langsung.Dimana konsumen langsung datang untuk membeli benih ikan
lele dumbo sehingga tidak ada perantara.Pembeli benih ikan lele dumbo yaitu
tengkulak dan pembudidaya pembesaran ikan lele dumbo yang berasal dari
berbagai daerah terutama sekarisidenan Kediri.Harga yang diterapkan para
pembudidaya mengikuti harga pasar, sedangkan produk yang dijual yaitu benih
ikan lele ukuran 5-7 cm. Sistem pembayaran dilakukan ditempat transaksi
dengan pembayaran secara tunai.
Berdasarkan hasil analisis aspek finansiilnya rata-rata modal usaha yang
digunakan dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo sebesar Rp.
56.609.787,88. Penerimaan yang diperoleh pembudidaya pembenihan ikan lele
dumbo dalam satu tahun (4 siklus) yaitu rata-rata sebesar Rp. 134.836.363,64.
Rata-rata RC Ratio yang didapat pada usaha ini yaitu 4,4302dengan rata-rata
keuntungan sebesar Rp. 105.677.333,33. Rentabilitas atau presentasi
keuntungan rata-rata sebesar 346,31%. BEP sales yang didapatkan oleh 11
responden berbeda-beda.Untuk jangka panjang rata-rata nilai NPV yang
diperoleh dari perhitungan adalah sebesar Rp. 837.680.354,33>0. Nilai Net B/C
yang diperoleh pada usaha pembenihan ikan lele dumbo rata-rata sebesar 34,43.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan bahwa nilai rata-rata IRR sebesar 406%
yang berarti bahwa usaha ini sebaiknya dijalankan karena nilai IRR melebihi
suku bunga deposito yaitu sebesar 4,25%.Lama pengembalian investasi pada
usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho adalah 0,25 tahun atau
memerlukan waktu 3 bulan.

Berdasarkan hasil analisis SWOT pada usaha pembenihan ikan lele dumbo
di Desa Joho terletak pada kuadran l yang berarti usaha tersebut menggunakan
strategi agresif dengan cara mengoptimalkan kekuatan (Strenght) dan
mengoptimalkan peluang (Opportunities). Strategi yang dilakukan adalah strategi
SO (StrengthsOppurtunity): Memanfaatkan lokasi yang strategis untuk
memasarkan produk, memanfaatkan sarana dan prasarana dengan baik untuk
meningkatkan produksi,tingginya permintaan ikan lele dumbo dapat menjadi
motivasi dalam meningkatkan produksi, memanfaatkan dukungan dari dinas,
menjaga komunikasi dengan konsumen,danmempertahankan kualitas ikan lele
dumbo.
viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi ini. Penelitian ini akan

dilaksanakan di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur

pada bulan Maret – April 2018. Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul

“Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias

gariepinus) di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur”.

Penulis menyadari bahwa Laporan Skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna dan terdapat banyak kekurangan.Untuk itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran kepada pembaca untuk membangun kesempurnaan laporan atau

tulisan penulis berikutnya.Semoga Laporan Skripsi ini bermanfaat bagi semua

teman-teman mahasiswa, pemerintah, masyarakat dan penulis.

Malang, Mei 2018

Penulis
ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ii


HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iii
IDENTITAS TIM PENGUJI ...................................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH.....................................................................................v
RINGKASAN ........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiii
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................3
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................................3
2.TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................5
2.2 Klasifikasi Ikan Lele .................................................................................8
2.3 Usaha Pembenihan Ikan Lele..................................................................9
2.4 Aspek Teknis Pembenihan Ikan Lele.....................................................10
2.4.1 Persiapan Kolam.........................................................................10
2.4.2 Seleksi Induk...............................................................................13
2.4.3 Pemijahan ...................................................................................14
2.4.4 Perawatan Telur..........................................................................14
2.4.5 Perawatan Larva .........................................................................15
2.4.6 Perawatan Benih.........................................................................15
2.5 Aspek Manajemen .................................................................................16
2.6 Aspek Pemasaran..................................................................................18
2.7 Aspek Finansiil.......................................................................................19
2.7.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek ..................................................20
2.7.2 Aspek Finansiil Jangka Panjang .................................................24
2.8 Matriks EFE ...........................................................................................27
2.9 Analisis SWOT.......................................................................................28
2.10 Kerangka Berfikir................................................................................32
3. METODE PENELITIAN...................................................................................33
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................33
3.2 Jenis Penelitian......................................................................................33
3.3 Jenis Data ..............................................................................................34
3.3.1 Data Primer .................................................................................34
3.3.2 Data Sekunder ............................................................................35
3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................35
3.5 Teknik Pengambilan Data......................................................................36
3.5.1 Observasi ....................................................................................36
3.5.2 Wawancara .................................................................................36
3.5.3 Dokumentasi ...............................................................................37
3.5.4 Kuesioner ....................................................................................37
3.6 Teknik Analisis Data ..............................................................................38
x

3.6.1 Deskriptif Kualitatif ......................................................................38


3.6.2 Deskriptif Kuantitatif ....................................................................39
3.6.3 Analisis SWOT ............................................................................40
4. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN....................................................45
4.1 Letak dan Kondisi Umum Daerah Penelitian .........................................45
4.2 Keadaan Penduduk Desa Joho .............................................................46
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin........................46
4.2.2 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...............................47
4.2.3 Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia .....................................48
4.2.4 Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ....................................49
4.3 Sarana dan Prasarana Desa Joho.........................................................50
4.4 Keadaan Umum Kelautan dan Perikanan..............................................51
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................53
5.1 Karakteristik Responden........................................................................53
5.2 Gambaran Umum dan Sejarah Berdirinya.............................................53
5.3 Teknis Pembenihan Ikan Lele Dumbo ...................................................54
5.3.1 Persiapan Pembenihan...............................................................54
5.3.2 Proses Produksi Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo .............61
5.3.3 Pemeliharaan Indukan ................................................................61
5.3.4 Pemijahan ...................................................................................63
5.3.5 Penetasan Telur..........................................................................65
5.3.6 Perawatan Larva .........................................................................66
5.3.7 Pemanenan.................................................................................66
5.4 Aspek Manajemen .................................................................................68
5.5 Aspek Pemasaran..................................................................................69
5.5.1 Strategi Pemasaran ....................................................................70
5.5.2 Saluran Pemasaran ....................................................................70
5.5.3 Bauran Pemasaran .....................................................................71
5.5.4 Sistem Pembayaran dan Biaya Pemasaran ...............................71
5.6 Aspek Finansiil Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo ..........................72
5.6.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek ..................................................72
5.6.2 Aspek Finansiil Jangka Panjang .................................................79
5.7 Analisis Faktor Internal ..........................................................................83
5.8 Analisis Faktor Eksternal .......................................................................86
5.9 Analisis SWOT.......................................................................................88
5.9.1 Strategi Pengembangan Usaha Berdasarkan Analisis SWOT ...91
6. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................92
6.1 Kesimpulan ............................................................................................92
6.2 Saran .....................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................95
LAMPIRAN ..........................................................................................................98
xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Matriks SWOT..................................................................................................31
2. Matriks Faktor Strategi Eksternal .....................................................................41
3. Matriks Faktor Strategi Internal ........................................................................43
4. Luas Wilayah Desa Joho .................................................................................46
5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.............................................46
6. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....................................................47
7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia ............................................................48
8. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan..........................................49
9. Peralatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo ........................................................56
10.Modal yang digunakan dalam Usaha..............................................................73
11. Biaya produksi................................................................................................74
12. Penerimaan....................................................................................................75
13. Perhitungan R/C Ratio ...................................................................................76
14. Keuntungan....................................................................................................76
15. Rentabilitas ....................................................................................................77
16. Perhitungan BEP Unit dan BEP Sales ...........................................................78
17. Nilai kelayakan usaha (NPV) .........................................................................80
18. Nilai manfaat usaha (Net B/C) .......................................................................81
19. Nilai perbandingan suku bunga (IRR) ............................................................81
20. Payback Period (PP)......................................................................................82
21. Matrik IFE.......................................................................................................85
22. Matriks EFE....................................................................................................87
23. Analisis SWOT ...............................................................................................88
24. Strategi SO, WO, ST dan WT ........................................................................91
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Lele.............................................................................................................9
2. Diagram Analisis SWOT ..................................................................................29
3. Kerangka Berfikir Penelitian.............................................................................32
4. Kolam Pembenihan Ikan Lele Dumbo..............................................................56
5. Kondisi Jalan....................................................................................................60
6. Tiang Listrik......................................................................................................61
7. Proses Produksi Pembenihan Ikan Lele Dumbo..............................................61
8. Kolam pemeliharaan induk ikan lele dumbo. ...................................................63
9. Proses Pemijahan Ikan Lele Dumbo................................................................65
10. Proses pemanenan benih ikan lele dumbo ....................................................67
11. Hasil Analisis SWOT ......................................................................................90
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Letak Geografis dan Topografis........................................................................98


2.Karakteristik Responden Pembenihan Ikan Lele Dumbo..................................99
3. Modal Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo.................................................100
4. Biaya Produksi Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo ..................................101
5. Total Produksi dan Penerimaan.....................................................................102
6. Nilai R/C Ratio................................................................................................103
7. Keuntungan Pada Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo..............................104
8. Rentabilitas ....................................................................................................105
9. BEP Unit dan BEP Sales ...............................................................................106
10. Nilai Kelayakan Usaha (NPV) ......................................................................107
11. Nilai Manfaat Usaha (Net B/C).....................................................................108
12. Nilai Perbandingan Suku Bunga IRR ...........................................................109
13. Payback Period ............................................................................................110
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki zona maritime yang sangat

luas, yaitu 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km yang terdiri

atas perairan kepulauan 2,3 juta km2, laut teritorial 0,8 juta km2 dan perairan

Zona Ekonomi Eksklusif 2,7 juta km2.Indonesia sebagai negara dengan jumlah

penduduk yang sangat besar merupakan pasar potensial untuk produk

perikanan. Pada tahun 2011 produksi perikanan budidaya mencapai 6,98 juta

ton, jumlah budidaya ikan dalam kolam air tawar menyumbangkan angka hingga

1,1 juta ton. Kenaikan produksi budidaya ikan dalam kolam air tawar cukup pesat

yaitu berkisar 11 persen setiap tahun.Hal ini menujukkan ada gairah besar di

masyarakat untuk mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar.Tentunya

pertumbuhan produksi ini mengacu pada permintaan pasar yang terus

meningkat.Lebih dari 70 persen produksi ikan air tawar diserap oleh pasar dalam

negeri.Pulau Jawa menjadi penyerap terbesar mengingat jumlah penduduknya

yang padat. Produksi budidaya ikan air tawar dalam kolam didominasi oleh ikan

mas, lele, patin, nila dan gurame. Lima jenis ikan tersebut menyumbang lebih

dari 80 persen dari total produksi (KKP, 2015).

Lele Dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air

tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat

Indonesia.Selain untuk mempertahankan spesiesnya, kegiatan pembudidayaan

perlu ditingkatkan guna memenuhi permintaan pasar dan kebutuhan gizi

masyarakat, apalagi diiringi oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap

ikan lele dumbo membuat peluang usahanya semakin terbuka.Mulai dari usaha

pembenihan, pembesaran hingga usaha pengolahan. Ada beberapa hal yang

mendorong masyarakat untuk membudidayakan ikan lele: 1) dapat

1
2

dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,

2) teknologi budidayanya mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya

relatif mudah, dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah (Nguntoronadi,

2008).

Kediri merupakan kawasan segitiga emas yang terkenal dengan

komoditas ikan hias.Kediri juga terkenal sebagai sentra pusat budidaya ikan air

tawar khususnya ikan lele dumbo dikarenakan banyaknya pembudidaya ikan lele

dumbo, salah satunya terletak di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten

Kediri. Indikator Ikan lele dumbo menjadi primadona budidaya adalah mudahnya

pemeliharaan, mudahnya proses jual beli dan sedikitnya modal usaha yang

diperlukan dibandingkan usaha ikan tawar lainnya. Pada tahun 2009 produksi

ikan lele di Kabupaten Kediri mencapai angka 1000 ton.

Seiring dengan produksi ikan lele dumbo yang semakin tinggi maka harus

diimbangi dengan produksi benih ikan lele dumbo yang berkualitas dan mampu

mencukupi permintaan pasar.Oleh karena itu diperlukan strategi pengembangan

usaha pembenihan ikan lele dumbo yang tepat dengan harapan mampu

mencukupi banyaknya permintaan benih lele dumbo yang memiliki kualitas

bagus dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup para petani

pembenihan ikan lele dumbo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada diatas, hal yang menjadi pokok

permasalahannya adalah:

1. Bagaimana aspek teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran, dan

aspek finansiil usaha pembenihan ikan lele dumbo yang diterapkan di

Desa Joho?
3

2. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho?

3. Bagaimana strategi pengembangan usaha pembenihan ikan lele dumbo

di Desa Joho?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti sendiridalam melakukansuatu

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mempelajari aspek teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran,

dan aspek finansiil dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa

Joho.

2. Untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang berpengaruh

terhadap pengembangan usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa

Joho.

3. Untuk mempelajari strategi pengembangan usaha pada usaha

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho menggunakan analisis SWOT.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari dilakukannya penelitian ini adalah diharapkannya dapat

bermanfaat bagi:

1. Pengusaha, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan,

menjalankan maupun mengembangkan usahanya.

2. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

pembangunan disektor perikanan budidaya di Jawa Timur, khususnya

budidaya ikan lele dumbo.


4

3. Perguruan tinggi dan peneliti, sebagai pengembangan dan bahan

informasi untuk penelitian lebih lanjut serta menerapkan teori kedalam

praktek.

4. Masyarakat umum, sebagai informasi mengenai perkembangan pada

sektor usaha pembenihan ikan lele.


5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan dasar teori untuk melakukan penelitian

berikutnya, penelitian tentang usaha budidaya ikan lele dumbo telah banyak

dilakukan antara lain sebagai berikut.

Menurut hasil penelitian Jaja et.al, 2013 dengan judul “Strategi

Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo di UD Sumber Rezeki

Parung, Jawa Barat”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan strategi

pengembangan teknologi pembesaran ikan lele dumbo, untuk mengetahui

proses pemasaran ikan lele dumbo agar mendapatkan trobosan baru dalam

usaha ikan lele, untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

dalam usaha ikan lele dumbo dan untuk mengetahui kelayakan usaha di UD

Sumber Rezeki. Data dianalisis secara kualitatif, kuantitatif, analisis IFE (Internal

Factor Evaluation), EFE (External Factor Evaluation), dan Matriks SWOT

(Strengths,Weaknesses, Opportunities, dan Threats).

Berdasarkan hasil penelitian pada strategi pengembangan usaha

pembesaran ikan lele dumbo di UD Sumber Rezeki Parung Jawa Barat bahwa

teknologi pembesaran ikan lele dumbo yang dilakukan sudah cukup baik, dengan

hasil produksi yang cukup memuaskan. Usaha yang dijalankan oleh UD Sumber

Rezeki Parung sudah layak karena nilaiBenefit/Cost (B/C) ratio > 1,26. Nilai BEP

produksi ikan lele sebesar Rp. 9.631,76 per kg, nilai NPV sebesar Rp.

38.140.956 yang artinya bernilai positif, IRR sebesar 17%, dan PBP selama 3

tahun 9 bulan, pada skala penebaran minimal 10.000 ekor dengan luas lahan

rataan 100 m2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa UD Sumber Rezeki sudah

cukup efisien dalam melakukan usaha proses pembesaran ikan lele, namun UD

Sumber Rezeki belum melakukan pengembangan produk olahan ikan lele.


6

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap matriks IFE diperoleh nilai

sebesar 2,83 yang artinya usaha pembesaran ikan lele dumbo yang dilakukan

oleh UD Sumber Rezeki berada difase pertumbuhan dan stabilitas dan EFE

sebesar 2,81 maka posisi UD Sumber Rezeki Palung berada di fase

pertumbuhan dan stabilitas dan berada pada kuadran 5. Berdasarkan analisis

matriks SWOT dan matriks IE, strategi pengembangan untuk UD Sumber Rezeki

Palung, Jawa Barat adalah: (1) penetrasi dan pengembangan pasar dan menjual

langsung ke konsumen akhir, (2) melakukan diversifikasi produk olahan ikan lele,

dan (3) meningkatkan kemampuan SDM.

Yulinda (2012), meneliti tentang “Analisis Finansiil Usaha Pembenihan

Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan

Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru, Riau”. Penelitian ini memiliki 3 tujuan yaitu, (1)

untuk mengetahui penggunaan faktor-faktor produksi dalam kegiatan usaha

pembenihan ikan lele dumbo, (2) untuk mengetahui total biaya produksi dan

pendapatan usaha pembenihan ikan lele dumbo di Kelurahan Lembah Sari

setiap kali panen, dan (3) untuk mengetahui kelayakan usaha pembenihan ikan

lele dumbo yang dilakukan oleh petani dilihat dari aspek finansiilnya. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu melakukan

pengamatan langsung dan pengambilan data terhadap objek-objek penelitian di

lapangan dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data primer

dan data sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di

Kelurahan Lembah Sari diketahui bahwa rata-rata berat induk jantan yaitu 1,38

kg dan rata-rata berat induk betina 1,53 kg. Melalui seleksi induk, metode

pemijahan dan teknik pemijahan yang dilakukan oleh petani rata-rata produksi

benih yang diperoleh sebanyak 55.000 ekor setiap panen. Dalam proses
7

produksinya petani pembenihan ikan lele dumbo didukung oleh beberapa faktor

produksi.

Rata-rata total penerimaan (TR) yang diperoleh petani yaitu sebesar Rp.

5.150.000,- per panen dengan rata-rata pendapatan (Pd) sebesar Rp.

1.745.194,- per panen dan nilai rata-rata RCR (Return Cost of Ratio) pada usaha

pembenihan ini sebesar 1,55. Jika dilihat dari nilai RCR tersebut > 1 maka rata-

rata usaha pembenihan ikan lele dumbo di Kelurahan Lembah Sari layak untuk

dilanjutkan. Sedangkan untuk nilai rata-rata ROI (Return of Investment) diperoleh

sebesar 55,81% per panen, artinya bahwa setiap Rp. 100,- modal yang ditanam

pada tiap-tiap petani akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 55,81. Hasil

analisis PCC diperoleh dari nilai rata-rata PCC (Payback Period of Capital) usaha

pembenihan ikan lele dumbo di kelurahan Lembah Sari sebesar 6,21 yang

memiliki arti bahwa waktu pengembalian modal bagi tiap-tiap usaha pembenihan

petani yaitu rata-rata setelah 6 kali panen.

Menurut penelitian Az-zarnuji (2012) dengan judul “Analisis Efisiensi

Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Boyolali” ikan lele menjadi salah satu komoditi

hasil perikanan yang sangat digemari masyarakat Indonesia.Ikan lele merupakan

satu ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat.Komoditi ini membuat ikan lele

memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun

harga jualnya. Dalam pengembangannya petani budidaya ikan lele mengalami

permasalahan yaitu produktifitas ikan lele yang masih rendah, faktor harga

produk (benih, tenaga kerja, pakan, dan pupuk) setiap tahunnya hampir bisa

dipastikan akan naik dan harga ikan lele akan berfluktuatif tidak menentu ketika

panen besar.

Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk menganalisis alokasi penggunaan

faktor-faktor produksi usaha budidaya ikan lele di Kabupaten Boyolali.Sampel

yang digunakan sebanyak 71 responden dengan menggunakan fungsi produksi


8

Cobb Douglas untuk menentukan faktor-faktor produksi yang dominan dan

efisien.Perhitungan keuntungan maksimum dan pengujian efisiensi teknis,

efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis.Metode yang digunakan dalam

pengambilan sampel adalah purposive sampling adapun jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Dalam

mengumpulkan data peneliti menggunakan metode interview (wawancara),

observasi dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis efisiensi budidaya ikan lele

dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa nilai efisiensi teknik sebesar 0,94sehingga

dapat dikatakan bahwa usaha budidaya ikan lele di daerah penelitian tidak

efisien secara teknis sehingga penggunaan input harus dikurangi. Demikian juga

dengan efisiensi harga dan efisiensi ekonomi yang juga tidak efisien.Variabel-

variabel dalam usaha budidaya ikan lele yang berpengaruh signifikan adalah luas

lahan dan benih.Sedangkan variabel yang tidak signifikan dalam usaha budidaya

ikan lele adalah tenaga kerja, pakan dan pupuk. Diketahui bahwa Return to Scale

(RTS) sebesar 1,01. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan lele yang

dijalankan di daerah penelitian berada pada kondisi Increasing Return to Scale

(IRS) sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi ini layak dikembangkan atau

diteruskan.

2.2 Klasifikasi Ikan Lele

Klasifikasi ikan lele menurut Djuriono (2013) adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub-kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi
9

Sub-ordo : Siluroidaea

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias sp

Gambar 1. Ikan Lele

Lele dumbo (Clarias gariepenus) dalam bahasa inggris sering disebut

king catfish atau raja lele. Dinamakan demikian karena badannya lebih bongsor

daripada lele lokal. Karena berbadan bongsor itulah, lele ini disebut dengan lele

jumbo atau panggilan akrabnya lele dumbo. Lele dumbo merupakan persilangan

dari lele Mozambique (Afrika) dan Lele lokal Taiwan. Pertumbuhan ikan lele

dumbo lebih cepat bila dibandingkan dengan lele lokal, karena pada umur tiga

bulan lele dumbo sudah layak panen (Djuriono, 2013).

2.3 Usaha Pembenihan Ikan Lele

Budidaya ikan Lele Dumbo memang usaha yang sangat menguntungkan,

karena selain hasilnya dapat dimakan sendiri, sisanya dapat dijual dan menjadi

tambahan penghasilan bagi yang membudidayakannya. Dalam usaha budidaya

ikan lele ada dua kegiatan besar yang harus ditingkatkan secara bersamaan

yaitu usaha pembenihan dan pembesaran.Kedua kegiatan ini tidak dapat

dipisahkan dalam prosesnya.Sebab kegiatan pembenihan merupakan kegiatan


10

awal di dalam budidaya. Tanpa kegiatan pembenihan kegiatan yang lain seperti

pendederan dan pembesaran tidak akan terlaksana (Setiawan, 2006).

Menurut Susanto (1996), Untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan,

salah satu faktor yang menentukan adalah tersedianya benih yang memenuhi

syarat, baik kualitas, kuantitas, maupun kontinuitasnya. Benih yang tersedia

dalam jumlah banyak tetapi kualitasnya rendah hanya akan memberatkan petani

pembesaran karena hasilnya tidak seimbang dengan kuantitas pakan yang

diberikan. Sementara benih yang berkualitas bagus tetapi jumlahnya terbatas

juga tidak akan meningkatkan produksi usaha pembesaran, karena akan timbul

kekurangan benih yang cukup serius. Ketersediaan benih merupakan faktor yang

sangat vital dalam usaha pembesaran.

Menurut Mahyuddin (2011:13) dari tinjauan budidaya, lele termasuk ikan

yang memiliki pertumbuhan cepat dengan padat penebaran tinggi (150-400

ekor/m3 air).Lele dapat dipelihara di lahan terbatas dan sempit serta mampu

hidup di air tergenang. Kolam seluas 15 m2dengan kedalaman air minimal 120

cm bisa ditebar benih lele sebanyak 6000 ekor. Dari tinjauan tersebut dapat

dipahami bahwa budi daya ikan lele dapat dilakukan dengan mudah tanpa

menggunakan lahan yang luas, dengan kata lain lahan terbatas bukan suatu

kendala untuk mengkembangbiakan ikan lele sangkuriang (Clarias sp).

2.4 Aspek Teknis Pembenihan Ikan Lele

2.4.1 Persiapan Kolam

 Kolam Pemeliharaan Induk

Untuk mendapatkan bibit yang baik, pemilihan induk yang berkualitas

juga menjadi syarat penting. Pada dasarnya kolam untuk indukan lele tidak

berbeda jauh dengan kolam-kolam ikan jenis lain. Namun, karena budidaya ikan
11

lele dilakukan secara intensif, maka kolam harus mendapat perhatian khusus.

Jenis kolam untuk indukan ikan lele dapat berupa kolam permanen (kolam beton,

kolam terpal, atau kolam fiberglass), (Partosuwiryo, S dan Warseno, Y. 2011).

Kolam pemeliharaan induk berfungsi sebagai tempat penyimpanan induk

ikan yang akan dikawinkan atau dipijahkan, dan tempat pemeliharaan induk ikan

yang telah selesai dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk dapat berupa tanah

seluruhnya atau semen sebagai dasar tanah, luas kolam bervariasi minimal 50

m2. Kolam terdiri atas duabagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian

dalam/kubangan (30%) dari luas kolam. Kubangan ada dibagian tengah kolam

dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk tempat bersembunyi induk ketika

kolam disurutkan.Pada sisi-sisi kolamterdapat sarang peneluran dengan ukuran

30 x 30 x 25 cm yang terbuat dari tembok dan dasarnya dilengkapi saluran

pengeluaran dari pipa paralon berdiameter 1 inci untuk jalannya benih. Kolam

dikapur merata, lalu diberi pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-750

g/m2. Kolam diberikan air sampai batas kubangan dan dibiarkan selama empat

hari (Partosuwiryo, S dan Warseno, Y. 2011)

 Kolam Pemijahan

Menurut Krisnawan (2006), kolam pemijahan berfungsi untuk

mempertemukan induk jantan dan betina yang telah matang telurnya, dengan

melakukan manipulasi lingkungan terlebih dulu agar pemijahan berhasil dengan

baik. Untuk itu, kolam induk dan kolam pemijahan ikan lele berada pada tempat

yang terpisah. Pada persiapan kolam pemijahan pada usaha pembenihan ikan

lele antara lain:

a. Pengeringan Kolam

Sebelum digunakan untuk memijah, kolam harus dalam kondisi bersih

dari kotoran maupun lumut.Bila kolam terbuat dari semen, sebaiknya dipanaskan
12

dalam keadaan kosong selama minimal seminggu. Pengeringan bertujuan untuk

mematikan bibit penyakit atau hamaikan-ikan kecil yang masuk ke dalam kolam

serta memberi rangsangan alami bagi induk-induk yang sedang berahi dengan

bau yang timbul akibat tanah kering yang kena air, yaitu bau sangit atau ampo.

b. Pembersihan Pematang

Rumput-rumput yang tumbuh menjulur ke dalam kolam dibabat habis

untuk melihat dan memperbaiki bagian pematang yang bocor.Bagian yang bocor

tersebut kemudian harus dicangkul, untuk membuat lubang yang lebih besar,

kemudian ditimbun tanah yang berasal dari dasar kolam ditambah bekas galian

tersebut. Kebocoran pematang akanmerugikan karena dapat menyebabkan

benih lele yang sudah bisa berenang hanyut walaupun telur hasil pemijahan

pasangan lele dipindahkan sebelum mereka menetas menjadi burayak.

c. Pengisian Air Kolam

Kolam pemijahan yang sudah bersih dan kering dapat diisi air. Tinggi air

dalam kolam pemijahan lele dumbo adalah 25-30 cm. Air yang digunakan harus

segar, bersih, jernih dan bukan air bekas yang diambil dari kolam lain. Parameter

kualitas air yang harus diperhatikan selama proses pemijahan adalah suhu,

kandungan oksigen, dan pH (keasaman). Suhu ideal untuk pemijahan lele adalah

26°C dan keasamannya 7,5-8,0 (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

 Kolam Penetasan Telur

Menurut Krisnawan (2006), kolam penetasan telur ini tidak terlalu mutlak

dalam satu unit kolam. Penetasan telur biasanya dilakukan di kolam pemijahan.

Setelah proses pemijahan induk di pindahkan ke kolam induk. Ada beberapa

pengusaha menggantikan kolam penetasan telur ini dengan akuarium yang

ditempatkan dalam bangunan khusus yang disebut hatchery (tempat penetasan).


13

2.4.2 Seleksi Induk

Lele yang telah matang telur akan segera memijah bila dipindahkan dari

kolam penampungan ke kolam lain yang berisi air segar dan jernih. Seleksi induk

harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan gangguan fisik ataupun

psikis. Lele yang mengalami gangguan fisik ataupun psikis akan menjadi stress

sehingga telur keluar lebih dini atau bahkan tidak mau bertelur sama sekali. Telur

yang dikeluarkan lebih awal sebelum induk dimasukkan berpasangan dalam

kolam pemijahan tidak akan terbuahi. Sebaliknya, telur yang tidak keluar selama

proses pemijahan akan diserap kembali oleh dinding-dinding ovarium untuk

diproses menjadi makanan (energy) dan disimpan kembali dalam bentuk

daging.Seleksi induk sebaiknya dilakukan secara cepat dan cermat agar induk

tersebut tidak menderita stress.Induk yang dipilih harus benar-benar matang

kelaminPuspowardoyo dan Djarijah (2002).

a. Induk Jantan

Induk lele jantan yang telah matang kelamin memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Umur 8-24 bulan

2. Tidak cacat fisik (tubuh)

3. Postur tubuh ideal (berat dan panjang badan seimbang)

4. Alat kelamin berwarna merah, memanjang, dan membengkak

b. Induk Betina

Induk lele betina yang sudah matang kelamin memiliki ciri-ciri seperti

berikut:

1. Umur 1-2 tahun

2. Tidak cacat fisik (tubuh)

3. Perut menggembung dan lembek

4. Alat kelamin merah dan membesar


14

2.4.3 Pemijahan

Memijah artinya perkawinan yang diikuti dengan tingkah laku lele betina

yang meletakkan telur yang kemudian dibuahi oleh lele jantan (fertilisasi). Ada

dua metode dalam proses pemijahan yaitu pemijahan buatan dan pemijahan

alami. Pemijahan buatan atau semi intensif adalah pemijahan ikan dengan

memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi

proses ovulasinya terjadi secara alamiah dikolam. Sedangkan pemijahan alami

yaitu proses pemijahan berlangsung dengan alami. Secara alamiah ikan lele

memijah pada musim hujan.Banyak jenis ikan yang terangsang untuk memijah

setelah turun hujan lebat. Air hujan membawa situasi segar, aliran air yang deras

banyak mengandung oksigen. Dalam usaha ikan lele, agar induk-induk ikan mau

memijah, diusahakan menciptakan situasi air yang jernih, dan berkadar oksigen

tinggi (Suyanto, 2006).

Setelah kedua induk lolos seleksi dan persiapan lainnya beres, langkah

selanjutnya adalah memasukkan pasangan induk kedalam kolam pemijahan

pada saat udara sejuk, hal ini dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. Setelah

kedua induk dimasukkan kedalam kolam pemijahan, mereka akan kejar-kejaran

dan sesekali akan terdengar suara kecipak air jika keduanya merasa cocok dan

sejodoh. Proses pemijahan berlangsung pada malam hari (Santoso, 1995).

2.4.4 Perawatan Telur

Telur hasil pemijahan akan menempel pada serabut kakaban. Telur yang

baik berwarna kuning jernih, kelihatan segar, mengkilat, dan tampak bulatan kecil

seperti inti atau noktah ditengahnya. Sedangkan telur yang jelek berwarna putih

keruh. Telur yang baik akan menetas menjadi larva sedangkan telur yang jelek

akan membusuk (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).


15

Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk lele bergantung pada besarnya

induk.Semakin besar badannya semakin banyak telurnya.Rata-rata jumlah telur

berkisar antara 1000 sampai 5000 butir.Apabila induknya sehat, maka daya tetas

telur cukup baik, hampir semuanya dapat menetas. Telur lele menetas dalam 3

hari setelah proses pemijahan, benih lele belum makan melainkan menyerap

kuning telur yang masih tersisa pada bagian perutnya (Suyanto, 2006).

2.4.5 Perawatan Larva

Selama hidupnya ikan mengalami 5 fase yaitu embrionik, larva (benih),

juknil (benih yang mendekati dewasa), benih dewasa, dan fase tua.Pada fase

embrionik dan larva (benih), ikan dalam keadaan krisis (gawat) terhadap

lingkungannya, sehingga untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, benih

harus berada dalam lingkungan yang cocok/baik (Soetomo, 1987).

Larva yang baru menetas belum diberi pakan setelah dua hari larva diberi

kuning telur sampai berumur 7 hari.Setelah mencapai ukuran 1-3 cm, larva dapat

dijual dan mulai dipelihara di kolam tanah, bak pemijahan, atau bak

penetasan.Saat itu, larva sudah bisa diberi makanan berupa cacing atau tepung

bulatan (Redaksi Agromedia, 2008).

2.4.6 Perawatan Benih

Perawatan benih atau pendederan lele pada umumnya dilakukan di

kolam tanah atau bak permanen berukuran besar.Perawatan benih lele meliputi

pengelolaan, selama pendederan tidak perlu dilakukan pergantian air, tetapi

ditambahkan sejumlah air jika berkurang dikarenakan menguap atau rembes.

Kemudian pemberian pakan, jenis pakan yang baik untuk benih lele adalah

cacingtubifex dan jenis makanan lain bisa berupa pellet yang halus. Kemudian

perawatan agar benih lele berkembang cepat dan seragam dengan


16

mengkelompok-kelompokkan berdasarkan ukurannya, masing-masing kelompok

dideder secara terpisah (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).

Lama pemeliharaan cukup satu bulan atau 30 hari. Untuk menghindari

sifat kanibal atau memangsa sesama benih, makanan alami serta makanan

buatan seperti pellet dikonsumsi benih setiap hari. Cara pemberian pakan lele

adalah dengan cara memberi wadah dibagian bawah, maksudnya agar pellet

tidak langsung meluncur kedalam kolam dan agar pembusukan sisa-sisa

makanan dapat dicegah. Pertumbuhan yang dicapai yaitu antara 5-8 cm atau

dengan berat kurang lebih 1-15 gram/ekor. Benih seukuran ini biasanya sudah

dapat dijual ke tengkulak atau petani lain yang membutuhkan (Santoso, 1995).

2.5 Aspek Manajemen

Menurut Rahardi (1997), pada aspek manajemen terdapat proses

manajemen yaitu:

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan

arah yang akan dipilih. Perencanaan dituntut memiliki kemampuan untuk

meramalkan, mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan

tertentu. Sedangkan menurut Sule dan Saefullah (2010), perencanaan atau

planning yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk

mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dengan penentuan

strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi pengorganisasian merupakan tindakan membagi-bagi bidang

pekerjaan antar anggota kelompok agar tugas yang berikan sesuai dengan

kemampuan serta semua anggota dalam suatu kelompok memiliki tanggung


17

jawab. Sedangkan menurut Siswanto (2013), pengorganisasian ada dua, yang

pertama dalam arti statis atau skema, bentuk, bagan yang menunjukkan

hubungan antara fungsi serta otoritas dan tanggung jawab yang berhubungan

satu sama lain dari individu yang diberi tugas atau tanggung jawab atas fungsi

yang bersangkutan. Sedangkan dalam arti dinamis adalah proses pendistribusian

pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan otoritas

yang diperlukan dalam pengoperasian.

3. Fungsi Pergerakan (Actuating)

Fungsi penggerakan merupakan tindakan untuk memotivasi anggota-

anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan

dengan baik.Sedangkan menurut Siswanto (2013), penggerakan adalah

menciptakan keadaan yang menggairahkan, memotivasi bawahannya.Motivasi

yang dimaksudkan setiap perasaan, kehendak, atau keinginan yang sangat

mempengaruhi kemampuan individu.Dengan demikian, individu tersebut

didorong berperilaku dan bertindak untuk mencapai tujuan.

4. Fungsi Pengawasan (Controling)

Fungsi pengawasanadalah tindakanuntuk mengawasi aktivitas selama

proses produksi yang akan dijadikan bahan evaluasi apakah proses produksi

berjalan sesuai rencana yang telah dibuat dan disepakati. Sedangkan menurut

Sule dan Saefullah (2010), pengawasan atau controlling yaitu proses yang

dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah

direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai

target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan

dunia bisnis yang dihadapi.


18

2.6 Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh

berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok

mendapatkan kebutuhan dan keinginan dalam menciptakan, menawarkan, dan

menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 1997).

Menurut Yulinda (2012), Pemasaran adalah suatu proses kegiatan

menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. Pemasaran merupakan ujung

tombak kegiatan ekonomi dalam agribisnis perikanan.Pengusaha agribisnis

perikanan sudah harus memikirkan rencana pemasaran jauh sebelum produknya

siap untuk dipasarkan.

a. Strategi Pemasaran

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam

perkembangannya, konsep strategi terus berkembang.Hal ini dapat ditunjukkan

oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi. Strategi pemasaran

digunakan untuk mengetahui dukungan apa saja yang diperlukan agar

pelanggan potensial mau membeli produk yang ditawarkan terutama pada

kondisi persaingan yang ketat saat ini (Rangkuti, 2006).

Menurut Canon et al (2008), Menyusun strategi pemasaran yang sukses

tidak harus menjadi situasi tepat sasaran atau tidak. Suatu strategi pemasaran

membutuhkan keputusan-keputusan mengenai pelanggan tertentu yang akan

ditarget dan bauran pemasaran yang akan disusun perusahaan tersebut untuk

menarik pasar target yang bersangkutan. Perencanaan strategi pemasaran yang

efektif akan menyesuaikan peluang dengan sumber daya perusahaan tersebut

dengan tujuannya. Strategi yang sukses dimulai ketika seorang manajer yang

kreatif menemukan suatu peluang pasar yang menarik.

b. Bauran Pemasaran
19

Menurut Cannon et al (2008), bauran pemasaran atau marketing mix

yaitu variabel-variabel yang akan diawasi yang disusun oleh perusahaan tersebut

untuk memuaskan kelompok yang ditarget. Bauran pemasaran lebih mudah

diingat dengan menyebutnya dengan istilah 4P, yaitu Product (produk), Place

(tempat), Promotion (promosi) dan Price (harga). Sedangkan pelanggan atau

konsumen bukanlah bagian dari bauran pemasaran karena merupakan target

dari upaya pemasaran.

Bauran pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling

menunjang satu sama lain. Keberhasilan perusahaan di bidang pemasaran

didukung oleh keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang baik

dan promosi yang efektif.Untuk mencapai tujuan pemasaran, keempat unsur

tersebut harus saling mendukung, sehingga keberhasilan di bidang pemasaran

diharapkan diikuti oleh kepuasan konsumen (Fuad et al, 2006).

2.7 Aspek Finansiil

Aspek keuangan atau finansiil merupakan salah satu aspek yang

berperan sama pentingnya dengan aspek-aspek yang lain dimana para

pengusaha menggunakan aspek ini untuk menilai keuangan perusahaan secara

keseluruhan. Beberapa hal yang dinilai di dalam aspek ini antara lain sumber-

sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi selama beberapa

periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur

investasi, proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode

kedepan, kriteria penilaian investasi, dan rasio keuangan yang digunakan untuk

menilai kemampuan perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2012).

Analisis jangka pendek digunakan untuk mengukur suatu usaha dalam

jangka waktu yang pendek.Adapun komponen yang dihitung dalam

menganalisisusaha jangka panjang adalah Net Present Value (NPV), Internal


20

Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period

(PP).

2.7.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek

a. Permodalan

Menurut Riyanto (1995), modal usaha dalam pengertian ekonomi adalah

barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja

yang bekerja untuk menghasilkan suatu barang baru. Modal usaha tersebut

biasanya berupa modal tetap/aktiva dan modal kerja.

b. Biaya Produksi

Setiap modal usaha pasti memiliki biaya produksi.Biaya merupakan faktor

utama yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan perusahaan agar

tidak mengalami kerugian.Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2003), setiap

kegiatan usaha yang dilakukan memerlukan biaya-biaya atau pengeluaran

usaha. Menurut prinsip ekonomi, dengan biaya tertentu diharapkan hasil yang

optimal atau dengan kata lain untuk mendapatkan hasil tertentu dengan biaya

yang serendah mungkin. Setiap perusahaan selalu menaruh perhatian besar

pada aspek struktur biaya (tetap dan variabel) dan jenis-jenis biaya yang lain

(opportunity cost). Menurut Rahardi (1997) dalam Primyastanto (2011), biaya

produksi perikanan merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk

membudidayakan ikan dari persiapan hingga panen. Berdasarkan sifat

penggunaannya, biaya dalam proses produksi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Biaya tetap (Fixed Cost), merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi yang penggunaannya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi.

2. Biaya tidak tetap (Variable Cost), adalah biaya yang besar kecilnya

berhubungan langsung dengan jumlah produksi, dimana besar kecilnya

ditentukan oleh jumlah produksi.


21

Biaya total produksi dapat diperoleh dari hasil penjumlahan biaya tetap

dengan biaya variabel yang dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC

Dimana: TC =Total Cost (biaya total)

FC = Fixed Cost (biaya tetap)

VC = Variable Cost (biaya variabel)

c. Penerimaan

Penerimaan adalah sebagai jumlah yang diperoleh dari penjualan

sejumlah output yang dihasilkan seorang produsen atau perusahaan.

Penerimaan total atau total revenue dapat didefinisikan sebagai penerimaan dari

penjualan barang-barang yang diperoleh penjual yang mana sama banyaknya

dengan satuan barang yang terjual dikalikan dengan harga penjualan tiap satuan

(Nurdin, 2010).

Penerimaan dapat diperoleh dari hasil perkalian antara harga penjualan

dengan volume output atau banyaknya barang yang dijual sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut

Total Penerimaan (TR) = P X Q

Dimana : TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

P = Price (harga jual per unit)

Q = Quantity (jumlah output yang dijual)

d. Keuntungan

Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2006), keuntungan usaha atau

pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan setelah dikurangi dengan biaya


22

yang dikeluarkan untuk proses produksi baik biaya tetap maupun tidak tetap.

Keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = TR - TC

Dimana: π = Keuntungan

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

e. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Menurut Primyastanto et.al(2015), R/C Ratio merupakan suatu alat untuk

melihat keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang

digunakan oleh kegiatan tersebut.

R/C Ratio dapat diperoleh dari hasil perbandingan antara total

penerimaan dengan total biaya yang digunakan, sehingga dirumuskan sebagai

berikut:
𝑻𝑹
R / C Ratio = 𝑻𝑪

Dimana: TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Dengan kriteria:

- R/C > 1, maka usaha dikatakan menguntungkan.

- R/C = 1, maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi (impas).

- R/C < 1, maka usaha dikatakan mengalami kerugian.

f. Break Event Point (BEP)

Menurut Primyastanto (2011), Break Event Point atau titik impas

merupakan keadaan dimana suatu usaha berada pada posisi tidak memperoleh

keuntungan dan tidak mengalami kerugian. BEP merupakan teknik analisis yang

mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, volume kegiatan, dan

keuntungan.Dalam perencanaan keuntungan analisisBreak Event Point


23

merupakan profit planning approach yang mendasarkan pada hubungan antara

biaya dan penghasilan penjualan.

Break Event Point (BEP) dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

 Break Event Point sales (BEP atas dasar seles)

𝑭𝑪
𝑩𝑬𝑷 =
𝑽𝑪
𝟏‒
𝑺
Dimana: FC (Fix Cost) = Biaya tetap

VC (Variabel cost) = Biaya tidak tetap

S (Sales) = Nilai penjualan (jumlah penerimaan)

 Break Event Point unit (BEP atas dasar unit)

𝑭𝑪
𝑩𝑬𝑷 =
𝑷‒𝑽

Dimana: FC (Fix Cost) = Biaya tetap

P (Price) = Harga per unit

V (Variable) = Biaya variabel per unit

Dengan kriteria:

- Jika BEP sales < sales yang didapatkan, maka usaha tersebut dikatakan

menguntungkan.

- Jika BEP unit < penerimaan, maka usaha tersebut dikatakan

menguntungkan.

g. Rentabilitas

Menurut Widiyanto (2011), rentabilitas merupakan alat analisis yang

digunakan oleh manajemen perusahaan untuk menghasilkan laba dengan

menggunakan modalnya. Rentabilitas atau profitabilitas suatu perusahaan dapat

diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari
24

kegiatan pokok dengan kekayaan atau asset serta modal yang digunakan untuk

menghasilkan keuntungan.

Rentabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑳
Rentabilitas = 𝑴𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Dimana: L = Laba atau keuntungan

M = Modal yang digunakan

Dengan kriteria:

- R > suku bunga deposito bank, maka usaha tersebut menguntungkan.

- R = suku bunga deposito bank, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak

rugi.

- R < suku bunga deposito bank, maka usaha tersebut tidak menguntungkan.

2.7.2 Aspek Finansiil Jangka Panjang

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah kriteria yang banyak digunakan dalam

mengukur apakah suatu proyek (feasible) atau tidak. Menurut Jumingan (2011),

Net Present Value merupakan pendekatan discounted cash flow dalam capital

budgeting. Dengan menggunakan metode net present value, seluruh aliran kas di

present valuekan dengan required rate of return.

Menurut Riyanto (1995), net present value atau nilai sekarang neto ialah

selisih dari PV dari keseluruhan proceeds dengan PV dari pengeluaran modal

(capital outlays atau intial investment). Proceeds yang digunakan dalam

perhitungan NPV ialah cash flows yang didiskontokan atas dasar biaya modal

atau rate of return yang diinginkan. Apabila jumlah PV dari keseluruhan

proceedsyang diharapkan lebih besar dibandingkan PV dari investasinya, maka

usul investasi dapat diterima. Rumus NPV adalah sebagai berikut:


25

Dimana:

i = Discount rate yang digunakan

At = Arus kas tahunan setelah pajak dalam periode tahunan t

t = Jumlah tahun analisis

IO = Jumlah Investasi (Initial Outlay)

n = Periode yang terakhir dari arus kas yang diharapkan

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat

investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah

dikalikan discount factor atau telah di present valuekan, nilainya sama dengan

initial investment atau biaya investasi (Rangkuti, 1997). Sedangkan menurut

Jumingan (2011), internal rate of return adalah tingkat bunga yang menyamakan

present valuealiran kas keluar yang diharapkan (expected cash outflows) dengan

present value aliran kas yang masuk diharapkan (expected cash inflows).

Dengan menggunakan rumus:

Dimana:

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat discountrate yang menghasilkan NPV2

NPV1 = net present value 1

NPV2 = net present value 2

Kriteria penilaiannya sebagai berikut:

1) IRR >i, makainvestasi dinyatakan layak (feasible)


26

2) IRR <i, makainvestasi dinyatakantidak layak(nofeasible)

3) IRR =i, makainvestasi beradapadaposisi BreakEvent Point

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah NPV

positif dengan jumlah NPV negatif. Menurut Dedi (2014), Net B/C merupakan

rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang

bernilai negatif, atau disebut juga manfaat bersih yang menguntungkan bisnis

yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu

kegiatan investasi atau bisnis bisa dikatakan layak jika nilai Net (B/C) lebih besar

dari satu dan dapat dikatakan tidak layak apabila nilai Net (B/C) lebih kecil dari

satu.

Menurut Marimin (2004), Net B/C adalah perbandingan antara total PV

dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif

dengan total PV dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat

negatif (biaya kotar lebih besar dari pada benefit kotor). Rumus dari Net B/C

adalah sebagai berikut:

Dimana:

bt = Benefit pada tahun ke-t

ct = Biaya pada tahun ke-t

n = Umur teknis

i = Suku bunga

Dengan kriteria:

1. Bila Net B/C > 1, maka proyek dikatakan layak


27

2. Bila Net B/C < 1, maka proyek dikatakan tidak layak.

d. Payback Period (PP)

Payback period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung

lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah

diinvestasikan dari aliran kas masuk tahunan yang dihasilkan oleh proyek

investasi tersebut. Menurut Alwi (1980), metode payback period menghitung

berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi seperti

semula, melalui proses yang dihasilkan dalam setiap periode.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), menilai jangka waktu (periode)

pengembalian investasi suatu usaha dapat menggunakan teknik payback period

(PP) dengan rumus sebagai berikut:


𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊
PP = 𝑲𝒂𝒔 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝑷𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒉𝒖𝒏 x 1 tahun

2.8 Matriks EFE

Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari

faktor-faktor eksternal pada suatu usaha. Nilai total yang dibobot pada matriks ini

merupakan hasil penjumlahan total dari perkalian bobot dan rating masing-

masing faktor strategis eksternal suatu usaha. Sedangkan matriks IFE digunakan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor internal pada suatu

usaha. Nilai total yang dibobot pada matriks ini merupakan hasil penjumlahan

total dari perkalian bobot dan rating masing-masing faktor strategis internal suatu

usaha (Ningsih dan Hamamah, 2013).

Matriks EFE dilakukan dengan pengumpulan data dari lingkungan eksternal

dan dianalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya,

demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan informasi

tentang persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada. Sedangkan


28

matriks IFE dilakukan langkah penyimpulan dalam mengelola internal-

management audit dapat dipakai untuk menyusun matriks IFE. Alat perumusan

strategi ini menyimpulkan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang

besar dalam daerah-daerah fungsional perusahaan dan juga untuk memberikan

suatu basis bagi pengidentifikasian dan pengevaluasian hubungan diantara

daerah-daerah tersebut (Wibowo, 2009).

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal

perusahaan.Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang

menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,

pemerintahan, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan

berada, serta data eksternal relevan lainnya.Sedangkan matriks IFE digunakan

untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan

dan kelemahan dari perusahaan yang dianggap penting.Data dan informasi

aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan,

misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi,

dan produksi atau operasi (Yuliantari, 2015).

2.9 Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (1997), analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan

peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threat). Proses pengambilan kepuasan

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan

kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencanaan strategis (Strategic

planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini
29

disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk menganalisis

situasi adalah analisis SWOT.

Matrik SWOT merupakan alat analisis situasi dengan kelebihan mampu

memberikan hasil atau implementasi yang sangat beragam jika diaplikasikan

oleh satu pihak dengan pihak yang lain meskipun dengan faktor-faktor yang

sama. Selain itu, matrik SWOT juga menghasilkan banyak alternatif strategi yang

layak sesuai dengan kondisi internal, dapat untuk memaksimalkan kekuatan dan

peluang, mengurangi kelemahan dan ancaman, dan adanya keleluasaan

pengguna untuk mengintegrasikan berbagai sumber informasi yang terkait

(Harisudin dalam Wibowo, 2010).

BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung 1. Mendukung

Strategiturn Strategi
around agresif

around
KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL INTERNAL

4. Mendukung 2. Mendukung
Strategi Strategi
defensif difersifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT

Dimana:

Kuadran l: Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang


30

ada. Strategi yang harus ditetapkan ialah mendukung pertumbuhan agresif

(Growth oriented strategy).

Kuadran ll: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan

cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran lll: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi

disisi lain juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi

perusahaan ini ialah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran lV: Pada kuadran merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

karena perusahaan tersebut menghadapi berbagai macam ancaman dan

kelemahan internal.

Alat yang dipakai untuk penyusunan faktor-faktor strategis perusahaan

adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat

menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis (Rangkuti, 1997).


31

Tabel 1. Matriks SWOT


IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

 Tentukan 5-10 faktor Tentukan 5-10 faktor-


Faktor-faktor faktor kekuatan internal
EFAS kelemahan internal
OPPOETUNIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

 Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


faktor peluang menggunakan kekuatan meminimalkan
eksternal untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

 Tentukan 5-10 Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


faktor ancaman menggunakan kekuatan meminimalkan
eksternal untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensife dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta mengindari ancaman.


32

2.10 Kerangka Berfikir

Permintaan ikan lele tinggi

Pembenihan Ikan Lele

Kualitas dan Kuantitas baik

Kelayakan Usaha

1. Aspek Teknis
2. Aspek Manajemen
3. Aspek Pemasaran

Aspek Finansiil

Jangka Panjang Jangka Pendek

 NPV  R/C Ratio


 Net B/C  Keuntungan
 IRR  Rentabilitas
 PP  BEP

Faktor Intenal & Eksternal

Analisis SWOT

Strategi Pengembangan

Gambar 3. Kerangka Berfikir Penelitian


33

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2018 di Desa

Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.Terdapat 30 orang yang

aktif dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho. Kolam

pembenihan ikan lele dumbo berada dipekarangan rumah warga, hal ini ditujukan

untuk memudahkan proses pengawasan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aspek teknis, aspek

manajemen, aspek pemasaran, aspek finansiil, mengidentifikasi faktor yang

berpengaruh dalam usaha, dan merumuskan strategi apa saja yang akan

digunakan untuk mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa

Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.

Pemilihan lokasi berdasarkan tingginya jumlah produksi benih lele di

Desa Joho serta tata letak yang strategis yang tidak jauh dari pusat kota dan

tersediannya sarana dan prasarana yang memadahi.

3.2 Jenis Penelitian

Kegiatan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, menurut

Zuriah (2007), penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk

memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis

dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.Dalam penelitian

deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan

menguji hipotesis.

Menurut Wirartha (2006), penelitian deskriptif (descriptive research)

hanya menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai

variabel. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk


34

memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga

menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subyek penelitian

pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap individu organisasi dan

sebagainya.Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui metode

pengumpulan data, yaitu wawancara atau observasi.Hal ini banyak membantu

terutama dalam penelitian yang bersifat longitudinal, genetik dan klimis. Ciri-ciri

penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa

mengajukan hipotesis atau tidak.

2. Merancang pendekatan, yang meliputi macam data, penentuan sampel,

penentuan metode pengumpulan data, melatih para tenaga kerja dan

sebagainya.

3. Mengumpulkan data.

4. Menyusun laporan.

3.3 Jenis Data

3.3.1 Data Primer

Menurut Marzuki (2002), data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer

diperoleh dengan mengadakan wawancara dan observasi.Wawancara dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan yang dipandu oleh pedoman wawancara.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang

secara langsung diperoleh dari hasil wawancara dan observasi langsung di

tempat pembudidaya ikan lele.Kemudian hasil observasi meliputi kegiatan

persiapan kolam, tebar benih, pemberian pakan dan probiotik, pemanenan dan

pemasaran.
35

3.3.2 Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2011), yang dimaksud data sekunder adalah sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data

sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer

seperti buku literatur dan bacaan.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui sumber yang berasal dari

data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data sekunder yang dikumpulkan

meliputi dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh petani pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur seperti

laporan tahunanmengenai hasil produksi, keadaan lokasi sekitar pembenihan

ikan lele dan lain sebagainya.

3.4 Populasi dan Sampel

Suatu penelitian dapat bersifat populasi maupun bersifat penelitian

sampel penelitian yang bersifat penelitian populasi memiliki arti seluruh subjek

didalam wilayah penelitian dijadikan subyek penelitian, sedangakan penelitian

yang bersifat sampel hanya memiliki sebagian dari subyek penelitian dan

menggangapnya mewakili keseluruhan. Sampling adalah proses pemilihan

sejumlah individu untuk suatu penelitian sedemikian rupa sehingga individu-

individu tersebut merupakan perwakilan kelompok yang lebih besar pada mana

orang itu dipilih. Tujuan sampling adalah menggunakan sebagian individu-

individu yang diselidiki tersebut untuk memperoleh informasi tentang populasi.

Yang dimaksud populasi adalah kelompok di mana seorang peneliti akan

memperoleh hasil penelitian yang dapat disamaratakan (Wirartha, 2006).

Teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive

sampling yaitu dengan kriteria: usaha pembenihan ikan lele dumbo sudah

dijalankan selama 5 tahun. Menurut Sugiyono (2011), purposive sampling adalah


36

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jumlah sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 11 responden dari 30 pembudidaya

ikan lele dumbo di Desa Joho.Responden yang diambil merupakan petani

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten

Kediri, Jawa Timur.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner.

3.5.1 Observasi

Menurut Soehartono (2011), observasi atau pengamatan berarti setiap

kegiatan akan melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan

diartikan lebih sempitnya yaitu pengamatan dengan indera penglihatan yang

berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Menurut Indrawati (2007), observasi adalah suatu studi yang dilakukan

dengan sengaja/terencana dan sistematis melalui penglihatan/pengamatan

terhadap gejala-gejala spontan yang terjadi saat itu.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi keadaan umum

dari usaha pembenihan ikan lele, kemudian keadaan umum daerah tempat

penelitian, peralatan saran dan prasarana pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

3.5.2 Wawancara

Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada

responden, dan jawaban-jawaban responden tersebut dicatat atau direkam

dengan alat perekam (tape recorder) (Soehartono, 2011).


37

Wawancara adalah salah satu bagian terpenting dari setiap survei. Tanpa

wawancara, penelitian akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh

dengan jalan bertanya langsung kepada responden (Effendi, 2006).

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian bertujuan untuk

mendapatkan keterangan-keterangan yang berkaitan langsung dengan usaha

pembenihan ikan lele dumbo.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan

angket wawancara kepada pihak yang berkaitan langsung dengan proses

pembenihan ikan lele dumbo serta pengambilan data yang sudah dikumpulkan

oleh usaha tersebut.

3.5.4 Kuesioner

Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis,

sistematis, dan objektif untuk menerangkan variabel yang diteliti.Instrumen

pengumpulan data berisi daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk

direspon oleh sumber data, yaitu responden. Teknik kuesioner biasanya

dijadikan sebagai teknik utama dalam penelitian kuantitatif karena jenis angket

dinilai lebih sederhana, objektif, cepat dalam pengumpulannya, mudah dalam

proses tabulasi dan proses analisisnya (Musfikhon, 2012).

Kuesioner yang diajukan berisi pertanyaan-pertanyaan tentang aspek

teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek finansiil, faktor pendukung

dan faktor penghambat usaha pembenihan ikan lele yang ditujukan kepada

responden untuk memberikan informasi dalam penelitian ini.


38

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang paling penting dalam metode

ilmiah, karena dengan menganalisis data tersebut berguna dalam pemecahan

masalah.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif.Tujuannya adalah untuk

menggambarkan secara umum dan sistematis, faktual dan valid mengenai sifat

usaha.

3.6.1 Deskriptif Kualitatif

Menurut Usman dan Akbar (2009), metode penelitian kualitatif dilakukan

dalam situasi yang wajar (natural/setting) dan data yang dikumpulkan bersifat

kualitatif.

Analisis deskriptif kualitatif pada penelitian ini meliputi:

a. Aspek Teknis

Menurut Husna dan Suwarsono (1994), aspek teknis merupakan suatu

aspek yang berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya detelah proyek

tersebut selesai dibangun.Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar (2012), aspek

teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam aspek teknis adalah masalah penentuan lokasi, luas

produksi, tata letak (lay out), penyusunan peralatan pabrik, dan proses

produksinya termasuk pemilihan teknologi yang digunakan.

Data yang diperoleh berkaitan dengan kegiatan produksi usaha

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten

Kediri, Jawa Timur. Data ini dianalisis secara deskriptif kualitatif bertujuan untuk

memberikan gambaran secara umum, sistematis, dan faktual dari teknik produksi

mulai dari input sampai dengan output.


39

b. Aspek Manajemen

Pada penelitian ini aspek manajemen yang dilakukan adalah untuk

mengetahui apakah usaha pembenihan ikan lele sudah melaksanakan aspek

manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling.

c. Aspek Pemasaran

Pada penelitian ini aspek pemasaran yang akan dilakukan pada usaha

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten

Kediri, Jawa Timur meliputi: saluran pemasaran, bauran pemasaran, dan strategi

pemasaran.

3.6.2 Deskriptif Kuantitatif

Menurut Koentjaraningrat(1963), variabel kuantitatif memiliki ciri-ciri

bahwa suatu fakta sosial yang dapat dinilai dengan angka. Sedangkan menurut

Nazir (2011), deskriptif kuantitatif adalah analisis data yang sifatnya kuantitatif

yakni berdasarakan perhitungan-perhitungan dan statistik. Dalam penelitian

analisis data deskriptif kuantitatif meliputi:

a. Aspek Finansiil

Perhitungan analisis jangka pendek pada aspek finansiil suatu usaha

dilakukan dalam satu kali siklus produksi selama satu tahun produksi dengan

komponen-komponen sebagai berikut: Permodalan, Biaya Produksi,

Penerimaan, Revenue Cost Ratio, Keuntungan, Rentabilitas, dan Break Event

Point.

Adapun komponen yang dihitung dalam menganalisis jangka panjang

adalah: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost

Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).


40

3.6.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT ini menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif

dengan menganalisis lingkungan eksternal dan internal yang dapat

mempengaruhi pengembangan usaha, yaitu meliputi faktor internal dan faktor

eksternal.

a. Faktor internal dalam suatu perusahaan diidentifikasi suatu tabel (Internal

Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor

strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan.

Dalam analisis SWOT meliputi faktor kekuatan dan kelemahan yang ada pada

usaha pembenihan ikan lele dumbo. Kekuatan adalah keunggulan, kemampuan,

dan kompetensi khusus yang ada pada usaha pembenihan ikan lele tersebut.

Sementara itu kelemahan adalah kekurangan, keterbatasan, maupun

penghalang yang dapat menghambat usaha serta dapat menimbulkan kerugian

pada usaha.

b. Faktor eksternal untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan

ancaman. Masalah strategis yang akan dimonitor harus ditentukan karena

masalah ini mungkin dapat mempengaruhi perusahaan dimasa yang akan

datang dan gejala-gelaja yang memberikan dampak negatif dan berada diluar

kendali pelaku usaha.

Analisis data deskriptif kuantitatif pada analisis SWOT bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dan untuk memberikan penilaian.


41

Tabel 2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Faktor-faktor Bobot X Rating


Bobot Rating Komentar
Strategi Eksternal (Skor)

Peluang /
Opportunies (O)

Peluang 1 Bobot 1 Rating 1 Skor 1 Komentar 1

Peluang 2 Bobot 2 Rating 2 Skor 2 Komentar 2

......................... ............. ............... ......................... .....................

Total (O)

Ancaman / Treaths
(T)

Ancaman 1 Bobot 1 Rating 1 Skor 1 Komentar 1

Ancaman 2 Bobot 2 Rating 2 Skor 2 Komentar 2

......................... ............. ............... ......................... .....................

Total (T)
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, hal yang perlu diketahui

yaitu Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Berikut adalah cara-cara menentukan

Faktor Strategi Eksternal:

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil

diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.


42

Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1.

Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai

dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

f. Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-

faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan yang lainnya dalam

kelompok industri yang sama.

Sebelum strategi diterapkan, perencana strategi harus menganalisis

lingkungan eksternal untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan

ancaman. Masalah strategis yang akan dimonitor harus ditentukan karena

masalah ini mungkin dapat mempengaruhi perusahaan di masa yang akan

datang.
43

Tabel 3. Matriks Faktor Strategi Internal

Faktor-faktor Bobot X Rating


Bobot Rating Komentar
Strategi Internal (Skor)

Kekuatan / Strengths
(S)

Kekuatan 1 Bobot 1 Rating 1 Skor 1 Komentar 1

Kekuatan 2 Bobot 2 Rating 2 Skor 2 Komentar 2

......................... ............. ............... ......................... .....................

Total (S)

Kelemahan /
Weakness (W)

Kelemahan 1 Bobot 1 Rating 1 Skor 1 Komentar 1

Kelemahan 2 Bobot 2 Rating 2 Skor 2 Komentar 2

......................... ............. ............... ......................... .....................

Total (W)

Setelah faktor-faktor strategis internal suatu diidentifikasi, suatu tabel

IFAS (Internal Strategic Factor Analisys Summary) disusun untuk merumuskan

faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness

perusahaan. Tahapan-tahapan dalam pemberian nilai (Skor) pada matriks faktor

strategis internal antara lain:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan

perusahaan dalam kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-

faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot

tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).


44

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat

baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan

pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.

Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan

dengan rata-rata industri, nialinya adalah 1, sedangkan jika kelemahan

perusahaan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai

dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya

dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-

faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang

sama.
45

4. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografi dan Topografi

Wilayah Kediri secara geografi terletak pada koordinat antara 111° 47’

05’’ - 112° 18’ 20’’ Bujur Timur dan 7° 36’ 12’’ - 8° 0’ 32’’ Lintang Selatan.

Berdasarkan letak topografi Kabupaten Kediri terbagi menjadi 4 dari luas wilayah,

dengan ketinggian diatas 0-100 meter dpl membentang seluas 32,45%,

ketinggian 100-500 meter dpl membentang seluas 53,83%, ketinggian diatas

500-1000 meter dpl membentang seluas 9,98 % dan ketinggian diatas 1000

meter dpl membentang seluas 3,73 %

Letak geografis Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa

TImur terletak pada dataran sedang yang cukup luas dan subur. Desa Joho

memiliki luas wilayah sebesar 417,00 Ha. Sedangkan secara topografi batas-

batas wilayah Desa Joho antara lain:

Sebelah Utara : Desa Silir

Sebelah Selatan : Desa Purworejo

Sebelah Timur : Desa Pagu

Sebelah Barat : Desa Ngreco

Dari luas wilayah tersebut Desa Joho terbagi menjadi beberapa kawasan

yang dapat dilihat pada Tabel 4.


46

Tabel 4. Luas Wilayah Desa Joho

No Kawasan Luas (Ha)

1 Pemukiman 95,00

2 Sawah 60,00

3 Tegal/ladang 211,00

4 Pekarangan 46,00

5 Fasilitas Umum 5,00

Total 417,00
Sumber: Buku Potensi Desa dan Kelurahan Desa Joho, 2018

4.2 Keadaan Penduduk Desa Joho

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data dari Kantor Desa Joho (2018), jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin di Desa Joho dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 2.665

2 Perempuan 2.549

Total 5.214
Sumber: Buku Tingkat Pengembangan Desa dan Kelurahan Desa Joho,

2018

Berdasarkan Tabel 5. Jumlah total penduduk di Desa Joho sebanyak

5.214 orang. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah

penduduk perempuan.Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.665 orang dan

jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.549 orang.


47

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data dari Kantor Desa Joho (2018), jumlah penduduk Desa

Joho berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak/Belum Sekolah 882

2 Belum Tamat SD/Sederajat 692

3 Tamat SD/Sederajat 1.597

4 SLTP/Sederajat 900

5 SLTA/Sederajat 941
6 Diploma l/ll 22

7 Akademi/Diploma lll/S. Muda 21


8 Diploma lV/Strata l 150
9 Strata ll 8
10 Strata lll 1
5.214
Total
Sumber: Buku Potensi Desa dan Kelurahan Desa Joho, 2018

Berdasarkan data pada Tabel 6, jumlah penduduk di Desa Joho

berdasarkan tingkat pendidikan yaitu sebanyak 882 orang belum sekolah,

sebanyak 692 orang belum tamat SD atau sederajat, pendidikan SD atau

sederajat dengan jumlah 1.596 orang, pendidikan SLTP/Sederajat sebanyak 900

orang, pendidikan SLTA/Sederajat sebanyak 941 orang, pendidikan Diploma l/ll

sebanyak 22 orang, pendidikan Akademi/Diploma lll/S.Muda sebanyak 21 orang,

pendidikan Diploma lV/Strata l sebanyak 150 orang, pendidikan Strata ll

sebanyak 8 orang dan Strata lll sebanyak 1 orang. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penduduk desa Joho tergolong dalam masyarakat yang

sadar akan pendidikan.


48

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Berdasarkan data dari Desa Joho (2018), jumlah penduduk berdasarkan

kelompok usia di Desa Joho dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia


Kelompok
No Laki-Laki Perempuan Jumlah
Usia
1 0-4 174 164 338

2 5-9 228 199 427

3 10-14 201 190 391

4 15-19 176 162 338

5 20-24 150 175 325

6 25-29 169 178 347

7 30-34 211 192 403

8 35-39 223 199 422

9 40-44 211 209 420

10 45-49 219 186 405

11 50-54 187 188 375

12 55-59 153 161 314

13 60-64 110 97 207

14 65-69 104 95 199

15 70-74 53 55 108

16 75+ 96 99 195

Total 2.669 2.549 5.214


Sumber: Buku Potensi Desa dan Kelurahan Desa Joho, 2018

Berdasarkan Tabel 7, jumlah penduduk di Desa Joho berdasarkan

kelompok usia dibagi menjadi 16 kelompok dengan jumlah total penduduk

sebanyak 5.214 orang yang dimulai dari usia 0-4 tahun sebanyak 338 orang,
49

kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 527 orang, kelompok usia 10-14 tahun

sebanyak 691 orang, kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 338 orang, kelompok

usia 20-24 tahun sebanyak 325 orang, kelompok usia 25-29 tahun sebanyak

347 orang, kelompok usia 30-34 tahun sebanyak 403 orang, kelompok usia 35-

39 tahun sebanyak 422 orang, kelompok usia 40-44 tahun sebanyak 420 orang,

kelompok usia 45-49 tahun sebanyak 405 orang, kelompok usia 50-54 orang

sebanyak 375 orang, kelompok usia 55-59 tahun sebanyak 314 orang, kelompok

usia 60-64 tahun sebanyak 207 orang, kelompok usia 65-69 tahun sebanyak 199

orang, kelompok usia 70-74 tahun sebanyak 108 orang dan kelompok usia lebih

dari 75 tahun sebanyak 195 orang.

4.2.4 Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data dari Kantor Desa Joho (2018), jumlah penduduk

berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

1 Pertanian 600

2 Peternakan 80

3 Perikanan 90

4 Perindustrian 232

5 Perdagangan 65

6 Jasa 55

7 PNS 1

Sumber: Buku Potensi Desa dan Kelurahan Desa Joho, 2018

Berdasarkan data pada Tabel 8, penduduk dengan jumlah terbanyak

berdasarkan jenis pekerjaan adalah pertanian dengan jumlah 600 orang.


50

Sebanyak 232 orang memilih untuk bekerja pada bidang perindustrian,

sebanyak 90 orang memilih untk terjun dalam sektor perikanan. Sebanyak 80

orang memilih sektor peternakan, sebanyak 65 orang bekerja dalam sektor

perdagangan, sebanyak 55 orang terjun kedalam sektor jasa dan pada jenis

pekerjaan sebagai PNS hanya satu orang.

4.3 Sarana dan Prasarana Desa Joho

Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang memiliki

peranan penting terhadap perkembangan suatu wilayah. Tanpa adanya sarana

dan prasarana yang memadahi maka akan menjadi penghabat dalam

mengembangkan suatu wilayah tersebut. Maka dari itu adanya sarana dan

prasarana yang memadahi pada suatu wilayah dapat memudahkan dalam

mengembangkan suatu wilayah.

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Joho, Kecamatan Wates,

Kabupaten Kediri meliputi, transportasi, komunikasi dan informasi, air bersih dan

sanitasi, pemerintahan, peribadatan, kesehatan, pendidikan, olah raga dan

energi serta penerangan.

Fasilitas transportasi sangat penting bagi perkembangan suatu

wilayah.Kondisi jalan di Desa Joho dalam keadan baik dan layak untuk

digunakan. Transportasi yang ada di Desa Joho yaitu transportasi darat dengan

jalan sepanjang 14 km. Kendaraan yang ada meliputi sepeda, sepeda motor,

becak, dan mobil.

Fasilitas komunikasi dan sumber informasi di Desa Joho adalah

handphone (HP). Sedangkan fasilitas air bersih dan sanitasi di Desa Joho dalam

keadaan baik, dimana di Desa Joho terdapat 1.200 sumur pompa, 573 unit

sumur gali, dan jumlah mata air sebanyak 7 titik. Kondisi saluran air limbah di

Desa Joho ada 4.


51

Sarana dan prasarana pemerintahan yang ada di Desa Joho antara lain,

kantor desa Joho, ruang kerja perangkat desa Joho, alat tulis, dan buku-buku

administrasi pemerintahan desa Joho. Semua sarana dan prasarana

pemerintahan di Desa Joho dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan.

Tempat peribadatan/keagamaan menjadi penunjang aktivitas keagamaan

di desa Joho terdapat 10 mushola dan 1 masjid. Tidak ada tempat ibadah lainnya

dikarenakan mayoritas penduduk desa Joho beragama islam.

Fasilitas kesehatan yang ada di Desa Joho adalah, posyandu dan rumah

bersalin.Dengan adanya fasilitas kesehatan yang baik dan layak diharapkan

mampu memberikan pelayanan kepada penduduk desa Joho secara cepat.

Sarana kesehatan yang ada di Desa Joho antara lain, satu dokter umum, satu

bidan, dan enam perawat.

Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Joho yakni, gedung SD, gedung

TK dan beberapa lembaga pendidikan agama.Desa Joho juga memiliki fasilitas

olah raga yang baik dan layak untuk digunakan, diantaranya lapangan sepak

bola, lapangan bulu tangkis, lapangan voly dan tenis meja. Prasarana energi dan

penerangan yang ada di Desa Joho antara lain diesel umum dan listrik PLN

sebanyak 1.363 unit.

4.4 Keadaan Umum Kelautan dan Perikanan

Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri merupakan salah satu

desa yang memiliki sumber mata air yang melimpah. Sumber mata air yang

berada di Desa Joho berjumlah 7 lokasi, namun hal ini hanya digunakan dalam

pengairan pertanian saja, sedangkan untuk pengairan dalam kegiatan budidaya

ikan para pembudidaya menggunakan air sumur. Hal ini menjadi salah satu

faktor pendukung berdirinya usaha budidaya ikan lele karena memudahkan para

pembudidaya ikan lele dalam mengembangkan produktivitasnya di segala


52

musim. Air sumur di wilayah Desa Joho sangat mudah diperoleh dan memiliki

kualitas yang baik, oleh sebab itu semua pembudidaya ikan di Desa Joho

menggukan air sumur sebagai penunjang dalam kegiatan budidaya ikan

lele.Kegiatan budidaya ikan di Desa Joho semakin menjamur, hingga banyak

orang antusias dalam budidaya ikan khususnya ikan lele.

Perkembangan budidaya ikan air tawar di Desa Joho Kecamatan Wates

Kabupaten Kediri dikelompokkan menjadi dua, yaitu usaha budidaya ikan

konsumsi dan usaha budidaya ikan hias.Untuk usaha budidaya ikan konsumsi

didominasi pembenihan ikan lele dan ikan gurami, sedangkan untuk usaha

budidaya ikan hias didominasi oleh ikan cupang.Petani pembenihan ikan lele

dumbo lebih banyak bila dibandingkan dengan petani ikan hias, salah satu

alasannya adalah karena ikan lele dumbo merupakan salah satu ikan konsumsi

yang paling familiar dan sering dikonsumsi masyarakat pada umumnya.Selain

harganya yang cukup murah bila dibandingkan dengan ikan konsumsi lainnya

seperti gurami, ikan lele juga memiliki rasa yang enak dan kandungan gizi yang

cukup. Dari total penduduk desa Joho ada 90 orang memilih usaha dalam bidang

perikanan, salah satunya pembenihan ikan lele dumbo.


53

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan gambaran umum tentang keadaan

responden. Dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan

Wates Kabupaten Kediri jumlah responden sebanyak 11 pembenih ikan lele

dumbo, semua pembudidaya berjenis kelamin laki-laki dengan usia rata-rata 30

tahun hingga 40 tahun. Semua pembudidaya ikan lele dumbo memiliki latar

belakang pendidikan yang beragam, mulai dari tamatan sekolah dasar, SMP,

SMA, hingga Sarjana.

Responden pembenihan ikan lele dumbo memiliki pengalaman dalam

menjalankan usaha minimal selama 5 tahun.Berbekal dari pengetahuan yang

terbatas tidak membuat pembudidaya ikan lele dumbo menyerah dalam

menghadapi kendala selama usaha.Usaha pembenihan ikan lele dumbo ini

menjadi usaha utama bagi semua responden.Kolam yang digunakan dalam

pembenihan ikan lele dumbo adalah kolam terpal.Masing-masing pembudidaya

minimal mempunyai 4-9 kolam yang digunakan dalam usaha pembenihan ikan

lele dumbo.Padat tebar untuk satu kolam yaitu kisaran 30.000 – 100.000 ekor

dengan hasil sebesar 700.000-2.000.000 ekor dalam satu tahun (4 siklus).

5.2 Gambaran Umum dan Sejarah Berdirinya

Berawal dari semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi membuat para

pembudidaya ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

Jawa Timur memilih untuk memulai usaha pembenihan ikan lele dumbo.Latar

belakang pendidikan yang beragam serta minimnya pengalaman tidak menjadi

kendala para pembudidaya.Usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho


54

Kecamatan Wates Kabupaten Kediri merupakan usaha individu yang didirikan

dengan modal sendiri.Ikan lele dumbo merupakan ikan konsumsi yang sudah

tidak asing lagi bagi masyarakat, hal tersebut menjadi salah satu faktor

pendukung berdirinya usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho

Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.

5.3 Teknis Pembenihan Ikan Lele Dumbo

Salah satu aspek yang penting dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo

adalah aspek teknis. Aspek teknis pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho

meliputi: persiapan kolam pembenihan, memilih induk, persiapan alat dan bahan

untuk pemijahan, penetasan telur, perawatan benih ikan lele dumbo, pemberian

pakan, dan pemanenan.

5.3.1 Persiapan Pembenihan

Persiapan yang dilakukan sebelum memulai pembenihan ikan lele dumbo

adalah menentukan lokasi/tempat yang akan digunakan dalam usaha

pembenihan ikan lele dumbo, menentukan jenis kolam yang akan digunakan

dalam pembenihan ikan lele dumbo, pembuatan kolam, mempersiapkan air

sebagai media utama dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo, dan

mempersiapkan peralatan yang digunakan selama pembenihan ikan lele dumbo.

Lokasi pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates

Kabupaten Kediri merupakan lokasi yang strategis, seperti kondisi lingkungan

yang mendukung, tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam

usaha pembenihan ikan lele dumbo,dan jarak lokasi pembenihan dengan pusat

kota tidak terlalu jauh sehingga mempermudah dalam memasarkan benih ikan

lele.
55

Kolam yang digunakan untuk pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho

Kecamatan Wates Kabupaten Kediri yaitu kolam permanen yang terbuat dari

semen dan kolam semi permanen yang kemudian dilapisi dengan terpal,

berbentuk persegi panjang dengan luas yang berbeda pada kolam indukan

maupun kolam pendederan.Ukuran kolam disesuaikan dengan luas tanah/lokasi

yang ada serta menyesuaikan dengan keinginan pembudidaya. Ukuran kolam

untuk indukan ikan lele dumbo dan untuk benih ikan lele dumbo tidak sama,

Ukuran kolam indukan lele dumbo lebih kecil dibandingkan ukuran kolam

pendederan. Kolam induk masing-masing pembudidaya berbeda ada yang

memakai ukuran 1,5 m x 1,5 m dan 2 m x 1,5 m. Sedangkan untuk kolam

pendederan ukurannya seragam yaitu 2 m x 5 m. Ketinggian air untuk kolam

pendederan adalah 40 cm dan ketinggian air untuk kolam indukan yaitu 50 cm.

Setiap kolam terdapat lubang pembuangan dan pemasukan air. Dalam usaha

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho jenis kolam yang digunakan dalam

usaha pembenihan ikan lele dumbo yaitu kolam indukan, kolam karantina, dan

kolam pemijahan sekaligus kolam pendederan. Sebelum kolam siap untuk

digunakan hal pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan kolam

dengan detergen atau menyeprot kolam dengan formalin agar kolam yang akan

digunakan bersih, steril dan bebas dari bakteri. Setelah kolam dalam keadaan

bersih langkah selanjutnya adalah pengeringan kolam menggunakan sinar

matahari, pengeringan kolam dengan sinar matahari berfungsi agar bakteri yang

masih ada di kolam bisa mati.Setelah kolam kering lalu dilakukan pengisian air

setinggi 40 cm yang berasal dari air sumur.Gambar kolam pendederan pada

usaha pembenihan ikan lele dumbo dapat dilihat pada Gambar 4.


56

Gambar 4. Kolam Pembenihan Ikan Lele Dumbo

Peralatan yang digunakan dalam pembenihan ikan lele dumbo adalah

peralatan-peralatan yang sederhana dan mudah untuk didapatkan.Biaya yang

digunakan untuk membeli peralatan dalam pembenihan ikan lele dumbo tidaklah

mahal, sehingga biaya untuk peralatan tidak besar. Peralatan yang digunakan

dalam pembenihan ikan lele dumbo meliputi: jaring, seser/serok kecil dan besar,

timbangan, pipa paralon besar dan kecil, bak seleksi benih/bak grading,

bak/ember, sikat, sapu ijuk, jurigen plastik, filter dan gunting. Rincian peralatan

pembenihan ikan lele dumbo dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Peralatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo


No Nama Alat Gambar Fungsi Alat

1. Jaring Untuk mengambil benih


ikan lele pada waktu
pemanenan.
57

Lanjutan Tabel 9. Peralatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo

No Nama Alat Gambar Fungsi Alat

2. Seser/sero Untuk mengambil


k Besar indukan ikan lele
dumbo.

3. Seser/sero Untuk
k Kecil mengambil/memindahka
n benih ikan lele dumbo

4. Timbangan Untuk menimbang berat


indukan ikan lele dumbo
dan menimbang hasil
panen.

5. Pipa Untuk memasukkan dan


Paralon mengeluarkan air pada
Besar kolam.
58

Lanjutan Tabel 9. Peralatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo

No Nama Alat Gambar Fungsi Alat

6. Pipa Untuk sirkulasi air pada


Paralon kolam.
Kecil

Bak Seleksi Untuk menyeleksi


Benih/Gradi benih ikan lele dan
7. ng digunakan pada saat
pemanenan.

8. Bak/Ember Sebagai tempat untuk


menampung telur
indukan ikan lele
dumbo betina yang
akan dicampurkan
dengan sperma
indukan ikan lele
dumbo jantan.

9. Sikat dan Untuk membersihkan


Sapu Ijuk kolam.
59

Lanjutan Tabel 9. Peralatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo

No Nama Alat Gambar Fungsi Alat

10. Jurigen Untuk tempat


pengiriman benih ikan
lele dumbo.

11. Gunting Untuk memotong


sperma pada indukan
ikan lele dumbo jantan.

12. Filter/Sarin Untuk menyaring


gan kotoran/ikan pada saat
pembersihan koam agar
tidak ikut keluar.

13. Pompa Air Untuk


mendorong/menyerap
air agar keluar.

Prasarana produksi merupakan semua perangkat kelengkapan dasar

yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan suatu usaha. Adapun


60

prasarana yang digunakan dalam proses produksi di usaha pembenihan ikan

lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri adalah sebagai

berikut:

1. Kondisi Jalan

Akses jalan yang ada di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

dalam keadaan baik dan masih berfungsi sebagaimana mestinya. Lokasi usaha

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho termasuk strategis dikarenakan dekat

dengan pusat kota sehingga memudahkan konsumen dalam menjangkau lokasi.

Kondisi jalan yang berada disekitar tempat usaha bisa dilewati oleh kendaraan

roda dua maupun roda empat seperti, sepeda motor dan mobil. Semua jalan

menuju lokasi pembenihan ikan lele dumbo sudah diaspal sehingga dapat

memudahkan konsumen dalam mengangkut barang.

Gambar 5. Kondisi Jalan

2. Penyediaan Tenaga Listrik

Pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan

Wates Kabupaten Kediri listrik selain digunakan sebagai tempat penerangan di

lokasi budidaya juga digunakan sebagai sirkulasi air kolam agar oksigen tetap

tersedia. Listrik yang ada pada usaha pembenihan ikan lele ini diprasranai oleh

PLN.
61

Gambar 6. Tiang Listrik

3. Penyediaan Air

Air merupakan komponen penting dalam usaha budidaya air tawar karena

air merupakan media hidup ikan.Sumber air yang digunakan dalam usaha

budidaya ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

adalah sumur.Air sumur yang berada disekitar lokasi budidaya merupakan air

tawar.

5.3.2 Proses Produksi Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo

Pembuatan Pemeliharaan Pemijahan


Kolam Induk

Pemanenan Perawatan Larva Penetasan Telur

Gambar 7. Proses Produksi Pembenihan Ikan Lele Dumbo

5.3.3 Pemeliharaan Indukan

Indukan yang siap untuk dipijahkan pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho adalah indukan yang berusia 1-3 tahun dengan berat

minimal 0,8 kg/ekor. Pembudidaya ikan lele dumbo mendapatkan indukan lele

dumbo dari Malang dan dari BPPI Sukamandi Sukabumi.Setiap pembudidaya


62

memiliki indukan ikan lele dumbo.Harga indukan lele dumbo bervariasi

tergantung umur dan berat ikan yaitu berkisar dari Rp. 50.000 – Rp. 80.000/ekor.

Induk yang digunakan untuk pemijahan yaitu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

indukan jantan bersikap agresif, proporsional, organ lengkap, dan tidak dalam

keadaan sakit/cacat. Sedangkan indukan betina lebih memiliki kulit tipis, halus,

proporsional, organ lengkap dan tidak dalam keadaan sakit/cacat.

Indukan ikan lele dumbo yang akan dipijahkan harus disendirikan atau

dimasukkan kedalam kolam karantina dan diberikan makanan yang memiliki gizi

tinggi dan makanan tambahan seperti udang ataupun keong. Pemberian pakan

tambahan dan pakan yang memiliki gizi tinggi bertujuan agar dapat memperoleh

benih yang baik.Pemberian pakan dilakukan satu kali dalam sehari dengan

pemberian pakan sebanyak 1% dikalikan dengan berat tubuh indukan.Jika satu

indukan memiliki berat 1 kg maka pakan yang diberikan yaitu sebanyak 10 gram.

Untuk mendapatkan bibit yang baik, diperlukan induk yang

berkualitas.Induk yang baik adalah induk yang sudah dewasa dan mencapai

kematangan.Selain itu hendaknya dipilih induk yang berbadan simetris, tidak

bengkok, tidak cacat, dan tidak luka.Usia indukan jantan sebaiknya tujuh bulan

lebih, sedangkan yang betina diatas satu tahun. Induk akan menghasilkan bibit

bermutu jika bukan dari satu keturunan (inbreeding). Dengan demikian sangat

dianjurkan untuk menyilangkan dengan induk lele lain yang bukan saudara

sedarah. Agar nanti menghasilkan bibit unggul dan berukuran besar, dengan

ukuran 100 gram-200 gram dan panjang 20 cm-25 cm (Djuriono, 2013).

Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2002), indukan yang baik dan

berkualitas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Indukan Jantan

- Berumur 8-24 bulan

- Tidak cacat fisik (tubuh)


63

- Postur tubuh ideal (berat dan panjang badan seimbang)

- Alat kelamin berwarna merah, memanjang dan membengkak

b. Indukan Betina

- Berumur 1-2 tahun

- Tidak cacat fisik (tubuh)

- Perut mengembung dan lembek

- Alat kelamin merah dan membesar

Gambar 8.Kolam pemeliharaan induk ikan lele dumbo.

5.3.4 Pemijahan

Sistem pemijahan yang diterapkan pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho adalah pemijahan buatan (hipofisa) atau teknik pemijahan

suntik. Menurut Kasinus (1988), pembenihan dengan sistem suntik (hipofisasi)

dilakukan dengan merangsang ikan lele untuk memijah atau terjadi ovulasi

dengan suntukan ekstrak kelenjar hyphofise. Kelenjar hyphofise terdapat

disebelah bawah otak besar tersembunyi dalam lekukan dan dilapisi lemak.Untuk

keperluan ini tentu ada ikan yang harus dikorbankan untuk diambil kelenjar

hyphofisenya, yang dikenal sebagai ikan donor.


64

Proses pemijahan buatan dimulai dengan memilih dan mempersiapkan

indukan ikan lele dumbo yang siap untuk dipijahkan. Indukan ikan lele dumbo

yang sudah dipilih ditempatkan dalam kolam karantina selama kurang lebih 2

bulan.Indukan ikan lele dumbo yang sudah berada di kolam karantina diberikan

tambahan pakan seperti udang dan keong, hal ini dilakukan agar indukan ikan

lele dumbo mampu menghasilkan telur yang banyak dan benih yang berkualitas.

Alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses pemijahan menggunakan

teknik suntik adalah sebagai berikut: indukan ikan lele dumbo betina, indukan

ikan lele dumbo jantan, ember, pisau, gunting, lap/tissue, Nacl, ovaprime,

aquabides, dan suntik.

Pada proses pemijahan buatan indukan betina disuntik dengan cairan

ovaprim dan dicampurkan dengan aquabides dengan perbandingan 1:2.

Aquabides berfungsi sebagai pengencer ovaprim, agar telur yang dihasilkan oleh

indukan betina tidak terlalu padat ataupun tidak terlalu encer.Setelah indukan

ikan lele dumbo betina disuntik kemudian dikembalikan lagi ke kolam

karantina.Selanjutnya pengambilan sperma dari indukan ikan lele dumbo jantan,

proses pengambilan sperma pada indukan ikan lele dumbo jantan yaitu, lele

disembelih bagian kepalanya, kemudian bagian perut dibedah menggunakan

gunting dan diambil spermanya.Sperma yang baik memiliki ciri-ciri, berwarna

putih tulang, berukuran besar dan tidak terdapat warna hitam.Satu pasang

sperma yang diambil dari satu indukan ikan lele dumbo jantan dapat membuahi

telur sebanyak 40.000-60.000.Sperma yang sudah diambil kemudian dibersihkan

dengan cairan Nacl hingga bersih.Hal ini bertujuan agar darah dan kotoran yang

menempel pada sperma dapat hilang.Kemudian siapkan ember yang berisi

cairan Nacl dan campurkan sperma yang sudah digunting kecil-kecil.

Satu ekor indukan ikan lele dumbo betina dapat menghasilkan 40.000-

60.000 telur.Telur ikan lele dumbo betina diletakkan kedalam ember dan
65

kemudian dicampurkan dengan cairan sperma. Bilas telur ikan lele dumbo

dengan air agar kolam tidak berbau amis dan tidak membuat kolam keruh.

Selanjutnya telur ditebar di kolam yang sudah disediakan. Telur akan menetas

2x24 jam.

Gambar 9. Proses Pemijahan Ikan Lele Dumbo.

5.3.5 Penetasan Telur

Sebelum telur ikan lele dumbo dimasukkan ke dalam kolam, kolam harus

sudah dalam keadaan bersih dan diisi air dengan ketinggian 40 cm. Setelah

kolam sudah siap dan telur ikan lele sudah dicampur dengan sperma maka

langkah selanjutnya adalah menebarkan telur ikan lele ke dalam kolam. Padat

tebar pada tiap-tiap kolam berkisar antara 30.000 sampai dengan 100.000

tergantung luas kolam.Pada pemijahan buatan angka keberhasilannya mencapai

80%-90%.Sehingga banyak pembudidaya menggunakan teknik pemijahan

buatan.

Setelah telur sudah ditebar, langkah selanjutnya adalah melakukan

pengawasan terhadap telur yang tidak menetas (boner). Telur yang tidak

terbuahi akan berwarna kuning susu dan tidak akan menetas kemudian
66

membusuk sehingga telur yang tidak menetas harus segera diambil dari kolam

agar tidak menimbulkan bibit penyakit dan membuat kolam keruh. Sedangkan

telur yang berwarna kuning bening/transparan adalah telur yang sudah terbuahi

dan dapat menetas dalam waktu 24 – 48 jam.Telur yang menetas menghasilkan

larva yang sangat kecil dan lemah, badan berwarna bening, dan memiiki yold

atau cadangan makanan yang berada pada bawah mulut larva ikan lele.

5.3.6 Perawatan Larva

Kondisi larva yang baru menetas masih dalam keadaan lemah sehingga

diperlukan lingkungan yang bersih dan tenang agar tidak menyebabkan

kematian. Pengontrolan kualitas air dan temperatur suhu juga harus dijaga agar

suplai oksigen bisa berjalan dengan baik. Apabila kondisi tersebut bisa

dipertahankan maka kematian pada larva ikan dapat diminimalisir.

Larva ikan lele dumbo tidak memerlukan pakan tambahan karena setelah

menetas larva ikan lele dumbo memiliki kandungan kuning telur yang akan habis

dalam waktu 2-3 hari, sebelum kandungan telur tersebut habis maka larva ikan

lele dumbo tidak akan diberikan makanan apapun. Pakan pertama yang

diberikan kepada larva ikan lele adalah cacing tubifex, larva ikan lele dumbo

akan diberikan pakan cacing tubifex selama 5-7 hari. Setelah pemberian pakan

cacing tubifex selama 5-7 hari, larva ikan lele dumbo diberi pakan pelet.

5.3.7 Pemanenan

Benih ikan lele dumbo dapat dipanen pada usia 2-3 bulan dengan

pemanenan secara berkalar. Proses pemanenan benih ikan lele dilakukan dalam

3 waktu, hal ini dikarenakan ukuran ikan lele tidak seragam. Pada ukuran 5 cm

ikan lele sudah dapat diperjual belikan.Benih ikan lele yang masuk dalam

permintaan pasar yaitu ukuran 5 – 7 cm.


67

Persiapan yang diperlukan pada proses pemanenan adalah mengurangi

valume air yang ada didalam kolam, hal ini bertujuan agar memudahkan dalam

mengambil benih ikan lele dumbo. Setelah volume air kolam dikurangi, benih

ikan lele dumbo dijaring kemudian diseleksi berdasarkan ukuran menggunakan

bak grading, ikan yang lolos tidak masuk kedalam kriteria penjualan sehingga

harus dipelihara lagi. Ikan lele dumbo yang tertinggal didalam bak grading

kemudian dimasukkan bak timbang untuk memudahkan proses perhiungan,

setelah ditimbang ikan lele akan dihitung sebagai sampel kemudian dimasukkan

kedalam jurigen plastik yang sudah disediakan oleh pengepul/konsumen. Pada

bagian atas jurigen plastik diberikan lubang, hal ini berfungsi agar benih ikan lele

dumbo mendapat oksigen.Sebelum ikan dimasukkan jurigen plastik, jurigen

plastik tersebut sudah diisi air terlebih dahulu.Isi benih ikan lele dalam satu

jurigen tidak terlalu banyak sehingga benih ikan lele tidak berdesakan dan tidak

berebut oksigen.Jika isi benih ikan lele dumbo terlalu banyak maka benih ikan

lele dumbo rentan terhadap kematian.

Gambar 10. Proses pemanenan benih ikan lele dumbo


68

5.4 Aspek Manajemen

 Perencanaan

Planning atau perencanaan pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di

Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur adalah

mempersiapkan sarana serta prasarana selama kegiatan pembenihan

berlangsung, memastikan sarana dan prasarana dalam keadaan baik dan layak

untuk digunakan, menjaga kepercayaan konsumen dengan cara

mempertahankan kualitas benih agar dapat meminimalisir kesenjangan antar

produsen dan konsumen. Dengan adanya perencanaan sebuah tujuan akan

menjadi jelas dan mudah untuk mencapai target yang sudah ditentukan.

 Pengorganisasian

Pembudidaya pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho

Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur belum menerapkan sistem

pengorganisasian dikarenakan usaha pembenihan ikan lele dumbo merupakan

usaha pribadi dan hanya dijalankan sendiri, sehingga tidak ada sistem

pembagian tugas. Semua pembudidaya tidak menggunakan tenaga kerja

tambahan. Dengan adanya tenaga kerja tambahan membuat proses produksi

semakin meninggkat. Namun untuk saat ini para pembudidaya masih enggan

untuk mencari tenaga kerja tambahan.

 Pergerakan

Sistem pergerakan yang diterapkan pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur adalah

dengan menambah alat dan bahan yang digunakan selama budidaya

berlangsung.Dengan memperbanyak peralatan maupun kolam diharapkan dapat

memaksimalkan benih ikan lele dumbo. Kualitas benih yang baik dan berkualitas

dapat ditunjang dengan cara memperhatikan aspek teknis. Penetapan harga


69

pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates

Kabupaten Kediri Jawa Timur yakni mengikuti harga pasar, hal ini bertujuan agar

hubungan antara produsen dan pengepul (konsumen) dapat terjaga dengan baik.

Target yang ingin dicapai pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho

Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur yaitu menekan biaya produksi

dengan menghasilkan output semaksimal mungkin dengan cara memperluas

daerah pemasaran sehingga dapat menambah jumlah penerimaan.

 Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di

Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri yaitu dengan melakukan

pengawasan pada benih larva ikan lele karena larva ikan lele sangat rentan oleh

perubahan iklim dan suhu yang fluktuatif.Dengan perubahan cuaca yang tidak

menentu menyebabkan parasit dapat berkembang dengan sangat cepat.Oleh

karena itu dibutuhkan pengawasan apabila terdapat benih ikan lele dumbo yang

sakit atau mati, sehingga cepat mendapat perawatan. Pengawasan yang

dilakukan oleh pembudidaya dibagi menjadi tiga waktu, pengawasan dilakukan

ketika pembudidaya akan memberikan pakan. Hal-hal yang diawasi meliputi,

mengawasi larva ikan lele dumbo, mengawasi sirkulasi air, sertakebersihan

pakan dan kolam.

5.5 Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan menyalurkan produk dari

produsen ke konsumen. Aspek pemasaran pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri meliputi: strategi

pemasaran, saluran pemasaran, bauran pemasaran, sistem pembayaran, dan

biaya pemasaran.
70

5.5.1 Strategi Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh

berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok

mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan

menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 1997).

Strategi pemasaran yang dilakukan pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri meliputi strategi

produk dengan cara menghasilkan benih ikan lele yang memiliki kualitas yang

baik. Ukuran benih ikan lele yang siap untuk diperjual belikan berkisar antara 5-7

cm. Kualitas benih yang baik didukung oleh indukan lele yang sehat dan

memenuhi syarat indukan yang baik serta pemberian pakan yang cukup. Kondisi

lingkungan yang baik juga dapat menunjang proses produksi.

5.5.2 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah serangkaian lembaga-lembaga yang saling

terkait satu sama lain dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk

atau jasa dapat digunakan atau dikonsumsi. Adanya saluran pemasaran ini dapat

membuat produsen menyalurkan produk atau jasanya hingga konsumen akhir,

serta produsen dapat tetap menyalurkan produknya walaupun sumber daya

finansiil yang dimilikinya terbatas (Hamali, 2016).

Saluran pemasaran benih ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan

Wates Kabupaten Kediri adalah secara langsung.Dimana konsumen langsung

datang untuk membeli benih ikan lele dumbo sehingga tidak ada

perantara.Pembeli benih ikan lele dumbo yaitu tengkulak dan pembudidaya

pembesaran ikan lele dumbo yang berasal dari berbagai daerah terutama

sekarisidenan Kediri.Desa Joho merupakan salah satu desa yang menghasilkan


71

benih ikan lele terbanyak di Kabupaten Kediri.Kualitas benih ikan lele di Desa

Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri memiliki kualitas yang baik sehingga

konsumen cenderung membeli benih di Desa Joho.

5.5.3 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran mencangkup 4P yaitu (product, price, place and

promotion) dimana empat hal tersebut merupakan kegiatan pemaasaran yang

saling menunjang satu sama lain. Berikut bauran pemasaran yang ada pada

usaha pembenihan iken lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten

Kediri:

- Product : Produk yang dihasilkan dalam usaha ini adalah benih ikan lele

dengan ukuran 5-7 cm

- Price : Harga jual benih ikan lele berkisar antara Rp 110-130 tergantung

ukuran

- Place : Tempat yang digunakan untuk pemasaran yaitu di lokasi

budidaya benih ikan lele dumbo/di rumah masing-masing pembudidaya yang

terletak di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.

- Promotion : Belum ada promosi yang dilakukan oleh pembudidayasecara

online. Promosi yang dilakukan sebatas dari mulut ke mulut.

5.5.4 Sistem Pembayaran dan Biaya Pemasaran

Sistem pembayaran yang diterapkan pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri yaitu pembayaran

langsung/tunai pada saat proses jual beli benih ikan lele dumbo. Tidak ada biaya

pemasaran dikarenakan semua pembeli langsung datang ketempat dengan

membawa alat transportasi sendiri. Untuk saat ini usaha pembenihan ikan lele di

Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri belum melakukan pengiriman


72

diluar karisidenan Kediri, karena hal tersebut akan menambah biaya pemasaran

yang tidak sedikit.

5.6 Aspek Finansiil Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo

Aspek keuangan atau finansiil merupakan salah satu aspek yang

berperan sama pentingnya dengan aspek-aspek yang lain dimana para

pengusaha menggunakan aspek ini untuk menilai keuangan perusahaan secara

keseluruhan. Beberapa hal yang dinilai dalam aspek ini antara lain: sumber-

sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan

dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah

biaya yang dikeluarkan selama umur investasi, proyeksi neraca dan laporan

laba/rugi untuk beberapa periode kedepan, kriteria penilaian investasi dan rasio

keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan (Kasmir dan

Jakfar, 2012).

Analisis aspek finansiil dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa

Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri Jawa Timur yaitu analisis jangka

pendek dan analisis jangka pada setiap responden pembudidaya.Analisis jangka

pendek meliputi: permodalan, biaya produksi, penerimaan, reveneu cost ratio

(R/C ratio), keuntungan, rentabilitas dan break event point (BEP). Sedangkan

analisis jangka panjang meliputi: net present value (NPV), internal rate of return

(IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), dan payback period (PP).

5.6.1 Aspek Finansiil Jangka Pendek

Aspek finansiil jangka pendek merupakan perhitungan keadaan keuangan

usaha dalam jangka waktu pendek yang dapat diketahui dalam satu tahun

usaha.Aspek jangka pendek meliputi permodalan, biaya produksi, penerimaan,

Reveneu Cost Ratio (RC Ratio), Keuntungan, rentabilitas, dan Break Even Point

(BEP).
73

a. Permodalan

Modal yang digunakan oleh pembudidaya pembenihan ikan lele dumbo di

Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri adalah modal sendiri.Modal

yang digunakan meliputi modal tetap, modal lancar, dan modal lancar. Dimana

rata-rata modal tetap yang dikeluarkan sebesar Rp.25.150.500,00, rata-rata

modal lancar yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 26.364.000,00 dan rata-rata

modal kerja yang dikeluarkan sebesar Rp. 31.459.287,88 dengan rincian

penggunaan modal pada Tabel 10.

Tabel 10. Modal yang digunakan dalam Usaha Pembenihan Ikan Lele
Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri
Selama 1 tahun (4 siklus produksi)
Nama Modal Tetap Modal Lancar Modal Kerja Modal Usaha
No
Responden (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Bapak Mutif 26.400.500,00 17.337.000,00 21.873.000,00 48.273.500,00
2 Bapak Anwar 27.353.000,00 28.446.000,00 33.652.333,33 61.005.333,33
3 Bapak Sukoco 28.093.000,00 20.562.000,00 26.290.833,33 54.383.833,33
4 Bapak Singgih 34.860.500,00 58.497.000,00 64.618.166,67 99.478.666,67
5 Bapak Herman 22.513.000,00 21.981.000,00 27.433.000,00 49.946.000,00
6 Bapak Hari 27.348.000,00 32.960.000,00 37.660.000,00 65.008.000,00
7 Bapak Endik 34.240.500,00 31.187.000,00 41.735.333,33 75.975.833,33
8 Bapak Faris 16.558.000,00 25.085.000,00 28.252.500,00 44.810.500,00
9 Bapak Asrois 19.530.500,00 17.174.000,00 20.646.833,33 40.177.333,33
10 Bapak Anas 19.415.500,00 16.961.000,00 20.360.166,67 39.775.666,67
11 Bapak Bambang 20.343.000,00 19.814.000,00 23.530.000,00 43.873.000,00
276.655.500,00 290.004.000,00 346.052.166,67 622.707.666,67
Total
Rata-Rata 25.150.500,00 26.364.000,00 31.459.287,88 56.609.787,88

b. Biaya Produksi

Biaya produksi pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho

Kecamatan Wates Kabupaten Kedirimerupakan pengeluaran yang dilakukan oleh

pengusaha dalam melakukan siklus budidaya ikan lele.Biaya produksi meliputi

biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost).Jumlah biaya ini

diakumulasi dalam waktu satu tahun(4 kali siklus produksi), dimana satu siklus
74

pembenihan ikan lele dumbo membutuhkan waktu 3 bulan.Biaya tetap yang

dikeluarkan oleh tiap pembudidaya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Biaya produksi yang digunakan dalam Usaha Pembenihan Ikan
Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten
KediriSelama 1 tahun (4 siklus produksi)
Nama Biaya Tetap Biaya Tidak
No Total Biaya (Rp)
Responden (Rp) Tetap (Rp)
1 Bapak Mutif 5.816.000,00 16.137.000,00 21.953.000,00
2 Bapak Anwar 6.421.333,33 27.446.000,00 33.867.333,33
3 Bapak Sukoco 6.943.833,33 19.362.000,00 26.305.833,33
4 Bapak Singgih 8.271.166,67 56.497.000,00 64.768.166,67
5 Bapak Herman 5.822.000,00 22.981.000,00 28.803.000,00
6 Bapak Hari 5.713.000,00 31.960.000,00 37.673.000,00
7 Bapak Endik 7.187.500,00 29.987.000,00 37.174.500,00
8 Bapak Faris 4.067.500,00 24.285.000,00 28.352.500,00
9 Bapak Asrois 4.302.833,33 16.374.000,00 20.676.833,33
10 Bapak Anas 4.359.166,67 16.161.000,00 20.520.166,67
11 Bapak Bambang 5.041.000,00 18.614.000,00 23.655.000,00
Total 63.945.333,33 279.804.000,00 343.749.333,33
Rata-Rata 5.813.212,12 25.436.727,27 31.249.939,39

Rata-rata biaya tetap yang digunakan dalam usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri yaitu sebesar Rp.

5.813.212,12, sedangkan rata-rata biaya tidak tetap yang dikeluaran sebesar Rp.

25.436.727,27 dan rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh pembudidaya

sebesar Rp. 31.249.939,39.

c. Penerimaan

Menurut Hannesson (2009), penerimaan atauTotal Revenue adalah

harga sebuah produk dikalikan banyaknya jumlah produk. Total Revenue didapat

dari hasil perkalian antara produk yang dihasilkan dengan harga penjualan.Untuk

penjelasan jumlah produksi dan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 12.
75

Tabel 12. Penerimaan yang diperoleh Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo
di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten KediriSelama 1
tahun (4 siklus produksi)
Total Produksi Ukuran
No Nama Harga Total (Rp)
(ekor) (Cm)
1 Bapak Mutif 800.000 5-7 93.000.000,00
2 Bapak Anwar 1.000.000 5-7 116.900.000,00
3 Bapak Sukoco 1.400.000 5-7 162.500.000,00
4 Bapak Singgih 2.550.000 5-7 295.500.000,00
5 Bapak Herman 880.000 5-7 102.400.000,00
6 Bapak Hari 1.150.000 5-7 135.000.000,00
7 Bapak Endik 1.500.000 5-7 173.500.000,00
8 Bapak Faris 820.000 5-7 96.400.000,00
9 Bapak Asrois 850.000 5-7 98.500.000,00
10 Bapak Anas 800.000 5-7 93.500.000,00
11 Bapak Bambang 1.000.000 5-7 116.000.000,00
Total 12.750.000 1.483.200.000,00
Rata-Rata 1.159.091 134.836.363,64

Penerimaan diperoleh dari hasil produksi dikalikan dengan harga

benihikan lele perekor nya. Jumlah penerimaan yang diperoleh juga diakumulasi

dalam satu tahun.Harga benih ikan lele bervariasi tergantung ukuran, harga

benih ikan lele ukuran 5 cmdijual dengan harga Rp. 110, ukuran 6 cmdijual

dengan harga Rp. 120, dan ukuran 7 cm dijual dengan harga Rp. 130. Rata-rata

hasil produksi benih ikan lele dumbo dalam satu tahun adalah 1.159.091 ekor

dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp. 134.836.363,64.

d. Reveneu Cost Ratio (RC Ratio)

Reveneu Cost Ratio (RC Ratio) jika lebih dari satu berarti usaha ini layak

untuk dijalankan.Dan perhitungan ini untuk mengetahui keuntungan yang didapat

dalam setahun dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan. Jadi dari hasil

perhitungan diperoleh rata-rata R/C Ratio yang ada pada usaha pembenihan

ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri sebesar
76

4,4302 yang berarti usaha ini sudah layak untuk dijalankan. Perhitungan terdapat

pada Tabel 13.Perhitungan R/C Ratio.

Tabel 13. Perhitungan R/C Ratio Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di
Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten KediriSelama 1 tahun
(4 siklus produksi)
No Nama R/C
1 Bapak Mutif 4,2363
2 Bapak Anwar 3,4517
3 Bapak Sukoco 7,0517
4 Bapak Singgih 4,5624
5 Bapak Herman 3,5552
6 Bapak Hari 3,5835
7 Bapak Endik 4,6672
8 Bapak Faris 3,4001
9 Bapak Asrois 4,7638
10 Bapak Anas 4,5565
11 Bapak Bambang 4,9038
Total 48,7321
Rata-Rata 4,4302

e. Keuntungan

Keuntungan merupakan hasil pengurangan dari penerimaan dengan

biaya yang dikeluarkan dalam waktu satu tahun. Dari hasil perhitungan 4 kali

siklus produksi pembenihan ikan lele dumbo didapatkan keuntungan rata-rata

sebesar Rp.105.677.333,33. Untukperhitungan terdapat pada Tabel 14.

Tabel 14. Keuntungan yang diperoleh pada Usaha Pembenihan Ikan Lele
Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten KediriSelama
1 tahun (4 siklus produksi)
No Nama Keuntungan (Rp)
1 Bapak Mutif 71.047.000,00
2 Bapak Anwar 83.032.666,67
3 Bapak Sukoco 159.194.166,67
4 Bapak Singgih 230.731.833,33
5 Bapak Herman 73.597.000,00
6 Bapak Hari 97.327.000,00
77

Lanjutan Tabel 14. Keuntungan yang diperoleh padaUsaha Pembenihan


Ikan Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten
KediriSelama 1 tahun (4 siklus produksi)
No Nama Keuntungan (Rp)
7 Bapak Endik 136.325.500,00
8 Bapak Faris 68.047.500,00
9 Bapak Asrois 77.823.166,67
10 Bapak Anas 72.979.833,33
11 Bapak Bambang 92.345.000,00
Total 1.162.450.666,67
Rata-Rata 105.677.333,33

f. Rentabilitas

Besarnya nilai rentabilitas/presentase keuntungan diperoleh dari

besarnya keuntungan dibagi besarnya total biaya yang digunakan selama

produksi kemudian dikalikan 100% dan hasilnya dinyatakan dalam presentase

(%). Besarnya rentabilitas yang diperoleh tiap pembudidaya berbeda-beda.Untuk

rincian perhitungan rentabilitas pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa

Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri selama satu tahun dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15. Rentabilitas PadaUsaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa


Joho Kecamatan Wates Kabupaten KediriSelama 1 tahun (4
siklus produksi)
No Nama Rentabilitas (%)
1 Bapak Mutif 325,41
2 Bapak Anwar 247,03
3 Bapak Sukoco 612,54
4 Bapak Singgih 357,36
5 Bapak Herman 268,67
6 Bapak Hari 258,89
7 Bapak Endik 367,97
8 Bapak Faris 241,08
9 Bapak Asrois 377,66
78

Lanjutan Tabel 15. Rentabilitas Pada Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo
di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten KediriSelama 1 tahun
(4 siklus produksi)
No Nama Rentabilitas (%)
10 Bapak Anas 359,62
11 Bapak Bambang 393,12
Total 3809,37
Rata-Rata 346,31

Nilai rata-rata rentabilitas pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di

Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri sebesar 346,31% yang berarti

rata-rata keuntungan yang diperoleh sebesar 346,31% dari modal yang telah

dikeluarkan.

g. Break Even Point (BEP)

Untuk mengetahui suatu usaha sudah berada pada titik impas maka perlu

melakukan perhitungan Break Even Point.Perhitungan ini terdapat dua jenis yaitu

BEP unit dan BEP sales. BEP sales yang diperoleh dari usaha pembenihan ikan

lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri dapat dilihat pada

Tabel 16.

Tabel 16. Perhitungan BEP Unit dan BEP Sales


BEP
No Nama Responden
BEP (S) Benih (Rp) BEP (Q) (Ekor)
3.095.612,81 28.142
1 Bapak Mutif 1.500.903,18 12.508
1.219.483,83 9.381
3.202.427,03 29.113
2 Bapak Anwar 1.647.904,13 13.733
1.571.001,94 12.085
3.760.352,76 34.185
3 Bapak Sukoco 1.794.713,82 14.956
1.388.766,64 10.683
4.618.417,83 41.986
4 Bapak Singgih 2.015.309,60 16.794
1.637.439,05 12.596
79

Lanjutan Tabel 16. Perhitungan BEP Unit dan BEP SalesPada Usaha
Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates
Kabupaten KediriSelama 1 tahun (4 siklus produksi)

BEP
No Nama Responden
BEP (S) Benih (Rp) BEP (Q)
3.127.050,66 28.428
5 Bapak Herman 1.364.531,20 11.371
1.330.417,92 10.234
2.560.270,26 23.275
6 Bapak Hari 1.777.377,70 14.811
1.375.351,79 10.580
4.101.224,69 37.284
7 Bapak Endik 1.739.913,50 14.499
1.346.361,64 10.357
1.856.535,15 16.878
8 Bapak Faris 1.113.921,09 9.283
1.097.043,50 8.439
2.402.597,20 21.842
9 Bapak Asrois 1.048.406,05 8.737
851.829,92 6.553
2.051.372,55 18.649
10 Bapak Anas 1.398.663,10 11.656
909.131,02 6.993
2.629.142,24 23.901
11 Bapak Bambang 1.564.448,28 13.037
847.409,48 6.519

5.6.2 Aspek Finansiil Jangka Panjang

Aspek finansiil jangka Panjang yaitu untuk mengetahui keadaan usaha ini

dalam beberapa tahun kedepan.Jangka Panjang diketahui dengan beberapa

perhitungan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan nilai untuk mengetahui kelayakan

suatu usaha jika nilai yang diperoleh adalah lebih dari 0 (nol) berarti usaha

tersebut layak untuk dikembangkan.Nilai yang didapat berdasarkan pada

keuntungan dan biaya yang dikeluarkan selama melakukan produksi dan juga
80

nilaim investasi.Jika diketahui suku bunga Bank yaitu sebesar 4.25%. Maka rata-

rata nilai NPV yang diperoleh dari perhitungan sebesar Rp 837.680.354,33, nilai

tersebut adalah lebih dari 0 berarti dapat dikatakan bahwa usaha pembenihan

ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri dinyatakan

layak untuk dijalankan dan investasi yang dikeluarkan memberikan manfaat bagi

usaha ini.

Tabel 17. Nilai kelayakan usaha (NPV)Pada Usaha Pembenihan Ikan Lele
Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri
Selama 1 tahun (4 siklus produksi)
NO NAMA RESPONDEN NPV (Rp)
1 Bapak Mutif 594.421.386,85
2 Bapak Anwar 696.593.380,73
3 Bapak Sukoco 1.127.119.777,44
4 Bapak Singgih 1.891.163.658,49
5 Bapak Herman 620.251.336,42
6 Bapak Hari 803.484.826,00
7 Bapak Endik 906.025.147,09
8 Bapak Faris 565.654.131,07
9 Bapak Asrois 642.624.851,60
10 Bapak Anas 603.540.326,43
11 Bapak Bambang 763.605.075,46
Total 9.214.483.897,60
Rata-Rata 837.680.354,33

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan nilai manfaat yang diperoleh

dari usaha ketika melakukan pengeluaran biaya. Dari hasil perhitungan diketahui

bahwa rata-rata nilai Net B/C yang diperoleh pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri sebesar 34,43 yang

berarti nilai tersebut lebih besar daripada 1. Sehingga usaha pembenihan ikan

lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediridapat dikatakan

layak untuk dijalakan secara finansiil.


81

Tabel 18. Nilai manfaat usaha (Net B/C) Pada Usaha Pembenihan Ikan Lele
Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri
Selama 1 tahun (4 siklus produksi)
NO NAMA RESPONDEN NET B/C
1 Bapak Mutif 23,52
2 Bapak Anwar 26,47
3 Bapak Sukoco 41,12
4 Bapak Singgih 55,25
5 Bapak Herman 28,55
6 Bapak Hari 30,38
7 Bapak Endik 33,74
8 Bapak Faris 35,16
9 Bapak Asrois 33,90
10 Bapak Anas 32,09
11 Bapak Bambang 38,54
TOTAL 378,71
RATA-RATA 34,43

c. Internal Rate of Retum (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan nilai untuk mengetahui

perbandingan antara suku bunga yang diperoleh dari hasil investasi dengan suku

bunga bank yang ada saat ini.Jika nilai yang diperoleh melebihi nilai suku bunga

deposito, maka usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil yang diperoleh dari

perhitungan bahwa rata-rata nilai IRR adalah sebesar 406% yang berarti bahwa

usaha ini sebaiknya dijalankan karena nilai IRR melebihi suku bunga deposito

yaitu sebesar 4,25%.

Tabel 19. Nilai perbandingan suku bunga (IRR)Pada Usaha Pembenihan


Ikan Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten
Kediri Selama 1 tahun (4 siklus produksi)
NO NAMA RESPONDEN IRR (%)
1 Bapak Mutif 275
2 Bapak Anwar 310
3 Bapak Sukoco 485
4 Bapak Singgih 654
5 Bapak Herman 335
82

Lanjutan Tabel 19. Nilai perbandingan suku bunga (IRR) Pada Usaha
Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates
Kabupaten KediriSelama 1 tahun (4 siklus produksi)
NO NAMA RESPONDEN IRR (%)
6 Bapak Hari 358
7 Bapak Endik 398
8 Bapak Faris 414
9 Bapak Asrois 400
10 Bapak Anas 378
11 Bapak Bambang 455
Total 4461
Rata-Rata 406

d. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan dari keuntungan yang

didapatkan.Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata hasil yang diperoleh

adalah sebesar 0,25. Hasil ini berarti bahwa lamanya pengembalian investasi

pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates

Kabupaten Kediri adalah 0,25 tahun atau memerlukan waktu 3 bulan untuk

pengembalian investasi.

Tabel 20.Payback Period (PP)Pada Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di


Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Selama 1 tahun (4
siklus produksi)
NO NAMA RESPONDEN PP
1 Bapak Mutif 0,34
2 Bapak Anwar 0,31
3 Bapak Sukoco 0,20
4 Bapak Singgih 0,15
5 Bapak Herman 0,28
6 Bapak Hari 0,27
7 Bapak Endik 0,24
83

Lanjutan Tabel 20. Payback Period (PP) Pada Usaha Pembenihan Ikan Lele
Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten KediriSelama
1 tahun (4 siklus produksi)
NO NAMA RESPONDEN PP
8 Bapak Faris 0,23
9 Bapak Asrois 0,24
10 Bapak Anas 0,25
11 Bapak Bambang 0,21
Total 2,71
Rata-Rata 0,25

5.7 Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal yaitu menganalisis lingkungan internal suatu usaha

yang berguna dalam mengetahui kekuatan yang dimiliki oleh usaha tersebut

untuk mengembangkan usaha dan untuk mengetahui kelemahan suatu usaha

yang dapat menghambat usaha tersebut dari Analisis faktor internal pada

kekuatan dan kelemahan tersebut akan dijadikan suatu landasan untuk

menntukan strategi internal yang akan dijalankan oleh usaha tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung ke

lokasi penelitian didapatkan beberapa faktor internal yang mempengaruhi

pengembangan usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan

Wates Kabupaten Kediri.Berikut adalah hasil dari faktor internal:

 Identifikasi Kekuatan

1. Kualitas benih ikan lele yang baik

Menghasilkan kualitas benih yang baik adalah tujuan dari usaha ini.

Dengan menghasilkan benih yang memiliki kualitas baik, diharapkan para

konsumen akan melakukan pembelian ulang. Oleh karena itu demi

menghasilkan kualitas benih yang baik perlu adanya faktor pendukung

lainnya seperti sarana dan prasarana yang memenuhi. Dari hasil data

yang diperoleh maka didapatkan bobot sebesar 0,22 dengan rating


84

sebesar 4 dikarnakan faktor ini sangat berpengaruh bagi perkembangan

usaha.

2. Sarana dan prasarana yang mendukung

Sarana dan prasarana yang ada pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri dalam keadaan

baik dan bisa digunakan sesuai dengan fungsinya. Dengan adanya

sarana dan prasarana yang mendukung proses produksi akan semakin

memudahkan proses produksi, sehingga dari hasil perhitungan faktor

internal didapatkan bobot sebesar 0,22 dan rating sebesar 4 dikarnakan

faktor ini sangat berpengaruh bagi perkembangan usaha.

3. Komunikasi dengan konsumen berjalan baik

Komunikasi menjadi salah satu kekuatan yang harus dijaga

kontinuitasnya. Adanya komunikasi yang baik antara konsumen dengan

produsen akan memudahkan pendistribusian produk dan saling bertukar

informasi harga benih ikan lele dumbo. Bobot yang diperoleh untuk

komunikasi yang berjalan baik sebesar 0,23 dengan nilai rating 4.

 Identifikasi Kelemahan

1. Pembukuan secara rinci

Pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan

Wates Kabupaten Kediri, masing-masing pembudidaya belum melakukan

pemcatatan atau pembukuan secara jeas dan terperinci.Sehingga

pengusaha tidak dapat mengetahui naik turunya perkembangan usaha

dan besarnya laba yang diperoleh. Berdasarkan fakta dilapang tidak ada

pembukuan keuangan diberi bobot 0,18 karena pembukuan keuangan

bekriteria cukup penting dan diberi rating 2.

2. Kurangnya tenaga kerja


85

Pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan

Wates Kabupaten Kediri para pembudidaya ikan lele dumbo tidak

memiliki tenaga kerja tambahan.Hal ini menyebabkan produksi belum

bisa maksimal dan belum bisa memenuhi permintaan pasar sepenuhnya.

Bobot untuk kurangnya tenaga kerja sebesar 0,15 dengan rating 2.

Tabel 21. Matrik IFE


Faktor Internal BOBOT RATING BOBOT X
RATING
Kekuatan
Kualitas benih ikan lele baik 0,22 4 0,82
Sarana dan Prasarana yang mendukung 0,22 4 0,84
Komunikasi dengan konsumen berjalan 0,23 4 0,90
baik
Jumlah 0,67 2,57
Kelemahan
Pembukuan belum rinci 0,18 2 0,36
Kurangnya tenaga kerja 0,15 2 0,30
Jumlah 0,33 0,67
Total 1,00 3,23

Dari tabel analisis IFE (Internal Factor Evaluation) diketahui bahwa jumlah

skors yang diperoleh yaitu 3,23. Menurut Rengkuti (2004), bahwa skor hasil kali

dari bobot dengan rating hasilnya berada diantara 0,0 hingga 4,0. Jika hasil yang

diperoleh mencapai 0,0 berarti usaha tersebut dikatakan sangat lemah.

Sedangkan jika mencapai 4,0 skor yang diperoleh maka usaha tersebut

dikatakan sangat kuat. Hasil yang diperoleh dari analisis IFE penentuan skor

didapat 3,23 yang berarti usaha ini sudah berada diatas rata-rata dan dikatakan

kuat. Dan jumlah dari skor kekuatan lebih tinggi dibanding dengan jumlah skor

kelemahan.Berikut adalah analisis hasil dari faktor eksternal menggunakan

matriks EFE.
86

5.8 Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor eksternal merupakan kegiatan menganalisis lingkungan

eksternal atau faktor dari luar lingkungan suatu usaha yang berguna dalam

mengetahui peluang dan ancaman pada usaha tersebut.Faktor tersebut juga

menjadi pertimbangan dalam pengembangan usaha Pembenihan Ikan Lele

dumbo di Desa Joho.Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan

pengamatan langsung ke lokasi penelitian didapatkan beberapa faktor eksternal

yang memepengaruhi pengembangan usaha pembenihan ikan lele dumbo di

Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Berikut adalah hasil dari faktor

eksternal:

 Identifikasi Peluang

1. Permintaan benih ikan lele tinggi

Dari hasil penelitian didapatkan bobot sebesar 0,17 dengan rating

sebesar 4. Hal ini dapat diartikan bahwa tingginya permintaan benih ikan

lele menjadi sangat penting untuk mengembangkan usaha pembenihan

ikan lele dumbo.

2. Lokasi strategis

Berdasarkan fakta lapang, lokasi usaha pembenihan ikan lele dumbo

yang terletak di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri memiliki

tempat yang strategis. Namun tempat yang dekat dengan pusat kota tidak

menjadi hal yang sangat penting bagi pembudidaya sehingga di dapatkan

bobot sebesar 0,18 dan 3 untuk nilai rating.

3. Dukungan Dinas

Adanya dukungan dari dinas setempat menjadi peluang untuk

mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo. Dari hasil

penelitian diperoleh bobot sebesar 0,17 dan rating sebesar 3.

 Identifikasi Ancaman
87

1. Perubahan iklim dan cuaca

Perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan

kematian paka benih ikan lele. Dari hasil penelitian didapatkan bobot

sebesar 0,17 dan rating 3. Arinya bahwa perubahan iklim dan cuaca

menjadi ancaman yang penting pada usaha pembenihan ikan lele dumbo.

2. Serangan hama dan penyakit

Adanya serangan hama dan penyakit menjadi salah satu ancaman serius

dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo. Serangan hama dan penyakit

dapat menimbulkan kematian. Dari hasil penelitian didapatkan bobot

sebesar 0,15 dan rating 3.

3. Kenaikan harga pakan

Kenaikan harga pakan yang tidak menentu menjadi ancaman yang

penting bagi usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho.Dari hasil

penelitian didapatkan bobot sebesar 0,15 dan rating 3.

Tabel 22. Matriks EFE

BOBOT X
Faktor Eksternal BOBOT RATING
RATING
Peluang
Permintaan tinggi 0,17 4 0,62
Lokasi strategis 0,18 3 0,61
Dukungan Dinas 0,17 3 0,46
Jumlah 0,52 1,69
Ancaman
Perubahan iklim dan cuaca 0,17 3 0,56
Serangan hama dan penyakit 0,15 3 0,51
Kenaikan harga pakan 0,15 3 0,39
Jumlah 0,48 1,46
TOTAL 1 3,15

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil skor yaitu perkalian antara

bobot dengan rating diperoleh 3,15 pada matriks EFE (Eksternal Factor
88

Evaluation). Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini dikatakan berpeluang

dalam pengembangannya karena nilai yang diperoleh berada diatas rata-rata

yang berarti sangat berpeluang yaitu 4,0. Selain itu jumlah skor peluang lebih

tinggi lebih tinggi dari nilai skor ancaman.

5.9 Analisis SWOT

Setelah melakukan pencocokan menggunakan matriks IE, selanjutnya

adalah analisis SWOT yaitu untuk mengetahui strategi berdasarkan kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada usaha pembenihan ikan

leledumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Berikut adalah

hasil dari matriks analisis SWOT.

Tabel 23. Analisis SWOT


SWOT STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)
Kualitas benih ikan lele
Internal yang baik Belum ada pembukuan
Sarana dan prasarana secara rinci
yang mendukung
Eksternal Komunikasi dengan
Kurangnya tenaga kerja
konsumen berjalan baik
OPPORTUNITY (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Memanfaatkan lokasi
yang strategis untuk
memasarkan produk Merekrut tenaga kerja
Tingginya permintaan
benih ikan lele
Memanfaatkan sarana agar dapat memenuhi
dan prasarana dengan permintaan pasar
baik untuk
meningkatkan produksi
Mempertahankan kualitas
Lokasi strategis
ikan lele dumbo
Tingginya permintaan
benih ikan lele dumbo
dapat menjadi motivasi
dalam meningkatkan Memperbaiki sistem
produksi pembukuan
Dukungan Dinas
Memanfaatkan
dukungan dari dinas
Menjaga komunikasi
dengan konsumen
89

Lanjutan Tabel 23. Analisis SWOT


TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Mencari pakan alternatif
dan melakukan
Perubahan iklim dan perawatan dengan baik
cuaca agar dapat mengatasi Meningkatkan kualitas
gangguan pada benih produksi dengan
ikan lele dumbo menambah tenaga kerja
Serangan hama dan
Mempersiapkan vitamin
penyakit pada ikan
dan obat-obatan
Kenaikan harga pakan

Hasil pengolahan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal pada

Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates

Kabupaten Kediri Jawa Timur diperoleh skor sebagai berikut:

Skor faktor kekuatan = 2,57

Skor faktor kelemahan = 0,67

Skor faktor peluang = 1,69

Skor faktor ancaman = 1,46

Titik koordinat pada masing-masing faktor internal dan faktor eksternal

dapat dilihat dari jumlah perhitungan analisis SWOT:

Sumbu horizontal (x) sebagai faktor internal diperoleh nilai koordinat sebesar:

sumbu x = 2,57 – 0,67 = 1,9

Sumbu vertikal (y) sebagai faktor eksternal diperoleh nilai koordinat sebesar:

sumbu y = 1,79 – 1,27 = 0,52

Nilai-nilai koordinat pada diagram SWOT bernilai positif yaitu pada sumbu

horizontal (x) sebesar 1,9 dan pada sumbu vertikal (y) sebesar 0,52. Gambar

diagram analisis SWOT dapat dilihat pada gambar 11.


90

Peluang

(1,9 : 0,52)

Kelemahan Kekuatan

Ancaman

Gambar 11. Diagram SWOT Pada Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo

Pada gambar hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa Usaha

Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

Jawa Timur berdasarkan hasil skoring yang dilakukan terhadap faktor-faktor

internal dan eksternal diperoleh nilai koordinat yang terletak di kuadran l.

Mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growht Oriented Strategy)

menggunakan strategi SO (Strenght Opportunities).

Hasil analisis diagram SWOT yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates

Kabupaten Kediri Jawa Timur terletak pada kuadran l yang berarti bahwa Usaha

Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

Jawa Timur dapat memanfaatkan suatu kekuatan dan peluang yang ada dengan

strategi SO (Strenght Opportunity) untuk mengengembangkan usaha tersebut

dan didukung oleh strategi pertumbuhan agresif atau Growht Oriented Strategy.
91

Tabel 24. Strategi SO, WO, ST dan WT

No Komponen Keterangan
1 Strategi SO  Memanfaatkan lokasi yang strategis untuk
memasarkan produk
 Memanfaatkan sarana dan prasarana dengan baik
untuk meningkatkan produksi
 Tingginya permintaan benih ikan lele dumbo dapat
menjadi motivasi dalam meningkatkan produksi
 Memanfaatkan dukungan dari dinas
 Menjaga komunikasi dengan konsumen
 Mempertahankan kualitas ikan lele dumbo.
2 Strategi WO  Merekrut tenaga kerja agar dapat memenuhi permintaan
pasar
 Memperbaiki sistem pembukuan

3 Strategi ST  Mencari pakan alternatif (pakan buatan) dan melakukan


perawatan dengan baik agar dapat mengatasi gangguan
pada benih ikan lele dumbo
 Mempersiapkan vitamin dan obat-obatan
4 Strategi WT  Meningkatkan kualitas produksi dengan menambah
tenaga kerja

5.9.1 Strategi Pengembangan Usaha Berdasarkan Analisis SWOT

Berdasarkan diagram analisis SWOT, strategi pengembangan usaha

menggunakan strategi SO (Strenght Opportunities) yang diterapkan dengan

caramengoptimalkan kekuatan dan memanaatkan peluang yang ada. Adapun

strategi pengembangan usaha pembenihan ikan lele dumbo di desa joho

kecamatan wates kabupaten kediri adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan lokasi yang strategis untuk memasarkan produk

2. Memanfaatkan sarana dan prasarana dengan baik untuk meningkatkan

produksi

3. Tingginya permintaan benih ikan lele dumbo dapat menjadi motivasi

dalam meningkatkan produksi

4. Memanfaatkan dukungan dari dinas

5. Menjaga komunikasi dengan konsumen

6. Mempertahankan kualitas ikan lele dumbo.


92

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi pengembangan usaha

pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho, Kecamatan Wates,

Kabupaten Kediri, Jawa Timur merupaka usaha pribadi namun para

pembudidaya tergabung pada satu kelompok yang bernama “Berkah

Lele”. Kelompok tersebut bertujuan untuk membantu proses pemasaran.

Pengalaman usaha para pembudidaya ikan lele dumbo bekisar antara 5 –

8 tahun.

2. Usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho termasuk kedalam

usaha yang layak dijalankan dan dikembangkan. Terdapat aspek teknis

berupa sarana dan prasarana yang memadahi, aspek manajemen, dan

aspek pemasaran.

3. Aspek finansiil pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho

Kecamatan Wates Kabupaten Kediri meliputi analisis jangka panjang dan

analisis jangka pendek. Analisis jangka pendek dalam satu tahun pada

usaha pembenihan ikan lele dumbo rata-rata memperoleh penerimaan

sebesar Rp. 134.836.363,64, nilai R/C Ratio sebesar 4,4302, keuntungan

sebesar Rp. 105.677.333,33, dan Rentabilitas sebesar 346,31 %.

4. Analisis jangka panjang pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa

Joho meliputi: NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period. Dari hasil

penelitian didapat rata-rata nilai NPV yang diperoleh dari perhitungan

adalah sebesar Rp. 837.680.354,33>0. Hasil yang diperoleh dari


93

perhitungan bahwa nilai rata-rata IRR sebesar 406% yang berarti bahwa

usaha ini sebaiknya dijalankan karena nilai IRR melebihi suku bunga

deposito yaitu sebesar 4,25%. Nilai Net B/C yang diperoleh pada usaha

pembenihan ikan lele dumbo rata-rata sebesar 34,43. Lama

pengembalian investasi pada usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa

Joho adalah 0,25 tahun atau memerlukan waktu 3 bulan.

5. Pengembangan usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Joho

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang berupa

kekuatan dan kelemahan dari usaha pembenihan ikan lele dumbo.

kemudian faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman.

6. Berdasarkan hasil analisis SWOT pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo di Desa Joho terletak pada kuadran l yang berarti usaha tersebut

menggunakan strategi agresif dengan cara mengoptimalkan kekuatan

(Strenght) dan mengoptimalkan peluang (Opportunities). Strategi yang

dilakukan adalah strategi SO (Strengths Oppurtunity): Memanfaatkan

lokasi yang strategis untuk memasarkan produk, memanfaatkan sarana

dan prasarana dengan baik untuk meningkatkan produksi, tingginya

permintaan benih ikan lele dumbo dapat menjadi motivasi dalam

meningkatkan produksi, memanfaatkan dukungan dari dinas, menjaga

komunikasi dengan konsumen, mempertahankan kualitas ikan lele

dumbo.

6.2 Saran

1. Pengusaha

Lebih memperhatikan faktor internal seperti: menjaga kualitas benih ikan

lele dumbo, memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, menjaga


94

komunikasi dengan konsumen, melakukan pembukuan secara terperinci,

dan menambah tenaga kerja. Sedangkan faktor ekstenal meliputi:

tingginya permintaan benih ikan lele dumbo, letak usaha yang strategis,

adanya dukungan dari Dinas setempat, mengatasi serangan hama dan

penyakit dengan mempersiapkan obat dan vitamin, serta mencari pakan

alternatif ketika harga pakan mahal.

2. Pemerintah

Memberikan fasilitas yang lebih baik, dan memberikan pelatihan kepada

pembudidaya agar dapat mengatasi permasalahan yang ada supaya bisa

mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo.

3. Perguruan Tinggi

Untuk meneliti lebih lanjut, mengenai kelanjutan dan strategi yang

diperoleh atau dapat menggunakan metode lainnya untuk

mengembangkan usaha.
95

DAFTAR PUSTAKA

Akbar dan Usman.(2009). Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.


Alwi. S. 1980. Alat – alat Analisis dalam Pembelanjaan. Fakultas Ekonomi.
Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta.

Az-zarnuji, T. A. 2011. Analisis Efisiensi Budidaya Ikan Lele di Kabupaten


Boyolali.Universitas Diponegoro Semarang.59 hlm.

Cannon, J., Perreault, W., & McCarthy, J. (2008). Pemasaran Dasar. Jakarta:
Salemba Empat.

Dedi, A. K. 2014. Prospek Kelayakan dan Strategi Pengembangan Pembenihan


Ikan Lele (Clarias sp) di Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng,
Kabupaten Bogor.Institut Pertanian Bogor.

Djuriono. 2013. Budidaya Ikan Lele. Penerbit Caraka Darma Aksara. Nusa
Tenggara Barat. 52 hlm.

Effendi, S. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta Barat: LP 3E Indonesia,


Anggota IKAPI.

Fuad, M., H, C., Nurlela, Sugiharto, & Paulus. (2006). Pengantar Bisnis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

Hamali, A. (2016). Pemahaman Strategi Bisnis dan Kewirausahaan. Jakarta:


Kencana.

Husnan, S., & Suwarsono,.(1994). Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit


Penerbit Dan Pencetak (Upp), Amp Ykpn.
Indrawati. 2007. Observasi Pesiodiragnostig. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Jaja, Suryani. A dan Sumantadinata. K. 2013. Usaha Pembesaran dan


Pemasaran Ikan Lele serta Strategi Pengembanganya di UD Sumber
Rezeki Parung, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor.

Jumingan. 2011. Study Kelahiran Bisnis. Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Prenada Media
Group. Jakarta.

Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Penerbit PT Gramedia.


Jakarta.

Krisnawan, A. 2006.Sukses Beternak Lele Dumbo dan Lele Lokal.Pustaka Baru


Press.Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.

Mahyuddin, Kholis. 2011. Pembesaran Lele. Penerbit Penebar Swadaya.


Jakarta.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kinerja Majemuk.


Grasindo. Bogor.
96

Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII. Madcoms. 2002.


Database Visual Basic 6.0 dengan Crystal Reports. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Musfikhon. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit
Prestasi Pustaka. Jakarta.

Nazir, M.(2011). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Ladjamudin.


2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Nguntoronadi. 2008. Wonogiri Bersinergi. www.nguntoronadi.wonogiri.org.
Ningsih, K dan Hamamah. 2010. Matriks Internal Evaluation (IFE) dan External
Factor Evaluation (EFE) Buah Naga Organik (Hylocerus undatus).
Dalam Jurnal Penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Islam Madura.
Partosuwiryo, S dan Warseno, Y. 2011.Kiat Sukses Budidaya Ikan Lele.Penerbit
PT Citra Aji Parama.Yogyakarta.
Primyastanto dan Istikharah.2003.Aplikasi Evaluasi Proyek dalam Aspek Studi
Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Gurami. Fakultas Perikanan.
Universitas Brawijaya. Malang.

_______________________. 2006. Aplikasi Evaluasi Proyek dalam Aspek Studi


Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Gurami. Fakultas Perikanan.
Universitas Brawijaya. Malang.

Primyastanto.2011. Feasbility Study Usaha Perikanan.Universitas Brawijaya


Press. Malang.
Puspowardoyo, H dan Djarijah, A.S. 2002.Pembenihan dan Pembesaran Lele
Hemat Air. Anggota IKAPI. Yogyakarta.
Rahardi, Regina, K dan Nazarudin. 1997. Agrobisnis Perikanan. Penerbit
Penebar Pustaka Utama. Jakarta.
Rangkuti, F. 1997. Riset Pemasaran. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Anggota IKAPI. Jakarta.
Rangkuti, Freddy.2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Redaksi Agromedia. 2008. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Riyanto, B. 1995.Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan.BPFE.Yogyakarta.
Santoso, B. 1995.Lele Dumbo dan Lokal. Anggota IKAPI. Yogyakarta.
Setiawan, B. B. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penerbit Penebar Swadaya. Cetakan
Pertama. Bandung.
Siswanto, K. B. 2013. Pengantar Managemen. Penerbit PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Soehartono. 2011. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang
Sosisal dan Ilmu Sosial Lainnya. Penerbit PT Remaja Rosda Karya.
Bandung.
Soetomo, H. A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Penerbit Sinar Baru.
Bandung.
Sugiono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Sule, E. T dan Saefullah, K. 2010.Pengantar Managemen. Penerbit Prenada
Media Group. Jakarta.
Susanto, H. 1996. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.

__________. 1995. Lele Dumbo dan Lokal. Anggota IKAPI. Yogyakarta.


97

Suyanto, S. R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penerbit PT Penebar


Swadaya.Anggota IKAPI Redaksi. Jakarta.

Suyanto, B dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif


Pendekatan. Penerbit Prenada Media Group. Jakarta.

Widiyanto, A. 2011. Statistika Terapan. K onsep dan Aplikasi dalam Penelitian


Bidang Pendidikan, Psikologi dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Wiratha. M. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi.Yogyakarta.

Yulinda. E. 2012. Analisi Finansiil Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias
Gariepinus) Di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan Rumbai Pesisir Kota
Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Sosial dan Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai